Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

OBJEK 7

CROSS MATCHING (RUTIN)

OLEH:

NAMA : ARIF TAUFIK GUNAWAN

NO. BP : 1711012023

SHIFT : II/ SELASA SIANG

HARI/TANGGAL: SELASA/ 10 NOVEMBER 2020

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
Objek 7. Cross Matching (Rutin)

I. Tujuan
 Untuk mengetahui ada tidaknya reaksi antara darah donor dan pasi
en sehingga menjamin kecocokan darah yang akan ditranfusikan ba
gi pasien
 Untuk mendeteksi antibodi yang tidak diharapkan dalam serum pas
ien yang dapat mengurangi umur eritrosit donor/ menghancurkan e
ritrosit donor.
II. Tinjauan pustaka
Darah merupakan salah satu komponen paling penting yang ada da
lam tubuh, mengingat fungsinya sebagai alat transportasi. Kekurangan dar
ah di dalam tubuh dapat memacu sejumlah penyakit dimulai dari anemia, h
ipotensi, serangan jantung, dan beberapa penyakit lainnya. Beberapa kasus
lain seperti kecelakaan, luka bakar dan proses persalinan juga memerlukan
tranfusi darah akibat tingginya kemungkinan pendarahan. Terdapat dua jen
is penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan A-B-O d
an Rhesus (faktor Rh).[1]
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasm
a darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukos
it dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua bel
as berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, s
edang 45% sisanya terdiri dari sel darah. Darah kita mengandung beberapa
jenis sel yang terangkut didalam cairan kuning yang disebut plasma darah.
Plasma darah tersusun atas 90% air yang mengandung sari makanan, prote
in, hormon, dan endapan kotoran selain sel-sel darah.[2]
Istilah sistem golongan darah mengacu pada jenis antigen (Ag)
yang terdapat pada sel darah merah yang spesifisitasnya ditentukan dari
gen yang berada pada kromosom. Sedangkan Istilah jenis golongan darah
mengacu pada spesifisitas hasil reaksi sel darah merah terhadap jenis
antisera tertentu.[3]
Pemeriksaan uji cocok serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah
pasien dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah antigen
eritrosit donor sesuai dengan antibodi di serum pasien (uji mayor) dan
antigen eritrosit pasien terhadap antibodi di serum donor (uji minor).
Pemeriksaan uji cocok serasi dapat dilakukan dengan metode tabung
(metode konvensional) dan Gel.[4]
Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah dari
donor yang sehat ke penerima siapa yang membutuhkan. Darah terdiri dari
sel darah dan plasma, sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan
hemoglobin. Pemberian darah transfusi dan komponen darah sebenarnya
membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap ABO dan Rhesus (D),
juga sebagai tes kecocokan silang untuk memeriksa darah donor dan
pasien darah agar kompatibel untuk menghindari aglutinasi atau reaksi
hemolisis yang mengancam pasien dan berujung sampai mati.[5]
Oleh karena itu, pengujian kompatibilitas harus dilakukan untuk
memeriksa kompatibilitas darah donor dan darah pasien. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk menentukan apakah eritrosit dari darah donor sesuai
dengan darah pasien dan apakah ada antibodi dalam serum pasien (mayor
tes) atau dalam serum donor terhadap sel pasien (tes kecil). Pemeriksaan
ini bisa dilakukan menggunakan metode tabung (metode konvensional)
dan gel metode.[6]
Pengujian kompatibilitas menggunakan metode gel adalah yang
pertama ditemukan oleh Lapierre pada tahun 1990 di Regional Blood
Pusat Transfusi Lyon. Teknik gel terdiri dari Partikel gel dekstran
akrilamida dalam tabung mikro dan Serum Coomb. Prinsipnya dengan
mereaksikan antibody disajikan dalam serum / plasma dengan antigen
aktif eritrosit di mikro-tabung kemudian disentrifugasi membentuk
aglutinasi. Jika reaksinya positif, artinya agglutinate yang terperangkap
dalam gel. Sedangkan jika Reaksi negatif, ini menunjukkan bahwa
antibodi tidak menempel pada eritrosit dan eritrosit bebas lewat melalui
