Anda di halaman 1dari 11

OBYEK WISATA KARANGSAMBUNG

ASPEK FISIK

Karangsambung terletak di Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah,


Indonesia. Karangsambung terletak di sebelah utara Kabupaten Kebumen dengan
luas wilayah 101, 150 km. Batas wilayah di sebelah Utara adalah Banjarnegara,
sebelah Timur adalah Wadaslintang, sebelah Selatan adalah Kebumen, dan sebelah
Barat adalah Gombong. Secara geografis, daerah Karangsambung mempunyai
koordinat 7º34’00” - 7º36’30” LS dan 109º37’00” - 109º44’00” BT. Suhu udara
pada saat pengamatan adalah 32ºC.
Daerah Karangsambung dilewati oleh sungai besar yang disebut Sungai Luk
Ulo dan sungai - sungai kecil yang bermuara di Luk Ulo. Sungai Luk Ulo mengalir
dari Utara hingga ke Selatan yang memblah bukitan Waturanda dan Gunung Brujul.
Sungai Luk Ulo memiliki peran penting dalam pembentukan morfologi di daerah
Karangsambung yang berhubungan dengan proses erosi dan sedimentasi. Sungai
Luk Ulo pun dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan.
Morfologi daerah Karangsambung merupakan perbukitan struktural, disebut
sebagai kompleks melange. Tinggian yang brada di daerah ini adalah Gunung
Waturanda, Bukit Sipako, Gunung Paras, Gunung Brujul, serta Bukit Jatibungkus.
Berikut ini akan dijelaskan fenomna geologi yang menjadi morfologi daerah
Karangsambung.

Kenampakan Bentang Alam Karangsambung


1. Daerah Morfologi Yang Datar
Terletak di sekitar wilayah aliran Sungai Luk Ulo. Sungai ini merupakan
sungai utama yang mengalir dari Utara ke Selatan mengerosi batuan
melange tektonik, melange sedimenter, dan sedimen tersier (Formasi
Panosogan, Formasi Waturanda, Formasi Halang). Morfologi pada daerah
ini terletak pada inti antiklin sehingga tidak menghrankan apabila di daerah
ini tersingkap batuan melange yang berumur tua, terdiri atas konglomerat,
lava bantal, rijang, lempung merah, chert dan batugamping fusulina.
2. Morfologi daerah perbukitan
Disusun oleh batuan melange tektonik, batuan beku, batuan sedimen tersier
dan batuan vulkanik kuarter. Perbukitan yang disusun oleh melange
tektonik dan intrusi batuan beku umumnya membentuk morfologi
perbukitan yang puncak perbukitannya terpotong – potong atau terpisah –
pisah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bentuk
perbukitan antara batuan melange dengan batuan sedimen tersier/ vulkanik.
3. Perbukitan Pegunungan Kompleks Melange
Satuan morfologi ini memperlihatkan bukit-bukit memanjang dengan DAS
Sungai Gebong dan Sungai Cacaban yang membentuk rangkaian Gunung
Wangirsambeng, Gunung Sigedag dan Bukit Siapako. Puncak Gunung
Wangirasambeng berupa bentukan panorama bukit memanjang dengan
perbdaan ketinggian antara 100-300 mdpl. Daerah ini juga memperlihatkan
bukit – bukit prismatik hasil proses tektonik.
4. Lajur pegunungan serayu selatan
Bagian Utara kawasan geologi Karangsambung merupakan bagian dari lajur
pegunungan serayu selatan. Pada umumnya daerah ini terdiri atas dataran
rendah hingga perbukitan menggelombang dan perbukitan tak teratur yang
mencapai ketinggian hingga 520 m.

Susunan formasi batuan yang menyusun lapisan batuan di Karangsambung


Selama pengamatan di lapangan, terdapat 5 formasi batuan yang menyusun
lapisan batuan di Karangsambung. Berikut ini adalah formasi batuan
Karangsambung yang diurutkan berdasarkan umur dari tua ke muda.
1. Formasi Luk Ulo (kompleks melange luk ulo)
Luk Ulo merupakan formasi tertua berupa batuan melange yang berumur
pre-tersier. Batuannya meliputi lempung hitam, lava bantal yang
berasosiasi dengan rijang dan gamping merah, dan ofiolit yang tersisipkan
diantara batuan sekis. Batuan – batuan tersebut merupakan hasil dari
pencampuran secara tektonik pada jalur penujaman (zona subduksi) yang
juga telah melibatkan batuan – batuan asal kerak benua dan kerak samudra.

