Anda di halaman 1dari 9

BAB III

FAKTOR RESIKO DALAM INVESTASI

Tidak ada satu pun produk investasi di dunia ini yang aman dan bebas risiko. Semua
produk mengandung risiko. Masalahnya, apakah risiko yang dihadapi besar atau kecil. Untuk itu,
setiap risiko yang terkandung di dalam setiap produk investasi hendaknya tidak kita hindari,
tetapi dapat kita manage sedemikian rupa sehingga meminimalisir tingkat risikonya.
Ketika kita ingin berinvestasi di pasar modal, misalnya produk saham, maka kita harus
mengetahui dan memperhitungkan seberapa besar risiko yang terkandung di dalam produk
tersebut. Produk investasi seperti saham memiliki risiko penurunan harga, yang pada akhirnya
akan menurunkan nilai investasi yang kita miliki. Maka dari itu, penting bagi kita untuk dapat
meminimalisir risikonya.
Saat ini bermunculan berbagai produk investasi yang bisa memberikan hasil investasi
yang kompetitif, tetapi masih tetap dengan risiko yang terkontrol. Seharusnya, produk-produk
investasi inilah yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sarana berinvestasi.

B. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam berinvestasi :

1. Aset Finansial (Financial asset)

1) Tingkat keuntungan dan tingkat resiko

Keputusan investasi merupakan keputusan atau pilihan atas suatu skenario tingkat
keuntungan yang diharapkan (expected return) dan tingkat resiko (risk) yang siap
ditanggung. Pemodal harus berhitung dengan cermat atas dua hal tersebut. Untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, pemodal harus siap menanggung resiko yang
besar juga. Sebaliknya, semakin rendah resiko yang ditanggung, semakin rendah pula
tingkat keuntungan yang dapat diharapkan.

2) Jangka waktu investasi (time horizon)


Jangka waktu investasi dapat menentukan perilaku investor dalam aktivitas investasinya.
Jangka waktu investasi dapat membantu dalam menentukan berapa besar resiko yang
dapat ditanggung. Pada umumnya, orang yang berinvestasi untuk jangka panjang
menangung resiko yang lebih besar. Hal ini disebabkan investasi saham mengalami
fluktuasi yang tinggi dari waktu ke waktu. Tetapi tingkat keuntungan rata-ratanya stabil
untuk jangka panjang.

3) Kenali karakter
Umumnya karakter investor terbagi atas 3 yaitu (1) pengambil resiko (risk taker), (2)
penghindar resiko (risk avoider) dan (3) netral. Karakter investasi akan berpengaruh
terhadap perilaku dalam berinvestasi dan karakter tersebut menentukan strategi yang
tepat dalam berinvestasi. Biasanya para pengambil resiko bersikap agresif dan spekulatif,
sebaliknya para penghindar resiko cenderung menghindari berita atau surat kabar yang
tidak jelas sumbernya (rumor) dan mereka selalu mempertimbangkan secara matang dan
terencana dengan baik atas keputusan investasinya, sedangkan mereka yang masuk
dalam kategori netral umumnya cukup fleksibel dan bersikap hati-hati (prudent) dalam
mengambil keputusan.
4) Pelajari keuangan
Untuk kebanyakan orang, investasi di reksa dana hanyalah sebagian dari total aset. Jika
investasi anda lebih banyak pada deposito berjangka, anda mungkin dapat mengambil
resiko lebih besar untuk tingkat keuntungan yang lebih besar pula dari investasi pada
reksa dana.

5) Evaluasi kinerja keuangan


Memilih reksa dana berdasarkan keuntungan yang tinggi. Data histories membuktikan
bahwa reksa dana yang mempunyai kinerja bagus pada masa lalu tidak selalu
memberikan kinerja sama pada masa yang akan datang. Kinerja masa lalu hanya
menunjukkan bagaimana seseorang berinvestasi dapat mencapai tujuannya.