gel ke bagian bawah tabung mikro. Adanya aglutinasi sebenarnya
menunjukkan ketidakcocokan. Jadi, uji kompatibilitas dengan gel metode
dapat dianggap sebagai metode dengan sederhana, tahapan yang cepat dan
stabil sehingga dapat didokumentasikan dan memberikan hasil yang
obyektif.[8]
Prosedur pengujian kompatibilitas dibagi menjadi dua tahap, yaitu
pemeriksaan kompatibilitas utama di mana donor eritrosit dicampur
dengan serum pasien dan pemeriksaan kompatibilitas kecil di mana pasien
eritrosit bercampur dengan plasma donor.[7]
Pemeriksaan reaksi silang (Cross Match) diperlukan sebelum
melakukan transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien / resipien
sesuai dengan darah donor. Pemeriksaan Cross Match ini sangat perlu
untuk mencegah reaksi transfuse dengan memastikan penderita tidak
mengandung antibody yang reaktif terhadap antigen pada sel darah merah
donor dan bermanfaat bagi pasien. Pada reaksi silang mayor (Mayor Cross
Match) adalah memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibody
dalam serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor. Pada uji
silang serasi minor (Minor Cross Match) adalah untuk memastikan
ketidakcocokan oleh karena adanya antibody dalam serum donor terhadap
antigen sel darah merah pasien.[9]
Pada pemeriksaan auto adalah mereaksikan antara sel darah merah
pasien dengan serumnya untuk mengetahui apakah terdapat autoantibodi
atau tidak untuk melihat reaksi autoimun. Uji silang serasi dilakukan
dalam fase dan medium yang berbeda karena jenis antibody golongan
darah mempunyai karakter yang berbeda.
a. Fase I : fase suhu kamar (20⁰C – 25⁰C) dalam medium
saline, mendeteksi antibody komplet yang bersifat IgM
(cold antibody);
b. Fase II : fase inkubasi pada suhu 37⁰C dalam medium
bovine albumin, pada fase ini antibody inkomplet dapat
mengikat sel darah merah;
c. Fase III : fase antiglobulin test, semua antibody inkomplet
yang telah diikat pada sel darah merah (pada fase II) akan
beraglutinasi (positif) dengan baik setelah penambahan
Coombs serum.[9]
Untuk validasi hasil pemeriksaan maka sample tersebut setelah
fase 3 direaksikan dengan Coombs Control Cell (CCC) bila hasilnya di
fase III negatif maka ditambah dengan CCC hasilnya positif. Pemeriksaan
ini bertujuan ntuk mengetahui apakah sel darah merah donor bisa hidup
didalam tubuh pasien dan untuk mengetahui ada tidaknya antibody
komplet (tipe IgM) maupun antibody inkomplet (tipe IgG) dalam serum
pasien (mayor) maupun dalam serum donor yang melawan sel pasien
(minor).[9]
III. Alat dan Bahan
Alat:
o Objek glass
o Tabung reaksi
o Pipet tetes
o Rak tabung reaksi,
o Sentrifugasi
o Incubator
Bahan:
o Bovin albumin
o Reagen Coomb
o Darah resipien
o Darah donor
o Larutan NaCl fisiologi
IV. Prosedur kerja
1. Tahap Mayor
2 tetes serum resipien ditambah 1 tetes eritrosit 5% donor, kemud
ian ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin.
2. Tahap Minor
2 tetes serum donor ditambah 1 tetes eritrosit 5% resipien, kemudia
n ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin.
3. Aduk tahap mayor dan minor, lalu disentrifugasi pada kecepatan 1
000 rpm selama satu menit.
4. Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incomp
atible pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila reaksi negative re
aksi dilanjutkan)
5. Inkubasi pada suhu 37 derjat selsius selama 15 menit, lalu disentrif
ugasi lagi pada kecepatan 1000 rpm selama 1 menit.
6. Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incomp
atible pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila reaksi negative re
aksi dilanjutkan)
7. Cuci dengan larutan NaCl fisiologi sebanyak 3 sampai 4 kali.
8. Tambahkan 2 tetes Reagen Coombs, sentrifugasi lagi dengan kecep
atan 1000 rpm selama 1 menit.
9. Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incomp
atible artinya tidak dapat dilakulkan tranfusi, dan bila reaksi negati
ve maka baru boleh dilakukan tranfusi darah )
V. Hasil Pengamatan
Interpretasi Hasil Cross Match