Kenampakan batuan gamping merah, rijang, dan lava bantal di Formasi Luk Ulo

2. Formasi Karangsambung
Formasi Karangsambung terdiri dari batulempung abu –abu yang
mengandung concression besi, batugamping numulites, konglomerat, dan
batu pasir kuarsa polemik yang berlaminasi. Umur formasi Karangsambung
ini adalah dari Eosen Tengah (45 juta tahun) sampai Eosen Akhir (36 juta
tahun) dilihat dari adanya foraminifera plankton.
Kenampakan formasi karangsambung

3. Formasi Totogan
Formasi Totogan ditandai dengan batulempung berwarna coklat, kadang –
kadang ungu dengan struktur scally (menyerpih). Terdapat juga fragmen
berupa batukarang yang terperangkap pada batulumpur, batupasir,
batukapur fosil dan batuan beku. Umur dari Formasi Totogan adalah
Oligosen (36-25 juta tahun).

4. Formasi Waturanda
Usia Formasi waturanda ini hanya dapat ditentukan secara langsung
berdasarkan posisi stratigrafi ke bawah diperkirakan sebagai usia Miosen
(25,2-5,2 juta tahun) yang terdiri dari breksi vulkanik, dan batupasir wacke
dengan sisipan batulempung di bagian atas. masa dasar batupasir berwarna
abu-abu dengan butir sedang hingga kasar, terdiri atas kepingan batuan beku
dan obsidian.
Kenampakan letak formasi waturanda

5. Formasi Penosogan
Formasi Penosogan diendapkan di atas Formasi Watiranda dengan litologi
berupa perubahan secara berangsur dari satuan breksi ke arah atas menjadi
perselingan batupasir tufan dan batulempung merupakan ciri batas dari
Formasi Penosogan yang terletak selaras di atasnya. Secara umum formasi
terdiri dari perlapisan tipis sampai sedang batupasir, batulempung, sebagian
gampingan, dan kalkarenit.
OBYEK WISATA PANTAI PANDAWA

ASPEK FISIK

Obyek wisata Pantai Pandawa terletak di Desa Kutuh, Kecamatan Kuta


Selatan, Kabupaten Badung, Prov. Bali. Koordinat obyek. Pantai Pandawa sendiri
terletak pada 08o 40’ 49’’ Selatan dan 115o 08’ 36” Timur. Iklim yang ada di Pantai
Pandawa adalah iklim topis dengan kondisi cuaca saat itu panas. Suhu udara saat itu
36oC pada pukul 13.00 WITA. Kelembaban udara sebesar 25%. Arah angin
berhembus dari arah barat daya ke arah timur laut dengan kecepatan angin sebesar
180 m/jam. Jenis awan yang dijumpai adalah awan cumulus.
Bentuk lahan yang dapat di temui di Pantai Pandawa adalah bentuk lahan
Marine. Dimana bentuk lahan marine dipengaruhi oleh adanya air laut. Topografi di
wilayah Pantai Pandawa bervariasi mulai dari berbukit, bergelombang, dan
landai/datar. Kemiringan lereng masuk dalam kategori sedang sebesar 15-25 %.
Kenampakan bentuk lahan yang bisa dilihat adalah patahan. Tenaga geologi yang
dominan dalam pembentukan Pantai Pandawa adalah campuran yaitu adanya
aktivitas antara endogen dan eksogen. Jenis batuan yang ditemukan disini ialah
batuan sedimen dengan warna batuan gelap dan tekstur batuan yang keras. Tekstur
tanah yang ditemukan adalah pasir dengan struktur tanah remah. Warna tanah adalah
cream ( krim ) dengan pH tanah sebesar 7 . Permebalitas tanah adalah cepat karena
pasir sangat mudah menyerap tanah. Kenampakan erosi dapat terlihat secara jelas.

Kenampakan alam Pantai Pandawa


Dilihat dari segi oseanografi jenis pantai pada Pantai Pandawa adalah pantai
landau yaitu pantai dengan permukan relatif landau Material pantai yaitu terdiri dari
Sandy Beach ( pantai pasir ) dimana material utama penyusun pantai Pandawa
adalah pasir. Ditemukan ekosistem yaitu rumput laut yang menandakan terdapat
banyak binatang laut yang ada di Pantai Pandawa. Kecepatan angina disana sebesar
180 m/jam.
OBYEK WISATA BEDUGUL

