Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun oleh:
Kelompok V
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena anugerah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan pada
Lansia dengan Diabetes Melitus” ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang
sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat di pahami oleh siapa saja yang
membacanya, dan semoga dapat bermanfaat bagi diri saya sendiri dan bagi siapa
saja yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf jika ada kata yang kurang
berkenan, dan kami mohon adanya kritik dan saran agar dapat memperbaiki di
saat yang akan datang.
i
Kelompok V
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Perubahan pada Sistem Endokrin Lansia dengan Diabetes Melitus.............3
B. Patofisiologi Diabetes Melitus pada Lansia..................................................3
C. Manifestasi Klinis Diabetes Melitus pada Lansia.........................................5
D. Penatalaksanaan Keperawatan pada Lansia dengan Diabetes Melitus.........5
E. Prinsip – Prinsip Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier untuk
Penatalaksanaan Diabetes Melitus pada Lansia...................................................6
F. Peran Perawat pada Lansia dengan Diabetes Melitus.................................11
G. Pemeriksaan Penunjang pada Lansia dengan Diabetes Melitus.................11
H. Menu diet lansia dengan diabetes mellitus.................................................13
I. Perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh)....................................................16
J. Diagnosa yang Muncul pada Lansia dengan Diabetes Melitus..................18
K. Telaah Jurnal Intervnesi(EBP)....................................................................18
L. Intervensi yang diterapkan pada Lansia dengan Diabetes Melitus.............20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat ini, jumlah usia lanjut (lansia, berumur >65 tahun) di dunia
diperkirakan mencapai 450 juta orang (7% dari seluruh penduduk dunia), dan
nilai ini diperkirakan akan terus meningkat. Sekitar 50% lansia mengalami
intoleransi glukosa dengan kadar gula darah puasa normal.1,2 Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Melitus maupun
Gangguan Toleransi Glukosa (GTG) meningkat seiring dengan pertambahan
usia, menetap sebelum akhirnya menurun. Dari data WHO didapatkan bahwa
setelah mencapai usia 30 tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg%/tahun
pada saat puasa dan akan naik sebesar 5,6-13 mg%/tahun pada 2 jam setelah
makan.1,3 Seiring dengan pertambahan usia, lansia mengalami kemunduran
fisik dan mental yang menimbulkan banyak konsekuensi. Selain itu, kaum
lansia juga mengalami masalah khusus yang memerlukan perhatian antara lain
lebih rentan terhadap komplikasi makrovaskular maupun mikrovaskular dari
DM dan adanya sindrom geriatri. Tulisan ini membahas perkembangan tata
laksana DM tipe 2 pada lansia dengan penekanan pada aspek khusus yang
berkaitan dengan bidang geriatri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa kaitannya perubahan pada sistem endokrin lansia dengan diabetes
melitus ?
2. Bagaimana patofisiologi diabetes melitus pada lansia ?
3. Apa saja manifestasi klinis diabetes melitus pada lansia ?
4. Apa saja penatalaksanaan keperawatan pada lansia dengan diabetes
melitus ?
5. Apa saja prinsip – prinsip pencegahan primer, sekunder dan tersier untuk
penatalaksanaan diabetes melitus pada lansia ?
6. Bagaimana peran perawat pada lansia dengan diabetes melitus ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada lansia dengan diabetes melitus ?
1
2
8. Apa saja diagnosa yang muncul pada lansia dengan diabetes melitus ?
9. Apa saja intervensi yang dapat di terapkan pada lansia dengan diabetes
melitus ?
C. Tujuan
1. Menjelaskan kaitannya perubahan pada sistem endokrin lansia dengan
diabetes melitus.
2. Memahami patofisiologi diabetes melitus pada lansia.
3. Menyebutkan manifestasi klinis diabetes melitus pada lansia.
4. Menyebutkan penatalaksanaan keperawatan pada lansia dengan diabetes
melitus
5. Menyebutkan prinsip – prinsip pencegahan primer, sekunder dan tersier
untuk penatalaksanaan diabetes melitus pada lansia.
