Anda di halaman 1dari 10

Kekerasan dalam Rumah Tangga:

Perspektif Psikologis dan Edukatif


Rochmat Wahab

Every family hopes to build harmony family, happy family, and mutual loving each others.
In fact, there are several violences that happen In familylife eitherphysically, psychologi
cally, sexually, or emotionaliy. The violence In family because of internal and extemal
factors eitherindividually or collectively. In particular In the age ofInformation nowadays
the violence cultures emerges byinformation that producing by media, both printed media
and electronic media. The condition tends to influence the development ofchildren, so that
they can not grow naturally, they can not reach high score In their school. Hence, itneeds
to be conductedpsychologically, educatively, preventively, and curatively toward the cases
that happen in family life, especially the victims and society In general.

Kata kunci: kekerasan, rumah dalam keluarga tidak sepenuhnya dapat


tangga, psikologis, budaya. dirasakan kebahaglaan dan saling mencintai

Pada dasarnya setiap keluarga ingin dan menyayangi, melainkanterdapatrasa


ketidaknyamanan, tertekan, atau kesedihan
membangun keiuarga bahagia dan dan saling takut dan bend di antara
penuh rasa saling mencintai baik secara sesamanya. Hal ini diindikasikan dengan
lahirmaupun batin, dengan kata lain bahwa masih dijumpainya pada sejumlah rumah
setiap keluarga sungguh menghendaki dapat tangga yang bermasalah, bahkan tegadi
membangun keluarga harmoni dan bahagia berbagal ragam kekerasan dalam rumah
yang sering disebut keluarga saklnah, tangga (KDRT). Ironlsnya jumlah kekerasan
mawaddah wa rahmah. Pada kenyataannya yang terjadi semakin hari semakin
bahwa tidak semua keluarga dapat beijalan meningkat balk secara kuantitatif maupun
mulus dalam mengarungi hidupnya, karena kualitatif (Lihat tabel di bawah ini)
Jumiah Kasus Kekerasan yang terjadi dalam Rumati Tangga/Domestik di
LBH APIK JAKARTA Tahun 1998 - 2002

Jenis Kasus 1998 1999 2000 2001 2002


Kekerasan Fisik 33 52 69 82 86
Kekerasan Psikis 119 122 174 76 250
Kekerasan EkonomI 58 58 85 16 135
Kekerasan Seksual 3 15 1 0 7
Perkosaan 1 10 0 0 0
Pelecehan Seksual 2 5 1 0 -0
Ingkar Janii 0 0 3 - 14
Dating Violence 0 0 0 0 U'7"
Penganiayaan Anak 0 0 0 0 1

