Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ESTERINA

NIM : 1900013

KELAS : D3-3A

Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di
Ottawa ± Canada pada tahun 1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam
Ottawa tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir, yaitu:

1. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)


Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada para penentu atau pembuat
kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan- kebijakan publik yang mendukung atau
menguntungkan kesehatan. Dengan perkataan lain, agar kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, perundangan, surat-surat keputusan dan sebagainya, selalu berwawasan atau
berorientasi kepada kesahatan public. Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur
adanya analisis dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan
sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat publik, harus
memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan masyarakat).
Contoh :

2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)


Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk pemerintah kota, agar mereka
menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang mendukung terciptanya perilaku sehat bagi
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan
yang mendukung kesehatan bagi tempat-tempat umum lainnya: tersedianya tempat samapah,
tersedianya tempat buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok
dan 6 non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-tempat umum,
pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan sebagainya, harus menyediakan
sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku sehat bagi pengunjungnya.

3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)


Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam pelayanan kesehatan itu ada
3 provider´ dan 3 consumer´. Penyelenggara (penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah
dan swasta, dan masyarakat adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan.
Pemahaman semacam ini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan sekedar
pengguna atau penerima pelayanan kesehatan, tetapi sekaligus juga sebagai penyelenggara, dalam
batas-batas tertentu. Realisasida rireontitas pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara
pelayanan kesehatan baik pemerintrah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima pelayanan
kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan. Dalam meorientasikan
pelayanan kesehatan ini peran promosi kesehatan sangat penting.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yang terdiri dari individu, keluarga, dan kelompok-
kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu,
keluarga-keluarga dan kelompok- kelompok tersebut t erwujud. Oleh sebab itu, strategi untuk
mewujudkan keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan keterampilan dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatan mereka ini adalah memberikan pemahaman kepada anggota
masyarakat tentang cara-cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit,
mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, 7 meningkatkan kesehatan, dan sebagainya.
Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu daripada massa.

5. Gerakan masyarakat (Community Action)


Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan ini, maka di dalam masyarakat itu
sendiri harus ada gerakan atau kegiatan-kegiatan untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi
kesehatan harus mendorong dan memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan
kesehatan mereka. Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud
perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu memelihara serta
meningkatkan kesehatan mereka.

KASUS 1

Kesehatan mempunyai peran penting bagi kualitas hidup seseorang, sehingga orang selalu
berupaya memperoleh informasi kesehatan untuk memenuhi kebutuhan kognitif, afektif dan dapat
diterapkan dalam perilaku sehari-hari. Upaya ini ditujukan untuk dapat membantu proses pencegahan
penyakit, meningkatkan kualitas kesehatannya serta berperan aktif dalam setiap upaya
penyelenggaraan kesehatan. Kualitas derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu penentu
kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang juga representasi tingkat kesejahteraan masyarakat
suatu daerah. Pada tahun 2013, IPM Kabupaten Garut 72.22 poin berada di bawah IPM Jawa Barat 73,11
poin.

