Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No.

2, Desember 2016 | 103-118

Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11 No. 2, Desember 2016 | 103-118

JURNAL KEPENDUDUKAN INDONESIA


p-ISSN : 1907-2902 (Print)
e-ISSN : 2502-8537 (Online)

KEMITRAAN DI SEKTOR PERIKANAN TANGKAP: STRATEGI UNTUK


KELANGSUNGAN USAHA DAN PEKERJAAN

(PARTNERSHIP IN THE FISHERY SECTOR: STRATEGIES FOR BUSINESS AND


EMPLOYMENT SUSTAINABILITY)
Devi Asiati dan Nawawi
Pusat Penelitian Kependudukan - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Korespondensi penulis : deviasiati@gmail.com

Abstract Abstrak

Partnership and empowerment development of Pengembangan kemitraan dan pemberdayaan


fishermen community is one way that can be taken to masyarakat nelayan merupakan salah satu kebijakan
ensure the continuity of business and employment in the strategis yang dapat ditempuh untuk menjamin
fishery sector. This attempt also promotes the keberlangsungan usaha dan pekerjaan di sektor
improvement of social and economic condition of perikanan. Upaya tersebut juga dapat mendukung
fishermen community through income enhancement and peningkatan ekonomi dan sosial masyarakat nelayan
property alleviation, reduces fisherman’s dependency on yang lebih luas, melepas ketergantungan nelayan
traditional capital institution, and achieves more terhadap lembaga permodalan tradisional, serta sarana
equitable and sustainable development. This paper aims mencapai pembangunan yang lebih adil dan
to review the concept of partnership and empowerment berkelanjutan. Tulisan ini bertujuan untuk mereview
of workers in the fisherysector and to analyze alternative konsep kemitraan dan pemberdayaan tenaga kerja di
policy strategies of fishermen’s partnership and sektor perikanan dan menganalisis alternatif strategi
employment through strengthening the internal aspect kebijakan melalui penguatan aspek interal (pendekatan
(institutional approach) and the external aspects kelembagaan) dan aspek eksternal (kelengkapan
(infrastructure and capacity support). The analyzed data infrastruktur dan daya dukung). Menggunakan
derived from field research in Tegal and Cilacap, pendekatan kualitatif, data yang digunaan dalam tulisan
Central Java in 2013 and 2014. This paper confirms that ini berasal dari penelitian lapangan di Kota Tegal dan
the synergy between the government, fishermen, and Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tahun 2013-2014.
business has a very important role in supporting the Hasil kajian menunjukkan bahwa sinergi antara
successful implementation of the partnership program pemerintah, kelompok nelayan, dan dunia usaha
and the empowerment of fishermen. Furthermore, it is memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung
important to establish and improve capabilities of keberhasilan pelaksanaan program kemitraan dan
fishermen group in local level, to supervise and monitor pemberdayaan nelayan. Untuk mendukung hal tersebut,
the implementation of activities involving all fisheries’ diperlukan upaya peningkatan kapabilitas organisasi
stakeholders, and to establish strategic polices that kelompok nelayan, pendampingan dan pengawasan
support fishermen’s autonomy in fisheries equipment pelaksanaan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur
ownership, the business capital, marketing network, and kelembagaan kenelayanan, dan pelaksanaan strategi
production process. kebijakan dan program yang sasarannya mencakup
pencapaian kemandirian kelompok nelayan terhadap
Keywords: Partnership, Empowerment, Fisherman, kepemilikan peralatan tangkap, permodalan usaha,
Business and Employment Continuity pemasaran hasil, dan pengolahan hasil produksi.

Kata Kunci: Kemitraan, Pemberdayaan, Nelayan,


Kelangsungan Pekerjaan dan Usaha

103
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

PENDAHULUAN implementasi kebijakan pemerintah khususnya terkait


peningkatan kesejahteraan kelompok masyarakat
Permasalahan ketenagakerjaan Indonesia tidak tertentu, seperti kelompok petani, nelayan dan pekerja
berhenti pada permasalahan klasik ketenagakerjaan, informal.
yaitu tingkat pengangguran dan setengah
pengangguran yang masih tinggi, namun Keterkaitan antara kemitraan dan pemberdayaan dapat
permasalahan juga dialami oleh dunia usaha. juga dilihat dari defenisi kedua konsep tersebut yang
Produktivitas tenaga kerja masih tergolong rendah intinya adalah sama, yakni membangun kepercayaan,
sementara pengembangan usaha yang semakin menciptakan kemandirian, dan peningkatan
kompetitif dalam era globalisasi membutuhkan kesejahteraan. Kemitraan merupakan suatu bentuk
peningkatan daya saing dan ketersediaan tenaga kerja hubungan kerja yang terjadi antara dua pihak atau
dengan keterampilan dan kompetensi yang lebih baik. lebih yang berbagi komitmen untuk mencapai tujuan
Tantangan ketenagakerjaan ini semakin berat dengan menggabungkan sumber daya dan
mengingat sebagian besar usaha di Indonesia mengkoordinasi kegiatan bersama. Kemitraan hanya
merupakan usaha kecil dan menengah (UKM). Oleh dapat terbentuk apabila pihak-pihak yang terlibat di
karena itu, keberhasilan pembangunan harus dilihat dalamnya telah memiliki kesepakatan. Konsep
dari pertumbuhan ekonomi pada semua skala sektor kemitraan itu sendiri mengandung proses membangun
ekonomi, mulai usaha skala besar, menengah, hingga kepercayaan, pemecahan masalah bersama dan
skala kecil. mengelola hubungan antara pihak-pihak yang terkait
di dalamnya (Sukada dkk, 2007).
Hingga saat ini telah banyak program terkait
pemberdayaan dan kemandirian ekonomi terutama Sementara pemberdayaan dalam pengertian yang
yang dilaksanakan oleh pemerintah. Implementasi lebih luas dapat diartikan sebagai upaya
kebijakan tersebut dilakukan melalui berbagai meningkatkan kemampuan atau kemandirian
program pemberdayaan ekonomi masyarakat masyarakat. Upaya tersebut dilakukan melalui
khususnya kelompok masyarakat miskin di perkotaan penciptaan suasana atau iklim yang memungkinkan
dan perdesaan. Tujuan utamanya adalah bagaimana masyarakat berkembang, peningkatan kemampuan
mengeluarkan kelompok masyarakat tersebut dari masyarakat dalam membangun melalui berbagai
kemiskinan, agar semakin berdaya, dan mandiri bantuan dana, pelatihan, pembangunan prasarana dan
secara ekonomi untuk siap bersaing dengan kekuatan sarana (fisik dan sosial) serta kelembagaan, dan
ekonomi di sekitarnya baik yang berasal dari dalam perlindungan atau pemihakan kepada yang lemah
maupun luar negeri. untuk mencegah persaingan yang tidak imbang dan
menciptakan kemitraan saling menguntungkan.
Namun demikian berbagai program tersebut banyak Dalam hal ini, kemitraan dan pemberdayaan
menuai kritik terutama dari aspek target sasaran dan merupakan suatu strategi yang tepat dalam
keberhasilannya. Keberhasilannya semakin meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
dipertanyakan ketika hasil akhir dari pelaksanaan (Sumodiningrat, 2007).
program pemberdayaan bukan menciptakan
kemandirian melainkan ketergantugan yang semakin Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji konsep
tinggi, misalnya terhadap bantuan pemerintah kemitraan dan pemberdayaan tenaga kerja untuk
(Manahan, 2009). Pada banyak kasus, program kelangsungan pekerjaan, serta memberikan alternatif
pemberdayaan tidak berkesinambungan, yaitu strategi kebijakan terkait dengan pemberdayaan dan
berhenti setelah pelaksanaan program dinyatakan kemandirian ekonomi masyarakat. Data yang
selesai (Nawawi, 2013). Ini artinya ada banyak digunakan berasal dari hasil penelitian pada
kesalahan dan kelemahan dari berbagai program masyarakat nelayan di Kota Tegal dan Cilacap,
pemberdayaan yang selama ini dilaksanakan oleh Provinsi Jawa Tengah, tahun 2013 – 2014. Kajian ini
pemerintah dan sekaligus diperlukan adanya menggunakan pendekatan kualitatif dan dianalisis
perbaikan (Darwin, 2003). secara deskriptif.

Berdasar konsep pembangunan yang berkembang saat KONSEP DAN KEBIJAKAN TERKAIT
ini, kemitraan dan pemberdayaan merupakan model KEMITRAAN
pembangunan yang banyak mendapat perhatian.
Kemitraan dan pemberdayaan pada dasarnya Dalam UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
merupakan sebuah konsep terpisah walaupun dalam Kecil dan Menengah, Kemitraan atau “partnership”
praktiknya dapat saling melengkapi. Pada pola yang mengandung pengertian adanya hubungan kerjasama
sederhana, keterkaitan antara kemitraan dan antara dua atau lebih pihak yang bersinergis dan
pemberdayaan dapat dilihat pada berbagai bersifat sukarela atas dasar saling memerlukan, saling