UNISIANO. 61/XXIX/III/2006 247


Topik: Budaya Kekerasan

Data tersebut mengindlkaslkan bahwa dalam pemberian hukuman fisikdan psikis


ada kecenderungan terjadi peningkatan yang traumatik baik kepada ariaknya,
KDRT di'Jakarta; baik secara kuantitatif maupun pasangannya.
maupuh kualitatif, bahkan di Indonesia. KDRTdengan alasan apapun dariwaktu
Almira At-Thahirah (2006) menjelaskan ke waktu akan berdampak terhadap
bahwa sekitar24juta perempuan dari 217 keutuhan keluarga, yang pada akhimya bisa
juta penduduk Indonesia terutama di membuat keluarga berantakan. Jika
pedesaan mengakui pernah mengalami kondisinya demikian, yang paling banyak
kekerasan dan yang terbesaradalah KDRT. mengalami kerugian adalah anak-anaknya
Komnas perempuan pada tahun 2001 teiiebih bagi masa depannya. Karena itulah
melakukan sun/ei pada 14 daerah di Indo perlu terus diupayakan mencari jalan terbaik
nesia (Aceh, Palembang, JambI, Bengkulu, untuk menyelamatkan institusi keluarga
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dengan tetap memberikan perhatian yang
Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, memadai untuk penyelamatan terutama
Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, anggota keluarga, dan umumnya masya-
NTT) menunjukkan bahwa kaum perempuan rakat sekitarnya.
paling banyak mengalami kekerasan dan
penganiayaan oleh orang-orangterdekatnya Untuklebihmemahami persoalan KDRT,
serta tindak perkosaan di lingkungan selanjutnya akan digali lebih jauh tentang
komunitasnya sendlri. Selain daripada itu makna KDRT, penyebab-penyebabnya,
dampak KDRT, dan berbagai pendekatan
terdapat 60% kekerasan terhadap anak
untuk penanganannya.
dilakukan oleh orangtua mereka! (Seto
Mulyadi, Komnas Anak). (Zastrow &Bowker
Makna Kekerasan Daiam Rumah
(1984) menegaskan bahwa jumlah ini
memang tidaksebanyakangka KDRTdiAS Tangga (KDRT)
yang melebihl dari 50% dari keluarga Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Amerika Serikat mengalami KDRT. Ada dua (KDRT) dapat diartikan sebagai tindakan
faktoryang menyebabkan timbulnya KDRT, kekerasan yang dilakukan oleh seorang
yaitu faktor internal dan eksternal. Secara pengasuh, orangtua, atau pasangan. KDRT
internal, KDRT dapatteijadi sebagai akibat dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk,
dari semakin lemahnya> kemampuan di antaranya: Kekerasan fisik, penggunaan
adaptasi setiap anggota keluarga di antara kekuatan fisik; kekerasan seksuai, setiap
sesamanya, sehingga setiap anggota aktivitas seksuai yang dipaksakan;
keluarga yang memlliki kekuasaan dan kekerasan emosional, tindakan yang
kekuatan cenderung bertindak deterministik mencakup ancaman, kritik dan menjatuhkan
dan eksploitatifterhadap anggota keluarga yang terjadi terus menerus; dan mengen-
yang lemah. Secara eksternal, KDRT dalikan untuk memperoleh uang dan
muncul sebagai akibat dari intervensi menggunakannya.
lingkungan di luar keluarga yang secara
Berdasarkan Undang-Undang No 23
langsungatau tidaklangsungmempengamhi tahun 2004 tentang PKDRT pada pasal 1
sikap anggota keluarga, terutama orangtua butir 1 menyebutkan bahwa Kekerasan
atau kepala keluarga, yang tenA/ujud dalam dalam Rumah Tangga adalah setiap
perlakuan eksploitatif terhadap anggota perbuatan terhadap seseorang terutama
keluarga yang sering kali ditampakkan perempuan, yang berakibat timbulnya

248 UNISIANO. 61/XXIX/III/2006


Kekerasan dalam Rumah Tangga: PerspektifPsikologis dan...; Rochmat Wahab

kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, anak-anak menjadi trauma dalam hidupnya,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran sehingga mereka tidak merasa nyarfian dan
rumah tangga termasuk ancaman untuk aman.

