TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN COVID-19
Covid-19 merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh virus
corona . Nama ini diberikan oleh WHO (World Health Organzation)
sebagi nama resmi penyakit ini. Covid sendiri merupakan singkatan dari
Corona Virus Disease-2019. Covid-19 yaitu penyakit yang disebabkan
oleh severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
atau yang sering disebut virus corona yang menyerang saluran
pernafasan sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas
serta nyeri tenggorokan dengan presentasi klinis yang sangat beragam,
mulai dari asimtomatik, gejala ringan sampai berat, bahkan sampai
kematian.
Menurut situs WHO, virus corona adalah keluarga besar virus
yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Pada
manusia corona diketahui menyebabkan infeksi pernafasan mulai dari flu
biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrme
(SARS).Virus ini mampu mengakibatkan orang kehilangan nyawa
sehingga WHO telah menjadikan status virus corona ini menjadi
pandemic.
13
Gambar 1. Struktur Coronavirus
B. ETIOLOGI
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama
spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut
SARS-CoV-2.
1. Virologi
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung
genom single-stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona
mempunyai proyeksi permukaan (spikes) glikoprotein yang
menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan berukuran
80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama
SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M),
glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein
aksesoris lainnya.
Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus,
yaitu alpha coronavirus (alphaCoV), beta
coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV), dan gamma
coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya
memiliki karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar
dan hewan pengerat, sedangkan deltaCoV dan gammaCoV umumnya
ditemukan pada spesies avian.
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2%
sekuens genom SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh
sebab itu, kelelawar dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-
CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar 60–140 nm dan dapat
secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether (75%),
ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksi asetat,
dan kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada
aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan
lebih stabil dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72
jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.
2. Transmisi
Kasus COVID-19 pertama kali ditemukan di pasar basah di
Kota Wuhan yang menjual binatang hidup eksotis. Oleh sebab itu,
transmisi binatang ke manusia merupakan mekanisme yang paling
memungkinkan. Berdasarkan hasil genom SARS-CoV-2, kelelawar
dipercayai menjadi inang asal. Akan tetapi, inang perantara karier dari
virus ini masih belum diketahui secara pasti.
Transmisi antarmanusia dapat terjadi melalui droplet yang
dikeluarkan saat individu yang terinfeksi batuk atau bersin pada jarak
± 2 meter. Droplet yang hinggap pada mulut atau hidung dapat
terinhalasi ke paru-paru dan menyebabkan infeksi. Kontak pada
barang yang sudah terkontaminasi oleh droplet pasien COVID-19,
yang diikuti dengan sentuhan pada mulut, hidung, atau mata tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu juga dapat menjadi salah satu
transmisi penyebaran virus, walaupun rute ini bukan transmisi utama
penyebaran virus.[1,2,9,10]
Transmisi vertikal dari ibu ke janin secara intrauterine atau saat
lahir pervaginam sampai sekarang belum diketahui secara pasti.
Gambar 2. Ilustrasi transmisi Coronavirus
3. Faktor Risiko
Faktor risiko COVID-19 sampai sekarang belum diketahui
secara menyeluruh. Faktor risiko utama dari penyakit COVID-19
adalah:
a. Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19
b. Kontak langsung terhadap pasien yang sudah dikonfirmasi
COVID-19
Beberapa faktor risiko yang mungkin dapat meningkatkan risiko
mortalitas pada pasien COVID-19, antara lain:
a. Usia >50 tahun
b. Pasien imunokompromais, seperti HIV
c. Hipertensi
d. Diabetes mellitus
e. Penyakit keganasan, seperti kanker paru
f. Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
g. Penyakit paru obstruktif kronis
h. Disfungsi koagulasi dan organ
i. Wanita hamil
j. Skor Sequential Organ Failure Assessment (SOFA) yang tinggi
k. Neutrofilia
l. D-dimer >1 µg/L
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi
protein spike virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding
genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.
Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang
ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus
kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada
reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi
sebagai pengatur receptor binding domain (RBD). Sedangkan subunit S2
memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a
dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC).
Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA
yang mengodekan pembentukan protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,
protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan
partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan
dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus
yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal,
dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah, yang kemudian
menyebabkan gejala pada pasien.
