Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PAYUDARA (Ca Mammae)

I. Pengertian
Carsinoma mammae adalah neolasma ganas dengan pertumbuhan jaringan mammae
abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat
bermetastase (Soeharto Resko Prodjo, 1995). Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam
pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel – sel normal, berkembang
biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).
Kanker payudara adalah jenis kanker yang berasal dari kelenjar saluran dan jaringan penunjang
payudara. Tingkat insidensi kanker payudara di kalangan wanita adalah 1  berbanding 8. Di
Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat kedua dari semua jenis kanker. Sedangkan
sekitar 60-80 % ditemukan pada stadium lanjut dan berakibat fatal. Biasanya kanker ini
ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letak terbanyak di kuadran lateral atas.
II. Penyebab dan Faktor Predisposisi
1. Ca Payudara yang terdahulu Terjadi malignitas sinkron di payudara lain karena mammae
adalah organ berpasangan
2. Keluarga Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3
anggota keluarga terkena carsinoma mammae.
3. Kelainan payudara ( benigna ) Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil,
telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit
meningkat.
4. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko
yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan
terjadi tumor yang berhubungan dengan oestrogen pada wanita post menopouse.
5. Faktor endokrin dan reproduksi Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih
dari 30 tahun Menarche kurang dari 12 tahun
6. Obat anti konseptiva oral Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun
mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.Kelompok wanita yang kemungkinan
terkena kanker payudara adalah :

 Wanita dengan  kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, asupan lemak berlebihan dan
kurang olahraga.
 Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara – Insidensi kanker payudara oleh
karena genetik menunjukkan 5-10 %.
 Pernah menderita kanker pada salah satu payudara
 Menderita tumor jinak payudara
 Infertil dan kehamilan pertama pada usia 35 tahun
 Tidak memiliki anak
 Faktor hormonal

Gambaran Klinik dan Patofisiologi


Gambaran Klinik :
1. Tanda carcinoma Kanker payudara kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada
tumor jinak, massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips
2. Gejala carcinoma Kadang tak nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu,
puting eritema, mengeras, asimetik, inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun
dapat sebagai petunjuk adanya metastase. Benjolan di payudara atau ketiak,
perubahan bentuk dan ukuran  payudara yang luar biasa, kerutan atau lekuk yang luar
biasa pada payudara, puting payudara tertarik ke dalam., perdarahan atau keluar
cairan abnormal dari puting payudara.
Patofisiologi :
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering terjadi pada sistem
duktal, mula – mula terjadi hiperplasia sel – sel dengan perkembangan sel – sel atipik.
Sel - sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma insitu dan menginvasi stroma.
Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sel tunggal sampai
menjadi massa yang cukup besar untuk dapat diraba ( kira – kira berdiameter 1 cm).
Pada ukuran itu kira – kira seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis.
Carsinoma mammae bermetastasis dengan penyebaran langsung ke jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah ( Price, Sylvia, Wilson
Lorrairee M, 1995 ).
III. Klasifikasi Kanker Payudara
1. Klasifikasi Patologik
a. Paget’s disease
Paget’s disease merupakan bentuk kanker yang dalam taraf permulaan manifestasinya
sebagai eksema menahun putting susu, yang biasanya merah dan menebal. Suatu tumor
sub areoler bisa teraba. Sedang pada umumnya kanker payudara yang berinfiltrasi ke
kulit mempunyai prognosis yang buruk namun pada paget’s disease prognosisnya lebih
baik. Paget’s disease merupakan suatu kanker intraduktal yang tumbuh dibagian
terminal dari duktus laktiferus. Secara patologik cirri-cirinya adalah: sel-sel paget(seperti
pasir), hipertrofi sel epidermoid, infiltrasi sel-sel bundar di bawah epidermis.
b. Kanker duktus laktiferus
- Comedo carcinoma terdiri dari sel-sel kanker non papillary dan intraductal, sering
dengan nekrosis sentral sehingga pada permukaan potongan terlihat seperti terisi
kelenjar, jarang sekali comedo carcinoma hanya pada saluran saja biasanya akan
mengadakan infiltrasi kesekitarnya menjadi infiltrating comedo carcinoma.
- Adeno carcinoma dengan infiltrasi dan fibrosis, ini adalah kanker yang lazim
ditemukan 75 % kanker payudara adalah tipe ini. Karena banyak terdiri dari fibrosis
umumnya agak besar dan keras. Kanker ini disebut juga dengan tipe scirrbus yaitu
tumor yang mengadakan infiltrasi ke kulit dan kedasar.
c. Medullary carcinoma
Tumor ini biasanya sangat dalam di dalam kelenjar mammae, biasanya tidak seberapa
keras, dan kadang-kadang disertai kista dan mempunyai kapsul. Tumor ini kurang
infiltratif disbanding dengan tipe scirrbus dan mestatasis ke ketiak sangat lama.
Prognosis tumor ini lebih baik dari tipe-tipe tumor yang lain.
d. Kanker dari Lobulus
Kanker lobulus sering timbul sebagai carcinoma in situ dengan lobulus yang
membesar. Secara mikroskopik, kelihatan lobulus atau kumpulan lobulus yang berisi
kelompok sel-sel asinus dengan bebrapa mitosis. Kalau mengadakan infiltrasi hamper
tidak dapat dibedakan dengan tipe scirrbus.
2. Klasifikasi klinik
a. Steinthal I : kanker payudara besarnya sampai 2 cm dan tidak memiliki anak sebar.
b. Steinthal II : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar dikelenjar ketiak.
c. Steinthal III : kanker payudara 2 cm atau lebih dengan anak sebar di kelenjar ketiak, infra
dan supraklavikular, atau infiltrasi ke fasia pektoralis atau ke kulit atau kanker payudara
yang apert (memecah ke kulit).
d. Steinthal IV : kanker payudara dengan metatasis jauh misal ke tengkorak, tulang
punggung, paru-paru, ahti dan panggul.
3. Klasisikasi TNM kanker payudara
T artinya tumor, N artinya nodule atau kelenjar yang membesar regional, M artinya metastase.
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis - kanker in situ
- kanker intaduktal atau labular in situ
- penyakit paget’s pada papilla tanpa teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0.5 cm
T1b : Tumor 0.5-1 cm
T1c : Tumor 1-2 cm
T2 : Tumor 2-5 cm
T3 : Tumor > 5 cm
T4 : berapapun ukuran tumor, dengan infiltrasi langsung ke dinding dada atau kulit.
Dinding dada termasuk costa, intercostal muskulus dan tidak termasuk otot
pektoralis.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b :dengan oedema, infiltrasi atau ulserasi kulit (kulit yang berbiji-biji)
T4c : T4a dan T4b
T4d : carcinoma inflamatoir (mastistis carcinoma tosis)
Nx : pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
No : tidak teraba kelenjar aksila
N1 : teraba pembesaran kelenjar aksila homolateral yang tidak melekat
Mx : Metastasis jauh dan tidak dapat ditentukan
Mo : Tidak ada metastasis jauh
M1 : ada metastasis jauh termasuk ke kelenjar supraklavikula
IV. Metode Deteksi Dini
Pendektesian kanker payudara sedini mungkin merupakan faktor penting dalam
menanggulangi kanker payudara. Oleh karena kanker payudara merupakan jenis kanker yang
mudah dideteksi. Untuk menemukan kanker pada stadium awal dilakukan dengan pemeriksaan
medis antara lain :
1. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).
2. Pemeriksaan payudara secara klinis (SARARI).
3. Pemeriksaan mammografi – adalah foto payudara dengan alat khusus.
4. Biopsi aspirasi.
5. True-cut (pengambilan jaringan dengan jarum ukuran besar).
6. Biopsi terbuka – adalah prosedur pengambilan jaringan dengan operasi kecil, eksisi
maupun insisi yang dilakukan sebagai diagnosis pre operatif ataupun durante
operationam.
7. Terapi – Untuk meningkatkan angka harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti
dengan terapi. Misalnya terapi radiasi, terapi hormon, kemoterapi, dan terapi
imunologik.
V. Pengobatan