meiakukan perbuatan, pemaksaan, atau Kedua, kekerasan psikis adalah


perampasan kemerdekaan secara melawan perbuatan yang mengaklbatkan ketakutan,
hukum dalam lingkup rumah tangga. hilangnya rasa percaya diri, hilangnya
Demlklan juga pada pasal 2 ayat 1 kemampuan untuk bertlndak, rasa tidak
menyebutkan bahwa lingkup rumah tangga berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat
dalam Undang-Undang ini meliputi (a) pada seseorang (pasai 7). Adapun tindakan
Suami, isteri, dan anak (termasuk anak kekerasan psikis dapat ditunjukkan dengan
angkatdananaktiri); (b) Orang-orang yang perilaku yang mengintlmidasi dan menyiksa,
mempunyai hubungan keluarga dengan or- memberikan ancaman kekerasan, mengu-
ang sebagaimana dimaksud dalam huruf a rung di rumah, penjagaan yang berlebihan,
karena hubungan darah, perkawlnan, ancaman untuk melepaskan penjagaan
persusuan, pengasuhan, dan perwalian, anaknya, pemisahan, mencaci maki, dan
yang menetap dalam rumah tangga (mertua, penghinaan secara terus menerus.
menantu, ipardan besan); dan/atau (c) Or-
ang yang bekerja membantu rumah tangga Ketiga, kekerasan seksual adalah
dan menetap dalam rumah tangga tersebut setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
(Pekerja Rumah Tangga). hubungan seksual. pemaksaan hubungan
seksual dengan cara tidak wajar dari/atau
Lau dan Kosberg, (1984) melalui tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual
studinya menegaskan bahwa ada empattipe dengan orang lain untuk tujuan komersial
kekerasan, di antaranya: physical abuse, dan/atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual
psychological abuse, material abuse ortheft meliputi (pasal 8): (a) Pemaksaan hubungan
of money or personalproperty, dan violation seksual yang dllakukan terhadap orang
of right. Berdasarkan studinya anak-anak yang menetap dalam lingkup rumah tangga
yang menjadi korban KDRT cenderung tersebut; (b) Pemaksaan hubungan seksual
memilikiketidakberuntungan secara umum. terhadap salah seorang dalam lingkupmmah
Merekacenderung menunjukkan tubuh yang tangganya dengan orang lain untuk tujuan
lebih kecil, memiliki kekuatan yang lebih komersiai dan/atau tujuan tertentu.
lemah, dan merasa tak berdaya terhadap
Keempat, penelantaran rumah tangga
tindakan agresif.
adalah seseorang yang menelantarkan orang
Lebih jauh lagi bentuk-bentuk KDRT dalam lingkup rumah tangganya, padahal
dapat dijelaskan secara detil. menurut hukum yang beiiaku baginya atau
Pertama, kekerasan fislk adalah karena persetujuan atau peijanjtan ia wajib
perbuatan yang mengaklbatkan rasa sakit, memberikan kehidupan, perawatan, atau
jatuh sakit atau iuka berat (Pasal 6).Adapun pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain
kekerasan fisik dapat diwujudkan dengan itu, penelantaran juga beriaku bagi setiap or
perilaku di antaranya: menampar, mengglgit, ang yang mengaklbatkan ketergantungan
memutar tangan, m'enikam, mencekek, ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
membakar, menendang, mengancam melarang untuk bekerja yang layak di daiam
dengan suatu benda atau senjata, dan atau di luar rumah sehingga korbari berada
membunuh. Perilaku inisungguh membuat di bavyahkendali orang tersebut (pasai 9).

UNISIANO. 61/XXIX/in/2006 249


Topik: Budaya Kekerasan

Penelantaran rumah tangga dapat perilaku yang lebih agresif. Di sisi lain, ahli
dikatakan dengan kekerasan ekonomik teori beiajar berteori bahwa perbedaan
yang dapat diindikasikan dengan perilaku perilaku agresif terutama disebabkan oieh
di antaranya seperti; penolakan untuk perbedaan sosiaiisasi terhadap pria dan
memperoleh keuangan, penolakan untuk wanita.
memberikan bantuan yang bersifatfinansial, Kedua, teori frustasi-agresi menya
penolakan terhadap pembeiian makan dan takan bahwa kekerasan sebagai suatu cara
kebutuhan dasar, dan mengontrol untuk mengurangi ketegangan yang
pemerolehan layanan kesehatan, pekerjaan, dihasiikan. situasi frustasi. Teori Ini berasai
dan sebagalnya. dari suatu pendapatyang masuk akal bahwa
seseorang yang frustasi sering menjadi
Penyebab Terjadinya KDRT terlibat daiam tindakan agresif. Orang
Zastrow & Browker (1984) menyatakan frustasi sering menyerang sumber
bahwa ada tiga teori utama yang mampu frustasinya atau memindahkan frustasinya
menjelaskan terjadinya kekerasan, yaitu ke orang lain. MIsainya, seorang remaja
teori biologis, teori frustasi-agresi, dan teori (teenager) yang diejekoieh orang lain mung-
kontrol.. kin membaias dendam, sama hainya seekor
binatang kesayangan yang digoda. Seorang
Pertama, teori biologis menjelaskan
pengangguran yang tidak dapat menda-
bahwa manusia, seperti juga hewan,
patkan pekerjaan mungkin memukul istri
memiiiki suatu insting agresif yang sudah
dan anak-anaknya.
dibawa sejak iahir. Sigmund Freud
menteorikan bahwa manusia mempunyai Suatu persoaian penting dengan teori
suatu keinginan akan kematian yang inl, bahwa teori ini tidak menjelaskan
mengarahkan manusia-manusia itu untuk mengapa frustasi mengarahkan teijadinya
menikmati tindakan melukai dan membunuh tindakan kekerasan pada sejumiah orang,
orang lain,dan dirinya sendiri. RobertArdery tidak pada orang Iain. Diakui bahwa
yang menyarankan bahwa manusia memiiild sebagian besar tindakan agresif dan
instink untuk menakiukkan dan mengontrol kekerasan nampak tidak berkaitan dengan
wiiayah, yang sering mengarahkan pada frustasi. Misalnya, seorang pembunuh
perilaku kbnflik antar pribadi yang penuh profesional tidak harus menjadi frustasi
kekerasan. untuk meiakukan penyerangan.
Konrad Lorenz menegaskan bahwa Waiaupun teori fhjstasi-agresi sebagian
agresi dan kekerasan adalah sangat besar dikembangkan oleh para psikoiog,
berguna untuk survive. Manusia dan hewan beberapa sosiolog telah menerapkan teori
yang agresif lebih cocok untuk membuat untuk suatu keiompok besar. Mereka
keturunan dan survive, sementara itu memperhatikan perkampungan miskin dan
manusia atau hewan yang kurang agresif kotor di pusat kota dan dihuni 'Oieh kaum.
memungkinkan untuk mat! satu demi satu. minoritas telah menunjukkan angka
Agresi pada hakekatnya membantu untuk kekerasan yang tinggi. Mereka berpendapat
menegakkan suatu sistem dominan, dengan bahwa kemiskinan, kekurangan kesempatan,.
demikian memberikan strukturdan stabiiitas dan ketidakadilan lainnya di wiiayah inisangat
untuk keiompok. membuat frustasi penduduknya. Penduduk
semua menginginkan semua banda yang
Beberapa ahli teori biologis berhipotesis
mereka iihat dan dimiiiki oieh orang lain.
bahwa hormon sek pria menyebabkan