104
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

memperkuat, saling menguntungkan. Dalam hal ini, Sementara itu, Undang-Undang Nomor 20 Tahun
tidak ada pihak yang dirugikan, masing-masing pihak 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
yang bermitra akan mendapat manfaat dari kerjasama kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah
tersebut. Kemitraan usaha adalah hubungan antar Nomor 17 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan UU No
pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan usaha yang 20 Tahun 2008, sebagaimana diatur dalam Pasal 1,
saling menguntungkan dalam hubungan kerja yang butir 4 bahwa : Kemitraan adalah kerja sama dalam
sinergis (Kartasismita, 1996). Dengan kata lain, keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak
kemitraan usaha merupakan hubungan kerjasama langsung atas dasar prinsip saling memerlukan,
pelaku usaha yang sejajar, terutama dalam mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang
pengambilan keputusan, dilandasi prinsip saling melibatkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah
memerlukan, saling memperkuat dan saling dengan usaha besar. Dalam undang-undang itu juga
menguntungkan. disebutkan bahwa dalam kemitraan mencakup
pemberdayaan terhadap usaha kecil melalui proses
Kemitraan sebagai upaya untuk mengembangkan alih keterampilan bidang produksi dan pengolahan,
usaha kecil dimulai sejak dicanangkannya Gerakan pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia, dan
Kemitraan Usaha Nasional (GKUN) pada tahun 1996 teknologi sesuai dengan pola kemitraan.
di Jimbaran, yaitu menindaklanjuti kebijakan Pemberdayaan usaha juga dilakukan oleh pemerintah
pemerintah yang menjadikan kemitraan usaha sebagai daerah dengan melakukan pengembangan usaha,
program untuk mengembangkan usaha kecil kemitraan, perizinan dan koordinasi dan
sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang pengendalian.
Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil. Gerakan
ini dilakukan sebagai upaya untuk mepersempit KONSEP DAN KEBIJAKAN TERKAIT
kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil, PEMBERDAYAAN
menengah dengan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dan swasta skala besar. Selain itu, gerakan Pemberdayaan merupakan suatu konsep yang
ini juga bertujuan untuk menghindarkan praktek menjelaskan berbagai upaya memperkuat posisi
monopoli oleh perusahaan besar dengan cara seseorang melalui penumbuhan kesadaran dan
mengajak perusahaan besar melakukan kemitraan kemampuan individu yang bersangkutan. Hal ini
bersama koperasi atau usaha kecil dan menengah. dilakukan dengan cara mengidentifikasi persoalan
Bagi usaha kecil, kerjasama dalam bentuk kemitraan yang dihadapi dan memikirkan langkah-langkah
dengan usaha besar merupakan salah satu strategi untuk mengatasinya. Melalui pemberdayaan akan
untuk mengembangkan dan menjaga keberlangsungan memperkuat individu, kelompok atau masyarakat
usaha. Bantuan yang diberikan baik oleh pemerintah tertentu dalam berpartisipasi, mengontrol, dan
maupun usaha besar tidak hanya terbatas pada modal memengaruhi lembaga yang akan berdampak
usaha tetapi penyuluhan maupun bimbingan dan terhadap kehidupannya. Pemberdayaan menekankan
pemasaran hasil produk. bahwa seseorang dapat memperoleh ketrampilan,
pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk
Kebijakan pemerintah terkait kemitraan usaha diatur memengaruhi kehidupannya dan orang lain (Parsons,
dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang et al, 1994 dalam Hadi, tanpa tahun). Oleh karena itu,
Usaha Kecil. Kemudian dijabarkan dalam Peraturan pemberdayaan menunjuk kepada kemampuan
Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang seseorang, khusunya kelompok rentan dan lemah,
Kemitraan. Definisi kemitraan menurut Undang- agar dapat memiliki akses terhadap sumber-sumber
undang Nomor 9 tahun 1995 adalah kerjasama usaha produktif yang memungkinkan mereka meningkatkan
antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha pendapatan, berpartisipasi dalam proses
besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh pembangunan, dan mengambil keputusan-keputusan
usaha menengah dan usaha besar dengan yang memengaruhi kehidupan mereka (Hadi, tanpa
memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling tahun). Mekanisme pemberdayaan dan pengembangan
memperkuat, dan saling menguntungkan. Berdasarkan usaha membutuhkan suatu lembaga atau kelompok
definisi tersebut, kemitraan bertujuan untuk pekerja yang terdiri dari beberapa anggota yang
menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha memiliki usaha sejenis, seperti kelompok petani atau
kecil dan menengah melalui pembinaan dan nelayan. Keberadaan kelembagaan petani dan nelayan
pengembangan oleh usaha besar. Pada dasarnya, memfasilitasi mereka untuk memperoleh berbagai
usaha besar dan menengah, memiliki kelebihan dalam bentuk pemberdayaan. Peran dan keberadaan lembaga
hal permodalan, teknologi dan pemasaran diharapkan sejalan dengan berkembangnya
dibandingkan usaha kecil. kebersamaan usaha.

105
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

Menurut Kartasasmita (1996), upaya memberdayakan kelompok yang diberdayakan. Menurut


masyarakat, dapat dilihat dari tiga sisi. Pertama, Sumodiningrat (1989) menyediakan ruang partisipasi
menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan bagi masyarakat khususnya masyarakat miskin dalam
potensi masyarakat berkembang (enabling). Di sini pembangunan adalah memberi mereka otoritas dan
titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap kontrol atas keputusan mengenai sumber-sumber
manusia, setiap masyarakat, memiliki potensi yang pembangunan. Partisipasi masyarakat miskin dalam
dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada masyarakat menetapkan prioritas pembangunan pada tingkat
yang sama sekali tanpa daya, karena, kalau demikian nasional maupun daerah diperlukan guna menjamin
akan sudah punah. Pemberdayaan adalah upaya untuk bahwa sumber daya pembangunan (dana,
membangun daya itu, dengan mendorong memotivasi prasarana/sarana, dan tenaga ahli) yang terbatas
dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang secara nasional maupun pada tingkat daerah
dimilikinya serta berupaya untuk dialokasikan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas
mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi masyarakat miskin tersebut. Sementara aspek kontrol
atau daya yang dimiliki oleh masyarakat menekankan pada pengawasan terhadap proses
(empowering). Dalam rangka ini diperlukan langkah- pengambilan keputusan melalui penyadaran dan
langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan mobilisasi untuk mencapai kesetaraan pengawasan
iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah- terhadap faktor-faktor produksi dan distribusi
langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai keuntungan. Dengan kesetaraan pengawasan, tidak
masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam perlu satu kelompok mendominasi kelompok lain,
berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat demikian pula kelompok laki-laki terhadap
masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu, perlu perempuan, kelompok yang kuat terhadap yang
ada program khusus bagi masyarakat yang kurang lemah.
berdaya, karena program-program umum yang
berlaku untuk semua, tidak selalu dapat menyentuh Sumodiningrat (1977) mengemukakan bahwa strategi
lapisan masyarakat ini. Ketiga, memberdayakan untk memberdayakan masyarakat dapat dilakukan
mengandung pula arti melindungi. Dalam proses melalui tiga hal, yaitu: (1) menciptakan suasana atau
pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan berkembang; (2) memperkuat potensi atau daya yang
dalam menghadapi yang kuat. dimiliki masyarakat; (3) pemberian perlindungan
dalam proses pemberdayaan harus dicegah yang
Long Wee (1999), mengemukakan konsep lemah menjadi lebih lemah. Selanjutnya Suharto
pemberdayaan yang ditujukan pada kelompok (2005) mengemukakan bahwa strategi pemberdayaan
perempuan. kerangka pemikiran Long Wee dapat dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu : (1)
menekankan empat aspek yang merupakan ‘level of Pendekatan mikro, pemberdayaan dilakukan terhadap
equality and empowerment’, yaitu: (1) Akses, (2) klien secara individu melalui bimbingan, konseling,
Penyadaran, (3) Partisipasi, dan (4) Kontrol. Akses, stress management, crisis intervention; (2)
menekankan pada perlunya ketersediaan ruang atau Pendekatan mezzo, pemberdayaan dilakukan terhadap
kemudahan yang sama bagi kelompok masyarakat sekelompk klien. Pemberdayaan dilakukan dengan
seperti kesetaraan akses informasi kredit, pelatihan, menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
fasilitas pemasaran dan semua pelayanan umum dan Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok,
pemanfaatan fasilitas. Kesamaan akses Informasi biasanya digunakan sebagai strategi dalam
berarti tidak ada hambatan untuk memperoleh meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan
informasi yang meliputi ilmu pengetahuan, program dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
dan kinerja pemerintah, hak dan kewajiban dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya; (3)
bermasyarakat, ketentuan tentang pelayanan umum, Pendekatan makro, pendekatan ini disebut juga
perkembangan permintaan dan penawaran pasar. sebagai strategi sistem besar (large-system strategy),
Penyadaran menekankan pada kesadaran akan karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
pengertian perbedaan jenis kelamin dan jender, lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
kesetaraan dalam pembagian pekerjaan dan tidak perencanaan sosial, kampanye, aksi sosial, lobbying,
adanya dominasi satu pihak ke pihak lain sehingga pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik,
memungkinkan kelompok masyarakat berpartisipasi adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
dalam proses pembangunan. Selanjutnya partisipasi Sementara Sipahelut (2010) menyatakan bahwa
menekankan pada kesetaraan partisipasi dalam proses pendekatan kelembagaan sebagai basis dalam
pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, kegiatan pemberdayaan memiliki beberapa
perencanaan dan administrasi. Penekanan partisipasi keuntungan sebagai berikut: (1) memperbesar
pada bagaimana masyarakat diberdayakan dan peran kemampuan sumberdaya dan meningkatkan skala
apa yang akan dimainkan setelah menjadi bagian dari usaha ekonomi kolektif yang dimiliki masyarakat; (2)

