Anda di halaman 1dari 2

NAMA : Farhan Daffa Putra

NIM : 175040207111194

Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Tanaman Kedelai

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memberi ruang dan hak kehidupan bagi semua
komponen biota ekologi tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan pada tanaman yang
dibudidayakan. Sasaran pengendalian hama terpadu adalah mengurangi penggunaan pestisida
kimia dengan memadukan berbagai komponen teknik pengendalian hayati dan aplikasi kimiawi
jika teknik pengendalian lain tidak mampu menekan populasi hama. Pengendalian hama pada
tanaman kedelai hingga kini masih bertumpu pada penggunaan pestisida kimia, sedangkan cara
pengendalian yang lain masih belum banyak dilakukan. Penggunaan pestisida kimia secara
berlebihan berdampak pada timbulnya resistensi hama sasaran, dan pencemaran lingkungan
pertanian, sehingga PHT perlu dilakukan. PHT pada tanaman kedelai merupakan teknik
pengelolaan keseimbangan lingkungan pertanian melalui ekologi dan efisiensi ekonomi dalam
rangka pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Strategi PHT
adalah mensinergikan semua teknik atau metode pengendalian hama dan penyakit yang
kompatibel didasarkan pada asas ekologi dan ekonomi. Prinsip operasional yang digunakan
dalam PHT adalah (1) budidaya tanaman sehat, (2) penyeimbangan komponen ekobiota
lingkungan, (3) pelestarian musuh alami, (4) pemantauan ekosistem secara terpadu, dan (5)
mewujudkan petani aktif sebagai ahli PHT.
Salah satu ancaman dalam upaya peningkatan produksi kedelai adalah serangan hama. Di
Indonesia telah teridentifikasi 266 jenis serangga yang berasosiasi dengan tanaman kedelai yang
terdiri dari 111 jenis serangga hama, 53 jenis serangga yang berstatus kurang penting, 61 jenis
serangga predator dan 41 jenis serangga parasite. Strategi pengendalian hama yang dapat
digunakan dalam PHT yaitu: (1) mengusahakan pertumbuhan tanaman sehat, (2) pengendalian
hayati, (3) penggunaan varietas tahan, (4) pengendalian secara mekanik, (5) pengendalian secara
fisik, (6), pengendalian dengan menggunakan senyawa kimia semio (semiochemicals) yaitu
dengan memanfaatkan senyawa kimia alami yang dihasilkan oleh organisme tertentu untuk
mempengaruhi sifat serangga hama, (7) pengendalian secara genetik, dan (8) penggunaan
pestisida kimia.
Pola pengendalian hama di tingkat petani secara evolusi dalam hubungannya dengan
budidaya tanaman pada umumnya melalui beberapa tahapan . Tahapan permulaan, sebagian
besar petani mengusahakan lahan pertaniannya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Pada
tahapan ini petani tidak menggunakan masukan produksi seperti pupuk dan pestisida kimia,
sehingga produktivitasnya masih rendah. Cara pengendalian hama yang biasa dilakukan pada
saat itu dengan cara mekanik, fisik atau bercocok tanam. Pada tanaman kedelai tahapan ini
berlaku hingga akhir tahun 1960 an. Tahap berikutnya adalah “budidaya secara intensif”, pada
tahap ini usaha tani telah berkembang, lahan menjadi luas dengan tujuan memperoleh tingkat
produktivitas tinggi. Hasil pertanian dipasarkan di dalam atau luar negeri. Perubahan tujuan dari
tahapan permulaan ke tahapan intensif mengakibatkan penggunaan teknologi modern semakin
intensif termasuk penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Pada tahapan ini petani memperoleh
peningkatan produksi yang nyata. Kenyataan ini semakin mendorong peningkatan penggunaan
pestisida dan masukan produksi lainnya. Tahapan kritis, setelah beberapa waktu petani berada
pada tahap eksploitasi, semakin dirasakan bahwa untuk memperoleh hasil pengendalian yang
sama diperlukan penggunaan pestisida kimia yang semakin sering dengan dosis yang terus
meningkat. Biaya pengendalian hama semakin meningkat dan keuntungan yang diperoleh
semakin menurun. Kondisi ini disebut tahap kritis.
Beberapa masalah yang menyebabkan petani gagal menanggulangi hama, diantaranya adalah:
Lemah dalam identifikasi hama dan gejala serangan, Tindakan pengendalian yang terlambat,
Aplikasi insektisida yang kurang tepat, dan pelaksanaan tindakan pengendalian hama secara
bijaksana. Penerapan pengendalian hama melalui pendekatan PHT terus berkembang hingga saat
ini karena dilandasi dari kenyataan yang ada dan keberhasilan penerapan PHT untuk
mengendalikan hama, dan oleh karena itu pengertian prinsip dasar penerapan PHT harus
dipahami. formasi mengenai agroekosistem setempat juga perlu dilandasi oleh pengetahuan
mengenai komponen-komponen PHT yang dapat dipadukan untuk mendapatkan hasil
pengendalian yang optimal dan sehat. Komponen pengendalian hama kedelai yang dapat
dipadukan antara lain: pengendalian secara kultur teknis yang meliputi penggunaan varietas
tahan, sanitasi lingkungan, dan pengaturan waktu tanam; pengendalian mekanis; pengendalian
alami dengan memanfaatkan musuh alami berupa predator maupun patogen yang ada di
ekosisten pertanian semaksimal mungkin; dan pengendalian dengan pestisida nabati ataupun
kimia. Komponen-komponen pengendalian hama yang dapat dipadukan dalam penerapan PHT
pada tanaman kedelai adalah: Pengendalian Alami, Pengendalian secara Mekanik dan fisik,
Pengendalian dengan Teknik Budidaya

PUSTAKA
Indiati, Sri W., and Marwoto Marwoto. "Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (Pht)
pada Tanaman Kedelai." Buletin Palawija, vol. 15, no. 2, 2017, pp. 87-100

Anda mungkin juga menyukai