250 UNISIANO. 61/XXIX/III/2006


Kekerasan dalamRumah Tangga: PerspektifPsikologis dan...; Rochmat Wahab

serta tak ada hak yang sah sedikitpun untuk Ketidakmampuan mencari solusi
menggunakannya. Akibatnya, mereka masalah rumah tangga apapun; dan
frustasi dan bemsaha untukmenyerangnya. juga
Teori Ini memberikan penjelasan yang Kondisi mabuk karena minuman keras
masuk akal terhadap angka kekarasan yang dan narkoba.
tinggi bagi penduduk minoritas.
Ketiga, teori ini menjelaskan bahwa Danipak KDRT terhadap Anak
crang-orang yang hubungannya dengan or- Marianne James, Senior Research
ang lain tidak memuaskan dan tidak tepat pada Australian Institute of Criminology
adalah mudah untuk terpaksa berbuat (1994), menegaskan bahwa KDRT memiliki
kekerasan ketika usaha-usahnya untuk dampak yang sangat berarti terhadap
berhubungan denganoranglain menghadapl perilaku anak, baik berkenaan dengan
situasi frustasi. Teori ini berpegang bahwa kemampuan kognitif, kemampuanpemecahan
orang-orang yang memiliki hubungan erat masalah, maupun fungsi mengatasi masalah
dengan orang lain yang sangat berarti dan emosi. Adapun dampak KDRT secara
cenderung leblh mampu dengan baik rind akan dibahas berdasarkan tahapan
mengontrol dan mengendaiikan perilakunya perkembangannya sebagai berikut:
yang impulsif.
Travis Hirschi memberikan dukungan 1. Dampak terhadap Anak
kepada teori ini melalu temuannya bahwa Berusia Bayi
remaja putera yang memiliki sejarah prilaku
Usia bayi seringkaii menunjukkan
agresif secara fisik cenderung tidak memiliki
keterbatasannya dalam kaitannya dengan
hubungan yang dekat dengan orang lain.
kemampuan kognitifdan beradaptasi. Jaffe
Seiain itujuga dinyatakan bahwa kekerasan
dkk (1990) menyatakan bahwa anak bayi
mengalami jumlah yang lebih tinggi di antara
yang menyaksikan terjadinya kekerasan
para eks narapidana dan orang-orang lain
antara pasangan bapak dan ibu sering
yang terasingkan dari teman-teman dan
dicirikan dengan anak yang memiliki
keluarganya daripada orang-orang Amerika
kesehatan yang buruk,kebiasaan tiduryang
pada umumnya.
jeiek, dan teriakan yang beriebihan. Bahkan
Setelah memperhatikan ketiga teori kemungkinan juga anak-anak Itu menun
tersebut, kiranya varlasi kekerasan di jukkan penderitaan yang serlus. Hai Ini
masyarakat untuk sementara ini disebabkan berkonsekuensi logis terhadap kebutuhan
oleh tigafaktortersebut. Bagaimana dengan dasamya yang diperoleh dari ibunya ketika
penyebab munculnya KDRT, lebih mengalami gangguan yang sangat berarti.
khususnya di Indonesia. Menurut hemat Kondisi Ini pula berdampak lanjutan bagi
saya. KDRT dt Indonesia temyata bukan ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan
sekedar masalah ketimpangan gender. Hal perkembangannya yang seringkaii
tersebut acapkall terjadi karena: diwujudkan dalam problem emosinya,
Kurang komunikasi, Ketidakharmo- bahkan sangat terkait dengan persoalan
nisan. keiancaran dalam berkomunikasi.
Alasan Ekonomi
Ketidakmampuan mengendaiikan ^Vv*