106
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

meningkatkan posisi tawar kolektif dalam mengakses sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Dunia
modal, pasar, teknologi, dan kebijakan; (3) usaha sebagai salah satu stakeholder menyediakan
mengembangkan kemampuan koordinasi dan kesempatan kerja bagi tenaga kerja. Kegiatan usaha
kerjasama kemitraan dalam pengelolaan kegiatan dan produksi yang dilakukan membutuhkan sejumlah
ekonomi kolektif untuk mendukung dinamika tenaga kerja untuk menjalankan kegiatan usaha.
ekonomi kawasan, dan 4) memudahkan pegontroan Sementara tenaga kerja sebagai salah satu faktor
terhadap perjalanan ekonomi bersama. produksi menyediakan jasa tenaga kerja bagi dunia
usaha dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Program pemberdayaan disektor perikanan tangkap Pengembangan dunia usaha yang bersifat kompetitif
khususnya terhadap nelayan telah banyak dilakukan dalam era globalisasi memerlukan pekerja yang
oleh berbagai pihak terutama pemerintah melalui memiliki tingkat produktivitas tinggi untuk kelanjutan
Kementrian Kelautan dan Perikanan. Program usaha.
pemberdayaan yang sudah dilakukan antara lain
bantuan peralatan tangkap (alat tangkap dan mesin Kerjasama kemitraan merupakan salah satu strategi
kapal) dan bantuan dana bergulir dalam bentuk yang dilakukan oleh usaha kecil untuk menjaga
simpan pinjam kepada ibu-ibu/istri nelayan untuk keberlanjutan pekerjaan. Keberlangsungan pekerjaan
kegiatan ekonomi produktif. Program pemberdayaan dapat tercapai jika pemanfaatan faktor produksi,
nelayan tersebut sebagian besar berjalan tidak peningkatan kualitas dan produktifitas tenaga kerja
berkelanjutan, berhenti setelah selesai program berjalan seirama. Dalam suatu kegiatan produksi,
sehingga dampak jangka panjang kurang tercapai. setidaknya ada empat faktor produksi yang
Berdasarkan studi Program COREMAP di Kepulauan berpengaruh pada keberhasilan dan keberlanjutan
Riau menunjukkan bahwa keberlanjutan berbagai usaha, yaitu ketersediaan bahan baku (tanah dan
kegiatan kelompok usaha masyarakat (Pokmas) sumberdaya alam), tenaga kerja, modal dan teknologi.
sangat berkaitan dengan kelanjutan program dan Tenaga kerja yang profesional dan memiliki
tanpa pengawasan dan pendampingan yang memadai produktivitas tinggi sangat diperlukan bagi kelanjutan
maka kebelanjutan usaha kelompok kurang terjamin ( usaha. Produktifitas tenaga kerja dipengaruhi oleh
Asiati dan Nagib, 2011). Selain itu, target dan capaian pendidikan, keahlian, kemampuan, sikap dan perilaku
tujuan program kurang teridentifikasi secara jelas dari para pekerja yang ada dalam suatu unit usaha.
sehingga terkesan hanya menghabiskan alokasi dana Selain produktivitas, keterampilan sangat diperlukan
untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Begitu untuk bisa mencapai sasaran keberlangsungan kerja.
juga evaluasi dan monitoring pasca program Keterampilan adalah kemampuan yang dimiliki
pemberdayaan nelayan kurang berjalan optimal. seseorang untuk melakukan aktivitas pekerjaan.
Kelangsungan usaha dan pekerjaan melalui kemitraan
KELANGSUNGAN USAHA DAN PEKERJAAN dapat terjadi karena dalam kerjasama kemitraan
terjadi alih teknologi, pengetahuan/keterampilan,
Dalam konteks pembangunan ketenagakerjaan di sumberdaya manusia, cara belajar dan modal (Kamil,
Indonesia, terdapat tiga stakeholder, yaitu dunia M, 2006).
usaha, tenaga kerja dan pemerintah. Masing-masing
pihak berkepentingan memiliki peran dan fungsi Hubungan kemitraan yang berjalan seimbang dapat
sesuai kapasitasnya, tetapi saling membutuhkan dan menciptakan pemberdayaan terhadap kelompok mitra
integral dalam menentukan keberhasilan sebagaimana tercantum dalam UU No 20 Tahun 2008
pembangunan ketenagakerjaan di Indonesia. bahwa kemitraan mencakup pemberdayaan terhadap
Pemerintah berperan dalam membuat kebijakan dan usaha kecil melalui proses alih keterampilan bidang
program pelaksanaan, pemantaaun dan evaluasi produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan,
terhadap pelaksanaan kemitraan usaha nasional serta sumberdaya manusia, dan teknologi sesuai dengan
membuat pedoman tentang kemitraan melalui pola kemitraan. Namun perbedaan kepentingan dapat
peraturan perundangan. Peran fasilitasi dari berpengaruh pada terjadinya kemitraan yang berjalan
pemerintah dilakukan dengan mengupayakan tidak seimbang antar pihak yang bermitra. Dalam
penyediaan dan memfasilitasi kebutuhan modal, program kemitraan yang dilakukan oleh pihak swasta
teknologi, maupun jaringan pemasaran dalam dan luar (perusahaan) sering mengedepankan aspek sosial
negeri sehingga masyarakat mempunyai peluang yang (kesejahteraan), tetapi pertimbangan keuntungan
sama. Dalam hal pengawasan, pemerintah yang ekonomi jauh lebih dominan. Sebab misi utamanya
diwakili oleh menteri teknis bertanggung jawab dalam adalah meraih keuntungan dari setiap hubungan bisnis
memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang tercipta. (Lopulalan, 2010).

107
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

Diagram 1.1. Hubungan Kemitraan dan Kelangsungan Pekerjaan

Dampak
Kemitraan:
Pemerintah -Saling memerlukan  Peningkatan akses
-Saling mempercayai
sarana dan prasaran
-Saling memperkuat
-Saling menguntungkan produksi
 Peningkatan akses Kelangsungan
permodalan usaha dan
 Perluasan jaringan
Dunia Usaha Tenaga Kerja Pemberdayaan pekerjaan
dan kepastian
pemasaran
 Peningkatan
kapasistas
kelembagaan
 Peningkatan
kapasitas SDM

Sumber: PPK-LIPI, 2014

Hasil kajian PPK-LIPI, 2014 menunjukkan bahwa pengangguran, kebijakan kemitraan untuk
setidaknya terdapat lima manfaat yang dapat memberdayakan masyarakat, kebijakan perlindungan
diperoleh usaha kecil dalam kerjasama kemitraan terhadap buruh dan kebijakan yang mendukung
dengan pihak lain untuk kelangsungan usaha dan investasi. Implementasi berbagai program tersebut,
pekerjaan. Kelima manfaat tersebut yaitu (1) tentunya membutuhkan konsep sebagai fondasi dalam
Peningkatan akses sarana dan prasarana produksi; (2) menjalankan program sehingga program tersebut tepat
Peningkatan akses permodalan, (3) Perluasan jaringan sasaran (Nawawi, 2013). Salah satu program yang
dan kepastian pemasaran, 4) Peningkatan kapasita selama ini dipakai untuk mengangkat ekonomi
kelembagaan, dan 5) Peningkatan kapasitas SDM. masyarakat adalah program kemitraan. Program ini
Terkait dengan kelima manfaat tersebut, program dalam implementasi membutuhkan dukungan mulai
pemberdayaan pemerintah dan perusahaan dari pemerintah, pihak swasta, kelompok masyarakat,
besar/BUMN memberi akses bagi usaha kecil (tenaga termasuk lembaga swadaya masyarakat.
kerja) untuk mendapatkan bantuan sarana dan
perasarana produksi serta bantuan permodalan. Begitu PROGRAM KEMITRAAN DI SEKTOR
juga program pelatihan dan peningkatan keterampilan PERIKANAN TANGKAP
memberi kesempatan bagi tenaga kerja untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam Sektor perikanan tangkap merupakan salah satu sektor
berusaha. Kepastian pemasaran dimungkinkan terjadi ekonomi yang berperan penting dalam perekonomian
melalui pola kemitraan dagang antara usaha besar dan di Indonesia. Selain menjadi sumber pendapatan
usaha kecil. Program pemberdayaan oleh pemerintah penduduk, sektor perikanan tangkat menjadi andalan
biasanya diberikan melalui kelompok tenaga kerja, bagi masyarakat pesisir sebagai sumber mata
seperti kelompok nelayan atau kelompok tani. pencaharian. Sensus Penduduk Indonesia Tahun 2010
Mekanisme pemberdayaan melalui kelompok pekerja mencatat jumlah penduduk 15 tahun keatas yang
dapat meningkatkan kapasitas kelembagaan pekerja bekerja di sektor perikanan tangkat mencapai 1,85
(seperti petani atau nelayan). persen (1.945.786 orang). Berdasarkan data dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pada
Untuk menunjang keberhasilan pembangunan tahun 2011, jumlah rumah tangga perikanan tangkap
nasional diperlukan partisipasi dan dukungan dari mencapai 920.129 rumah tangga, meningkat 0,86
semua pihak. Dukungan tersebut dapat diwujudkan persen dari tahun sebelumnya (KKP, 2012). Pada
dengan berbagai macam cara mulai dari dukungan rumah tangga perikanan tangkap di laut mengalami
dana, akses sampai kepada tataran implementasi. peningkatan rata-rata 1,68 persen per tahun.
Sektor ketenagakerjaan sebagai lokomotif Pertambahan jumlah nelayan tersebut juga seiring
pembangunan nasional telah menjadi prioritas dengan pertambahan jumlah kapal penangkap ikan.
kebijakan pemerintah. Kebijakan-kebijakan Berdasarkan data FAO, peningkatan jumlah kapal
pemerintah berupa kebijakan mengatasi nelayan mencapai 11 persen, dari 348.425 pada tahun