No Mayor Minor AC/DCT Kesimpulan


1 - - - Darah keluar
2 + - - Ganti darah donor

3 - + - Ganti darah donor


4 - + + Darah keluar bila minor lebih kecil atau sam
a dengan AC/DCT consent
5 + + + Lihat keterangan no.5

VI. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dengan objek pengujian yaitu cross
matching. Dimana dilakukan pemeriksaaan antibodi yang bersifat IgG
pada saat inkubasi 15 menit dengan penambahan bovine albumin. Inku
basi dilakukan pada suhu 37º C karena dianggap suhu ini sama dengan
suhu atau kondisi tubuh manusia dan karena aglutinin Rh h
anya bereaksi pada suhu 37 C. Selain itu fungsi inkubasi ini yaitu untu
k memberi kesempatan antibodi melekat pada permukaan sel. Sebelum
diinkubasi masing –masing tabung telah ditambahkan sebanyak 2
tetes bovine albumin 22%. dimana fungsi albumin yaitu untuk men
ekan zat potensial dengan menguraikan ion-ion positif dan negatif
sehingga aglutinogen dan antibodi lebih cepat meningkat untuk
memudahkan proses sensititasi (aglutinasi). Setelah inkubasi selama 1
5 menit baru kemudian tabung yang telah berisi campuran t
adi disentrifugasi selama 15 detik dengan kecepatan 3000 rpm.
Reaksi dibaca terhadap hemolisis dan aglutinasi secara makroskopis.

• Fase III

Fase ini merupakan fase anti globulin. Fase III ini tujuannya
untuk mendeteksi antibodi yang bersifat IgG pada Fase II yang disensit
isasi oleh antibodi yang bersifat irregular. Semua antibodi inkomplet y
ang terikat pada sel darah merah di fase II akan beraglutinasi (positif) s
etelah penambahan coomb’s serum sebanyak 2 tetes. Dimana coomb’
s serum (antiglobulin) ini berfungsi sebagai jembatan coatednya antibo
di yang satu dengan yang lainnya. Sebelum penambahan coomb’s seru
m, sel darah dicuci terlebih dahulu dengan saline.

Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan zat sisa a


tau pengotor yang dapat mengganggu reaksi antara coomb’s serum den
gan sel darah Proses pencucian dilakukan dengan penambahan Saline
(NaCl 0,95 %) setinggi rak tabung, kemudian dicentrifuge selama 60 d
etik dengan kecepatan 3000 rpm. Selanjutnya supernatannya dibuan
g dimana proses pencucian dilakukan sebanyak 3 kali untuk
mendapatkan sel darah merah yang pekat (100%). Kemudian
ke dalam masing-masing tabung ditambahkan 2 tetes Coomb’
s serum, lalu dihomogenkan dan dicentrifuge selama 15 detik dengan k
ecepatan 3000 rpm. Dan reaksi pun dibaca terhadap hemolisis dan aglu
tinasi secara makroskopis. Dari praktikum ini diperoleh hasil dari ma
yor I dan II, minor I dan II serta auto control dan auto pool menunjukk
an reaksi negative (homogen) tanpa adanya hemolisis.