emosi

UNISIANO. 61/XXIX/III/2006 251


Topik: Budaya Kekerasan

2. Dampak terhadap anak kecil yang memperoleh rasa distress pada usia
sebelumnya dapat dildentiflkasi tiga tipe
Dalam tahun kedua fase perkembangan, reaksi perilaku. Periama, 46%-nya menun-
anak-anak mengembangkan upaya dasamya jukkan emosi negatif yang diwujudkan
untuk mengaitkan penyebab perilaku • dengan perilaku marah yang diikuti
dengan ekspresi emosinya. Penelltian setelahnya dengan rasa sedih dan
Cummings dkk (1981) menilai terhadap berkeinglnan untuk menghalangi atau
ekspresi marah dan kaslh sayang yang campur tangan. Kedua, 17%-nya tidak
teriadi secara alamiah dan berpura-pura. menunjukkan emosi, tetapl setelah Itu
Selanjutnya ditegaskan, bahwa ekspresi mereka marah. Ketiga, lebih dari seper-
marah dapat menyebabkan bahaya atau tiganya, menunjukkan perasaan emosional
kesulitan pada anak kecil. Kesulitan inl yang tinggi (balk positif maupun negatif)
semakin menjadi lebih nampak, ketika selama berargumentasi. Keempat, mereka
ekspresi verbal dibarengi dengan serangan bahagia, tetapl sebagian besar di antara
fisikoleh anggbta kelUarga lainnya. Bahkan mereka cenderung menunjukkan sikap
banyak peneliti berhipotesis bahwa agresif secara fisik dan verbal terhadap
penampilan emosi yang kasar dapat teman sebayanya.
mengancam rasa aman anak dalam
Berdasarkan pemeriksaan terhadap 77
kaitannya dengan lingkungansosialnya.
anak, Davis dan Carlson (1987) menemu-
Pada tahun ketiga ditemukan bahwa kan anak-anak TK yang menunjukkan
anak-anak yang merespon dalam Inter- perilaku reaksi agresifdan kesulitan makan
akslnya dengan kemarahan, maka yang pada pria lebih tinggi daripada wanita.
ditlmbulkannya adalah adanya sikap agresif Hughes (1988) melakukan penelltian
terhadap teman sebayanya. Yang menarik terhadap ibu dan anak-anak yang usia TK
bahwa anak lakl-laki cenderung lebih agresif dan non-TK, baik dari keiompokyang tidak
daripada anak-anak perempuan selama menyaksikan KDRT maupun yang
simulasi. sebaliknya anak perempuan menyaksikan KDRT. Disimpulkan bahwa
cenderung lebihc//sfress daripada anak lakl- kelompok yang menyaksikan KDRT
laki. Selanjutnya dapat dikemukakan pula menunjukkan tingkat distressyangjauhlebih
bahwa dampak KDRT terhadap anak usia tinggi, dan kelompok anak-anak TK
muda (anak kecil) sering digambarkan menunjukkan periiaku distres yang lebih
dengan problem perilaku, seperti seringnya tinggi daripada anak-anak non-TK.
sakit," memillkl rasa malu yang serlus,
De Lange (1986) meialui pengamat-
memiliki self-esteem yang rendah, dan
annya bahwa KDRT berdampak terhadap
memllikimasalah selama dalam pengasuhan;
terutama masalah sosial, misalnya:
kompetensi perkembangan soslal-kognitif
memukul, mengglgit, dan suka mendebat. anak usia prasekolah. Ini dapat dijelaskan
bahwa anak-anak prasekolah yang
dipisahkan secara sosia! dari teman
3. Dampak terhadap Anak Usia
sebayanya, bahkan tidak berkesempatan
Pra Sekolah
untuk berhubungan dengan keglatan atau
Gumming (1981) melakukan penelltian minat teman sebayanya juga, maka mereka
tentang KDRT terhadap anak-anak yang cenderung memlliki beberapa masalah yang
berusia TK, pra sekolah, sekltar 5 atau 6 terkait dengan orang dewasa.
tahun. Dilaporkannya bahwa Anak-anak