108
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

2007 menjadi 390.770 pada tahun 2009. Dalam kurun Salah satu permasalahan yang dihadapi nelayan
waktu dua dekade, peningkatan jumlah nelayan tangkap adalah keterbatasan teknologi penangkapan
Indonesia tercatat telah mencapai dua kali lipat. ikan. Produksi hasil tangkap nelayan masih rendah
Besarnya penduduk berprofesi sebagai nelayan karena masih menggunakan perahu tanpa motor dan
mengindikasikan tingginya tingkat ketergantungan perahu motor berkapasitas kecil. Salah satu upaya
masyarakat pesisir terhadap potensi sumber daya laut. meningkatkan hasil tangkap dengan mengganti perahu
Kondisi ketenagakerjaan pada sektor perikanan motor tempel dan perahu tanpa motor menjadi kapal
tangkap masih didominasi oleh kelompok nelayan motor yang lebih besar. Berkaitan dengan
kecil (small scale fishery) atau nelayan tradisional. pemberdayaan masyarakat nelayan, salah satu hal
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 penting untuk diperhatikan adalah bagaimana
tentang Perikanan jo Undang-Undang Nomor 45 meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui
Tahun 2009, nelayan kecil adalah orang yang mata penguatan kapasitas nelayan (Dillon, 2012).
pencahariannya melakukan Penangkapan Ikan untuk Pemberdayaan tenaga kerja khususnya bagi para
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang nelayan meliputi lima variabel pokok. Pertama,
menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar kapasitas nelayan yang meliputi kepemilikan alat
5 Gross Ton (GT). Dari jumlah 2,7 juta jiwa nelayan, tangkap utama (perahu). Kedua, sosial
sebanyak 95,6 persennya merupakan nelayan kemasyarakatan berupa pengembangan kelembagaan
tradisional yang beroperasi di sekitar pesisir pantai. dan organisasi kemasyarakatan yang secara langsung
Berdasarkan data KKP (2012), sebanyak 80 persen memberdayakan nelayan. Ketiga, inovasi lokal berupa
rumah tangga di sektor perikanan merupakan nelayan pengembangan teknologi. Keempat, pengembangan
skala kecil yang tidak memiliki perahu atau memiliki iklim usaha yang memungkinkan perluasan jaringan
perahu tanpa motor. Selanjutnya data FAO (2005) dan kepastian pemasaran. Kelima, berkembangnya
memperkirakan bahwa dari total 38 juta orang yang keberdayaan nelayan dalam melakukan kerjasama
dikategorikan sebagai nelayan pada tahun 2002, global (Harfina, 2013).
sejumlah 90 persen diantaranya merupakan nelayan
kecil. Jumlah tersebut akan bertambah 100 juta lagi Penguatan kapasitas nelayan akan lebih cepat
apabila juga termasuk pekerjaan-pekerjaan lainnya terlaksana apabila terjadi hubungan antara beberapa
(pemrosesan dan penjualan hasil tangkap). pihak pemangku kepentingan yang tertarik dengan
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh nelayan kegiatan perikanan dan peningkatan kehidupan
(nelayan kecil) menjadikan kelompok ini identik nelayan. Namun kenyatannya, kerjasama dan
dengan kemiskinan. Bahkan hasil penelitian yang kemitraan antar kelompok nelayan dengan pihak lain,
dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan yaitu pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang
perguruan tinggi menyatakan bahwa kehidupan sosial mengelola ikan masih terbatas. Penting adanya
ekonomi masyarakat nelayan atau penduduk yang pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan
bergerak di sektor perikanan berada dalam kelompok bersifat komprehensif melibatkan berbagai pemangku
masyarakat miskin dan hampir miskin. Selanjutnya kepentingan dari hulu hingga hilir mulai dari produksi
menurut Kusnadi (2004), kemiskinan nelayan sampai pemasaran.
disebabkan oleh faktor internal, berkaitan dengan
kondisi internal sumberdaya nelayan dan aktifitas Dalam pengembangan usaha kecil di setor perikanan
kerja nelayan (kemapuan modal dan alat tangkap, tangkap di Indonesia, terdapat beberapa pola atau
hubungan kerja dengan pemilik modal, gaya hudup bentuk kemitraan antara usaha kecil dengan
dan sebaginya), dan faktor eksternal yaitu faktor- pengusaha besar, yang dapat digolongkan sebagai
faktor yang berkaitan diluar diri dan aktifitas nelayan berikut (Arifin Z, 2009):
(kebijakan pemerintah, pemasaran dan sebagainya).
1. Pola kemitraan inti-plasma. Pada pola ini
Nelayan merupakan pelaku utama dalam kegiatan umumnya merupakan hubungan antara petani,
perikanan yang memproduksi hasil perikanan melalui kelompok tani/nelayan sebagai plasma dengan
kegiatan penangkapan ikan di laut. Nelayan dapat perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan
dibedakan berdasarkan kepemilikan alat tangkap ikan, inti menyediakan lahan, sarana produksi,
yaitu 1) nelayan pemilik, yaitu nelayan yang memiliki bimbingan teknis, manajemen, menampung,
alat penangkapan, baik yang langsung turun ke laut mengolah dan memasarkan hasil produksi.
maupun yang menyewakan pada orang lain, dan 2) Sedangkan kelompok mitra berkewajiban
nelayan buruh, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat memenuhi kebutuan perusahaan inti sesuai
tangkap ikan tetapi mereka bekerja pada orang lain dengan persyaratan yang telah disepakati
yang memiliki alat tangkap ikan. bersama.

109
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

2. Pola Kemitraan subkontrak. Pola ini merupakan cara untuk menjaga hubungan kerja antara juragan
pola kemitraan antara perusahaan dengan dengan nelayan tidak terputus. Pembagian hasil yang
kelompok mitra yang memproduksi komponen tidak memihak pada nelayan karena nelayan
yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian menerima hasil yang lebih kecil dibandingkan
dari hasil produksinya. Pada pola ini ditandai nelayan. Begitu juga harga ikan yang dijual ke
dengan adanya kesepakatan tentang kontrak supplier sekaligus juragan, lebih rendah dari harga
bersama yang menyangkut volume, harga, mutu pasar. Hal ini menyebabkan nelayan semakin sulit
dan waktu. Pola ini sangat bermanfaat dalam untuk keluar dari kemiskinan.
transfer alih teknologi, modal, ketrampilan, dan
produktivitas. FAKTOR YANG MENENTUKAN KEBER-
HASILAN PROGRAM KEMITRAAN DI
3. Pola Kemitraan dagang umum. Pola ini SEKTOR PERIKANAN
merupakan hubungan usaha dalam pemasaran
hasil produksi. Dalam pola ini pihak yang terlibat Terdapat banyak faktor yang menentukan
adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha keberhasilan pelaksanaan program kemitraan dan
pemasok komoditas tertentu. Penerapan pola pemberdayaan. Dilihat menurut kekuatan
banyak dijumpai pada kegiatan agribisnis pengaruhnya, keberhasilan program kemitraan dan
hortikultura, dimana kelompok tani hortikultura pemberdayaan dapat dilihat pada kondisi aspek
bergabung dalam bentuk koperasi kemudian internal maupun eksternal (Dillon, 2012:12). Aspek
bermitra dengan swalayan atau supermarket. internal menyangkut institusi pelaksana kegiatan yang
Pihak kelompok tani berkewajiban memasok meliputi pemerintah, pelaku usaha, dan pihak swasta.
barang-barang dengan persyaratan dan kualitas Sementara aspek eksternal meliputi kelengkapan
produk yang telah disepakati bersama. infrastruktur pendukung dan daya dukung potensi
usaha yang tersedia. Berikut uraian kondisi kedua
4. Pola kemitraan kerjasama operasional. Pola faktor berpengaruh berdasarkan studi kasus yang
kemitraan ini merupakan pola hubungan bisnis dilakukan di dua lokasi penelitian yakni di Kota Tegal
yang dijalankan oleh kelompok mitra dengan dan Kabupaten Cilacap.
perusahaan mitra. Umumnya kelompok mitra
adalah kelompok yang menyediakan lahan, sarana  Faktor Internal: Peran Pemerintah,
dan tenaga kerja. Sedangkan perusahaan mitra Kelompok Nelayan, dan Dunia Usaha
menyediakan biaya, modal, manajemen dan
pengadaaan sarana produksi lainnya. Terkadang Sinergi antara pemerintah, kelompok nelayan, dan
perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin dunia usaha memiliki peran yang sangat penting
pasar dengan meningkatkan nilai tambah produk dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan program
melalui pengolahan dan pengemasan. Pola ini kemitraan dan pemberdayaan nelayan. Idealnya,
sering diterapkan pada usaha perkebunan tebu, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan memiliki
tembakau, sayuran dan pertambakan. Dalam kemampuan penganggaran diharapkan dapat
pola ini telah diatur tentang kesepakan memfasilitasi berbagai program kemitraan dan
pembagian hasil dan resiko. pemberdayaan dengan melibatkan kelompok nelayan
dan dunia usaha. Pelaksanaan program juga
Kemitraan sektor perikanan tangkap merupakan pola seharusnya dintegrasikan bersama program lainnya
kemitraan kerjasama operasional, yaitu nelayan yang dari dinas-dinas teknis terkait, sehingga tidak terjadi
menyediakan tenaga kerja dengan juragan sebagai tumpang tindih dalam pelaksanaan program dan
pemilik modal menyediakan kapal dan biaya melaut kelompok/individu penerima program.
atau lebih dikenal dengan hubungan patron-klient.
Namun dalam prakteknya hubungan kerjasama Bagi kelompok nelayan, sebagai objek dan subjek
berjalan tidak seimbang karena nelayan sangat pelaksanan program, dituntut profesionalisme
tergantung pada juragan yang memiliki modal dan organisasi yang memungkinkan nelayan mampu
alat tangkap. Nelayan terikat dengan juragan karena mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan menentukan
‘pinjaman uang’ sekaligus sebagai perjanjian alternatif solusi terhadap kendala yang dihadapi.
kerjasama tidak tertulis antara nelayan dengan Dalam konsep kemitraan dan pemberdayaan yang
juragan, seperti yang terjadi pada nelayan Tegal ideal, kelompok nelayan seyogyanya mampu
(Asiati, dkk, 2010). Kondisi ini menyebabkan nelayan menawarkan program-program pemberdayaan yang
akan selalu terikat dengan juragan karena tidak benar-benar mereka butuhkan dan mampu
mampu untuk membayar hutang yang semakin besar. mengangkat kemandirian, bukan hanya sekedar
Pinjaman uang pada nelayan merupakan salah satu menerima program yang diberikan oleh pemerintah

