Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN ELEKTIF

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVI AFRIZA


NIM 1911438037

PEMBIMBING AKADEMIK : RIRI NOVAYELINDA, S.Kp, M.Ng

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
2020
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PADA KASUS PENATALAKSANAAN KLINIS PASIEN COVID-19 BERAT & KLINIS

DISUSUN OLEH :

NAMA : DEVI AFRIZA


NIM 1911438037

PEMBIMBING AKADEMIK : RIRI NOVAYELINDA, S.Kp, M.Ng

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
2020
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. DEFINISI
Ventilasi non invasive (NIV) adalah ventilasi mekanik yang memberikan bantuan
nafastanpa alat bantu nafas yang invasive. Penggunaan ventilasi non invasive
mengalami peningkatan dalam 2 dekade terakhir dan telah menjadi bagian dalam
manajemen gagal nafas akut dan kronik. Teknik ini digunakan sebagai pengganti
ventilasi invasive dan fleksibilitasnya dinilai baik untuk manajemen pasien. Teknik
ini pertama kali digunakan pada akhir 1980 pada pasien yang mengalami gagal nafas
akut sebagai alternative dari intubasi endotrakeal. NIV digunakan di unit gawat
darurat dan intensive care unit (ICU).
NIV baik digunakan pada pasien dengan kondisi sadar baik, kooperatif yang
diharapkan dapat mengalami prbaikan kondisi dalam 48 sampai 72 jam, hemodinamik
stabil, mampu mengontrol sekresi jalan nafas dan mampu besinkronisasi dengan
ventilator.

2. TUJUAN
Untuk mengoptimalkan pertukaran gas, dengan mempertahankan ventilasi alveolar
dan pengiriman oksigen

3. INDIKASI
a. Gagal nafas hipoksemia
 Edema paru kardiogenik tanpa gangguan hemodinamik
 Gagal nafas pada pasien dengan pneumonia pneumositis
 Gagal nafas pada pasien dengan immunocompromised (khususnya keganasan
hematologi dan pasien tranplantasi)
b. Gagal nafas hiperkapnia
 Eksaserbasi akut dari PPOK
 Eksaserbasi akut dari asma
 Gagal nafas pada pasien cystic fibrosis

4. KONTRAINDIKASI
a. Absolut
 Sedikitnya nafas spontan, gasping
 Obstruksi jalan nafas secara anatomi atau fungsional
 Perdarahan gastrointestinal atau ileus

b. Relative
 Koma
 Agitasi berat
 Retensi secret berat walaupun telah dilakukan bronkoskopi
 Hipoksemia berat atau asidosis (pH < 7.1)
 Instabilitas hemodinamik (syok kardiogenik, infark miokard)
 Kesulitan untuk akses jalan nafas karena anatomi
 Pasca operasi gastrointestinal atas

5. MEKANISME KERJA
Ventilator dihubungkan dengan sungkup muka, sungkup hidung, nasal plug atau
helm. Sebagian besar pasien dengan gagal nafas akut bernafas lewat mulut, sehingga
sungkup muka lebih dipilih dan memiliki angka kebocoran lebih kecil dari nasal plug
atau sungkup muka. Hidung memberikan resistensi aliran udara yang signifikan,
membatasi keuntungan dari NIV. Ketika sungkup hidung digunakan, mulut pasien
harus dijaga tetap tertutup atau bisa dengan menggunakan chin straps untuk
mengurangi kebocoran. Kebocoran dapat dikompensasi dengan meningkatkan
tekanan atau meningkatkan volume tidal.
6. CARA PEMASANGAN NIV
a. Menjelaskan teknik pemasangan ke pasien jika pasien kompeten
b. Memilih jenis dan ukuran alat yang sesuai
c. Mulai tekanan dari level rendah (contoh: pressure support 8 cmH2O dan PEEP
ekstrenal 4-5 cmH2O)
d. Pasang alat pada pasien dan mulai ventilasi n
e. Ketika pasien toleran, kencangkan tali pengikat untuk mencegah kebocoran
f. Tentuykan FiO2 pada ventilator atau tambahkan oksigen low flow pada sirkuit,
target SO2 > 90%
g. Tentukan alarm, alarm low pressure harus diatas level PEEP
h. Perhatikan kenyamanan pasien selama penggunaan NIV
i. Tentukan pressure (pressure support meningkat untuk mendapatkan volume tidal
ekspirasi 6 ml/kg atau lebih, naikkan eksternal PEEP untuk mendapatkan saturasi
oksigen 90% atau lebih)
j. Lindungi tempat-tempat yang dapat menimbulkan luka akibat penekanan alat
k. Pertimbangkan penggunaan sedasi ringan jika pasien agitasi
l. Perhatikan kenyamanan pasien, laju nafas, saturasi oksigen, dan dispone setiap 30
menit untuk 6-12 jam pertama kemudian setiap 1 jam
m. Periksa analisa gas darah sebagai baseline dan satu jam setelah penggunaan
n. Jika digunakan lebih dari 6 jam, disarankan untuk menggunakan humidifier

7. KEUNTUNGAN
a. Mengurangi kebutuhan sedasi
b. Preservasi dari reflek proteksi jalan nafas
c. Menghindari trauma dari jalan nafas atas
d. Penurunan insiden sinusitis dan pneumonia nosocomial
e. Meningkatkan kenyamanan pasien
f. Memperpendek masa perawatan di ICU dan rumah sakit
g. Meningkatkan angka survival

8. KERUGIAN
a. Klaustrofobia
b. Meningkatkan beban kerja dari praktisi
c. Pressure lesion pada wajah atau nasal
d. Jalan nafas tidak paten
e. Tidak bisa dilakukan suction di jalan nafas bawah
f. Distensi lambung pada penggunaan masker wajah atau helm
g. Kemungkinan edema dijalan nafas atas, thrombosis vena aksila,
disfungsimembran timpane, dan berisik intrahelm pada penggunaan helm
h. Penundaan intubasi
DAFTAR PUSTAKA

Ngurah, I. B. Artana, G. N. B (2018). Managing respiratory disease in JKN national


coverage era. Bali: Udayana University Press.

Anda mungkin juga menyukai