Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH SINGKAT LOGIKA

RESUME
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
LOGIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Phil. Khairun Niam

Tim Penyusun:
Mazidah Adelita Shofiyana (D91219123)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
LOGIKA

A. LATAR BELAKANG LOGIKA

Pada mulanya logika (mantiq) lahir dari gerakan para sofisme;yaitu golongan yang
mementingkan perdebatan. Golongan initerdiri dari ahli-ahli filsafat Yunani sejak abad
kelima sebelum Masehi. Batu pertama logika adalah Socrates (470-399 SM), kemudian
dilanjutkan oleh Plato (427-347 SM), dan dilengkapi oleh Aristoteles (384-322 SM) yang
menyusunnya dengan pembahasan sistematis; bersumber pada filsafat. Maka, Aristoteles
digelari ‘guru pertama’ ilmu pengetahuan.

Pada perkembangan selanjutnya; abad pertengahan filsafat Islam, lahirlah ahli-ahli


filsafat Islam yang turut aktif memberikan sumbangan bagi pengembangan logika yang
sempat statis sejak masa Arstoteles. Sumbangan itu dapat dibuktikan dengan masuknya
materi baru tentang beberapa persoalan yang berkenaan dengan pembahasan lafaz-lafaz.
Maka tampillah pada masa ini, al-Farabi (wafat 950) yang digelari ‘guru kedua’ ilmu
pengetahuan, setelah Aristoteles. Ia melakukan tajdid (pembaruan) terhadap logika; yang
sebelumnya hanya merupakan teori-teori, kemudian dipertajamnya secara praktis (amaliah);
dalam arti bahwa tiap-tiap qadiyah (proposisi) diverifikasi (diuji) kebenarannya.

B. LOGIKA PADA ZAMAN YUNANI KUNO

Kaum Sofis beserta Plato telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini.
Socrates dengan “metode bidan” (metode mayeutis)nya juga telah banyak memberikan dasar
bagi logika. Namun, penemuan yang sebenarnya baru terjadi (dilakukan) oleh Aristoteles,
Theoprastus (372-287 SM) dan kaum Stoa. Aristoteles meninggalkan enam buah buku yang
oleh murid-muridnya diberi nama to Organon. Logika kemudian mengalami sistematisasi.
Hal ini terjadi dengan mengikuti metode ilmu ukur. Kemudian logika mengalami masa
dekadensi.

C. LOGIKA PADA ABAD PERTENGAHAN (ABAD IXXVI)

Logika modern muncul dalam abad XIII-XV. Tokoh-tokoh penting dalam bidang ini
ialah Petrus Hispanus (1212-1278). Roger Bacon (1214-1292), Raymundus Lullus (1232-
1315), Wilhelmus Ockhman (1295-1349) dan lain-lain. Khususnya Raymundus Lullus
menemukan suatu metode logika baru yang disebut Ars Magna; yang merupakan semacam
aljabar pengertian. Aljabar ini bermaksud membuktikan kebenarankebenaran yang tertinggi.
Kemudian logika Aristoteles mengalami perkembangan yang ‘murni’. Logika itu
dilanjutkan oleh beberapa tokoh seperti Thomas Hobbes (1588-1679) dalam Levitan-nya
dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning Human Understandingnya.
Namun tekanan yang mereka berikan sebenarnya juga berbeda-beda. Di sini ajaran-ajaran
Aristoteles telah diberi warna nominalistis yang sangat kuat.

D. EROPA MODERN (ABAD XVII-XVIII/XX)

Masa ini juga dapat disebut masa penemuan-penemuan yangbbaru. Francis Bacon
(1561-1626) mengembangkan metode induktif. Ini terutama dinyatakan dalam bukunya
Novan Organum Scientiarum. W. Leibnitz (1646-1716) menyusun logika aljabar (Ars
Magna dari Raymundus Lullus). Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi
dan lebih memberikan kepastian. Logika Aristoteles masih dikembangkan dalam jalur yang
murni. Logika Metafisis mengalami perkembangannya dengan Immanuel Kant.

E. LOGIKA DI INDIA DAN INDONESIA

Di India, logika lahir karena Sri Gautama (± 563-183 SM) sering berdebat dengan
golongan Hindu fanatik yang menentang ajaran kesusilaannya. Dalam Nyaya Sutra, logika
diuraikan secara sistematis. Kemudian logika terus diakui sebagai metode berdebat.
Kemudian muncullah berbagai komentar seperti yang dikemukakan Uddyotakara (abad
VII), Udayana (abad X) dan lain-lain. Muncullah karya yang disebut Navya Nyaya (abad
XIII).

Sedangkan di Indonesia, tampaknya logika belum memeroleh perhatian besar. Baru


sedikit orang saja yang menaruh perhatian secara ilmiah pada logika. Oleh karenanya, untuk
kepentingan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, perhatian tersebut perlu
diperbesar, seiring dengan posisi dan peran kuat logika sebagai pisau analisis dan
pemecahan berbagai masalah.

Anda mungkin juga menyukai