110
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

maupun dunia usaha. Untuk mencapai hal tersebut, kualitas SDM yang rendah. Apalagi ditambah dengan
maka prasyarat menciptakan kelompok nelayan yang karakter nelayan di kedua daerah tersebut yang lebih
tangguh dan professional harus diprioritaskan terbiasa bekerja secara individu sehingga
sebelum pelaksanaan program pembedayaan benar- membutuhkan proses penyesuaian untuk bisa bekerja
benar diimplementasikan. bersama dalam sebuah kelompok nelayan. Masalah
kemiskinan nelayan juga masih menjadi isu krusial
Sementara bagi kelompok dunia usaha, posisi mereka dan penanganannya perlu intervensi multisektor.
memiliki peran strategis sebagai penghubung rantai Sementara di kalangan dunia usaha, kerjasama yang
pemasaran, pengolahan produk lanjutan, serta transfer dikembangkan masih sangat minim. Padahal potensi
pengetahuan dan informasi terkait pengembangan pengembangan usaha kenelayanan, terutama industri
industri perikanan tangkap. Melalui kapasitas pengolahan hasi laut, di kedua daerah tesebut
permodalan yang dimiliki, seharusnya dunia usaha memiliki potensi yang cukup besar. .
mampu dan mau menggandeng kelompok nelayan
dan pemerintah untuk bersama mengembangkan  Faktor Eksternal: Daya Dukung Ekonomi
usaha. Hal tersebut menjadi penting, karena dunia Daerah
usaha juga tidak mungkin berkembang tanpa adanya
dukungan dari nelayan dan juga pemerintah. Intinya, Daya dukung ekonomi daerah memiliki peran
ketiganya memiliki kepentingan dan peran yang tidak strategis dalam mendukung pengembangan usaha
dapat digantikan. Maka dari itu, sinergi ketiga perikanan baik yang bersifat backward maupun
pemangku kepentingan ini melalui peran dan inward linkages. Suatu daerah yang memiliki
prasyarat keberadaannya menjadi penting ketika kapabilitas sarana dan prasarana pendukung
bicara tentang keberhasilan program kemitraan dan pengembangan industri perikanan dipastikan mampu
pemberdayaan khususnya bagi kelompok nelayan. meningkatkan nilai tambah dari produksi perikanan
yang dihasilkan. Daya dukung tersebut diantaranya
Pembelajaran dari program kemitraan dan ketersediaan dan kelengkapan pelabuhan kapal ikan,
pemberdayaan kelompok nelayan yang selama ini tempat pelelangan ikan, pasar ikan, dan usaha
dijalankan di Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap pengolahan hasil ikan (produk turunan). Keberadaan
menunjukkan bahwa sinergi antar kelembagaan yang daya dukung sarana dan prasarana tersebut diakui
dimaksud kurang berjalan optimal. Inisiatif program akan berdampak positif terhadap meningkatnya
biasanya selalu berasal dari pemerintah daerah (dinas kesempatan nelayan untuk mengoptimalkan usaha
teknis), sementara kelompok nelayan dan dunia usaha melalui kerjasama yang saling menguntungkan.
umumnya hanya menunggu pelaksanaan program.
Kalaupun ada inisiatif kemitraan dari dunia usaha, Sementara itu, ketersediaan industri pengolahan hasil
biasanya merupakan bagian dari program Corporate ikan ditengarai telah memberikan efek berantai
Social Responsibility (CSR) yang peruntukannya terhadap memungkinkannya pengembangan usaha
tidak khusus untuk menjamin keberlangsungan perikanan di suatu daerah. Hal tersebut karena
kegiatan kenelayanan. Selain itu, antara pemerintah, keberadaannya dapat menghidupkan kegiatan
kelompok nelayan, dan dunia usaha masih ekonomi sektor lainnya, terutama sektor perdagangan
terkonsentrasi pada penyelesaian masalah yang dan pengolahahan bahan makanan. Keberadaan
masing-masing mereka hadapi. Pemerintah daerah industri pengolahan ikan juga dapat berkontribusi
misalnya dihadapkan pada keterbatasan anggaran positif terhadap meningkatnya jumlah kunjungan dan
pemberdayaan yang selanjutnya menuntut keharusan kegiatan pariwisata pesisir di suatu daerah. Artinya,
kemampuan pelaksanaan program yang benar-benar pengembangan industri hilir perikanan tangkap
efektif dan berkesinambungan. Kalaupun terdapat memungkinkan adanya efek berganda (multiplier
kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat nelayan, effect) bagi peningkatan kesejahteraan nelayan, baik
masih sangat terbatas pada kegiatan skala kecil baik secara langsung maupun tidak langsung.
dari aspek kepesertaan maupun dampak yang
ditimbulkan. Keterbatasan anggaran juga Pembelajaran dari Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap
mengakibatkan proses pendampingan dan terkait pengembangan industri pengolahan hasil laut
pengawasan pelaksanaan program tidak berjalan dikedua daerah tersebut dapat dikatakan masih belum
efektif sehingga keberlanjutan program seringkali berkembang optimal. Umumnya nelayan di kedua
dipertanyakan. daerah tersebut berperan sebatas penyedia bahan baku
ikan yang pengolahannya dilakukan di daerah lain.
Pada sisi kelompok nelayan, masih belum mampu Dengan kondisi seperti itu, maka nilai tambah
berkembang lebih baik mengingat pengalaman ekonomi yang lebih besar tidak menjadi keuntungan
membangun organisasi yang masih minim dan kedua daerah tersebut. Belum lagi jika dikaitkan

111
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

dengan berbagai multiplier effect yang ditimbulkan. Pembelajaran dari berbagai program pemberian
Hal tersebut diperparah dengan minimnya daya bantuan peralatan tangkap yang selama ini dijalankan
dukung sarana dan prasarana kegiatan kenelayanan, pemerintah adalah tidak semua nelayan membutuhkan
seperti kelengkapan pelabuhan ikan dan pasar ikan. kapal/perahu dan jaring ikan dengan kemampuan
Maka tidak mengherankan jika nelayan di kedua besar. Pemberian kapal/perahu, misalnya, perlu
lokasi tersebut lebih tertarik untuk menjual hasil disesuaikan dengan keinginan, kemampuan dan
tangkapan dalam bentuk ikan segar dan belum karakteristik wilayah perairan tempat dimana nelayan
tertaraik untuk pengolahan yang menghasilkan produk biasanya menangkap ikan. Program serupa, seperti
turunan dari hasil olahan ikan laut. yang pernah dilakukan oleh Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Tegal, dapat menjadi pembelajaran
Untuk mendukung peningkatan kegiatan pengolahan yang baik, bagaimana program pemberian
hasil perikanan tangkap, kedua daerah tersebut harus perahu/kapal dari pemerintah daerah setempat
mampu meningkatkan ketersediaan akses, baik dari berhasil meningkatkan kesejahteraan nelayan Kota
sisi sarana prasarana perikanan maupun dukungan Tegal. Dalam pelaksanaan program tersebut
kebijakan yang dapat mengangkat produk hasil kelompok nelayan dilibatkan dari awal untuk
perikanan tangkap. Upaya ini dapat dilakukan melalui menentukan desain kapal, pengawasan
pengembangnan usaha kecil mikro terkait pengolahan pengerjaannya, penentuan siapa yang akan menerima,
hasil perikanan tangkap yang melibatkan kelompok kecocokan jenis jaring, hingga penguasaan
nelayan dan mitra usaha perdagangan, termasuk juga keterampilan perawatan perahu. Pemahaman terhadap
koperasi dan kelembagaan ekonomi lainnya di daerah. alat tangkap yang ramah lingkungan juga penting
Jika hal ini dapat dilakukan maka aktivitas ekonomi untuk terus disebarluaskan kepada nelayan.
perikanan tangkap di kedua daerah tersebut tidak Kelengkapan alat tangkap menjadi tidak ada artinya
hanya berasal dari hasil tangkapan nelayan, tetapi jika nelayan tetap menggunakan alat tangkap yang
juga akan merambah pada sektor perdagangan yang merusak. Jika sumber mata pencaharian nelayan di
memiliki keterkaitan dengan pengembangan sektor laut terganggu artinya keberlanjutan kegiatan
perikanan yang lebih bervariasi. kenelayanan di masa depan juga akan sulit
dikembangkan.
KEMITRAAN DAN STRATEGI KELANG-
SUNGAN USAHA DAN PEKERJAAN DI  Penguatan Permodalan
SEKTOR PERIKANAN TANGKAP: CATATAN
REKOMENDASI Masalah kemampuan dan kebutuhan permodalan
menjadi identik menimpa banyak nelayan kecil di
Uraian di bawah ini menjelaskan beberapa usulan Indonesia. Kemiskinan dan sulitnya akses
strategi yang dapat ditempuh dalam kerangka permodalan dari lembaga keuangan modern (terutama
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan yang perbankan) menyebabkan banyak nelayan terjerat dan
melibatkan pihak pemerintah, dunia usaha, dan sangat tergantung pada kelembagaan permodalan
kelompok nelayan. Terdapat empat aspek yang tradisional seperti rentenir, juragan, dan pelepas uang.
dijadikan dasar dalam penentuan strategi Bahkan, pada banyak kasus, nelayan kecil juga sangat
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan yakni tergantung pada pemodal tradisional untuk urusan
(1) strategi peningkatan kelengkapan peralatan pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga. Padahal
tangkap; (2) strategi penguatan dan peningkatan akses untuk mendapatkan pinjaman modal dari
permodalan; (3) strategi peningkatan promosi dan kelembagaan tradisional tersebut, nelayan harus
pemasaran hasil perikanan tangkap; (4) strategi membayarnya dengan tingkat bunga pinjaman yang
pengolahan pasca produksi; dan (5) strategi penguatan tinggi. Dampaknya, nelayan kecil menjadi sangat
kelembagaan nelayan (kelompok nelayan). terikat kepada pemodal tradisional dan terus terjerat
kemiskinan.
 Kelengkapan Peralatan Tangkap
Selama ini telah banyak program terkait penguatan
Kelengkapan peralatan tangkap merupakan bagian permodalan nelayan, khsusunya yang dilaksanakan
terpenting untuk mendukung kegiatan kenelayanan. oleh pemerintah pusat dan daerah. Salah satu tujuan
Keberadaannya dapat menentukan hasil tangkapan pelaksanaan program tersebut adalah memutus
nelayan karena semakin lengkap berarti ada ketergantungan mata rantai nelayan kepada pemodal
kemungkinan hasil tangkapan juga semakin baik. tradisional. Melalui berbagai program yang ada,
Salah satu kelengkapan peralatan tangkap yang sangat pemerintah berupaya memberikan fasilitas kredit
penting bagi nelayan adalah kepemilikan perahu/kapal lunak bagi nelayan yang pengembaliannya dapat
dan jaring ikan. diatur sesuai kemampuan nelayan. Namun tidak