Stadium TIS : Operasi mastektomi radikal secara halsted tanpa radiasi


Stadium 1 :Modified mastektomi radikal yaitu mastektomi tanpa pengangkatan
muskulus pektoralis mayor dan minor, ditambah dengan pengangkatan
kelenjar ketiak dan radioterapi.
Stadium 2 : Seperti stadium 1 ditambah dengan sitosstatiska.
Stadium 3 : Radioterapi atau eksisi tumor yang apert dan pemberian terapi hormon,
terdiri atas antrogen sebelum menopause dan kombinasi androgen dan
esterogen sesudah menopause, sebelum menopause dikerjakan pula
ooforektomi bilateral.
Stadium 4 : Sebelum menopause dilakukan ooforektomi, jika tidak berhasil dilakukan
hipofisektomi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen NOC : NIC :


injuri (biologi, kimia, fisik,psikologis), Pain Level, Lakukan pengkajian nyeri secara
kerusakan jaringan pain control, komprehensif termasuklokasi,
DS: -Laporan secara verbal DO:-Posisi comfort level karakteristik, durasi, frekuensi,
untuk menahan nyeri Setelah dilakukan tindakan kualitas dan faktor presipitasi
-Tingkah laku berhati-hati keperawatan selama 3x24jam Pasien Observasi reaksi nonverbal dari
-Gangguan tidur (mata sayu, tampakcapek, tidak mengalami nyeri, dengan ketidaknyamanan
sulit atau gerakan kacau,menyeringai) kriteria hasil: Bantu pasien dan keluarga untuk
-Terfokus pada diri sendiri Mampu mengontrol nyeri mencari dan menemukandukungan
-Fokus menyempit (penurunanpersepsi (tahupenyebab nyeri, mampu Kontrol lingkungan yang dapat
waktu, kerusakan prosesberpikir, menggunakan tehnik nonfarmakologi mempengaruhi nyeri sepertisuhu
penurunan interaksi denganorang dan untuk mengurang inyeri, mencari ruangan, pencahayaan dan kebisingan
lingkungan) bantuan) Kurangi faktor presipitasi nyeri
-Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- Melaporkan bahwa nyeri berkurang Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
jalan, menemui orang lain dengan menggunakan menentukan intervensi
dan/atauaktivitas, aktivitas berulang- manajemennyeri distraksi, kompres hangat/ dingin
ulang)
-Respon autonom (seperti
diaphoresis,perubahan tekanan darah,
perubahannafas, nadi dan dilatasi pupil)
2. CEMAS Setelah dilakukan tindakan NIC : PENGURANGAN CEMAS
Definisi : perasaan gelisah yang tak keperawatan selama Definisi: rasa takut, cemas, merasa
jelas dari ketidaknyamanan atau .......x24 jam pasien dapat mengontrol dalam bahaya atau
kekuatan yang disertai respon autonom cemas ketidaknyamanan terhadap sumber
(sumber tidak spesifik atau tidak dengan indikator:: yang tidak
diketahui oleh individu), perasaan  monitor intensitas kecemasan diketahui
keprihatinan disebabkan dari antisipasi  menyingkirkan tanda kecemasan Intervensi :
terhadap bahaya.  menurunkan stimulus lingkungan  gunakan pendekatan yang
Faktor yang berhubungan : ketika menenangkan
 Terpapar racun cemas  pahami perspektif pasien terhadap
 Konflik yang tidak disadari  merencanakan strategi koping situasi stres
tentang nilai-nilai utama tujuan untuk  temani pasien untuk memberikan
hidup, situasi penuh stres keamanan dan
 berhubungan dengan herediter,  menggunakan teknik relaksasi mengurangi takut
 kebutuhan tidak terpenuhi untuk  berikan informasi mengenai
 transmisi interpersonal mengurangi cemas diagnosis,
 krisis situasional  tidak ada manifestasi perilaku tindakan, prognosis
 ancaman kematian kecemasan  dorong keluarga untuk menemani
 ancaman terhadap konsep diri,  melaporkan kebutuhan tidur anak
stres, subtans abuse adekuat  lakukan backrup
 perubahan dalam : status peran;  dengarkan dengan penuh perhatian
kesehatan; pola interaksi, fungsi  identifikasi tingkat kecemasan
peran, lingkungan, ekonomi  bantu pasien mengenai situasi
Batasan karakteristik : yang
 perilaku : gelisah, pergerakan menimbulkan kecemasan
yang tidak berhubungan,  dorong pasien untuk
insomnia, resah mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
 instruksikan pasien menggunakan
teknik
relaksasi
Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 25 November 2017
Waktu Pengkajian         : 11.00 WIB
A.           Identitas
a)             Identitas klien
Nama                      : Ny. S
Usia                         : 46tahun
Pendidikan Terakhir: SMA
Agama                    : Islam
Suku                       : Jawa
Status Perkawinan  : Sudah menikah
Pekerjaan                : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis      : CA Mamae
Alamat                    : Cilacap
b)            Identitas penanggungjawab
Nama                      : Tn. S
Umur                       : 53 tahun
Pendidikan Terakhir: SMA
Agama                    : Islam
Suku                        : Jawa
Hub. dgn klien        : Suami
Pekerjaan                : Karyawan
Alamat                    : Cilacap
c)  Tanggal masuk   :24 November 2017

