Pemasakan Biji
Pemasakan Biji
Pada bab ini akan dibicarakan beberapa hal penting yang perlu di
perhatikan selama periode pembentukan dan pemasakan biji (maturation of seed).
Periode tersebut dimulai sejak selesainya pembuahan (fertilazation) sampai panen.
Beberapa pertanyaan timbul pada kita yaitu:
Masalah lain yang sering dijumpai pada pemasakan biji (caryopsis) atau
buah ini, terutama pada padi-padian (cerealia) dan kapas, ialah tidak sama
masaknya biji atau buah tersebut, walaupun terletak dalam satu pohon.
Pada tanaman padi (Oryza sativa, rice) sebagai contoh, caryopsis yang
terletak pada ujung bulir (panicle) masak lebih dahulu daipada caryopsis yang
terletak pada pangkal panicle. Juga caryopsis pada panicle yang berasal dari tiller
(anakan) yang luar kemudian dalam satu rumpun, biasanya masak kemudian. Pada
tanaman (Gossypium sp, cotton), biji atau buah yang terletak pada ranting sebelah
atas pada pohon, akan masak lebih dahulu daripada biji atau buah yang terletak
pada ranting sebelah bawah.
Tidak serentaknya waktu masak biji atau buah ini menimbulkan kesukaran
bagi petani untuk menetapkan waktu panen (harvesting time), terutama kalau
panenan tersebut memakai mesin panen karena mesin tersebut tidak dapat
membedakan biji atau buah yang belum masak dengan yang masak untuk
dipanen. Panenan dengna memakai tangan adalah lebih baik kerana selektif, tetapi
membutuhkan waktu lebih lama.
Hal penting yang terjadi pada periode pemasakan biji adalah perubahan
mengenai:
GAMBAR 5.3
Ini disebut KA berdasarkan berat basah (Wet Weight Basis) biasa dipakai
pada industri (biji, daging, dan lain-lain)
Ini disebut KA berdasarkan berat kering (Dry Weight Basis) biasa ini
dipakai untuk penelitian ilmiah (scientific research).
Kadar air biji ini penting artinya untuk menetapkan waktu panen, karena
penenan itu harus dilakukan pada tingkat kadar air biji tertentu pada masing-
masing species atau varietas. Umumnya tanaman padi-padian dan biji-bijian
dipanen pada kadar air biji sekitar 20%. Umumnya kadar air biji 30% merupakan
batas tertinggi untuk panen. Panenan dengan kadar air biji diatas 30% tidak baik,
karena sukar untuk pengeringan. Disamping itu biji ini akan rapuh apabila
dikeringkan sampai dibawah kadar air 20%. Tetapi tergantung kepada jenis biji
ada yang baik dipanen pada kadar air 10-20%
Di daerah tropis, varietas-vairetas padi dan jagung dipanen pada kadar air
biji lebih tinggi dibandingkan dengan yang didaerah beriklim sedang. Di
Indonesia, malaysia, Thailand dan Pilipina, padi, dipanen pada kadar air biji 20-
25%.
Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sampai
sekitar 20%, maka biji mencapai masak fisiologis atau disebut juga masak
fungsional. Setelah masak fisiologis ini tercapai translokasi zat makanan yang
akan disimpan kedalam biji dihentikan. Tidak terjadi lagi proses pertumbuhan
pada biji sehingga ia tidak bertambah besarnya atau dengan kata lain biji telah
menncapai ukuran besar maksimum.
Mutu biji tertinggi juga diproleh pada saat masak fisiologis. Tidak pernah
diproleh mutu biji yang lebih tinggi daripada mutu biji pada saat masak fisologis.
Untuk ini dianjurkan untuk melakukan panenan pada saat masak fiologis. Untuk
ini dianjurkan melakukan panenan pada saat masak fisiologis tercapai.
Berat kering suatu biji penting karena ini erat hubungannya dengan
besarnya hasil. Tinggi rendahnya nilai berat kering ini tergantung dari banyak atau
sedikitnya bahan kering yang terdapat dalam biji. Bahan kering ini umumnya
terdiri dari tiga bahan dasar yaitu karbohidrat, protein, dan lemak, yang terdapat
terutama pada jaringan penyimpanan (storage tissue), seperti endosperm pada
famili Graminae dan cotyledon pada legume.
Diketahui bahwa 5-7% kadar lemak dan minyak (fats and oil) turun
dengan penundaan ini pada tanaman cerealia.
Penundaan panen yang cukup lama pada keadaan cuaca jelek dapat
menurunkan berat kering 15-25%. Sehingga menyebabkan turunnya hasil. Asam
lemak bebas sebagai hasil perombakan lemak akan menyebabkan pembusukan
pada biji kedele. Hal ini sekaligus akan menurunkan mutu biji kedele.
Oleh sebab itu disarankan agar panenan dilakukan pada waktu berat kering
maksimum segera setelah masak fisiologis tercapai, jadi panenlah seawal
mungkin.