6) Lakukan diversifikasi
Salah satu untuk mencapai tingkat keuntungan yang baik secara konsisten adalah
diversifikasi atau berinvestasi pada lebih dari satu reksa dana. Diversifikasi merupakan
sebuah cara untuk mengendalikan resiko karena walaupun berinvestasi pada beberapa
reksa dana beresiko tinggi, bila nilai salah satu investasi tersebut menurun, nilai
investasinya yang lainnya mungkin naik.

2. Aset Non Finansial (Non Financial asset)

1) Pajak penjualan
Setiap keuntungan atau pendapatan dari berbagai jenis investasi akan selalu dibebani
oleh pajak. Demikian pula dengan investasi dalam bentuk properti. Pajak dari investasi
properti baru dikenakan jika investor memperoleh keuntungan dari penjualan yang
dimilikinya. Hal ini perlu dipertimbangkan karena pajak bisa sangat mempengaruhi
keuntungan yang potensial untuk anda peroleh.

2) Pendapatan tambahan.
Melakukan investasi di bidang properti menjadi sumber pendapatan tambahan. Bagi
beberapa investor pendapatan yang bersumber pada investasi ini banyak dilakukan
dengan cara menyewakan satu atau beberapa unit gedung apartemennya dimana mereka
juga tinggal disana, pendapatan tersebut untuk membayar biaya pemeliharaan hak milik
dan melunasi biaya balik nama. Ini adalah contoh dari penggunaan pendapatan yang
berlebih dari para investor untuk memperoleh kekayaan.

3) Investasi jangka panjang.


Hal ini menjadi sumber utama untuk memperoleh kekayaan. Sumber ini dapat dilihat
dari lokasi yang strategis dan perawatan yang baik, real estate dapat dihargai dengan
harga yang tinggi dalam jangka waktu yang relatif singkat.

4) Pemecahan masalah dengan berinvestasi.


Dengan cara berinvestasi dengan membeli rumah atau apartemen untuk mendapatkan
pendapatan lebih.

5) Tenaga kerja keluarga.


Tenaga kerja anggota keluarga sering menjadi alasan utama oleh beberapa investor
untuk memperoleh tenaga kerja tetap. Contohnya mengelola hotel, rumah makan, dan
lain-lain adalah sering dimiliki dan dioperasikan oleh keluarga-keluarga utuh, masing-
masing anggota bekerja untuk perekonomian mereka sendiri.

C. Risiko - Risiko Dalam Investasi

Beberapa Risiko dalam investasi yaitu :


1). Risiko Pasar
Risiko yang berhubungan dengan naik turunnya nilai investasi akibat pergerakan pasar
secara umum.
Contohnya, jika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak turun, maka
portofolio saham atau reksadana saham kemungkinan besar akan menunjukkan
pergerakan serupa.

2). Risiko Suku Bunga


Risiko yang berhubungan dengan pengaruh perubahan suku bunga terhadap nilai
investasi.
Contohnya, jika terjadi kenaikan suku bunga, maka nilai investasi di produk obligasi
atau reksadana pendapatan tetap akan cenderung bergerak turun.

3). Risiko Inflasi


Risiko berkurangnya daya beli akibat kenaikan harga.
Contohnya, jika meletakkan sebagian besar portfolio dalam tabungan atau deposito,
dalam jangka panjang daya beli uang akan berkurang akibat terjadinya inflasi walaupun
jumlah uang tidak berkurang.

4). Risiko Nilai Tukar


Risiko yang berhubungan dengan nilai tukar mata uang.
Contohnya, jika berinvestasi dalam produk yang menggunakan mata uang USD dan
terjadi penurunan nilai Rupiah tehadap USD, nilai investasi dalam Rupiah pun akan
berkurang.
5). Risiko Kredit
Risiko yang berhubungan dengan kemungkinan gagal bayar.
Contohnya, jika membeli Reksadana Pendapatan Tetap yang salah satu atau beberapa
obligasi di dalamnya mengalami gagal bayar, maka nilai investasi akan menurun.
6). Risiko Bisnis dan Karakter
Risiko yang berhubungan dengan perputaran dana yang investasikan dan karakter dari
pengelola dana tersebut. Risiko ini terutama berhubungan dengan risiko berinvestasi di
produk non-keuangan atau produk alternatif seperti investasi di MLM, koperasi, unit-
unit usaha berbasis emas, dan lain-lain.
Contohnya, jika berinvestasi di sebuah perusahaan atau perorangan yang menjalankan
usaha peternakan lele, ada baiknya melakukan uji karakter atau benar-benar terjun
langsung memantau bisnisnya untuk mengurangi resiko dana dilarikan.