B.            Riwayat Kesehatan


1.             Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di payudara kiri.
2.             Riwayat Kesehatan saat ini
Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak 2 minggu lalu luka di payudara makin buruk dan
bau makin tidak sedap. Klien melakukan perawatan luka konvensional di tempat perawat
seperti biasa, namun rasa nyeri tidak bisa hilang. Pada tanggal 24 November 2017 pukul
11.00, nyeri payudara sebelah kiri makin terasa dan kondisi luka rembes dan kotor.
3.             Riwayat Kesehatan Lalu
Dua tahun yang lalu, pasien mulai merasa ada perubahan pada payudara sebelah kirinya. 6
bulan setelahnya mulai ada luka dan bau tidak sedap. Namun klien hanya pergi ke
pengobatan alternatif karena takut dan berharap bisa sembuh sendiri tanpa harus dirawat di
RS. Klien juga melakukan perawatan luka pada perawat di sekitar rumah.
4.             Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan dalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita ca mamae
sebelumnya.

C.           Pengkajian Sistem Tubuh


Keadaan Umum :lemah
Tingkat kesadaran : composmentis
Glascow Coma Scale : E 4 M 6V 5 = 15
Tinggi Badan       : 152 cm
Berat Badan         : 42 kg
TTV
Tekanan Darah            : 130/80 mmHg
Nadi                            : 81 x/menit
Suhu                            : 36,5 C
Pernafasan                   : 20 x/menit

1.  Sistem Pernafasan


Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak mengalami sesak nafas.
Data Objektif :
Inspeksi       : bentuk dada normal, tidak ada lesi, tidak ada tarikan
otot intercosta, irama nafas teratur.
Palpasi         : perlukaan di dada sebelah kiri ada nyeri tekan, fremitus kanan=kiri,
pengembangan paru simetris.
Perkusi        : sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi   : suara vesikuler seluruh lapang paru.
2.  Sistem Kardiovaskuler
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidak ada keluhan seperti nyeri dada kardiovaskuler.
Data Objektif :
a.Tekanan darah berbaring : 130/80 mmHg
b. Denyut nadi : 81 x/menit
c. Inspeksi         : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi           : ictuscordis teraba pada ic V midclavicula sinistra.
Perkusi           : redup.
Auskultasi     : bunyi jantung 1 dan 2 normal lup-dup
d.  Ekstremitas
Suhu              : 36,5 C, akral hangat
Pengisian kapiler/capillary refille time: kembali dalam 3 detik
Varises           : tidak ada
Plebitis           : tidak ada
e. Membran mukosa bibir     : lembab
Kongjutiva                            : tidak anemis
Sclera                                    : tidak ikterik
3.             Sistem Persarafan dan Musculoskeletal
a.              Fungsi saraf cranial
         Olfaktorius : fungsi penciuman baik
         Optikus : fungsi visual dan lapang pandang baik
         Okulomotor : respon pupil normal, isokor
         Trochlear, trigeminus, abdusen berfungsi dengan baik
         Fasialis : bibir simetris
         Akustikus : pendengaran baik
         Glosofaringeal dan vagus : tidak ada gangguan menelan, fungsi kecap lidah baik
         Asesorius : mampu menoleh ke arah samping kiri dan kanan,
         Hipoglosus : fungsi mengunyah baik
b.             Fungsi saraf sensorik : mampu merespon terhadap nyeri, kecuali pada bagian pedis
sinistra yang luka.
c.              Fungsi motorik
 mampu berjalan Kekuatan otot : baik
ekstremitas kiri dan kanan = 5
Kemampuan koordinasi: baik , mobilisasi secara mandiri
Tremor : tidak ada Deformitas : tidak ada
Kemampuan pergerakan Sendi tidak ada pembengkakan
sendi:  sendi di esktremitas
kanan dan kiri tidak
mengalami kelemahan
 5   5               kekuatan otot
           5   5
Ekstremitas kanan atas       : kekuatan otot baik,  kukupendek bersih, tidak terdapat udema,
akral hangat, tidak terdapat sianosis.
Ekstremitas kiri atas            : kekuatan otot baik, tidak ada pembengkakan sendi, tidak ada
sianosis, terpasang infus RL 20 TPM.
Ekstremitas kanan bawah   : kekuatan otot baik, kuku pendek
bersih, tidak terdapat udema, akraldingin, tidak terdapat sianosis.
Ekstremitas kiri bawah       : kekuatan otot baik, terdapat luka di pedis dengan diamter 2 cm
dengan nanah tidak terasa nyeri, tidak ada pembengkakan sendi,  akral hangat, tidak ada
sianosis.
4.             Sistem Integumen
Data Objektif:
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang, membran mukosa bibir lembab. Ada luka pada
mamae sinistra bernanah bagian pinggir kehitaman dan teraba terasa nyeri dan odor.
5.             Sistem Eliminasi
pasien belum BAB sejak dirawat. Tidak ada rasa nyeri saat kencing.
6.             Sistem Gastrointestinal
Data Objektif : Makan berkurang hanya 3sendok makan,minum 8gelas/hari
Inspeksi
Tidak terdapat lesi, tampak pembengkakan pada perut.
Auskultasi
Peristaltik usus 5 x/menit
Perkusi
Timpani
Palpasi
Tidak teraba massa, terdapat nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah (Mc. Burney),
psoas sign (+), obturator sign (+), rovsing sign (+), defans musculer (+)
7.             Sistem Penginderaan
Data Objektif
Pemeriksaan mata :
a.              Lapang pandang                    : normal
b.             Gerakan mata                        : normal
c.              Pemeriksaan fisik mata          : normal
d.             Konjungtiva                          : anemis
e.              Sklera                                   : tidak ikterik
f.              Pupil                                      : normal
g.             Kesimetrisan                          : simetris
Pemeriksaan hidung :
a.              Inspeksi hidung                     : simetris, bersih
b.             Palpasi                                   : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan telinga :
a.              Inspeksi telinga luar              : bersih
b.             Inspeksi telinga dalam           : bersih, tidak ada serumen
c.              Palpasi daun telinga              : tidak ada nyeri, tidak ada massa
8.             Sistem Cairan dan Elektrolit
Input cairan
Makanan dan Minuman      : 1000 cc
Infus                                   : 600 cc
Injeksi obat                         : 30 cc
Total Intake cairan              : 1000 + 600= 1600 cc
Output Cairan
Urin                                     : 1000 cc
IWL            (24 jam)                      : 15 x BB = 15 x 42 = 630 cc
Total Output Cairan            : 1000 + 630= 1630
Balance cairan : Input – Output : 1630 – 1630 =0 cc
9.             Sistem Imunitas
Data Subjektif :
Pasien mengatakan tidakmempunyai riwayat alergi terhadap makanan dan  obat-obatan.
10.         Sistem Hematologi
a.              Riwayat transfusi darah : pasien belum pernah mendapat tranfusi darah sebelumnya.
b.             Konjungtiva : anemis.
c.              Kulit dan kuku tampak pucat.
D.           Data Tambahan
1.             Pola aktifitas, istirahat dan tidur
Data Subjektif:
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit ia sering tidur pukul 21.00 WIB dan terbangun pada
pagi harinya pukul 05.30 WIB. Pasien dapat tidur dengan nyenyak dan bangun dengan badan
yang segar. Pasien mengatakan tidak mempunyai kebiasaan tidur siang.
Pasien mengatakan bahwa selama di rumah sakit tidurnya tidak begitu nyenyak,tidur pada
pukul 21.00 WIB dan tidak bisa tidur nyenyak karena ruangan terasa panas. Pasien
mengatakan tidak bisa tidur pada siang hari karena banyak anggota keluarga dan tetangga
yang menjenguknya.
2.             Activity Daily Living
Data Subjektif
Pasien mengatakan sebelum sakit, semua aktifitas sehari-hari biasa dilakukan dengan
mandiri, selama sakit aktifitas pasien seperti makan, berpakaian, kebersihan diri dibantu oleh
suaminya. Pasien merasa lemah untuk beraktivitas. Tidak ada perubahan tanda-tanda vital
yang signifikan sebelum dan setelah beraktivitas.
Data Objektif
a.       Penampilan umum        : cukup rapi
b.      Bau badan                     : tidak ada
c.       Kebersihan badan         : bersih
3.             Ketidaknyamanan
Data Subjektif :
Pasien mengeluh nyeri di daerah ulu hatinya dan merasa mual sehingga tidak nafsu makan.
E.            Data Penunjang
1.             Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 25 November 2017
Nama             Satuan Hasil Angka normal
Pemeriksaan
Total g/dl      - (6,4-8,3)
protein g/dl - (3,5-5)
Albumin mg/dl 87.0 (7-18)
BUN mg/dl 3.96 0,8-1,3)
Creatinin mg/dl   (2,6-7,2)
Uric mg/dl 96.7
Glukosa mg/dl 186.18
Ureum IU/l 39.3
AST IU/l      13.0
ALT
WBC  X10^3/UL 14.1 4-11
RBC   X10^3/UL 2.90 4.5-6.5
HGB  g/dl 7.7 13-18
HCT   % 25.0 40-54
MCV Fl 86.2 76-96
MCH Pg 26.6 27-32
MCHC g/dl 30.8 30-35
PLT x10^3/ul 300 150-450

