Anda di halaman 1dari 3

KEDUDUKAN LOGIKA SEBAGAI ALAT PENCARI KEBENARAN

RESUME
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
LOGIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Phil. Khairun Niam

Tim Penyusun:
Mazidah Adelita Shofiyana (D91219123)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2020
LOGIKA

A. MEMAHAMI MAKNA KEBENARAN

Kebenaran berkaitan dengan pengetahuan. Tahu itu mencakup objeknya; setidaknya


mengetahui dasar pengetahuannya itu. Oleh karena tahu itu mencakup objeknya, maka ia
berusaha menyesuaikan pengetahuan itu dengan objeknya. Objek yang berhadapan dengan
orang yang tahu itu tidak hanya merupakan sasaran pandangan, tetapi juga sebagai alat
pengontrol bagi pengetahuannya tentang objek itu. yang disebut kebenaran dalam
kompetensi logika adalah persesuaian antara pengetahuan dan objeknya. Kebenaran dalam
logika dapat dikatakan sebagai kebenaran objektif, adaptif, dan akuratif; bukan kebenaran
normatif, apalagi subjektif.

B. TUGAS LOGIKA

Tugas logika adalah memberikan pejelasan bagaimana orang seharusnya berpikir. Ada
yang menyebut bahwa logika itu mengutarakan teknik berpikir, yaitu cara yang sebenarnya
untuk berpikir. Suatu tugas ilmiah untuk mencari aturan berpikir, agar diketahui untuk
dikontrol jika ada pelanggaran aturan atau penyelewengan dari jalan berpikir yang lurus.
Kemudian para ahli pikir mengadakan percobaan, untuk memenuhi tugas itu. Hasilnya
memang bermanfaat besar bagi manusia yang hendak berpikir.

C. HUBUNGAN FILSAFAT, LOGIKA, DAN PSIKOLOGI

Logika berkenaan langsung dengan pemikiran (atau akal budi) manusia, sehingga
logika disebut juga sebagai filsafat budi, dan dalam kaitannya dengan logika sebagai
kegiatan praktis yang beriringan dengan sebagai ilmu pengetahuan, logika juga disebut
sebagai filsafat praktis. Kemudian, karena berpikir itu merupakan kegiatan kejiwaan, maka
keduanya (filsafat dan logika) tentu menjadi telaah langsung psikologi.

Dalam perkembangan filsafat, banyak ilmu yang semula merupakan bagian filsafat,
melepaskan diri dari filsafat. Namun logika, meskipun sejak dulu dipandang sebagai bagian
tersendiri, tidak pernah dapat melepaskan sepenuhnya dari ikatannya dengan filsafat. Justru
anggapan bahwa logika itu berdiri sendiri, menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang hanya
dapat dipecahkan di dalam rangka filsafat. Menyelami logika berarti menyelami juga fungsi
logis manusia dan bersamadengan itu menyelami kemungkinan-kemungkinan filsafat.

Logika menganalisis pengetahuan manusia dan proses terjadinya pengetahuan itu. Hal
yang diselidikinya bukan pengetahuan mengenai alam, kebudayaan atau manusia, melainkan
pengetahuan mengenai pengetahuan atau, secara prosedural, pengetahuan yang
menghasilkan pengetahuan, sehingga disebut ‘Ilmu al-Mizan atau Mi’jar al-’Ulum.
Mengenai pengetahuan, berkenaan dengan jalan-jalan yang ditempuh oleh arus pikiran
manusia. Pada titik inilah ada kebersangkutan dengan psikologi, dan memang pernah proses
pengetahuan diselidiki dengan bantuan psikologi.

D. LOGIKA SEBAGAI ILMU DAN SENI

Logika sebagai seni terkait dengan sebutannya sebagai filsafat praktis. Mu’in
mengemukakan bahwa sebagian besar ulama menganggap bahwa ilmu mantiq (logika) itu
mirip dengan ilmu kesenian. Sebab manusia, walaupun seringkali berpikir, bahkan manusia
itu sendiri disebut juga sebagai binatang berpikir, sebelum mengenal logika, belum tentu
berpikir itu menjadi kebiasaannya.

Oleh karena seni itu berunsurkan individualisasi (variatif dan unik), di samping kreasi
dan harmonisasi, maka seni selalu terkait dengan kekhasan individu, sehingga terjadi
perbedaan praktis sebagai pernyataan dari variasi itu. Seni berlogika dapat juga diterapkan
dalam proses komunikasi, misalnya. Apalagi komunikasi sekarang berhadapan dengan daya
kritis komunikan (penerima pesan) yang cenderung meningkat, akibat dari akselerasi
informasi dan derajat intelektualitasnya.

Anda mungkin juga menyukai