252 UNISIANO. 61/XXIX/III/2006


Kekerasan dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologis dan...; Rochmat Wahab

5. Dampak terhadap Anak Usia 6. Dampak terhadap Anak


SD Remaja •
i

Jaffe dkk (1990) menyatakan bahwa Pada usia ini biasanya kecakapan
pada usia SD, orangtua merupakan suatu kognitif dan kemampuan beradaptasi telah
model peran yang sangat berarli. Balk anak mencapai suatu fase perkembangan yang
pria maupun wanita yang menyaksikan meliputi dinamika keluarga dan jaringan
KDRT secara cepat beiajar bahwa sosial di luarrumah, seperti kelompokteman
kekerasan adalah suatu cara yang paling sebaya dan pengaruh sekolah. Dengan kata
tepat untuk menyelesaikan konflik dalam lain, anak-anak remaja sadar bahwa ada
hubungan kemanusiaan. Mereka lebih cara-cara yang berbeda dalam berpikir,
mampu .mengekspresikan ketakutan dan merasa, dan berperiiaku dalam kehidupan
kecemasannya berkenaan dengan perilaku di dunia ini. Misalnya, studi Davis dan
orangtuanya. Hughes (1986) menemukan Carlson (1987) menyimpulkan, bahwa hidup
bahwa anak-anak usia SD serlngkali dalam keluarga yang penuh kekarasan
memlliki kesuiltan tentang pekerjaan cenderung dapat meningkatkan kemung-
sekolahnya, yang diwujudkan dengan kinan menjadikan isterl yang tersiksa,
prestasi akademik yang jelek, tidak ingin sementara itu Hughes dan Barad (1983)
pergl ke sekolah, dan kesuiltan dalam mengemukakan dari hasil studinya, bahwa
konsentrasl. angka kejadian kekerasan yang tinggi
Wolfe et.al, 1986: Jaffe et.al, 1986, dalam keluarga yang dllakukan oleh ayah
Christopoulus et al, 1987 menguatkan cenderung dapat menimbulkan korban
melalui studinya, bahwa anak-anak dari kekerasan, terutama anak-anaknya. Tetapi
keluarga yang mengalami kekerasan ditekankan pula oleh Rosenbaum dan
domistik cenderung memillki problem O'Leary (1981), bahwa tidak sertiua anak
perilaku lebih banyak dan kompetensi yang hidup kesehariannya dalam hubungan
sosialnya lebih rendah daripada keluarga yang penuh kekerasan akan mengulangi
yang tidak mengalami kekerasan dalam pengalaman itu. Artinya, bahwa seberat
rumah tangga. apapun kekerasan yang ada dalam rumah
tangga, tidak sepenuhnya kekerasan itu
Sementara stud! yang dllakukan
terhadap anak-anakAustralia,(Mathiasetal, berdampak kepada semua anak remaja,
tergantung ketahanan mental dan kekuatan
1995) sebanyak 22 anak dari usia 6 sd 11
tahun menunjukkan bahwa kelompok anak- pribadi anak remaja tersebut.
anak yang secara historls mengalami Dari banyak penelltian menunjukkan
kekerasan dalam rumah tangganya bahwa konflik antar kedua orangtua yang
cenderung mengalami problem perilaku disakslkan oleh anak-anaknya yang sudah
pada tinggi batas ambang sampai tingkat remaja cenderung berdampak yang sangat
berat, rriemiliki kecakapan adaptifdi bawah berarti, terutama anak remaja pria cende
rata-rata, memlliki kemampuan membaca rung lebih agresif, sebaliknya anak remaja
di bawah usia kronologlsnya, dan memillki wanita cenderung lebih dipresif.
kecemasan pada tingkat menengah sampai
dengan tingkat tinggi. Upaya Penanganan KDRT
Pada hakekatnya secara psikologis
dan pedagogis ada dua pendekatan yang

UNISIA NO. 61/XXIX/UI/2006 253


Topik: Budaya Kekerasan

dapat dilakukan untuk menangani KDRT, terhadap kasus-kasus KDRT


yaitu pendekatan kuratif dan preventif. yang ada di lingkungannya.