D. Investasi Reksadana
Investasi Reksadana adalah salah satu jenis investasi dengan cara menitipkan dana Kita
kepada perusahaan manager investasi untuk dikelola. Kemudian bagaimana bentuk
sebuah reksadana? Ilustrasi adalah sebagai berikut:
Kita membeli unit reksadana sebanyak 1.000 unit dengan harga Rp 1.100 per unitnya.
Setelah satu tahun Kita simpan reksadana tersebut, kemudian ketika harga sedang naik,
katakana 1.600 per unit, kemudian Kitajual 1.000 unit. Maka keuntungan Kita adalah
500 per unit atau 500.000 untuk seluruh investasinya.

1. Resiko Yang Umum Dalam Berinvestasi di Reksadana


Setiap investasi selalu disertai dengan unsur-unsur risiko. Oleh sebab itu, sebelum
berinvestasi, calon investor harus mempertimbangkan faktor-faktor risiko sebagai
berikut.
1) Keuntungan Tidak Dijamin
Investor harus menyadari bahwa dengan berinvestasi dalam Reksa Dana, tidak ada
jaminan untuk mendapatkan pembagian dividen, keuntungan, ataupun kenaikan modal
investasi.
2) Risiko Umum Pasar Modal
Setiap pembelian efek akan melibatkan beberapa unsur risiko pasar. Oleh karena itu,
Reksa Dana mungkin rentan terhadap perubahan kondisi pasar yang merupakan hasil
dari:
• global, regional atau perkembangan ekonomi nasional;
• kebijakan pemerintah atau kondisi politik;
• development in regulatory framework, law and legal issues
• pergerakan suku bunga secara umum;
• sentimen investor yang luas, dan
• guncangan eksternal (misalnya: bencana alam , perang dan lain-lain)
3) Risiko Efek
Ada banyak risiko efek yang dapat terjadi pada setiap efek. beberapa contohnya adalah
Kemungkinan default perusahaan penerbit pada pembayaran kupon dan/atau pokok
obligasi, dan implikasi dari peringkat kredit perusahaan yang di downgrade.
4) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat didefinisikan sebagai seberapa mudah sebuah efek dapat dijual
pada atau mendekati nilai wajarnya tergantung pada volume yang diperdagangkan di
bursa.
5) Risiko Inflasi
Risiko tingkat inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli investasi Anda karena
terjadinya kenaikan rata-rata harga konsumsi.
6) Risiko Pembiayaan Pinjaman
Jika dana pembelian unit Reksadana didapat dari pinjaman, maka investor perlu
memahami bahwa:
• Pinjaman meningkatkan kemungkinan baik untuk untung maupun rugi;
• Jika nilai investasi turun dibawah tingkat tertentu, investor mungkin diminta oleh
lembaga keuangan untuk menambah agunan, atau mengurangi jumlah pinjaman ke level
yang disyaratkan;
• Biaya pinjaman dapat bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada fluktuasi
suku bunga;
• Risiko menggunakan pinjaman harus di pertimbangkan secara berhati-hati karena
mengandung risiko.
7) Risiko Ketidakpatuhan
Hal ini mengacu pada risiko terhadap Reksadana dan keuntungan investor yang dapat
timbul karena ketidak-sesuaian terhadap hukum, aturan, peraturan, etika dan Policy and
Procedure internal dari Manajer Investasi.
8) Risiko Manajer Investasi
Kinerja setiap Reksadana sangat bergantung antara lain pada, pengalaman, pengetahuan,
keahlian, dan teknik / proses investasi yang diterapkan oleh Manajer Investasi, dan setiap
kekurangan dari syarat tersebut akan berdampak buruk pada kinerja Reksadana sehingga
akan merugikan investor