Hal ini menjadi pemicu Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dengan tempat perawatan
(DTP) Tarogong Kabupaten Garut untuk turut berperanserta aktif meningkatkan IPM Kabupaten Garut,
khususnya di bidang kesehatan. Dalam ruang lingkup fasilitas pelayanan masyarakat, upaya ini
diwujudkan melalui promosi kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
585/Menkes/SK/V/2007 mengenai Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas. Data Dinas
Kesehatan Garut yang dikutip Ratnasari (2013,3) menggambarkan Kecamatan Tarogong Kaler yang
menjadi wilayah kerja Puskesmas DTP Tarogong pada Tahun 2009 sampai dengan 2011 menduduki
urutan angka tertinggi ke-4 (empat) yang anggota masyarakatnya menderita deman berdarah dengue
(DBD).
Hingga Kecamatan Tarogong Kaler menjadi salah satu kecamatan yang endemis DBD di
Kabupaten Garut, yaitu kecamatan yang dalam 3 (tiga) tahun terakhir terjangkit DBD setiap tahunnya.
Kemudian hasil akreditasi Puskesmas DTP Tarogong belum mendapatkan nilai bagus untuk bidang
promosi kesehatan dan kesehatan lingkungan pada layanan enam dasar (the basic six). Hal tersebut
dikuatkan dengan hasil wawancara dengan pengurus Posyandu Strawbery serta Penanggungjawab
bidang Kesehatan Lingkungan Puskesmas DTP Tarogong, bahwa masih terdapat warga masyarakat yang
buang air besar di sungai, meski telah disediakan jamban umum. Selain itu menurut Koordinator
Promosi Kesehatan, Puskesmas Tarogong banyak menerima pasien dengan gangguan sistem
pencernaan. Data tersebut di atas menjadi pijakan bahwa dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, masyarakat perlu digugah kesadarannya untuk berperi- laku hidup bersih dan sehat (PHBS),
sebagaimana tujuan operasional promosi kesehatan di puskesmas. Untuk itu perlu diketahui penerapan
strategi promosi kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas DTP Tarogong Kabupaten Garut agar misi
yang diembannya dapat tercapai. Tujuan penelitian ini adalah :

1) Mengetahui bentuk pemberdayaan yang diselenggarakan Puskesmas Tarogong


2) Mengetahui upaya bina suasana dalam mempengaruhi individu, keluarga dan
masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya
3) Mengetahui kegiatan advokasi agar masyarakat di lingkungan puskesmas berdaya di
bidang kesehatan.
4) Mengetahui upaya kemitraan yang dikembangkan dalam promosi kesehatan
5) Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan penyelenggara upaya kesehatan
terdepan. Puskesmas mempunyai 3 fungsi, yaitu
 sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan;
 Pusat pember-dayaan keluarga dan masyarakat; dan
 Pusat pelayanan strata pertama. Saparinah Sadli dalam Notoatmodjo (2007,150)
menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosialnya,

PEMBAHASAN :

1. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service) :


Selain itu petugas promosi kesehatan juga meng-gunakan media dalam bentuk seminar,
presentasi/ penyuluhan yang dihadiri oleh pejabat dari berbagai lintas sektor serta
menggunakan media massa, misalnya memasukkan profil bidan desa Puskesmas TP Tarogong ke
Majalah Kesehatan. Salah satu kegiatan advokasi lainnya adalah terbentuknya pokjanal
(kelompok kerja nasional) berkaitan dengan gebyar PHBS.

2. Kebijakan Berwawasan Kebijakan (Health Public Policy)


Advokasi lainnya yang dilakukan oleh UPTD Puskesmas Kecamatan Tarogong seperti yang telah
dilakukan oleh informan dalam kegiatan advokasi misalnya: “di level tingkat puskesmas kita
bekerja sama dengan Surveilans. Ada program surveilans untuk penanggulangan penyakit,
seperti DBD, dan lain sebagainya. Kita kerjasama langsung, nah seperti apa teknisnya, sama-
sama ke lapangan untuk menyampaikan seperti kalau penyakit di sini seperti DBD, Cikungunya.
Jadi advokasinya kita menyampaikan penyuluhan, berupa penyuluhan kepada masyarakat itu
bagaimana mengantisipasi penyakit-penyakit tersebut.

3. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)


Puskesmas DTP Tarogong juga melakukan bina suasana dalam gedung dengan media
audiovisual, pemutaran film tentang kesehatan di ruang tunggu Balai Pengobatan Umum yang
ditayangkan pada waktu ramai pengunjung, yaitu antara pukul 09.00 sampai 12.00

4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)


Dengan cara menerapkan perilaku PHBS perilaku hidup berih sehat

5. Gerakan masyarakat (Community Action)


Dimana masyarakat melakukan gotong royong dan membasmi semua air yang tergenag serta
dpat melakukan penyemproan agar nyamuk malaria ridak dapat datang

Anda mungkin juga menyukai