D. MANIPESTASI KLINIS
Gejala Klinis
3. Pneumonia berat
Pada pasien dewasa
● Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi
saluran napas
● Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: >
30x/menit), distress pernapasan berat atau saturasi oksigen pasien
<90% udara luar. 26
Kriteria definisi Severe Community-acquired Pneumonia (CAP)
menurut Diseases Society of America/American Thoracic Society.
Anak:
● Bilevel NIV atau CPAP ≥5 cmH2O melalui masker full wajah :
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg atau SpO2/FiO2 ≤264
● ARDS ringan (ventilasi invasif): 4 ≤ oxygenation index (OI) < 8
or 5 ≤ OSI < 7.5
● ARDS sedang (ventilasi invasif): 8 ≤ OI < 16 atau 7.5 ≤
oxygenation index using SpO2 (OSI) < 12.3
● ARDS berat (ventilasi invasif): OI ≥ 16 atau OSI ≥ 12.3
5. Sepsis
Sepsis merupakan suatu kondisi respons disregulasi tubuh
terhadap suspek infeksi atau infeksi yang terbukti dengan disertai
disfungsi organ. Tanda disfungsi organ perubahan status mental, susah
bernapas atau frekuensi napas cepat, saturasi oksigen rendah, keluaran
urin berkurang, frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, akral
dingin atau tekanan darah rendah, kulit mottling atau terdapat bukti
laboratorium koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau
hiperbilirubinemia.
Skor SOFA dapat digunakan untuk menentukan diagnosis sepsis
dari nilai 0-24 dengan menilai 6 sistem organ yaitu respirasi
(hipoksemia melalui tekanan oksigen atau fraksi oksigen), koagulasi
(trombositopenia), liver (bilirubin meningkat), kardivaskular
(hipotensi), system saraf pusat (tingkat kesadaran dihitung dengan
Glasgow coma scale) dan ginjal (luaran urin berkurang atau tinggi
kreatinin). Sepsis didefinisikan peningkatan skor Sequential (Sepsis-
related) Organ Failure Assesment (SOFA) ≥ 2 poin.
Pada anak-anak didiagnosis sepsis bila curiga atau terbukti
infeksi dan ≥ 2 kriteria systemic inflammatory Response Syndrom
(SIRS) yang salah satunya harus suhu abnormal atau hitung leukosit.
6. Syok septik
Definisi syok septik yaitu hipotensi persisten setelah resusitasi
volum adekuat sehingga diperlukan vasopressor untuk mempertahankan
MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat > 2 mmol/L.
Definisi syok septik pada anak yaitu hipotensi dengan tekanan
sistolik < persentil 5 atau >2 SD dibawah rata rata tekanan sistolik
normal berdasarkan usia atau diikuti dengan 2-3 kondisi berikut :
● Perubahan status mental
● Bradikardia atau takikardia
- Pada balita: frekuensi nadi <90 x/menit atau >160x/menit
- Pada anak-anak: frekuensi nadi <70x/menit atau
>150x/menit26
● Capillary refill time meningkat (>2 detik) atau vasodilatasi hangat
dengan bounding pulse
● Takipnea
● Kulit mottled atau petekia atau purpura
● Peningkatan laktat
● Oliguria
● Hipertemia atau hipotermia
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya:
1. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
Pada pencitraan dapat menunjukkan: opasitas bilateral, konsolidasi
subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan
groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil
dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer paru
dan kemudian berkembang menjadi bayangan multiple ground-glass
dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat, dapat ditemukan
konsolidasi paru bahkan “white-lung” dan efusi pleura (jarang).