6. Menjelaskan peran perawat pada lansia dengan diabetes melitus.
7. Menjelaskan pemeriksaan penunjang pada lansia dengan diabetes melitus.
8. Memilih diagnosa yang muncul pada lansia dengan diabetes melitus.
9. Merencanakan intervensi yang dapat di terapkan pada lansia dengan
diabetes melitus ?
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Terdapat dua tipe yang dominan pada penderita diabetes. Diabetes melitus
tergantung insulin (insulin-dependent diabetes melitus [IDDM]), atau diabetes
tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endogen
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama
dialami oleh orang yang lebih muda. Diabetes melitus tidak tergantung insulin
(non insulin-dependent diabetes melitus [NIDDM]), atau diabetes tipe II,
adalah bentuk yang paling sering pada penyakit ini. Antara 85 -90% orang
dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, erat kaitannya dengan obesitas dari
pada dengan ketidakmampuan untuk memproduksi insulin.
1. Polidipsi
2. Gejala kronis yang sering adalah lemah badan, kesemutan, penurunan
kemampuan seksual, penglihatan kabur, kaku otot, nyeri kepala
3. Berat badan bertambah disususl dengan mual muntah dan ketoasisdosis
diabetes
4. Poliuri
5. Gula darah puasa diatas 120 mg/dL, gula darah 2 jam PP diatas 200 mg/dL
6. Edema
7. Polidipsia
F. Penatalaksanaan Keperawatan pada Lansia dengan Diabetes Melitus
Perawat memainkan peran sebagai fasilitator terhadap lannsia
yangmengalami NIDDM. Perawat mempunyai peran untuk mengajarkan
keterampilan perawatan diri yang diperlukan, mendorong klien untuk
mengambil tanggung jawab dalam merencanakan makanannya, pemberian
obat, latihan atau aktivitas, pemantauan secara mandiri, dan perawatan
preventif lainnya seperti :
1. Kebutuhan keamanan
Kecelakaan yang terjadi akibat penglihatan yang menurun dapat dicegah
dengan pengkajian secara seksama terhadap lingkungan rumah, meniadakan
potensial bahaya, prosedur penggunaan lensa.
2. Menghindari cedera
Menghindari luka bakar atau cedera sangat penting terutama pada klien
lansia dengan diabetes melitus karena berkurangnya sirkulasi dengan sensasi
6
puasa dan harus dilakukan untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal
NIDDM.
3. Pencegahan tersier
Untuk meningkatkan rehabilitas yang tepat dan kembali lagi pada gaya
hidup normal, seseorang yang didiagnosis diabetes harus menerima perawatan
berkelanjutan untuk memfasilitasi tujuan ini. Stimulasi sensoris selama
perawatan akut terus meningkatkan defisit normal dan defisit terkait penyakit
yang dapat terjadi. Beri dorongan kepada lansia untuk mempertahankan atau
memiliki tanggung jawab terhadap aspek perawatan sebanyak mungkin yang
memberikan tanda bagi klien bahwa eksistensi yang berarti mungkin dicapai,
bahkan ketika menghadapi penyakit kronis. Pengendalian glikemia, yang
melibatkan pemeliharaan kadar gula darah dalam batas aman biasanya
dilakukan oleh pemberi perawatan primer, khusunya sangat penting bagi klien
lansia.
Pertama, klien harus menerima nutris yang adekuat dan beristirahat dengan
aman, lingkungan yang tenang untuk sembuh kemabli dari trauma
pembedahan dengan baik. Klien juga dapat terbebas dari rasa nyeri dan tidak
11
nyaman, khusunya nyeri “phantom” pada tungkai yang hilang, yang hal ini
terutama sangat minimbulkan distres. Kedua, ekstremitas yang tersisa harus
dipantau untuk mengetahui tanda-tanda infeksi atau komplikasi lain selama
proses penyembuhan. Ketiga, program latihan yang terstruktur untuk
menyiapkan klien berjalan dengan prostesis harus dilakukan, tingkatkan sesuai
peningkatan mobilitas yang dialami klien. Akhirnya, klien harus mendapatkan
dukungan dan bantuan ketika ia sedang berduka tidak hanya untuk tungkainya
yang hilang, tetapi juga untuk diri klien sebelum ia diamputasi. Pertemuan
dengan orang-orang yang telah berhasil mengahadapi pengalaman seperti ini
akan dapat membantu dan memberikan kepada klien.