2.             Pemeriksaan USG Abdomen 25 November 2017


a.       Hepar, multipel
b.      Lien dalam batas normal
Diagnosa : Ca mamae
3.             Terapi
Infus RL 20 tpm pada tangan kiri
Injeksi Ceftazidime 2x1gr injeksi ketorolac 3x30mg
Injeksi ranitidin 2x50mg

F.            Analisa Data


No Hari/Tgl/Jam Data Fokus Masalah Etiologi
.
1. Senin DS: Nyeri akut Agen cedera fisik
27-11-2017 Pasien mengeluh nyeri di dada kiri
dengan karakteristik:
P : nyeri berkurang bila tidur.
Q : seperti ditusuk-tusuk.
R : pada payudara kiri
S : skala nyeri 5
T : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
nyeri dirasakan terus-menerus.
DO:
Ekspresi wajah pasien tampak
meringis kesakitan menahan nyeri.
Tekanan Darah: 130/80  mmHg.

2 Senin DS : Kerusakan Luka CA Mamae


27-11-2017  klien mengatakan luka ca pada intregitas
payudara kiri yang tidak nyaman jaringan
sejak 1 tahun lalu
DO :
Luka CA pada payudara kiri, keluar
nanah, pinggiran menghitam.
Terbalut kasa sudah rembes. Odor
khas CA.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tgl/Jam Tindakan Keperawatan Respon Hasil


.
1. Senin Mengajarkan teknik farmakologi S Pasien mengatakan setelah berlatih relaksasi nafas
27-11-2017 (distraksi dan relaksasi). dalam, nyeri sedikit berkurang menjadi skala 4.
15.20 O Pasien dapat mempraktekkan teknik relaksasi nafas
dalam seperti yang diajarkan. Ekspresi wajah tampak
19.00 Memonitor kondisi luka CA rileks
S:Klien mengatakan tidak nyaman dengan luka
monitor intake makan pasien O luka terbalut kasa, kering tidak rembes tercium odor
19.30
S Pasien mengatakan tidak nafsu makan
20.00 Kolaborasi : Memberikan injeksi O pasien hanya menghabiskan seperempat porsi
ranitidin Pasien mengatakan setelah diberi obat, mual yang
dirasakan semakin berkurang.
O obat diberikan via IV
2. Selasa Memonitor nyeri perut pasien. S pasien mengatakan nyeri skala 4, nyeri hilang
28-11-2017 timbul, bertambah saat bergerak. Perut kuadran kanan
16.00 bawah. Nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Memberi pendidikan kesehatan O pasien masih Nampak meringis kesakitan
17.00 tentang pentingnya nutrisi untuk S Klien mengatakan paham dengan penjelasan yang
kesembuhan pasien. diberikan
19.00 Memonitor Intake nutrisi pasien O Klien Nampak kooperatif
19.20 Mengajarkan cara menjaga S : Klien mengatakan masih mual
kebersihan luka O klien hanya menghabiskan seperempat porsi
19.30 Memberikan injeksi ranitidin makannya
S klien mengatakan mengerti cara menjaga
kebersihan luka
O klien paham dengan penjelasan yang diberikan
S Pasien mengatakan setelah diberi obat, mual yang
dirasakan semakin berkurang.
O obat diberikan via IV
F.     EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan
Rabu Nyeri akut berhubungan dengan agen S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
29-11-2017 cedera fisik. dengan skala nyeri turun menjadi 3. Pasien
20.40 mengatakan sudah bisa mempraktekkan teknik
relaksasi nafas dalam saat nyeri mulai terasa.
O: Ekspresi wajah tampak rileks. Pasien tampak
mempraktekkan teknik relaksasi nafas. TD :
130/80 mmHg. Nadi : 89 x/menit. RR : 22 x/menit.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi:
1.      Monitor nyeri.