A
F. PENATLAKSANAAN MEDIS
1. Tanpa Gejala
a. Isolasi mandiri di rumah 14 hari Pasien dipantau melalui
telepon oleh petugas FKTP Kontrol di FKTP setelah 14 hari
karantina untuk pemantauan klinis Non-farmakologis : Edukasi
kegiatan di rumah (leaflet untuk dibawa ke rumah) Pasien
mengukur suhu tubuh 2-3 kali sehari : Segera berinformasi ke
petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan
suhu tubuh > 38oC Selalu menggunakan masker jika keluar
kamar dan saat berinteraksi dengan anggota keluarga :
angggota keluarga juga gunakan masker Cuci tangan dengan
air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin :
baik pasien dan keluarga Jaga jarak dengan keluarga (physical
distancing) Upayakan kamar tidur sendiri / terpisah :
Perhatikan ventilasi, cahaya dan udara Membuka jendela
kamar secara berkala Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh
tenaga medis).Alat makan-minum segera dicuci dengan air dan
sabun Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap
harinya Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukkan dalam
kantong plastik / wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian
kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera
dimasukkan mesin cuci Menggunakan APD saat
membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila
memungkinkan sarung tangan dan goggle. Bersihkan kamar
setiap hari , bisa dengan air sabun atau bahan desinfektasn
lainnya Bagi anggota keluarga yang serumah dengan pasien
memeriksakan diri ke FKTP/Rumah Sakit. Jangan sentuh
daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersih Bersihkan
sesering mungkin daerah yg mungkin tersentuh pasien
misalnya gagang pintu dll
b. Farmakologi : Bila terdapat penyakit penyerta / komorbid,
dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin
dikonsumsi. Apabila pasien rutin meminum terapi obat
antihipertensi dengan golongan obat ACE-inhibitor dan
Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter
Spesialis Penyakit Dalam : pertimbangkan ganti Vitamin C
(untuk 14 hari), dengan pilihan ; Tablet Vitamin C non acidic
500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari) , Tablet isap vitamin C
500 mg/12 jam oral (selama 30 hari) , Multivitamin yang
mengandung vitamin C 1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari),
Dianjurkan multivitamin yang mengandung vitamin C,B, E,
Zink , Curcuma 1 tablet /12 jam/oral (10 hari)
2. Gejala Ringan
a. Isolasi mandiri di rumah selama 14 hari
b. Ditangani oleh FKTP, contohnya Puskesmas, sebagai pasien
rawat jalan
c. Kontrol di FKTP setelah 14 hari untuk pemantauan klinis
d. Non Farmakologis : Edukasi terkait tindakan yang harus
dilakukan (sama dengan edukasi tanpa gejala). •
e. Farmakologis : Vitamin C : seperti gejala ringan • Klorokuin
fosfat 500 mg/12 jam oral (untuk 5 hari) ATAU
Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200 mg) 400 mg/24
jam/oral (untuk 5 hari) • Azitromisin 500 mg/24 jam/oral
(untuk 5 hari) dengan alternatif Levofloxacin 750 mg/24 jam
(5 hari) • Obat batuk N-Asetil sistein 200 mg/8 jam/oral (5
hari), dengan alternatif antitusif (DMP,GG,Difenhidramin) 1
tablet/8 jam/oral (3-5 hari) • Curcuma 1 tablet/12 jam/oral (10
hari) • Parasetamol jika demam • Bila diperlukan dapat
diberikan Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam/oral ATAU
Favipiravir (Avigan) 600mg/12 jam / oral (untuk 5 hari)
3. Gejala Sedang
a. Rawat Ruang Perawatan Covid-19/ Rumah Sakit Darurat
Covid-19 selama 14 hari
b. Non Farmakologis : Istirahat total, intake kalori adekuat,
kontrol elektrolit, status hidrasi, saturasi oksigen, Pemantauan
laboratorium : DPLberikut dengan hitung jenis, bila
memungkinkan ditambahkan dengan CRP dan PCT, fungsi
ginjal, fungsi hati dan ronsen dada secara berkala.