Jenis Hidangan
Wakt 2500 kilokalori 2000 1700
u kilokalori kilokalori
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan
alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa,
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi,
sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih
panjang. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus
berikut:
Kategori IMT
Endang Prangdimurti
Nela Eska Putri
Tahun : 2016
Telaah Jurnal
P : Penderita diabetes mellitus tipe 2
I : Kelompok intervensi diberikan tahu kedelai hitam sebanyak 80g
selama 30 hari
C : Kelompok kontrol tidak diberikan tahu kedelai hitam
O : Hasil analisis menunjukkan setelah intervensi terjadi peningkatan
aktivitas antioksidan (4,77±9,49%), sebaliknya terjadi penurunan
kadar MDA (2,11±1,73 nmol/mL) dan AST/ALT (7,73±16,72
U/L)/ ALT (3,55±12,79 U/L). Tahu kedelai hitam kaya serat
berpotensi dalam meningkatkan kesehatan penderita DM tipe 2.
T : International Federation of Clinical Chemistry (IFCC)
20
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
5. Anjurkan klien kadar gula dalam
menggunakan pelembab darah
pada kulit kaki yang 5. Jika kaki pasien
kering, kerinh maka akan
6. Instruksikan klien mengalami kerusakan
mengenai faktor-faktor pada kulit.
yang menggaggu sirkulasi 6. Karena jika kita
darah, mis: kekurangan sebagai perawat tidak
asupan nutrisi, kurangnya memberikan edukasi
mengkonsumsi air putih, mengenai faktor-
kurang berolahraga, faktor yang
obesitas dan tingkat stress. mengganggu sirkulasi
darah maka pasien
tidak akan
mengontrol
aktifitasnya.
2 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau perkembangan 1. Agar luka tidak
jaringan b.d nekrosis keperawatan selama 3 x 24jam, kerusakan kulit klien semakin parah dan
22
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
kerusakan jaringan kerusakan integritas jaringan setiap hari penyembuhan luka
(nekrosis luka dengan kriteria hasil : . terpantau.
gangrene) Nekrosis berkurang 2. Cegah penggunaan linen 2. Karena jika
Tidak ada perluasan tepi bertekstur kasar dan jaga pemakaian linen
luka linen agar tetap bersih, kasar membuat pasien
Mengurangi bau akibat tidak lembab, dan tidak tidak nyaman.
gangren kusut. 3. Agar luka tersebut
3. Lakukan perawatan luka dapat membaik setiap
harinya.
3 Risiko mata kering b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda 1. Karena jika terjadi
diabetes mellitus keperawatan selama 3 x 24jam, kemerahan, cairan, atau kemerahan maka
risiko mata kering dengan ulserasi (luka terbuka akan mengakibatkan
kriteria hasil : yang sulit untuk adanya infeksi pada
Tidak ada penglihatan kabur sembuh). luka tersebut.
Dapat menangkap 2. Intruksikan pasien tidak 2. Agar mata pasien
penglihatan terpusat kanan menggosok mata. tidak semakin buram.
3. Kolaborasikan dengan 3. Untuk memberikan
23
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
dokter mata terkait tindak lanjut terhadap
penyembuhan mata. mata pasien dan
pasien mengetahui
perkembangan pada
matanya.
4. Gunakan tetes mata 4. Untuk memberikan
untuk melembabkan jika rasa nyaman terhadap
diperlukan. pasien.
5. Catat riwayat pengobatan 5. Untuk mengetahui
pasien dan riwayat alergi alergi obat dan
obat. mengganti dosis obat
sebelumnya.
4. Keletihan b.d kelesuan Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan dengan klien
fisiologis keperawatan selama 3 x 24jam, jenis dan banyaknya
tingkat kelelahan dengan kriteria aktivitas yang bisa
hasil : dilakukan.