ASPEK FISIK

Obyek wisata Bedugul atau objek wisata Danau Beratan dengan pura Ulun
Danu terletak di Desa Bedugul, Kabupaten Tabanan, Prov. Bali. Koordinat obyek.
Pantai Pandawa sendiri terletak pada 08o 16’ 32’’ Selatan dan 115o 09’ 55” Timur.
Iklim yang ada di Pantai Pandawa adalah iklim topis dengan kondisi cuaca saat itu
sejuk. Suhu udara saat itu 24oC pada pukul 16.45 WITA. Kelembaban udara sebesar
74%. Arah angin berhembus dari arah tenggara dengan kecepatan angin sebesar 14
m/jam. Kawasan Danau Bratan memiliki ketinggian kurang lebih 1.228 mdpl,
dengan jenis awan yang dijumpai adalah awan cumulus.

Kenampakam Pura Ulun Danu Di Danau Beratan (Danau Bedugul)

Topografi daerah di Bedugul berkontur yaitu wilayahnya bergelombang


dengan terdapatnya perbukitan, pegunungan dan lereng yang cukup curam. Danau
Beratan terletak di balik perbukitan sehingga saat perjalanan menuju Danau Beratan
melalui jalan yang berkelok – kelok. Bedugul berada di dataran tinggi dan gunung
dengan terdapat 3 danau (Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan)
ditunjang hutan yang masih alami.
Penggunaan lahan di wilayah Bedugul digunakan sebagai lahan pertanian
khususnya tanaman yang tumbuh di daerah dataran tinggi. Masyarakat
memanfaatkan ketinggian tempat yang memiliki tanah subur tepat digunakan
sebagai lahan pertanian. Kawasan Bedugul–Pancasari sebagian besar wilayahnya
merupakan kawasan lindung dan kawasan pertanian.
OBYEK WISATA TAMAN NASIONAL BALURAN

ASPEK FISIK

Taman Nasional Baluran adalah salah satu taman nasional di Indonesia yang
terletak di wilayah Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Secara geografis Taman
Nasional Baluran berada di koordinat 7°55’55’’Selatan dan 114°29’10’’Timur.
Kawasan yang dikenal mempunyai tipe ekosistem khas Benua Afrika ini meliputi
wilayah seluas kurang lebih 25.000 hektar, dengan kondisi topografinya terdiri dari
topografi datar, bergelombang, berbukit, sampai dengan bergunung-gunung..
Iklim yang ada di Taman Nasional Baluran adalah iklim topis dengan
kondisi cuaca saat itu panas. Suhu udara saat itu 35 oC pada pukul 14.08 WIB.. Arah
angin berhembus dari arah tenggara ke barat dengan kecepatan angin sebesar 90
m/jam. Kawasan Taman Nasional baluran ini memiliki ketinggian kurang lebih
1.247 mdpl, dengan puncak tertinnginya terdapat di puncak Gunung Baluran.
Taman Nasional baluran memiliki musim kemarau lebih panjang daripada musim
penghujan dengan perbandingan musim kemarau biasanya berlangsung selama 4
hingga 9 bulan dalam satu tahun, sedangkan musim hujan hanya berlangsung selama
kurang lebih 3 bulan setiap tahun. Hal ini terjadi dikarenakan arus tenggara yang
cenderung lebih kuat sepanjang kisaran bulan April hingga bulan Oktober dan bulan
November.

Kenampakan bentang alam Taman Nasional Baluran


Dengan musim kemarau yang berlangsung lebih lama ini, maka karakteristik
lahan di kawasan ini adalah ekosistem padang rumput. Hal ini juga disebabkan oleh
jenis tanah yang umumnya bersifat pejal, sehingga areal di sekitar padang rumput
tidak mempunyai terlalu banyak sumber air atau tandus.
Curah hujan di kawasan Baluran berada pada kisaran 900 hingga 1.600 mm per
tahun. Beberapa ekosistem yang terdapat di Taman Nasional Baluran yaitu
ekosistem hutan pantai, ekosistem mangrove, ekosistem savana, ekosistem hutan
musim, ekosistem kering pegunungan, dan ekosistem riparin. Tipe hutan-hutan
tersebut pada dasarnya berbeda dengan tipe hutan yang pada umumnya di Pulau
Jawa, terutama di Provinsi Jawa Barat. hal ini disebabkan oleh angin moonson yang
datang dengan membawa uap air yang sedikit, sehingga curah hujan yang terjadi
tidak terlalu besar. Selain flora, adapun beberapa fauna yang ada di Taman Nasional
Baluran yaitu antara lain banteng, kerbau liar, kijang, rusa, macan tutul, dan kancil

Anda mungkin juga menyukai