112
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

jarang program tersebut tidak terjangku oleh nelayan Para nelayan besar ini umumnya menggunakan kapal
kecil karena kendala administratif dan kemampuan motor di atas 35 GT dibantu banyak Anak Buah
keuangan nelayan yang tidak mendukung. Kapal (ABK) untuk mencari ikan selam 1-2 minggu.
Modal operasional penangkapan ikannya pun tidak
Pembelajaran dari Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap sedikit, karena setiap kali melaut dibutuhkan modal
terkait penguatan permodalan nelayan adalah perlu puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Maka tidak
adanya mekanisme pemberian kredit permodalan menghrankan jika hasil ikan tangkapannya pun dalam
yang melibatkan kelompok nelayan. Strateginya dapat jumlah besar dan membutuhkan pelelangan ikan
dilakukan melalui pemberian dana bergulir kepada sebagai tempat pemasaran yang cepat dan efisien.
anggota kelompok nelayan yang pemanfaatannya
diberikan untuk mendukung pembelian peralatan Para pembeli di pelelangan ikan adalah para pedagang
tangkap dan operasional kenelayanan. Pemberian dan pemasok kebutuhan industri. Untuk menjadi
dana bergulir tersebut dimaksudkan sebagai stimulus pembeli di pelelangan ikan juga tidaklah mudah,
kemudahan akses permodalan bagi nelayan kecil yang karena biasanya mensyaratkan adanya jaminan
selama ini sulit terjangkau akses permodalan lembaga sejumlah uang sebagai bagian dari sistem pelelangan.
perbankan. Pemberian bantuan permodalan kepada Di banyak daerah di Indonesia, tempat pelelangan
kelompok nelayan dapat dikatakan lebih aman dan ikan biasanya dikelola oleh sebuah unit khusus di
berhasil dibanding jika bantuan permodalan diberikan bawah dinas terkait. Namun demikian ada juga di
langsung kepada individu nelayan. Apalagi jika daerah tertentu dimana pengelolaan pelelangan ikan
permodalan tersebut berasal dari pemerintah yang dilakukan oleh organisasi kenelayanan setempat.
umumnya dianggap sebagai bantuan oleh nelayan.
Sementara bagi nelayan kecil, mengikuti sistem
Mekanisme penyaluran dana bergulir disesuaikan pelelangan tampaknya tidak memungkinkan.
dengan kemampuan kelompok nelayan dan dilakukan Umumnya hasil tangkapan nelayan kecil jumlahnya
bersamaan dengan penguatan kelompok nelayan, sangat terbatas. Hal tersebut disebabkan oleh
khususnya terkait pengelolaan keuangan. Selain itu, keterbatasan jarak wilayah tangkap dan waktu
pendampingan dan pengawasan penyaluran dana penangkapan. Biasanya, wilayah tangkapan nelayan
bergulir juga perlu dilakukan agar tidak terjadi kecil berada di sekitar perairan lepas pantai dan waktu
penyimpangan. Dalam hal ini, pengawasan dan tangkap yang tidak lebih 5 jam per hari. Mereka
pendampingan dari dinas terkait menjadi sangat bekerja secara individu dan hasil tangkapan (jenis
penting agar ada jaminan keberlanjutan dan ikan) sangat bervariasi baik dari berat dan ukuran
komunikasi yang efektif antara pemberi bantuan ikan. Dengan keadaan seperti ini, maka tempat yang
permodalan dengan kelompok nelayan. Strategi lain memungkinkan untuk menjual hasil tangkapan ikan
yang perlu dipertimbangkan adalah pemberian nelayan kecil adalah di pasar ikan.
insentif tambahan dana bergulir bagi kelompok
nelayan yang berhasil meningkatkan kemampuan Tempat pelelangan ikan, sebenarnya juga bisa
permodalan dan pinjaman kepada anggotanya. dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Namun
Strategi ini diyakini dapat memicu setiap kelompok pengelolaannya seharusnya dibedakan dengan
nelayan, khususnya pengurus kelompok, untuk nelayan besar. Pembelajaran di Kota Tegal dan
mengoptimalkan dana bergulir yang mereka terima. Kabupaten Cilacap, pemerintah daerah setempat
memiliki pengelolaan pelelagan ikan yang berbeda
 Pemasaran Hasil Perikanan Tangkap antara nelayan kecil dan besar. Tujuan utamanya
memberikan kepastian pasar bagi nelayan kecil dan
Pemasaran dalam kegiatan perikanan tangkap besar serta kemudahan bagi konsumen untuk
berkaitan erat dengan ketersediaan tempat pelelangan memperoleh hasil tangkapan ikan.
dan pasar ikan. Bagi nelayan dengan kemampuan
modal dan peralatan tangkap yang besar, tempat Untuk mendukung pemasaran hasil tangkapan bagi
pelelangan ikan merupakan pilihan utama untuk nelayan kecil, keberadaan pasar ikan menjadi sangat
memasarkan hasil tangkapan. Mereka umumnya tidak penting. Oleh karena itu diperlukan adanya kebijakan
memiliki kesulitan dalam pemasaran hasil tangkapan. khusus terutama bagi daerah yang banyak
Selain memiliki kemudahan akses pemanfataan masyarakatnya bekerja sebagai nelayan.
pelelangan ikan, mereka biasanya juga telah memiliki Pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah daerah
rekanan pemasaran hasil tangkapan khususnya di setempat untuk menjamin adanya kelangsungan
industry pengolahan ikan. pemeliharaan dan ketersediaan kelengkapan sarana
dan prasarana pendukung. Untuk mendukung
pengembangan kelembagaan ekonomi nelayan,