1. Pendekatan Kuratif: 2. Pendekatan Preventif:

a. Menyelenggarakan pendidikan a. Memberikan sanksi secara


orangtua untuk dapat menerapkan edukatif kepada pelaku KDRT
cara mendidik dan sesuai dengan jenis dan tingkat
memperlakukan anak-anaknya beratatau ringannya pelanggaran
secara humanis. yang dilakukan, sehingga tidak
b. Memberikan keterampilan hanya berarti bagi pelaku KDRT,
tertentu kepada anggota keluarga tetapi juga bagI korban dan
untuk secepatnya melaporkan ke anggota masyarakat lainnya.
pihak lain yang diyakini sanggup b. Memberikan incentive bagi setiap
mem-berikan pertolongan, jika orang yang berjasa dalam mengu-
sewaktu-waktu terjadi KDRT. rangi, mengeliminir, dan meng-
c. Mendidik anggota keluarga untuk hilangkan salah satu bentuk
menjaga diri dari perbuatan yang KDRT secara berarti, sehingga
mengundang teijadinya KDRT. terjadi proses kehidupan yang
d. Membangun kesadaran kepada tenang dan membahagiakan.
semua anggota keluarga untuk c.- Menentukan pllihan model
. takut kepada akibat yang ditim- penanganan KDRT sesuai
bulkan dari KDRT. dengan kondisi korban KDRT dan
e. Membekali calon suami istri atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam
orangtua baru untuk menjamin keluarga, sehingga
kehidupan yang harmoni, damai, penyelesaiannya memiliki
dan saling pengertian, sehingga efektivltas yang tinggl.
dapat terhindar dari perilaku d. Membawa korban KDRT ke
KDRT. dokter atau konselor untuk segera
f. Melakukan /v/terterhadap media mendapatkan penanganan sejak
massa, baik cetak maupun elek- dini, sehingga tidak terjadi iuka
tronik, yang menampilkan Infor- dan trauma psikis sampai serius.
masi kekerasan. e. Menyelesaikan kasus-kasus
g. Mendidik, mengasuh, dan KDRT yang dilandasi dengan
memper-lakukan anak sesuai kasih sayang dan keselamatan
derigan jenis kelamin, kondisi, korban untuk masa depannya,
dan potensinya. sehingga tidak menimbulkan rasa
h. Menunjukkan rasa empati dan dendam bagi pelakunya.
rasa peduli terhadap siapapun f. Mendorong pelaku KDRT untuk
yang terkena KDRT, tanpa sesegera mungkin melakukan
sedikitpun melemparkan pertaubatan diri kepada Allah swt,
kesalahan terbadap korban KDRT. akan kekeliruan dan kesalahan
i. Mendorong dan menfasilitasi daiam berbuat kekerasan dalam
pengembangan masyarakat rumah tangga, sehingga dapat
untuk iebih peduii dan responsif menjamin rasa aman bagi semua
anggota keluarga.

254 UNISIANO. 61/XXIX/III/2006


Kekerasan dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologis dan...; Rochmat Wahab

g. Pemerintah perlu terus bertindak segera menyelamatkan dan menghindarkan


cepat dan tegas terhadap setiap anggota keluarga dari kejadian yangitidak
praktek KDRT dengan mengacu diinglnkan.®
pada UU tentang PKDRT, • • " Ft '