Rabu Kerusakan intregitas jaringan S:Pasien mengatakan luka terasa lebih nyaman
29-11-2017 O:luka di payudara kiri tertutup kasa, tidak rembes,
20.40 odor masih tercium
A:Masalah kerusakan intregitas jaringan belum
teratasi
P:Lanjutkanintervensi
1.      Manajemen luka
2.      Manajemen infeksi
KATARAK
A. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan (bayangan seperti awan) pada lensa tanpa nyeri yang berangsur –
angsur penglihatan kabur dan akhirnya tidak dapat menerima cahaya. (Long, B.C, 1996 :
259).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya bening dan jernih menjadi
keruh. (Ilyas, 1997)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa atau denaturasi protein lensa.(Ilyas, 1998 : 84)
Katarak adalah keadaan dimana lensa mata menjadi keruh, yang tingkatan usia sangat
beragam. (Knight, J.F, 1998 : 82)
Katarak adalah keburaman atau kekeruhan lensa.( Engram, B. 1997 : 490 )
Katarak adalah gangguan opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya
akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun.
( Doenges,M.2000 : 412 )
Katarak dalah penurunan progresif kejernihan lensa-lensa menjadi keruh atau berwarna abu-
abu dan kertajaman penglihatan berkurang.( Corwin, 2000 : 219 )
A catarac is an opacity of the lens. ( I.Black, Joyce.M, 1987 : 848 )

A. Klasifikasi Katarak :
1. Katarak Kongenital
Katarak yang mulai terjadi sebelum / segera setelah lahir dari plasenta bayi berusia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak Juvenil
Yaitu katarak lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuk pada usia kurang
dari 9 tahun dan lebih dari 8 bulan.
3. Katarak Senilis
Yaitu semua kekeruhan yang terdapat pada usia diatas 50 tahun
4. Katarak Rubela
Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa, tedapat 2 bentuk kekeruhan yaitu
kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara / kekeruhan diluar nuklear yaitu
korteks anterior dan posterior / total.
5. Katarak Kondikata
Merupakan katarak akibat penyakit lain seperti radang dan proses degenerasi seperti ablasi
retina, retinitis pigmetosa, glaukoma, tumor intraokuler, iskemia okuler, helersis anterior
segmen, buttalmos akibat suatu trauma dan pasca bedah mata
6. Katarak Diabetikum
Merupakan katarak yang terjadi akibat penyakit diabetes melitus ( DM )
7. Katarak Sekunder
Katarak yang terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosa pada sisa lensa yang tertinggal,
paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK (Ekstrasi Katarak Ekstra Kapsular)

B. ETIOLOGI ( Ilyas, 1998 : 207 ; Corwin, 2000 : 219 )


1. Fisik
2. Kimia
3. Usia
4. Penyakit predisposisi ( DM )
5. genetik dan gangguan perkembangan
6. Infeksi virus dimasa pertumbuhan janin
7. Perubahan degeneratif
8. Pajanan terhadap sinar matahari selama hidup
9. herediter dan predisposisi
10. Pajanan, radiasi dan obat tertentu
11. Proses penuaan
12. Radang menahun didalam bola mata
13. Sinar Ultraviolet B
14. Efek racun dari rokok
15. Alkohol
16. Kekurangan vitamin E
17. Pengguna obat tertentu ( misal Kortikosteroid )
18. Cedera mata karena pukulan keras, tusukan benda
C. PATOFISIOLOGI
Lensa normalnya bening ( transparan ) agar cahaya dapat melaluinya. Perubahan biokimia
dapat terjadi dalam lensa, trauma juga dapat menyebabkan lensa menjadi keruh kemudian
menghalangi cahaya yang masuk ke retina, katarak imatur merupakan perkembangan dari
sebagian katarak pada kapsul lensa. ( Long, B.C, 1996 : 259 )
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keruh dan keras. Keadaan ini disebut
katarak senil, yang merupakan kelainan yang sering ditemukan. Katarak senil dapat terjadi
mulai usia muda sekali pada usia 40 tahun. Bila katarak ditemukan pada anak-anak biasanya
hal ini disebabkan kelainan bawaan / dapat juga disebabkan infeksi virus dan rubella pada ibu
yang sedang hamil muda keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital dan dapat terlihat
pada saat bayi lahir.
Cedera mata dapat mengakibatkan katarak pada semua umur. Pukulan keras tembus,
menyayat, panas tinggi / bahan kimia dapat mengakibatkan kerusakan lensa yang disebut
katarak traumatik, beberapa penyakit tertentu seperti DM dapat mngakibatkan lensa menjadi
keruh sehingga membentuk katarak komplikata( Ilyas, 1997)
Karakteristik dari katarak adalah ditandai dengan penurunan O2 dan air meningkat yang
diikuti dengan dehidrasi kemudian sodium dan kalsium meningkat, potasium dan protein
menurun. Penurunan protein ini mempengaruhi perubahan warna pada lensa mata menjadi
kekuningan / kekeruhan karena adanya perubahan komposisi dan molekul. Hal ini dapat
dilihat dengan menggunakan radiasi ultraviolet.
Tahap Perkembangan katarak :
a. Immature Cataract
Pandangan menjadi agak buram dan bebrapa sinar diteruskan, penglihatan masih berfungsi
b. Matur Cataract
Pandangan seluruhnya buram, penglihatan menurun
c. Intumescent Cataract
Lensa mata berair, lensa mungkin mengalami imatur / matur dan kemungkinan adanya
glaukoma.
d. Hipermature Cataract
Kemungkinan adanya phacolytic glaukoma ditandai dengan obstruksi dan penyerapan protein
makrofag ( I. Black & joyce, M. 1987 : 849 )
Pengobatan katarak yang paling efektif hanya dengan pembedahan. Pembedahan katarak
bertujuan untuk mengeluarkan lensa yang keruh.
Ada 2 tipe pembedahan katarak, yaitu :
a. EKIK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular )
Adalah mengeluarkan lensa dalam keadaan lensa utuh. Dilakukan dengan membuka /
menyayat selaput bening dan memasukan alat melalui pupil, kemudian menarik lensa keluar.
Seluruh lensa dengan pembungkus atau kapsulnya dikeluarkan dengan lidi ( probe ) beku
( dingin ). Pada operasi ini dibuat sayatan selaput bening yang cukup luas, jahitan yang
banyak ( 14-15 mm ) sehingga penyembuhan lukanya memakan waktu yang lama.
b. EKEK ( Ekstraksi Katarak Intra Kapsular )
Isi lensa dikeluarkan setelah pembungkus depan dibuat lubang sedang pembungkus belakang
ditinggalkan. Dengan tekhnik ini terdapat ruabg bebas ditempat bekas lensa sehingga
memungkinkan menempatkanlensa pengganti yang disebut sebagai lensa tanam bilik mata
belakan ( posterior chamber intraocular lens ). Dengan yekhnik ini sayatan lebih kecil ( 10-11
mm ), sedikit jahitan dan waktu penyembuhan lebih pendek (Ilyas,1999:24-26)
MANIFESTASI KLINIS
1. Pandangan kabur
2. Photophobia
3. Silau pada cahaya
4. Monocular diplopia
5. Dapat melihat dengan baik jika pupil mengalami dilatasi
6. Lensa mata terlihat keruh
7. Manik mata kelihatan putih / kekuning-kuningan
8. Penglihatan pasien berangsur-angsur menurun tanpa disertai rasa sakit dan dapat
berakhir dengan kebutaan
9. Refleks merah tida terlihat pada pupil
10. Gangguan mengendarai kenderaan pada malam hari Hipermetropi
11. Lihat ganda( I.Black, Joyce.M.1987 & Ilyas, 1997 )