113
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

pemerintah juga dapat bekerjasama dengan produk makanan lainnya. Kegiatan tersebut juga perlu
kelembagaan nelayan (koperasi nelayan) dan pihak dibarengi dengan penguatan minat usaha dan
swasta dalam pengembangan pasar ikan. Dalam hal pengetahuan terkait manajemen keuangan agar
ini keberadaan pasar ikan tidak hanya sebagai tempat muncul inisiatif dari diri kelurga nelayan untuk
jual beli ikan, tetapi diharpakan dapat juga menjadi tertarik dalam pengembangan usaha pengolahan hasil
pusat pertukaran informasi dan pemberdayaan ikan. Selanjutnya, pemerintah dan dunia usaha
nelayan. sebagai mitra nelayan dapat berkontribusi sebagai
pendamping dan membuka peluang pemasaran
 Pengolahan Pasca Produksi produk yang dihasilkan. Kegiatan ini juga seharusnya
diintegrasikan dengan program bantuan permodalan
Pengolahan paska produksi hasil perikanan ditujukan bagi kelompok nelayan sehingga permasalahan akibat
untuk mendapatkan nilai ekonomi yang lebih besar keterbatasan akses permodalan dapat teratasi dalam
dari hasil perikanan tangkap. Untuk mewujudkan hal satu lingkup program yang saling melengkapi dengan
tersebut, hasil produksi perikanan seharusnya tidak sasaran kelompok dan keluarga nelayan.
berhenti pada penjualan ikan segar, tetapi diolah
menjadi berbagai produk turunan khususnya makanan  Penguatan Kelompok Nelayan
berbahan baku ikan.
Penguatan kelembagaan nelayan menjadi sangat
Selama ini, keterlibatan nelayan khususnya nelayan penting terutama terkait pelaksanaan berbagai strategi
kecil dalam pengolahan hasil ikan masih sangat yang telah dijelaskan di atas. Apalagi selama ini
minim. Nelayan kecil masih terpaku pada penjualan sasaran berbagai program kemitraan dan
dalam bentuk ikan segar. Padahal pengolahan hasil pemberdayaan bagi masyarakat nelayan selalu
tangkapan menjadi produk turunan berbahan ikan berbasis pada kelompok. Tujuannya adalah agar
dapat menjadi peluang peningkatan pendapatan bagi pengelolaan, pengawasan, dan pengembangan
nelayan. Apalagi peluang pasar untuk produk program dapat berkelanjutan. Untuk mendukung
pengolahan hasil ikan masih sangat terbuka luas. penguatan kelembagaan nelayan, maka diperlukan
berbagai strategi yang tujuannya adalah: (1)
Pembelajaran dari Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap Pembentukan kelompok nelayan yang pembinaannya
ditemukan bahwa diantara penyebab minimnya minat langsung dibawah dinas terkait; (2). Pemberdayaan
nelayan untuk merambah usaha pada pengolahan hasil SDM nelayan melalui penguatan kelompok nelayan;
tangkapan adalah kurangnya pemahaman dan (3). Penguatan kelompok nelayan melalui peran
keterampilan yang dimiliki. Keterbatasan permodalan koperasi nelayan sebagai bagian dari upaya
(khususnya peralatan pengolahan) juga menjadi peningakatan kesejahteraan anggota; (4) Peningkatan
kendala terbesar dalam mendukung pengohalan hasil pelibatan aspirasi dan partisipasi kelompok nelayan
ikan bagi nelayan. Selain itu, kebiasaan (budaya) dalam perencanaan program pemerintah terkait
nelayan yang ingin mendapatkan hasil instant (cepat) pemberdayaan nelayan; dan (5) Penguatan managerial
karena desakan kebutuhan juga dapat diduga menjadi keorganisasisan kelompok nelayan, khusunya bagi
penyebab rendahnya minat nelayan untuk mengolah pengurus kelompok.
hasil tangkapan.
Implementasi dari berbagai strategi tersebut
Strategi yang dapat dilakukan untuk mendorong diharapkan dapat mendukung: (1) Penguatan peran
peningkatan minat nelayan untuk mengolah ikan hasil kelompok nelayan melalui revitalisasi organisasi: (2)
tangkapan ke bentuk produk yang bernilai tinggi Peningkatan akses dan paritispasi kelompok nelayan
adalah dengan mengikutsertakan ibu rumah tangga dalam penentuan kegiatan/program terkait
(istri nelayan) sebagai pelaku utama kegiatan tersebut. kenelayanan; (3) Peningkatan peran pemerintah dalam
Penekanan terhadap peran ibu rumah tangga nelayan pengawasan dan pendampingan berbagai program
menjadi penting karena biasanya dalam keluarga pemberdayaan yang melibatkan kegiatan kelompok
nelayan terdapat garis pembagian kerja yang jelas. nelayan; (4) Peningkatan peran kelembagaan nelayan
Dalam keluarga nelayan, suami biasanya berperan dalam penyelesaian konflik yang seringkali
sebagai pencari ikan, sedangkan istri bertanggung terjadiantar nelayan karena perebutan wilayah
jawab terhadap penjualan hasil ikan. tangkapan; dan (5) Memperluas jaringan keterlibatan
antara pemerintah, dunia usaha, dan kelompok
Pada tahap awal, pemberdayaan ibu rumah tangga nelayan dalam pengembangan industri pengolahan
nelayan dapat dilakukan melalui kegiatan praktik hasil ikan.
pengolahan ikan menjadi berbagai bahan pangan,
seperti nugget, sosis, kerupuk ikan, dan berbagai

114
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

Secara ringkas, penjelasan terkait strategi kemitraan dan pemberdayaan untuk menjami kelangsungan pekerjaan
masyarakat nelayan dengan melibatkan ketiga unsur yakni pemerintah, dunia usaha, dan kelompok nelayan dapat
dilihat pada matrik berikut ini:

Strategi Kemitraan dan Pemberdayaan Untuk Menjamin Kelangsungan Pekerjaan Masyarakat Nelayan: Kasus di
Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap

Aspek Kegiatan Prioritas Kebijakan dan Program Sasaran Pencapaian

a. Kelengkapan  Ketersediaan alat produksi penangkapan  Meningkatnya kapasitas tangkapan


Peralatan ikan yang lebih memadai dan menunjang khsusunya bagi nelayan kecil.
Tangkap keberlangsungan pekerjaan sebagai  Menguatnya kelompok nelayan dalam
nelayan. mengelola program pemberian alat tangkap
 Meningkatkan jumlah produksi/hasil khususnya yang berasal dari pemerintah.
tangkapan.  Meningkatnya jumlah bantuan peralatan
 Strategi pelibatan aspirasi kelompok tangkap yang sesuai dengan kebutuhan
nelayan dalam menentukan jenis dan nelayan.
desain kapal sesuai kapasitas dan  Meningkatnya kesadaran nelayan terhadap
kebutuhan nelayan lokal. pelarangan penggunaan alat tangkap yang
 Strategi partisipasi kelompok nelayan tidak ramah lingkungan.
dalam proses pengawasan dan  Memberikan insentif kredit atau bantuan
penyelesaian pembuatan kapal sesuai program bagi nelayan yang menggunakan
desian yang diinginkan. alat tangkap ramah lingkungan.
 Ketersediaaan alat dan armada tangkap  Meningkatnya peran kelembagaan nelayan
(khsusunya ketersediaan bahan bakar dalam penyelesaian konflik kenelayanan.
minyak) yang sangat penting untuk  Kemudahan persyaratan yang ringan bagi
mendukung pengembangan usaha nelayan kecil dalam memanfaatkan fasilitas
perikanan. koperasi nelayan.

b. Permodalan  Pemberian tambahan modal dalam  Meningkatnya jumlah dan cakupan bantuan
memperlancar kegiatan kenelayanan dana bergulir bagi nelayan.
melalui mekanisme pemberian dana  Meluasnya pemberian fasilitas kredit bagi
bergulir yang pengelolaannya nelayan dengan persyaratan peminjaman dan
melibatkan kelompok nelayan pengembalian yang disesuaikan (pro
 Pemberian bantuan modal bersifat nelayan).
stimulus sehingga dapat mengurangi dan  Meningkatnya pemberian program dana
memutus ketergantungan nelayan kecil bergulir untuk pemilikan armada kapal yang
pada tengkulak/juragan -walaupun dalam lebih layak bagi nelayan kecil.
prakteknya masih sulit dihapuskan.  Menguatnya evaluasi dan pengawasan
 Pembelajaran nelayan untuk bekerja terhadap sistem pinjaman modal melalui
secara kelompok (berorganisasi): pendampingan dari unsur lain di luar
merencanakan, menjalankan, dan pemerintah (LSM).
mengawasi program yang telah  Meluasnya pengelolaan usaha tambahan di
disepakati secara kelompok. luar kegiatan utama kenelayanan, khususnya
 Pengawasan dan pendampingan bagi ibu rumah tangga nelayan melalui
pengelolaan permodalan untuk pengolahan pasca produksi (pengolahan
menjamin keberlangsungan program produk makanan berbahan ikan).
yang dilakukan.  Meningkatnya profesionalitas kelompok
 Pemberian insentif tambahan nelayan dalam mengembangkan berbagai
permodalan bagi kelompok nelayan yang program pemberdayaan yang diinisiasi oleh
berhasil mengelola dana bergulir dengan pemerintah, dunia usaha, serta kelompok
baik (tingkat pengembalian yang tinggi). nelayan.

115
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

c. Pemasaran  Penyediaan fasilitas tempat pelelangan  Meningkatnya penyediaan fasilitas/prasarana


ikan (TPI) yang layak bagi nelayan yang mendukung pengembangan daerah
besar dan kecil. pesisir yang identik sebagai pusat kuliner
 Pembangunan pasar ikan yang produk olahan ikan dan sentra pasar ikan
pengelolaannya melibatkan peran (terutama untuk kebutuhan pemasaran
pemerintah, dunia usaha, dan kelompok nelayan kecil, pedagang ikan, dan masyarakat
nelayan. pembeli ikan). Meningkatnya kerjasama
 Keikutsertaan kelompok nelayan dalam pemasaran antara produsen produk makanan
berbagai kegiatan pameran berbahan berbahan baku ikan dengan pelaku usaha
baku ikan sehingga diharapkan ekonomi (misalnya: supermarket, toko oleh-
berdampak pada peningkatan oleh/suvenir, waralaba, hotel, restauran).
permintaan produk olahan ikan.  Sosialisasi gerakan dan penyadaran konsumsi
 Perda hari tertentu dalam seminggu produk ikan untuk peningkatan gizi
menu makan berbahan baku ikan masyarakat.
(contoh: perda Pemda Kota Depok).

d. Pengelolaan  Pelatihan pengolahan ikan menjadi  Memperluas sasaran pembinaan pelatihan


pasca makanan yang berbahan baku ikan pada keluarga nelayan.
produksi melibatkan kelompok ibu ruma tangga  Meningkatnya kualitas (penggunaan
nelayan dan pelaku usaha di daerah. teknologi tepat guna) produk makanan
 Pemanfaatan Kelompok Usaha Bersama berbahan baku ikan yang dihasilkan oleh
(KUB) – Kelompok Pengolah untuk istri-nelayan.
mempermudah pengolahan dan  Menguatnya pendampingan untuk
pemasaran produk hasil olahan ikan. peningkatan hasil dan kualitas produk yang
 Bantuan modal dan peralatan dihasilkan.
pengolahan produk berbahan baku ikan.  Tumbuhnya peningkatan minat masyarakat
nelayan untuk mengembangkan usaha di luar
mata pencaharian utama sebagai nelayan
(alternatif usaha)

e. Penguatan  Pembentukan kelompok nelayan yang  Meningkatnya akses dan paritispasi


kelompok pembinaannya langsung dibawah dinas kelompok nelayan dalam penentuan
nelayan terkait. kegiatan/program terkait kenelayanan.
 Pemberdayaan SDM nelayan melalui  Menguatnya peran kelompok nelayan
penguatan kelompok nelayan terutama melalui revitalisasi organisasi dan
terkait pengelolaan manajemen keuangan kapabilitas pengurus kelompok nelayan.
dan pengembangan usaha diluar kegiatan  Meningkatnya peran pemerintah dan
kenelayanan. lembaga lokal dalam monitoring dan
 Penguatan kelompok nelayan melalui pendampingan kegiatan kelompok nelayan.
peningkatan peran koperasi nelayan  Meningkatnya peran kelompok nelayan
 Peningkatan pelibatan aspirasi dan dalam penyelesaian konflik antar nelayan
partisipasi kelompok nelayan dalam yang biasanya dipicu akibat perebutan
perencanaan program pemerintah terkait wilayah tangkapan dan penggunaan alat
pemberdayaan nelayan. tangkap yang merusak (pukat).
 Penguatan managerial keorganisasisan  Berkembangnya unit usaha kelompok
kelompok nelayan, khusunya bagi nelayan diluar kegiatan utama kenelayanan
pengurus kelompok nelayan.  Meningkatnya peran serta ibu rumah tangga
 Penciptaan alternatif mata pencaharian di nelayan dalam peningkatan sumber
luar sektor kenelayanan pendapatan keluarga nelayan.