sehingga tidak berdampak jelek Daftar Pustaka


bagi kehidupan masyarakat.
Pilihan tindakan preventlf dan kuratif At-Thahirah, Almira, 2006, Kekerasan
yang tepat sangat tergantung pada kondisi Rumah Tangga Produk Kapitalisme
riil KDRT, kemampuan dan kesahggupan (Kritik Afas Persoaian KDRT),
anggota keluarga untuk keluar dari praketk Bandung: UIN
KDRT, kepedulian masyarakat sekitamya,
serta ketegasan pemerintah menindak Carlson, B.E. 1984, 'Children's observations
praktek KDRTyang terjadi di tengah-tengah of inter-parental violence' in: Battered
masyarakat. Women and Their Families, ed. A.R.
Roberts, Springer, New York.
Penutup
Christopoulos, C., Cohn, D., Shaw, D.,
Setiap keluarga pada awalnya selalu Joyce, S., Sullivan-Hanson, J., Kraft,
mendambakan kehidupan rumah tangga S. and Emery, R. 1987, 'Children of
yang aman, nyaman, dan membahagiakan. abused women: adjustmenet at time
Secara fitrah perbedaan Individual dan of shelter residence'. Journal of the
llngkungan sosial budaya berpotensi untuk Marriage and the Family, vol. 49, pp.
menimbulkan konflik. Bila konflik sekecil 611-19.
apapun tidak segera dapat diatasi,
sangatlah mungkin berkembang menjadi Cummings, E.M., Zahn-Waxler, C. and
KDRT. Kejadian KDRTdapat terwujud dalam Radke-Yarrow, M. 1981, 'Young
bentuk yang ringan sampai berat, bahkan children's responses to expressions
dapat menimbulkan korban kematian, of anger and affection by others in the
sesuatu yang seharusnya dihindari. family'. Child Development, vol.52,
Untuk dapat menyikapi KDRT secara pp.1274-82.
efektif, perlu sekali setiap anggota keluarga
memlliki kemampuan dan keterampilan Davis, L. and Carlson, B. 1987, 'Observa
mengatasi KDRT, sehingga tidak menim tion of spouse abuse: what happens
bulkan pengorbanan yang fatal. Tentu saja to the children?'. Journal ofinterper
hal ini hanya bisa dilakukan bagi anggota sonal Violence vol.2, no.3, pp.278-
keluarga yang sudah memiliki usia 91.
kematangan tertentu dan memiliki kebe-
ranian untuk bersikap dan bertindak. Deaux, Kay & Wrightsman, L.S. 1984, So
Sebaliknya jika anggota keluarga tidak cial Psychology in the 80s, Fourth
memiliki daya dan kemampuan untuk Edition, Califomia: Brooks Cole Pub
menghadapl KDRT, secara proaktif lishing Company.
masyarakat, para ahli, dan pemerintah perlu
mengambil inislatif untuk ikut serta dalam De Lange, C.I 986, 'The family place
penanganan korban KDRT, sehingga dapat children's therapeutic program'.
Children's Today, pp.12-15.

UNISIANO. 61/XXIX/III/2006 255


Topik; Budaya Kekerasan

Departemen Hukum dan Ham, 2004, Jaffe, P., Wolfe, D., and Wilson, S.K. 1990,
Undang-Undang No 23 tahun 2004 Children of Battered Women, Sage
tentang Penghapusan Kekerasan Publications, California.
Dalam Rumah Tanjgga (PKDRT),
Jakarta: Jaffe, P., Wolfe, D., Wilson, 8. and Zak, L.
1986, 'Family violence and child ad
Eshlemen, Ross, J. 1988, The Family: An justment: a comparative analysis of
Introduction, Fifth Edition, Boston: girls' and boys' behavioural symp
Allen and Bacon toms', American Joumal ofPsychia
try,vol.143, no.1, pp.74-7.
Hughes, H. 1986, Research with children in
shelters: Implications for clinical ser Lembaga Bantuan Hukum untuk
vices, Children Today, vol.15, no.2, Peremouan dan Keadilan (LBH APIK)
pp.21-5. Jakarta, (2002),Angka Kekerasan dl
Jakarta tahun 1998-2002, Jakarta:
, 'Psychological and behavioural LBHAPIK
correlates.of family violence in child
witnesses and victims', American Mathias, J., Mertin, P. and Murray, B. 1995,
Joumal of Orthopsychlatry, vol.58, 'The psychologicalfunctioning of chil
no.1,pp.77-90. dren from backgrounds of domestic
violence', Australian Psychologist,
Hughes, H. and Barad, S. 1983, 'Psycho vol.30, no.1 (March).
logicalfunctioningof children in a bat
tered women's shelter: a preliminary Zastrow, Charles &Bowker, Lee. 1984, So
investigation', American Journal of cial Problems: Issues and Solutions,
Orthopsychlatry, vol.53, no.3, pp.525- Chicago: Nelson-Hall
31.

•••

•256 UNISUNO. 61/XXIX/III/2006

Anda mungkin juga menyukai