Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ajeng Yola Shalshabila

NIM : 1808205073
Kelas : Akuntansi Syariah B/5
Ulangan Akhir Semester Mata Kuliah Auditing

JAWABAN
1. Salah satu perusahaan di Indonesia yang mengalami fraud atau kecurangan dalam
laporan keuangan yaitu PT. Telekomunikasi Indonesia. Penyebab terjadinya fraud
atau kecurangan tersebut yaitu adanya persaingan antara KAP Eddy Pianto dan KAP
Hadi Sutanto. Masalahnya adalah pada tanggal 16 Juni 2003 KAP Eddy Pianto tidak
melakukan kewajiban kegiatan di pasar modal, sehingga diberi sanksi yaitu Bapepam
mewajibkan Eddy Pianto Simon, partner KAP Eddy Pianto, untuk tidak melakukan
kegiatan usaha di pasar modal terhitung sejak tanggal surat ini sampai diputuskan lebih
lanjut oleh Bapepam. Keputusan tersebut didasarkan pada penolakan Laporan
Keuangan Konsolidasi PT. Telkom tahun Buku 2002 oleh SEC yang menyebabkan
perdagangan saham PT. Telkom yang tercatat di New York Stock Exchange dalam
bentuk IDR dihentikan sementara dan diduga menyebabkan harga saham PT. Telkom
di Bursa Efek Jakarta turun secara signifikan dari harga penutupan sehari sebelumnya,
serta memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap penurunan Indeks Harga
Saham Gabungan. Maka KAP Jimmy Budhi menjadi pengganti KAP Eddy Pianto.
Karena first layer tidak digunakan maka jasa audit ini merosot dan berimbas pada
persaingan jasa audit. Para pemegang saham menjadi enggan untuk menggunakan jasa
Kantor Akuntan Publik yang independen dan merosotnya kepercayaan pada auditor
lokal. KAP Hadi Sutanto dan rekan menimbulkan ketidakpastian usaha bagi auditor
karena kewenangan mereka untuk melakukan kegiatan jasa audit dapat
dipermasalahkan oleh sesama auditor yang seharusnya saling bekerjasama dan
menghormati satu sama lain.
KAP Hadi Sutanto Dan Rekan melanggar Undang-undang Pasal 107 nomor 8 Tahun
1995 yang isinya “Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan
Pihak lain atau menyesatkan Bapepam, menghilangkan, memusnahkan, menghapuskan,
mengubah, mengaburkan, menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang
memperoleh izin, persetujuan, atau pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan
Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
Dalam pasal tersebut dapat dikaji apabila ada pihak yang bertujuan untuk merugikan
atau menyesatkan. Dalam kasus diatas dapat dilihat KAP Hadi Sutanto dan rekan
mencoba untuk menyesatkan dan merugikan. Merugikan para pemegang saham dari
perseroan induk maupun anak perusahaannya yakni TELKOM dan TELKOMSEL.
Karena hasil auditnya tidak diberikan izin maka KAP Eddy Pianto dan rekan
mengalami kesulitan dalam mengacu auditnya.
Yang tidak relevan adalah permintaan KAP HS untuk melihat keseluruhan form 20-
F yang tidak ada hubungannya dengan mereka sama sekali. Bahkan, jika itu merupakan
alasan mereka untuk tidak memberikan izin merupakan alasan yan tidak berdasar
hukum sama sekali. Sebagai first layer, KAP HS seharusnya memberikan kemudahan
bagi KAP selanjutnya yang akan menggatikannya. Dalam peraturan pasar modal yang
dikeluarkan oleh Bapepam tidak memperbolehkan persaingan yang tidak sehat. Sebagai
sesama auditor seharusnya saling menghormati dan tidak saling menjatuhkan reputasi.
“Mengaburkan” dan “menyembunyikan” dalam pasal tersebut juga dapat diterapkan
pada tindakan yang dilakukan oleh KAP HS. Mengaburkan karena tidak mengizinkan
acuan sehingga KAP EP harus memulainya lagi dari bawah tanpa tahu dokumen-
dokumen apa saja yang pernah di audit. Dan menyembunyikan hasil audit beserta
opininya sehingga PT Telkom melakukan inpermission atas hasil kerja KAP HS yang
saat itu waktunya sangat terbatas. Dengan demikian pasal 107 ini dapat diterapkan pada
kasus yang menimpa Kantor Audit Publik (KAP) Hadi Sutanto dan rekan yang telah
merugikan PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk (Telkom), PT. Telekomunikasi Seluler
(Telkomsel), Kantor Audit Publik (KAP) Eddy Pianto dan rekan, Bapepam, dan SEC.
Karena kecerobohannya tersebut indeks harga saham gabungan Telkom anjlok dan
mengalami kerugian karena adanya isu tidak transparansi keuangannya.
Jadi, inti dari masalah audit yang dialami oleh PT Telkom terdapat dua KAP yang
saling tidak harmonis yaitu KAP Hadi Sutanto partner PwC dan KAP Eddy Pianto
partner Grant Thornton. KAP HS dalam perjalanannya mengundurkan diri dalam
mengaudit PT Telkomsel dikarenakan untuk menghindari kerugian jika berafiliasi
dengan KAP EP. Alasan pengunduran diri KAP HS diantaranya adalah :
- KAP HS tidak mau berafiliasi dengan KAP EP
- KAP HS meragukan hak praktek KAP EP di hadapan BAPEPAM AS.
- KAP HS mengetahui bahwa SEC (Security Exchange Commision) tidak mengakui
keberadaan KAP EP berkaitan dengan keraguannya atas kompetensi dan independensi
yang dimiliki oleh auditornya.
Karena waktunya sangat terbatas KAP EP meminta hasil audit yang dahulu pernah
dilakukan oleh KAP HS, tetapi KAP HS menolak untuk memberitahu hasil audit yang
pernah dilakukannya. Penolakan izin tehadap hasil audit sebelumnya dikarenakan KAP
HS tidak diperbolehkan untuk melihat 20-F milik Telkom.
Sikap yang harus dilakukan auditor jika menemukan kasus seperti ini yaitu jika
auditor mengidentifikasi adanya kesalahan penyajian baik material atau tidak, dan
auditor memiliki alasan untuk mempercayai bahwa itu mungkin merupakan atau akibat
dari kecurangan dan bahwa manajemen terlibat didalamnya, maka auditor harus
mengevaluasi ulang penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan
oleh kecurangan dan dampaknya terhadap sifat, saat, dan luas prosedur audit untuk
merespons risiko yang telah ditentukan. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah
keadaan atau kondisi mengindikasikan adanya kemungkinan kerjasama yang
melibatkan karyawan, manajemen, atau pihak ketiga ketika mempertimbangkan
kembali keandalan bukti audit
Jika auditor mengonfirmasikan bahwa, atau tidak dapat menyimpulkan tentang
apakah, laporan keuangan kesalahan penyajian secara material yang diakibatkan oleh
kecurangan, maka auditor harus mengevaluasi dampaknya terhadap audit.