Setelah masak fisiologis dicapai maka biji masuk ke dalam periode yang
disebut “post maturity period” sampai waktu panen. Periode waktu ini juga
disebut masa pra-panen (pre-harvest period). Masa pra-panen ini tidak boleh
terlalu lama. Dengan membiarkan biji terlalu lama di lapangan akan menyebabkan
biji mengalami “deterioration” (rusak) lebih cepat karena lapangan (field)
bukanlah merupakan tempat penyimpanan yang baik. Lapangan tidak bisa
dikuasai terutama terhadap suhu dan kelembaban udara.
Sering dialami oleh para petani di daerah tropis dengan padi varietas
unggul seperti varietas PB5 dan PB8 apabila terlambat dipanen atau terlalu lama
tinggal di lapangan sesudah panen, maka terlihat gabahnya (lemma dan palea)
menjadi hitam dan berasnya menjadi putih mengapur (normalnya putih bening).
GAMBAR
Daya Kecambah dan Daya Tumbuh Biji (Seed Viability and Seed Vigor)
Akan tetapi bibit atau tanaman yang berasal dari biji yang sangat muda ini,
lemah karena:
Kurva vigor dan “size” dari pada biji hampir bersamaan, (paralel), begitu
juga terhadap kurva berat kering. “maximum vigor”, “maximum size”, dan
“maximum dry weight” tercapai pada waktu yang sama yaitu pada saat
tercapainya masak fisiologis. Setelah masak fisiologis tercapai, “size” dan “vigor”
ini menurun sesuai dengan keadaan lapangan yang jelek. Bertambahnnya lama biji
tadi berada di lapangan sesudah masak fisiologis tercapai, vigor dan size kian
turun.
Jadi untuk mendapatkan biji dengan viability dan vigor yang tinggi,
dianjurkan pemanenan jangan terlalu lambat (terlalu lama sesudah masak
fisiologis). Lakukanlah panenan pada saat maximum vigor dan maximum dry
weight untuk memproleh biji dna kualitas tinggi baik dalam arti botanis atau
ekonomis.
Dibandingkan dengan berat kering, viability dan vigor turun lebih cepat
setelah masak fisiologis. Fase sesudah masak fisiologis ini disebut “post maturity
period” sampai pada saat panen. Pengaruh lingkungan pada periode ini lebih
“significant” (nyata) terhadap kualitas biji daripada kuantitas. Umumnya pengaruh
lingkungan tersebut dapat dibedakan atas:
Pada periode ini atau lepas panen termasuk pada penyimpanan (storage),
proses metabolisme pada biji dihentikan (tidak seluruhnya). Juga proses-proses
translokasi gula, asam lemak dan asam amino sebagai hasil perombakan
karbohidrat, lemak dan protein, berurutan, dihentikan. Perombakan karbohidrat
(zat tepung) oleh enzym amylase, perombakan lemak (lipids) oleh enzym lipase,
dan perombakan protein oleh enzym proteinase dihentikan.
Pernapasan pada biji kering hampir tidak mungkin diukur, baik terhadap
pengambilan O2 maupun CO2 yang dilepaskan. Hal ini disebabkan oleh karena
pertukaran gas pada biji kering ini sangat rendah. Besarnya pertukaran gas ini
sangat tergantung kepada kadar air biji, dimana bertambah besar apabila kadar air
biji meningkat dan sebaliknya.
Penurunan kadar air biji sampai dibawah satu persen pada biji bertipe buah
kering seperti pada ceralia dapat memperpanjang umur biji, artinya biji dapat
disimpan lebih lama tanpa sedikit sekali mengalami kerusakan. Pada keadaan ini
proses pernapasan pada biji tersebut dihentikan atau “rate of respiraton” sukar
diukur. Perbandingan antar oksigen yang diambil (QO2) dan karbondioksida yang
dikeluarkan (QCO2) disebut “respiratory quotient” (RQ), jadi RQ = QCO2 / QO2.
Umumnya sewaktu biji kering menyerap air terjadi peningkatan pertukaran
gas (gas exchange) dimana hal ini terbukti dengan segera tertangkapnya gas yang
dilepaskan dari biji tersebut. Suatu masalah yang kompleks terdapat dalam
mengukur besarnya pertukaran gas pada biji kering itu dengan tepat. Hal ini
disebabkan karena ternyata pada umumnya suatu tumpukan biji terkontaminasi
oleh bakteri dan cendawan baik pada kulit biji maupun sering dijumpai di antara
kulit biji dan biji. Micro-organisme ini juga mempunyai tipe pernapasan yang
sama dnegna biji. Jadi sewaktu pengukuran besarnya pertukaran gas biji,
termasuklah gas yang dipertukarkan oleh mikro organisme tadi yang tidak
diketahui besarnya.
Sering juga kulit biji tersebut “permeable” untuk gas seperti oksigen dan
karbondioksida, walaupun “permeable” untuk air (lewat air). Sebagai contoh kulit
biji yang permeable untuk oksigen ditemukan pada biji Xanthium, dimana kulit
yang terletak sebelah atas dalam buahnya kurang “permable” terhadap O 2
dibandingkan dengan biji sebelah bawah