Kejadian hemolisis yang tidak normal (abnormal) bisa disebabkan


oleh beberapa faktor dari dalam tubuh (invivo) sendiri, misalnya kondi
si sel darah merah itu sendiri kurang baik, atau bisa disebabkan oleh fa
ktor luar (invitro), dari faktor luar bisa dijumpai akibat dari faktor trans
fusi darah, karena disebabkan adanya reaksi antibodi terhadap antigen
yang masuk kedalam tubuh atau pada sel darah merah dan risikonya ak
an lebih besar apabila sel darah merah donor yang ditransfusikan tidak
cocok dengan antibodi yang berada dalam plasma donor dengan sel dar
ah merah pasien. reaksi hemolisis in vivo karena transfusi ini disebut r
eaksi hemolitik transfusi. Reaksi hemolitik bisa terjadi secara langsung
(direck or indirec) dan dapat berakibat fatal, dan bisa juga reaksinya ba
ru muncul beberapa waktu kemudian setelah transfusi ( delay hemoliti
k tarnsfution reaction ). Akibat yang fatal dari reaksi transfusi dikarena
kan ketidak cocokan golongan darah ABO ( antibodi-A,-B,-AB ) yang
dibuat secara teratur menurut golongan darah masing-masing. Disampi
ng itu mungkin ada antibodi lain yang mungkin dibentuk secara alamia
h tetapi tidak beratur ( antibodi -Lewis,-A1,-P1 dll ) atau antibodi imm
un.

Reaksi transfusi yang baru muncul beberapa waktu kemudian setel


ah transfusi ( delay hemolitik tarnsfution reaction ) bisa disebabkan kar
ena darah donor sesungguhnya tidak compatible denga darah pasien, n
amun dalam reaksi silang/uji silang serasi menhasilkan false-compatibl
e.

Pemeriksaan reaksi silang (Cross Match) diperlukan sebelum mela


kukan transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien / resipien ses
uai dengan darah donor. Pemeriksaan Cross Match ini sangat perlu unt
uk mencegah reaksi transfuse dengan memastikan penderita tidak men
gandung antibody yang reaktif terhadap antigen pada sel darah merah
donor dan bermanfaat bagi pasien. Pada reaksi silang mayor (Mayor C
ross Match) adalah memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya anti
body dalam serum pasien terhadap antigen sel darah merah donor. Pad
a uji silang serasi minor (Minor Cross Match) adalah untuk memastika
n ketidakcocokan oleh karena adanya antibody dalam serum donor terh
adap antigen sel darah merah pasien. Pada pemeriksaan auto adalah me
reaksikan antara sel darah merah pasien dengan serumnya untuk meng
etahui apakah terdapat autoantibodi atau tidak untuk melihat reaksi aut
oimun.

VII. Kesimpulan dan Saran


7.1 Kesimpulan
1. Uji crossmatching/uji silang merupakan proses mereaksikan silang ant
ara darah donor dengan pasien sehingga didapatkan darah yang cocok
untuk pasien tersebut.
2. Dari pemeriksaan yang dilakukan didaapatkan hasil jika sel eritrosit p
enyebaran nya bebas tidak menumpuk maka darah nya cocok, begitu j
uga sebaliknya.

7.2 Saran

Praktikan agar lebih hati-hati dalam melakukan praktikum karena sampel


darah berbahaya apalagi darah seorang yang terkena HIV/AIDS.
Daftar Pustaka

1. Campbell, N.A.,J.B. Reeche, L.A. Urry, M.L. Cain. S.A. Wasserman, D.V.
Minorsky dan R.B. Jackson. Biologi Edisi kedelapan jilid 5 . Erlangga. Ja
karta; 2010.
2. Evelyn C, Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gr
amedia; 2006.
3. Maharani, Eva Ayu dan Ganjar Noviar. Imunohematologi dan Bank Dara
h. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2015.
4. Wardhani, Puspa dkk. Clinical Pathology And Medical Laboratory.
Surabaya: journal of Indonesia vol 23(1); 2016
5. Dalimoenthe NZ. Dasar-Dasar Transfusi Darah. 1st Ed, Bandung, Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2011; 27–38.
6. Weiss ED, Chizhevsky V. Implementation of Gel Testing for Antibody
Screening and Identification in a Community Hospital, a 3-Year
Experience. Lab Med, 2005; 36(8): 489–92.
7. Swarup CD, Dhot B, Kotwal J, Verma AK. Comparative Study of Blood
Cross Matching using Conventional Tube and Gel Method. MJAFI, 2008;
64(2): 129–30.
8. Reyneke T. Comparison of the Gel (Diamed-ID Micro Typing System)
and Tube Agglutination Cross-Match in Transfusion Medicine. South
Africa: Tshwane University of Technology. 2007; 24–6.
9. Maharani, Eva Ayu dan Ganjar Noviar. Imunohematologi dan Bank Dara
h. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2015.