2. Contoh Kasus Materialistis : Kasus materialitas yang terjadi pada KAP Arthur
Andersen yang mengaudit perusahaan Enron.
Enron perusahaan energi terbesar di AS yang jatuh bangkrut itu meninggalkan hutang
hampir sebesar US $ 31.2 milyar, karena salah strategi dan memanipulasi akuntansi yang
melibatkan profesi Akuntan Publik yaitu Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen.
Laporan keuangan maupun akunting perusahaan yang diaudit oleh KAP Arthur Andersen,
ternyata penuh dengan kecurangan (fraudulent) dan penyamaran data serta syarat dengan
pelanggaran etika profesi. Akibat gagalnya Akuntan Publik Arthur Andersen menemukan
kecurangan yang dilakukan oleh Enron maka memberikan reaksi keras dari masyarakat
(investor) sehingga berpengaruh terhadap harga saham Enron di pasar modal. Kasus
Enron ini menyebabkan indeks pasar modal Amerika jatuh sampai 25 %. Perusahaan
akuntan yang mengaudit laporan keuangan Enron, Arthur andersen, tidak berhasil
melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di samping sebagai eksternal
auditor, Arthur andersen juga bertugas sebagai konsultan manajemen Enron. Besarnya
jumlah consulting fees yang diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut
bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan klien mereka. KAP Arthur
Andersen memiliki kebijakan pemusnahan dokumen yang tidak menjadi bagian dari
kertas kerja audit formal. Walaupun penghancuran dokumen tersebut sesuai kebijakan
internal Andersen, tetapi kasus ini dianggap melanggar hukum dan menyebabkan
kredibilitas Arthur Andersen hancur. Akibatnya, banyak klien Andersen yang
memutuskan hubungan dan Arthur Andersen pun ditutup. Faktor tersebut adalah
merupakan perilaku tidak etis yang sangat bertentangan dengan good corporate
governance philosofy yang membahayakan terhadap business going cocern.
Enron juga merupakan perusahaan perdagangan derivatif energi terbesar di AS.
Kontribusi laba perseroan sekitar 80% dari divisi perdagangan derivatif. Dalam waktu
sangat singkat perusahaan yang tahun lalu masih membukukan pendapatan US$ 100
miliar, sekonyong-konyong harus melaporkan kebangkrutannya kepada otoritas pasar
modal.

3. Pemahaman tentang pengendalian internal sebuah perusahaan sangat perlu untuk


menyimpulkan keputusan. Karena untuk mengetahui :
 Kebiasaan, kesadaran, dan tindakan manajemen dan dewan komisaris mengenai
lingkungan pengendalian.
 Pengaruh spesifik dari faktor-faktor lingkungan pengendalian terhadap efektivitas
komponen-komponen struktur pengendalian yang lain.

Contoh kasus pengendalian internal yaitu pt. Telkom indonesia 


Undang-undang sarbanes-oxley mengharuskan pengendalian internal terhadap
pelaporan keuangan. Dan jaminan dari manajemen telkom bahwa seluruh informasi
dalam laporan keuangan adalah akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk
memenuhi ketentuan ini, pt telkom telah melakukan perbaikan internal melalui
transformasi organisasi dan penerapan kebijakan tata kelola perusahaan yang baik (good
corporate governance). Untuk menilai dan mengevaluasi pengendalian internal, pt telkom
menggunakan pengendalian internal coso (committee of sponsoring organization of
treadway commission) yang juga sering mengeluarkan jurnal pengendalian internal.

Anda mungkin juga menyukai