Kelelahan berkurang 2. Anjurkan klien menjaga
asupan nutrisi adekuat.
24
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Keletihan berkurang 3. Monitor sistem
Tingkat stres berkurang kardiorespirasi klien (TD,
nadi, RR)
4. Lakukan ROM aktif/pasif
untuk mengurangi
ketegangan otot.
5. Anjurkan tidur siang.
5. Resiko cedera b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan keluarga klien 1. Pencahayaan yang cukup
gangguan sensasi keperawatan selama 3 x 24jam, menyediakan membantu agar pasien
pengetahuan pencegahan jatuh pencahayaan yang cukup melihat dengan jelas dan
dengan kriteria hasil : terang. tidak mudah jatuh
Alas kaki yang tepat 2. Anjurkan klien 2. Alas kaki yang nyaman
Pengunaan pencahayaan menggunakan alas kaki membatu pasien agar
lingkungan yang benar yang aman. tidak terjadi kerusakan
Strategi untuk menjaga 3. Anjurkan klien pada kulit dan
permukaan lantai tetap aman menghindari permukaan mengurangi risio lecet.
(2-4) lantai yang licin. 3. Menghidari terjadinya
4. Ajarkan klien untuk cedera.
25
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kondisi kronis yang memodifikasi gaya 4. Untuk menjaga
meningkatkan risiko jatuh berjalan (terutama kesehatan kaki pada
(2-4) kecepatan dan penderita diabetes
pergerakan). mellitus.
6. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk mengetahui
manajemen kesehatan keperawatan selama 3 x 24jam, klien tentang proses pengetahuan pasien
b.d kurang pengetahuan tentang kesehatan penyakit. mengenai penyakit yang
pengetahuan manajemen diri dengan kriteria 2. Berikan penyuluhan dialaminya sehingga
hasil : tentang penyakit klien intervensi yang diberikan
Melakukan tindakan dengan Diabetes Melitus tepat.
pencegahan dengan 3. Jelaskan tentang program 2. Pasein paham mengenai
perawatan kaki (1-4) terapi. penyakit yang
Menjalani aturan pengobatan 4. Diskusikan tentang dialaminya.
sesuai resep (2-4) perubahan gaya hidup. 3. Terapi yang tepat
Memantau glukosa darah (3- 5. Ajarkan teknik relaksasi diberikan agar sesuai
5) otot progresif. dengan keadaan pasien
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
direkomendasikan (2-4) menunjang untuk
Berpartisipasi dalam pemberian intervensi.
olahraga yang 5. Untuk menurunkan
direkomendasikan (1-4) ketegangan otot pada
Melakukan kebiasaan hidup pasien
yang rutin (2-4)
7. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 7. Monitor kadar glukosa 1. Glukosa darah
kadar glukosa dalam keperawatan selama 3 x 24jam, darah merupakan indicator dari
darah ketidakefektifan perfusi jaringan 8. Monitor adanya poliuri, stabil tidaknya kadar
perifer dengan kriteria hasil : polipagi, dan polidipsi gula dalam darah.
Kadar glukosa dalam 9. Intruksikan pasien untuk 2. Poliuri, polipagi dan
darah pasien dapat stabil mengurangi konsumsi polidipsi merupakan
Poliuri, polidipsi dan makanan yang tanda dan gejala
polipagi pasien mengandung tinggi gula hiperglikemi.
berkurang. dan lemak. 3. Konsumsi gula berlebih
10. Lanjutkan intervensi mengakibatkan
pemberian terapi insulin bertambah tingginya
27
Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
dan diit ekstra putih kadar glukosa dalam
telur darah.
4. Insulin bermanfaat untuk
menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Kushariyadi. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba
Medika.
Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Ed. 2. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Nanda Triandita, Fransiska R. Zakaria, Endang Prangdimurti dan Nela Eska Putri.
dengan Tahu Kedelai Hitam Kaya Serat. Bogor: J. Teknol. dan Industri