D. PERAWATAN PASCA BEDAH


Setelah pembedahan pasien segera diberi obat untuk mengurangi rasa sakit karena operasi
katarak adalah suatu tindakan yang menyayat . Antibiotik diperlukan atas dasar kemungkinan
terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak sempurna. Pasien diberi obat tetes mata
steroid untuk mengurangi reaksi radang akibat tindakan bedah dan diberikan obat tetes mata
yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi. Mata selama 2-4 minggu setelah
pembedahan perlu dilindungi sewaktu tidur untuk mencegah kecelakaan pada mata yang
dibedah akibat garukan tangan pada mata tanpa disadari Akan dirasakan perbaikan
penglihatan yang nyata pada hari berikut setelah pembedahan mata. Penyembuhan sempurna
akan didapat setelah 4-5 minggu.
Tujuan Perawatan post operasi katarak adalah mencegah :
a. Peningkatan Tekanan Intra Okular ( TIO )
b. Tegangan pada jahitan
c. Perdarahan pada ruang anterior
d. Infeksi
Pendidikan kesehatan diperlukan untuk pasien post operasi katarak dan keluarga. Pendidikan
kesehatan ini meliputi :
a. Tanda dan gejala infeksi ( kemerahan, pandangan kabur, nyeri, bengkak, berair )
b. Tanda dan gejala peningkatan TIO ( Nyeri, mual, pandangan menurun )
c. Proteksi untuk mata ( kacamata )
d. Pengobatan dan tekhnik menggunakan tetes mata
E. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian fokus pasien post operasi katarak adalah :
- Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan
- Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan ( kabur / tak jelas ), sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat
Tanda : Tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil, peningkatan air mata
Fokus pengkajian menurut Engram, 1999 yaitu :
- kaji terhadap nyeri da mual
- Periksa TTV
- Periksa status pelindung mata
- Kaji tingkat kesadaran

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

. CEMAS Setelah dilakukan tindakan PENGURANGAN CEMAS


Definisi : perasaan gelisah yang tak keperawatan selama Definisi: rasa takut, cemas, merasa
jelas dari ketidaknyamanan atau .......x24 jam pasien dapat mengontrol dalam bahaya atau
kekuatan yang disertai respon autonom cemas ketidaknyamanan terhadap sumber
(sumber tidak spesifik atau tidak dengan indikator:: yang tidak
diketahui oleh individu), perasaan  monitor intensitas kecemasan diketahui
keprihatinan disebabkan dari antisipasi  menyingkirkan tanda kecemasan Intervensi :
terhadap bahaya.  menurunkan stimulus lingkungan  gunakan pendekatan yang
Faktor yang berhubungan : ketika menenangkan
 Terpapar racun cemas  pahami perspektif pasien terhadap
 Konflik yang tidak disadari  merencanakan strategi koping situasi stres
tentang nilai-nilai utama tujuan untuk  temani pasien untuk memberikan
hidup, situasi penuh stres keamanan dan
 berhubungan dengan herediter,  menggunakan teknik relaksasi mengurangi takut
 kebutuhan tidak terpenuhi untuk  berikan informasi mengenai
 transmisi interpersonal mengurangi cemas diagnosis,
 krisis situasional  tidak ada manifestasi perilaku tindakan, prognosis
 ancaman kematian kecemasan  dorong keluarga untuk menemani
 ancaman terhadap konsep diri,  melaporkan kebutuhan tidur anak
stres, subtans abuse adekuat  lakukan backrup
 perubahan dalam : status peran;  dengarkan dengan penuh perhatian
kesehatan; pola interaksi, fungsi  identifikasi tingkat kecemasan
peran, lingkungan, ekonomi  bantu pasien mengenai situasi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen yang
injuri (biologi, kimia, fisik,psikologis), menimbulkan kecemasan
kerusakan jaringan NIC :
DS: -Laporan secara verbal DO:-Posisi NOC : Lakukan pengkajian nyeri secara
untuk menahan nyeri Pain Level, komprehensif termasuklokasi,
-Tingkah laku berhati-hati pain control, karakteristik, durasi, frekuensi,
-Gangguan tidur (mata sayu, tampakcapek, comfort level kualitas dan faktor presipitasi
sulit atau gerakan kacau,menyeringai) Setelah dilakukan tindakan Observasi reaksi nonverbal dari
-Terfokus pada diri sendiri keperawatan selama 3x24jam Pasien ketidaknyamanan
-Fokus menyempit (penurunanpersepsi tidak mengalami nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga untuk
waktu, kerusakan prosesberpikir,
kriteria hasil: mencari dan menemukandukungan
penurunan interaksi denganorang dan Mampu mengontrol nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
lingkungan) (tahupenyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri sepertisuhu
-Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- menggunakan tehnik nonfarmakologi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
jalan, menemui orang lain
untuk mengurang inyeri, mencari Kurangi faktor presipitasi nyeri
dan/atauaktivitas, aktivitas berulang- bantuan) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
ulang) Melaporkan bahwa nyeri berkurang menentukan intervensI
dengan menggunakan manajemen
nyeri
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T
DENGAN KATARAK
DI RUANG EDELWAIS RSUD BANYUMAS
Tanggal pengkajian : 4 Juni 2017
Ruangan : EDELWAIS
A. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 61 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat :Losari Rt.01 Rw.5
Jenis Kelamin : Perempuan
No RM : 726648
Diagnosa : Katarak OD