c. Farmakologis : Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena
(IV) selama perawatan • Klorokuin fosfat 500 mg/12 jam oral
(untuk 5-7 hari) ATAU Hidroksiklorokuin (sediaan yg ada 200
mg) hari pertama 400 mg/12 jam/oral, selanjutnya 400 mg/24
jam/oral (untuk 5-7 hari) • Azitromisin 500 mg/24 jam per iv
atau per oral (untuk 5-7 hari) dengan aternatif Levofloxacin
750 mg/24 jam per iv atau per oral (untuk 5-7 hari) • Obat
batuk N-Asetilsistein 200 mg/8 jam/oral (5 hari), kalau tidak
ada bisa pakai antitusif (DMP,GG,Difenhidramin) 1 tablet/8
jam/oral (3-5 hari) • Simtomatis (Parasetamol dan lain-lain). •
Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam oral ATAU Favipiravir
(Avigan sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral
hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-5)
4. Berat
a. Isolasi di ruang isolasi Rumah Sakit Rujukan atau rawat secara
kohorting
b. Non Farmakologis : Istirahat total, intake kalori adekuat,
kontrol elektrolit, status hidrasi, saturasi oksigen, Pemantauan
laboratorium : seperti kasus sedang, ditambah Hemostasis, D-
dimer, LDH
c. Monitor : Takipnea, frekuensi napas ≥ 30x/min • Saturasi
Oksigen dengan resting pulse oximetry ≤93% (di jari) •
PaO2/FiO2 ≤ 300 mmHg • Peningkatan sebanyak >50% di
keterlibatan area paru-paru pada pencitraan thoraks dalam 24-
48 jam • Limfopenia progresif • Peningkatan CRP progresif •
Asidosis laktat progresif. • Monitor keadaan kritis : Gagal
napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, shock atau gagal
multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. • Pemberian
oksigen, pertimbangkan pemberian High Flow oxygenation. •
Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan
penggunaan ventilator mekanik
d. Farmakologis : • Klorokuin fosfat, 500 mg/12 jam/oral (hari ke
1-3) dilanjutkan 250 mg/12 jam/oral (hari ke 4-10) ATAU
Hidroksiklorokuin dosis 400 mg /24 jam/oral (untuk 5 hari),
EKG awal dan setiap 3 hari. • Azitromisin 500 mg/24 jam
(untuk 5 hari) atau levofloxacin 750 mg/24 jam/intravena (5
hari) • Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh
karena koinfeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan
dengan kondisi klinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada
pada pasien. Pemeriksaan kultur darah harus dikerjakan dan
pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus)
patut dipertimbangkan. • Antivirus : Oseltamivir 75 mg/12 jam
oral ATAU Favipiravir (Avigan sediaan 200 mg) loading dose
1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg
(hari ke 2-5) Vitamin C 200 – 400 mg/8 jam dalam 100 cc
NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drips Intravena
(IV) selama perawatan • Vitamin B1 1 ampul/24 jam/intravena
• Hydroxycortison 100 mg/24 jam/ intravena (3 hari) : bila ada
indikasi (mis. mengi, syok refrakter) • Pengobatan komorbid
dan komplikasi yang ada Terapi cairan Obat suportif lainnya
Pengobatan komorbid dan komplikasi yang ada
G. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan dan analisis informasi secara
sistematis mengenai kondisi klien. Pengkajian dimulai dengan
mengumpulkan data, klasifikasi data,validasi data dan perumusan
masalah. Pengkajian merupakan dasar paling utama dalam melakukan
asuhan keperawatan kepada pasien karena dengan adanya pengkajian
yang benar maka dapat ditegakkannya diagnosis yang tepat kepada
pasien.
a. Jenis Data Pada Pengkajian
2) Data Objektif
Informasi data objektif diperoleh dari hasil observasi,
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang dan hasil
laboratorium. Fokus dari pengkajian data objektif berupa status
kesehatan, pola koping, fungsi status respons pasien terhadap
terapi, risiko untuk masalah potensial, dukungan terhadap
pasien. Karakteristik data yang diperoleh dari hasil pengkajian
seharusnya memiliki karakteristik yang lengkap, akurat, nyata
dan relevan. Data yang lengkap mampu mengidentifikasi
semua masalah keperawatan pada pasien.
3. Intervensi Keperawatan
a. Ansietas: Reduksi Ansietas
Definisi: Meminimalkan kondisi individu dan pengalaman
subyektif terhadap obyek yang tidak jelas dan spesifik, akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan
Tindakan untuk menghadapi ancaman.
Observasi
▪ Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Teraupetik
▪ Pahami situasi yang membuat ansietas
▪ Dengarkan dengan penuh perhatian
▪ Tempatkan barangpribadi yang memberikan kenyamanan
▪ Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang
akan datang
Edukasi
▪ Informasikan secara factual mengenai
diagnosis,pengobatan,dan prognosis
▪ Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
▪ LatihTeknik relaksasi