116
Jurnal Kependudukan Indonesia | Vol. 11, No. 2, Desember 2016 | 103-118

KESIMPULAN pelibatan kelompok nelayan sejak awal mendesain


kapal, pengerjaan hingga pembagiannya ke sejumlah
Pengembangan kemitraan dan pemberdayaan kelompok nelayan. Kelompok yang mendapatkan
masyarakat nelayan merupakan salah satu cara yang bantuan alat tangkap juga diberikan ketrampilan
dapat ditempuh untuk menjamin keberlangsungan perawatan sehingga alat tangkap yang diberikan
usaha dan pekerjaan di sektor perikanan. Selain bermanfaat dalam jangka panjang. Untuk menjamin
meningkatkan pendapatan, pengembangan kemitraan keberlanjutan, program pendampingan dan
dan pemberdayaan masyarakat nelayan juga dapat pengawasan pelaksanaan kegiatan juga sangat
mendukung peningkatan ekonomi dan sosial diperlukan terutama dari pemerintah daerah dan
penduduk yang lebih luas. Di samping itu, melibatkan u unsur kelompok nelayan dan aparat
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan nelayan pemerintahan di tingkat desa. Selanjutnya, diperlukan
sangat diperlukan untuk mengurangi kemiskinan strategi kebijakan dan program yang sasarannya
nelayan, melepas ketergantungan nelayan terhadap mencakup pencapaian kemandirian kelompok nelayan
lembaga permodalan tradisional, dan sebagai sarana di bidang peningkatan kepemilikan peralatan tangkap,
untuk mencapai pembangunan yang lebih adil dan permodalan usaha, pemasaran hasil, dan pengolahan
berkelanjutan. hasil produksi. Jika hal tersebut dapat dilakukan,
maka tidak menutup kemungkinan akan tercipta
Tanpa adanya sinergi pelibatan pihak pemerintah, peningkatan kesejahteraan dan kemandirian
dunia usaha, dan kelompok nelayan, maka upaya masyarakat nelayan.
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan nelayan
untuk menjamin kelangsungan pekerjaan di sektor DAFTAR PUSTAKA
perikanan tangkap tidak akan berhasil dengan baik.
Untuk mewujudkannya, diperlukan strategi yang Asiati, Devi dkk. 2010. Kemitraan Antara Tenaga Kerja,
komprehensif dan terpadu yang mencakup berbagai Dunia Usaha dan Pemerintah Untuk
kebijakan dan program pemberdayaan dengan Kelangsungan Pekerjaan, Laporan Penelitian,
mempertimbangkan keberadaan faktor internal PPK-LIPI
maupun eksternal. Faktor internal meliputi daya Asiati, Devi dan Laila Nagib. 2011.Program Coremap di
dukung masing-masing pihak yakni pemerintah, dunia Desa Mapur Kabupaten Kepulauan Riau,
usaha, dan kelompok nelayan untuk berkontribusi Mamfaat dan Perubahan Pendapatan
sesuai dengan peran, fungsi dan kapabilitasnya. Masyarakat, Indonesia Pintar Publishing, 2011.
Sementara keberadaan faktor eksternal berkaitan Arifin, Zainal., 2009, Alternatif Pola Kemitraan untuk
dengan sejauh mana komitmen pemerintah pusat dan Usaha Perikanan.
daerah untuk mendukung pengembangan usaha terkait (http://web.ipb.ac.id/~psp//?pilih=news&mod=yes
pengolahan hasil perikanan tangkap. &aksi=lihat&id=339. Diakses pada tanggal : 23
Maret 2013
Tulisan ini semakin menegaskan bahwa Dillon, H.S. 2012.An Indonesian Renaissance : Sebuah
pengembangan kemitraan dan pemberdayaan nelayan Konsep Pemikiran. Penerbit Buku Kompas,
dapat dilakukan jika terdapat sinergi antara Jakarta.
pemerintah daerah, dunia usaha dan kelompok Darwin, 2003. Model Pemberdayaan Usaha Kecil dan
nelayan. Pembelajaran yang ditemukan dari studi Menengah. LIPI Press: Jakarta
kasus di Kota Tegal dan Kabupaten Cilacap adalah
perlunya membangun dan meningkatkan kapabilitas FAO, 2005, Increasing the Contribution of Small Scale
Fisheries to Poverty Alleviation and Food
dan kepengurusan kelompok nelayan di tingkat lokal.
Security. Food and Agriculture Organization of
Upaya ini penting dilakukan terutama dalam tahal United Nation.
awal pelaksanaan program kemitraan dan
pemberdayaan bagi nelayan khususnya bagi nelayan FAO, 2005, Increasing the Contribution of Small Scale
kecil mengingat banyaknya hambatan dan Fisheries to Poverty Alleviation and Food
Security, Food and Agriculture Organization of
keterbatasan individu nelayan kecil ketika mereka
United Nation.
harus bekerja dalam sebuah kelompok. Membangun
komunikasi yang berkelanjutan dan melibatkan Harfina, dkk. 2012. Pemberdayaan, Kemitraan dan
berbagai pihak yang berkepentingan dalam Kelangsungan Pekerjaan di Sektor Pertanian.
pelaksanaan program pemberdayaan nelyan juga perlu Laporan Penelitian. Jakarta : PPK LIPI
dijadikan prioritas. Pada kasus nelayan di Kota Tegal
ditemukan bahwa keberhasilan dalam program
bantuan alat tangkat terjadi karena adanya upaya

117
Kemitraan Di Sektor Perikanan Tangkap: Strategi Untuk…| Devi Asiati dan Nawawi

Hadi, A. Purbathun. Tanpa Tahun. Konsep Pemberdayaan, Nawawi. 2013. Optimalisasi Peran Kelembagaan
Partisipasi dan Kelembagaan dalam Kemitraan Pertanian Tanaman Pangan dan Faktor-
Pembangunan.http://suniscome.50webs.com/32% Faktor yang Berpengaruh: Kasus Kecamatan
20Konsep%20Pemberdayaan%20Partisipasi%20K Papar Kabupaten Kediri, dalam “Dinamika
elembagaan.pdf .Diakses pada tanggal: 23 Maret Kemitraan Dan Pemberdayaan Tenaga Kerja
2013 Perdesaan”, Laporan Penelitian, PPK-LIPI
Kusnadi, 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan, Penerbit Sukada, dkk. 2007. CSR for Better Life: Indonesian
Pondok Edukasi dan Pokja Pembaruan: Bantul. Context Membumikan Bisnis Berkelanjutan
Memahami Konsep dan Praktik Tanggungjawab
Kamil, Mustofa. 2006, Strategi Kemitraan Dalam
Sosial Perusahaan. Jakarta : Indonesia Bisnis
Membangun PNF Melalui Pemberdayaan
Link
Masyarakat, Departemen Pendidikan Nasional
Badan Peneliti dan Pengembangan: Bandung Sipahelut M., 2010. Analisis Pemberdayaan Masyarakat
Nelayan Di Kecamatan Tobelo, Kabupaten
Kertasasmita, G. 1996. Kemitraan Dalam Pembangunan
Halmahera Utara, Thesis, Institut Pertanian
Nasional dengan Tinjauan Khusus Dalam
Bogor: Bogor.
Pembangunan Perkotaan, Makalah pada Seminar
Nasional Urban dan Regional Development Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1995,
Institute (URDI, Jakarta, 23 September 1996). tentang Usaha Kecil.
www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/...
KKP. 2012. Statistik Kelautan dan Perikanan Indonesia
/parent/457. Diakses pada tanggal: 23 Maret 2013
Tahun 2012. Kementrian Kelautan dan Perikanan
Indonesia. Jakarta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah.
Longwe, Hlupekile Sara. 1999. The Women’s
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/280
Empowerment (Longwe) Framework, dalam A
29/node/1011/undangundang-nomor-20-tahun-
Guide to Gender-Analysis Framework oleh
2008. Diakses pada tanggal: 23 Maret 2013.
Candida & Ines Smith, Oxpord: An Oxfam
Publication. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang
Pelaksanaan UU No 20 Tahun 2008,
Lopulalan, Yoisye. 2010. Analisis Dampak Kemitraan
http://peraturan.go.id/pp/nomor-17-tahun-2013-
Perikanan Tangkap Terhadap Kondisi Ekonomi
11e44c4ea98b2b80882e313231353436.html.
Wilayah. Jurnal “Amanisal” SP FPIK Unpatti-
Diakses pada tanggal: 23 Maret 2013.
Ambon. Vol. 1. No.1, Mei 2010. Hal 56 – 66.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang
Manahan, Juari. 2009. Pengantar Kebijakan Publik.
Kemitraan.
Penerbit Quality: Jogyakarta
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/316
Nawawi. 2008. Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia: /node/677/pp-no-44-tahun-1997-kemitraan.
Ukuran dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh, Diakses pada tanggal: 23 Maret 2013.
dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia:
diantara Peluang dan Tantangan, Prijono
Tjiptoheriyanti dan LAila Nagib (Ed), LIPI Press:
Jakarta

118

Anda mungkin juga menyukai