b. Keluhan Utama
Pandangan mata kanan kabur
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan penglihatannya kabur, silau bila melihat cahaya,kadang
pusing, kornea mata tampak putih , TD 140/90 mmHg, N: 88 x/m, R: 20 x/m, S: 36,5 C, klien
mengalami pandangan kabur sekitar 1 tahun yang lalu dan setelah dilakukan pemeriksaan pasien
rencana mau diopareasi tanggal 5 Juni 2015
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengalami penyakit serupa sudah 1 tahun yang lalu dan mengalami hipertensi sekitar
2 tahun yang lalu, tetapi hanya berobat ke puskesmas saja
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menular. tidak ada yang
mengalami penyakit DM, Hipertensi maupun jantung
. Pola Fungsional
1. Persepsi tentang kesehatan dan managemen kesehatan
Pasien mengatakan sehat adalah bebas dari penyakit. Pasien juga mengatakan kesehatan merupakan
suatu hal yang penting dan berharga dalam kehidupan. Pasien selalu berdoa untuk meminta
kesembuhan. Usaha untuk memperoleh kesembuhan dan menjaga kesehatan dengan cara melakukan
pengobatan di Rumah Sakit.
2. Pola nutrisi
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan minumnya, biasa minum 8 gelar air
setiap harinya yang terdiri dari air putih dan teh. Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan pola
makannya, pasien mengatakan kalau makannya teratur yaitu makan 3 kali.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan sejak dirawat makan dan minum tidak ada masalah.
3. Pola Eliminasi
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAB 1 x sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, bau khas dan tidak ada masalah. Pasien mengatakan BAB sedikit + BAK 2 – 3 x sehari
dengan warna kuning, jernih, bau khas.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan BAB baru sekali setelah operasi. BAK sedikit sebanyak 500
cc/10 menit, warna kuning jernih, bau khas kateter.
4. Pola Istirahat Tidur
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan di rumah + 7 – 8 jam dan tidak ada gangguan.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan tidur 5jam.
5. Pola aktifitas dan latihan
1) Sebelum sakit :Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam melakukan aktifitas
2) Selama sakit : Aktifitas pasien terbatas selama sakit dan memerlukan bantuan dalam pemenuhan
ADL karena proses penyakitnya.
6. Pola Kognitif
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika sakit biasanya pasien berobat ke mantri atau Puskesmas
terdekat.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan kalau pasien mengetahui tentang penyakit yang dideritanya
saat ini dan mengerti tentang penyakitnya.
7. Persepsi diri dan konsep diri
1) Ideal diri : Pasien mengatakan sekarang kondisinya sudah lebih baik dari sebelumnya, pasien
ingin segera sembuh dan pulang ke rumah.
2) Harga diri : Pasien mengatakan menerima kondisinya saat ini, tetapi kadang pasien sering
merasa sedih dengan kondisinya saat ini.
3) Gambaran diri : Pasien mengatakan ada perubahan pada dirinya, bahwa dirinya saat ini sedang
sakit.
8. Pola koping dan toleransi stress
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan jika mengalami suatu masalah, pasien sering menceritakan
kepada ibu dan ayah.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit keluarga selalu memperhatikan dan menunggui
pasien selama dirawat, dan jika ada masalah pasien menceritakan kepada keluarganya.
9. Pola sexual dan reproduksi
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam masalah sexual dan reproduksi.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit pasien tidak ada hambatan dalam masalah
sexual dan reproduksi.
10. Pola nilai dan kepercayaan
1) Sebelum sakit : Pasien mengatakan selalu menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
2) Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit tidak menjalankan ibadah.

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum: Baik
Kesadaran : Composmentis( E4M6V5)
Tekanan darah 140/90 mmHg N:80 S:36,6
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala:Bentuk kepala mesochepal, rambut beruban dan tidak mudah rontok, kulit
kepala bersih.
2. Muka:Simetris, tampak pucat
3. Mata:Penglihatan kabur mata kanan, kornea mata tampak putih, OD : palpebra dan
konjungtiva dextra sulit dinilai dan lensa keruh, OS: tidak ada gangguan penglihatan,
sclera tidak ikterik dan konjungtiva tidak anemis
4. Telinga:Simetris, bentuk normal,tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
5. Hidung: Simetris, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung, tidak terpasang alat
bantu nafas
6. Mulut:Mukosa bibir kering dan bibir tidak sianosis
7. Gigi:Gigi tampak bersih dan tidak ada caries dentis
8. Lidah : Lidah tampak bersih
9. Leher:Tidak ada pembesaran vena jugularis, dan tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
10. Dada:Inspeksi:simetris, tidak ada retraksi D/S,Palpasivokal fremitus D/S
simetris,tidak ada nyeri tekan, auskultasi; suara paru vesikuler,tidak terdengar ronkhi
pada paru kanan dan kiri
11. Abdomen :Inspeksi : tampak tidak ada asites,supel. Palpasi : hepar tidak teraba,
tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa feces. Auskultasi: peristaltik normal, bising
usus hipoaktif 12 x/m. Perkusi : dulness
12. Genital : tidak terpasang DC, urin warna kuning jernih kurang lebih 1500 cc/hr
13. Ekstremitas:Ektremitas kanan kiri tidak ada gangguan pergerakkan.Ekstremitas atas
5/5 dan ekstremitas bawah 5/5
c. Pemeriksaan Penunjang
No Pemeriksaan Hasil Normal
1. Hemoglobin 13,2 gr/dl 14.0-18.0
2. Leukosit 6.99 10^3/ul 4.80-10.80
3. Trombosit 163 10^3/ul 150-450
4. Hematokrit 39.1 % 42.0-52.0
7. Gula sewaktu 81 mg/dl 70-105
8. PPT 11,5 Detik
9. APTT 25 Detik
10. HbsAg Negatif
Tanggal 5 Juni 2017 :
Cefadroxil 2x500mg Xitrol tetes mata 6x/hari
Dexametason 2-2-0 Na Diclofenac 2x50mg
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