. Faktor yang Memperkecil Risiko Investasi Reksadana


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi toleransi risiko seorang investor terhadap
produk investasi, termasuk investasi reksadana. Berikut ini faktor-faktor yang dapat
memperkecil risiko investasi reksadana.
1) Investasi dengan Dana Dingin
Apa itu dana dingin? Dana dingin atau duit dingin (dalam bahasa Inggrisnya disebuh
dengan Discretionary income) adalah pendapatan per bulan dikurangi seluruh biaya
termasuk pajak, dana untuk membayar cicilan, premi asuransi dan lainnya. Jadi intinya
dana dingin atau duit dingin (discretionary income) adalah dana yang benar-benang
nganggur. Seseorang yang melakukan investasi reksadana dengan menggunakan dana
menganggur ini biasanya tingkat risiko yang lebih rendah. Tetapi duit dingin atau uang
dingin hanyalah satu dari beberapa faktor yang dapat menambah toleransi Kita terhadap
risiko investasi reksadana.
2) Investasi dengan Jangka Waktu yang Panjang
Memperpanjang jangka waktu (time frame) dalam bahasa kerennya disebut long term
investment. Ketika Kita berinvestasi untuk jangka panjang biasanya akan terasa efek
bunga ber bunga dan seringkali hasil investasi dapat melebihi rata-rata inflasi tiap
tahunnya. Sebagai ilustrasinya adalah:
Dalam sebuah siklus ekonomi bisa saja Kita mulai investasi reksadana di saat resesi
(recession) dan merealisasikan keuntungan pada saat puncak (peek). Apabila siklus ini
ditarik dalam rentang waktu yang panjang maka rata-rata hasil investasi reksadana bisa
jadi lebih besar daripada rata-rata inflasi.
3) Edukasi tentang Investasi Reksadana
Seorang investor yang memiliki tingkat edukasi yang cukup, memiliki pengalaman akan
memperkecil risiko dalam investasi termasuk investasi reksadana. Bagaimana cara
meningkatkan pengetahuan Kita mengenai Investasi Reksadana? Beberapa cara yang
paling umum adalah belajar dari buku, artikel internet, koran investasi, mengikuti
seminar-seminar investasi reksadana dan diskusi dengan teman atau rekan yang memiliki
pengalaman di bidang investasi reksadana.

4) Kepribadian
Ternyata kepribadian atau personality adalah salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat penerimaan risiko seseorang terhadap sebuah risiko. Pada umumnya orang yang
memiliki sikap agresif mampu menerima risiko lebih besar dibanding orang yang pasif.
5) Kondisi Pasar
Kondisi pasar saham yang pada posisi naik atau disebut bullish akan menstimulasi para
investor untuk mulai investasi reksadana. Sebaliknya pada saat kondisi pasar saham
dalam keadaan turun atau bearish, investor sering kali menghindari investasi di pasar
saham atau investasi reksadana saham.
6) Kondisi Keuangan
Kondisi keuangan dalam keluarga berpengaruh terhadap toleransi seseorang terhadap
investasi reksadana. Apabila kondisi keuangan sedang berada dalam kondisi yang luang,
maka tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi. Sebaliknya keluarga yang dalam
kondisi keuangan yang kurang akan mengurangi level toleransi risiko terhadap investasi.
7) Faktor Umur
Faktor U atau faktor umur adalah faktor yang berpengaruh dalam toleransi tingkat risiko.
Umumnya semakin muda umur tingkat toleransi risiko menjadi lebih besar. Seiring
meningkatnya usia, seseorang akan memilih produk investasi yang lebih aman, misalnya
investasi reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran.
8) Pendapat atas Investasi
Seseorang mempunyai kecenderungan merubah kembali tingkat penerimaan risiko atas
sebuah investasi berdasarkan pendapat atau saran dari orang-orang yang dipercaya,
seperti perencana keuangan independen.

Anda mungkin juga menyukai