Soal objek 7

ARIF TAUFIK GUNAWAN_1711012023_KELOMPOK 1_SHIFT 2

1. Pemeriksaan sel darah merah donor direaksikan dengan plasma pasien


disebut…
a. Mayor.
b. Minor
c. Auto Kontrol
d. Cell grouping
e. Serum grouping
2. Pemeriksaan sel darah merah pasien direaksikan dengan plasma donor
disebut…
a. Serum grouping
b. Mayor
c. Minor.
d. Auto Kontrol
e. Cell grouping
3. Fase 1 uji silang serasi (crossmatch) dengan suhu kamar (20⁰C – 25⁰C),
mendeteksi antibody komplet yang bersifat IgM (cold antibody),
menggunakan medium…
a. Saline.
b. AHG
c. CCC
d. BA 22%
e. Na.sitrat
4. Tes yang digunakan untuk mendeteksi antibodi atau komplemen pada
permukaan sel darah merah dimana sensitisasi telah terjadi secara invivo
adalah………
a. Tes Coombs tidak langsung (Indirect Coombs Test / ICT)
b. Tes Coombs langsung (Direct Coombs Test / DCT).
c. Crossmatch
d. Serum grouping
e. Cell grouping
5. Tes yang digunakan untuk mencari adanya antibodi irregular (inkomplit)
dalam serum. Terlebih dahulu dilakukan pelapisan eritrosit-eritrosit
normal bergolongan O (atau eritrosit-eritrosit yang golongannya sesuai
dengan serum yang diperiksa) dengan serum yang diketahui atau tersangka
mengandung antibodi penghalang adalah………
a. Tes Coombs tidak langsung (Indirect Coombs Test / ICT).
b. Tes Coombs langsung (Direct Coombs Test / DCT)
c. Crossmatch
d. Serum grouping
e. Cell grouping
6. Terdapat sel coated secara invivo pada eritrosit pasien dan biasanya terjadi
pada penderita AIHA (Auto-Immune Haemolytic Anemia), HDN
(Haemolytic Disease of Newborn), dan orang yang mendapat transfusi
darah dengan Rhesus yang berbeda, merupakan interpretasi hasil …
a. DCT (+) positif.
b. DCT (-) negatif
c. ICT (+) positif
d. ICT (-) negatif
e. RH pos(+)
7. Tes apa saja yang terlibat dalam tes sebelum dilakukannya transfusi
rutin…
a. Uji ABO / Rh
b. Antibodi screening
c. Uji spesifitas dan sensitivitas
d. Pencocokan silang.
e. Titer antibodi
8. Seberapa sering donor dapat memberikan darah …
a. Kapan saja
b. Setiap 1 bulan
c. Setiap 2 bulan.
d. Setiap 3 bulan
e. Setiap 6 bulan
9. Berapa banyak darah yang biasanya dapat disumbangkan pada satu waktu

a. 1 pint.
b. 2 pint
c. 2 gelas
d. 1 liter
e. 2 liter
10. Pada uji fase III, dimana pada fase ini dilakukan inkubasi dalam medium
bovine albumin, pada fase ini antibodi inkomplet dapat mengikat sel darah
merah pada suhu …
a. 25-30o C
b. 30-35o C
c. 37o C.
d. 39o C
e. 40-45o C

Anda mungkin juga menyukai