. CEMAS Setelah dilakukan tindakan PENGURANGAN CEMAS


Definisi : perasaan gelisah yang tak keperawatan selama Definisi: rasa takut, cemas, merasa
jelas dari ketidaknyamanan atau .......x24 jam pasien dapat mengontrol dalam bahaya atau
kekuatan yang disertai respon autonom cemas ketidaknyamanan terhadap sumber
(sumber tidak spesifik atau tidak dengan indikator:: yang tidak
diketahui oleh individu), perasaan  monitor intensitas kecemasan diketahui
keprihatinan disebabkan dari antisipasi  menyingkirkan tanda kecemasan Intervensi :
terhadap bahaya.  menurunkan stimulus lingkungan  gunakan pendekatan yang
Faktor yang berhubungan : ketika menenangkan
 Terpapar racun cemas  pahami perspektif pasien terhadap
 Konflik yang tidak disadari  merencanakan strategi koping situasi stres
tentang nilai-nilai utama tujuan untuk  temani pasien untuk memberikan
hidup, situasi penuh stres keamanan dan
 berhubungan dengan herediter,  menggunakan teknik relaksasi mengurangi takut
 kebutuhan tidak terpenuhi untuk  berikan informasi mengenai
 transmisi interpersonal mengurangi cemas diagnosis,
 krisis situasional  tidak ada manifestasi perilaku tindakan, prognosis
 ancaman kematian kecemasan  dorong keluarga untuk menemani
 ancaman terhadap konsep diri,  melaporkan kebutuhan tidur anak
stres, subtans abuse adekuat  lakukan backrup
 perubahan dalam : status peran;  dengarkan dengan penuh perhatian
kesehatan; pola interaksi, fungsi  identifikasi tingkat kecemasan
peran, lingkungan, ekonomi  bantu pasien mengenai situasi
Nyeri akut berhubungan dengan: Agen yang
injuri (biologi, kimia, fisik,psikologis), menimbulkan kecemasan
kerusakan jaringan NIC :
DS: -Laporan secara verbal DO:-Posisi NOC : Lakukan pengkajian nyeri secara
untuk menahan nyeri Pain Level, komprehensif termasuklokasi,
-Tingkah laku berhati-hati pain control, karakteristik, durasi, frekuensi,
-Gangguan tidur (mata sayu, tampakcapek, comfort level kualitas dan faktor presipitasi
sulit atau gerakan kacau,menyeringai) Setelah dilakukan tindakan Observasi reaksi nonverbal dari
-Terfokus pada diri sendiri keperawatan selama 3x24jam Pasien ketidaknyamanan
-Fokus menyempit (penurunanpersepsi tidak mengalami nyeri, dengan Bantu pasien dan keluarga untuk
waktu, kerusakan prosesberpikir, kriteria hasil: mencari dan menemukandukungan
penurunan interaksi denganorang dan Mampu mengontrol nyeri Kontrol lingkungan yang dapat
lingkungan) (tahupenyebab nyeri, mampu mempengaruhi nyeri sepertisuhu
-Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- menggunakan tehnik nonfarmakologi ruangan, pencahayaan dan kebisingan
jalan, menemui orang lain untuk mengurang inyeri, mencari Kurangi faktor presipitasi nyeri
dan/atauaktivitas, aktivitas berulang- bantuan) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
ulang) Melaporkan bahwa nyeri berkurang menentukan intervensi
dengan menggunakan manajemen
nyeri
IMPLEMENTASI
Hari/Tanggal Jam Implementasi Respon
Senin, 4 JUNI 10.00 Melakukan admision care S : Pasien mengatakan mengerti apa
2017 yang dijelaskan
11.00 mengidentifikasi tingkat kecemasan O :Pasien mengerti apa yang dijelaskan
S : Pasien mengatakan takut akan
Mendorong pasien untuk mengungkapkan tindakan operasi besok
12.00 perasaan, ketakutan, persepsi O : Pasien terlihat cemas
menginstruksikan pasien menggunakan TD 160/110 N:78 S:36 Rr:18
teknik relaksasi S : Pasien mengatakan selalu
13.00 memikirkan bagaimana operasinya
O: Pasien terlihat masih belum tenang.

S: Pasien mengatakan lebih


tenang,khawatir mulai berkurang
O: pasien melakukan napas dalam
untuk mengurangi kecemasan
Selasa, 4 Juni 10.00 Melakukan admision care S : Pasien mengatakan mengerti apa yang
2017 dijelaskan
11.00 mengidentifikasi tingkat kecemasan O :Pasien mengerti apa yang dijelaskan
S : Pasien mengatakan takut akan tindakan
Mendorong pasien untuk mengungkapkan operasi besok
12.00 perasaan, ketakutan, persepsi O : Pasien terlihat cemas
menginstruksikan pasien menggunakan teknik TD 160/110 N:78 S:36 Rr:18
relaksasi S : Pasien mengatakan selalu memikirkan
13.00 bagaimana operasinya
O: Pasien terlihat masih belum tenang.

S: Pasien mengatakan lebih


tenang,khawatir mulai berkurang
O: pasien melakukan napas dalam untuk
mengurangi kecemasan

EVALUASI
Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi
Rabu, 5 Juni 2017 Cemas berhubungan dengan perubahan status S : Pasien mengatakan sudah tidak takut
kesehatan O : TD: 140/80 mmHg N: 80X/menit,
RR: 20X/menit,pasien terlihat lebih
tenang
A : Masalah cemas teratasi
P:-
Rabu,5 Juni 2017 Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik S : Pasien mengatakan nyeri berkurang
(prosedur invasif) pada mata kiri
O : Pasien terlihat segar, skala 3,nyeri
pada mata kiri,nyeri hilang timbul
A : Masalah Nyeri teratasi sebagian
P: lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuklokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Ajarkan tehnik relaksasi
Gunakan analgetik sesuai kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai