Anda di halaman 1dari 16

Materi Fasilitasi Penguatan Kapasitas

Pengorganisasian/Pendampingan Masyarakat
Tua Hasiholan Hutabarat

10 May 2020

Pendahuluan

Pengorganisasian adalah sebuah konsep yang lazim digunakan dalam proses pendampingan
komunitas atau pranata social lain, termasuk organisasi-organisasi masyarakat. Tujuannya adalah
membangun kemambuan komunitas atau masyarakat agar lebih baik dalam menata kelembagaan
secara mandiri dan berkesinambungan. Pengorganisasian tidak hanya membuat masyarakat menjadi
pintar dan kuat, namun bisa berproses secara mandiri dengan ketergantungan yang sangat minimal
dengan pihak lain. Dengan demikian, pengorganisasian berisi langkah-langkah kerja yang
memampukan komunitas untuk aktif mengidentifikasi, menganalisis, menyusun rencana,
menjalankan aksi dan akhirnya melakukan evaluasi secara mandiri.

Jika melihat penjelasan di atas, maka pendampingan adalah bagian dari proses pengorganisasian.
Melalui pengorganisasian, masyarakat atau komunitas mampu berproses dan berdinamika secara
mandiri dalam waktu yang panjang. Untuk itulah proses pendampingan dan pengorganisasian harus
dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip memerdekakan atau memampukan. Bukan sekedar
mendorong perubahan, karena perubahan akan berkesinambungan jika dan hanya jika komunitas
mampu berinisiatif dan aktif untuk mengidentifikasi, menganalisis, menyusun rencana,
mengimplementasikan rencana (aksi) dan juga memperbaiki kekurangan dan kelemahan melalui
proses evaluasi.

Pelatihan ini adalah salah satu cara membangun pemahaman dan teori praktek yang bermanfaat
bagi pelaku pengorganisasian di komunitas. Dengan berbagai tantangan yang kerap dihadapi oleh
para pendamping komunitas, maka sangat diperlukan kegiatan penguatan yang dapat dijadikan
pegangan oleh para pelaku pengorganisasian. Tidak hanya itu, diharapkan pelaku pengorganisasian
pasca pelatihan juga lebih bisa berfikir bebas dan inovatif dalam menemukan strategi-strategi
pendampingan yang lebih efektif. Kebebasan, flexibilitas dan keberanian dalam membangun strategi
yang sesuai dengan konteks lokal akan membangun keyakinan bagi siapapun pelaku
pengorganisasian di komunitas.

Hasil yang Diharapkan

Pelatihan ini terutama ditujukan pada staff lapangan yang juga menjadi pelaku pendampingan atau
pengorganisasian di level komunitas. Materi-materi yang disampikan dalam pelatihan diarahkan
pada beberapa hasil seperti di bawah.

 Peserta dapat mengetahui konsep dan prinsip pendampingan fasilitasi kelompok di dalam
strategi pemberdayaan masyarakat
 Peserta menjadi lebih banyak kreatif dan berinovasi di dalam proses pendampingan dan
fasilitasi kelompok penerima manfaat
 Peningkatan Analisa peserta di dalam penggalian masalah dan potensi di kelompok masyarat
dan dapat memberikan feedback positif untuk kemajuan program
 Peserta lebih disegarkan Kembali tentang program CREATION dan tujuannya.

Pengenalan Komunitas (Dari sisi Kemauan Bertindak)

Komunitas adalah suatu tempat dimana sekelompok orang hidup bersama berbagi sumberdaya, nilai
dan kepentingan. Melalui definisi tersebut kita bisa simpulkan, bahwa sebuah komunitas hanya bisa
hidup jika rangkaian nilai, sumberdaya dan kepentingan tersebut dibagi atau terbagi bersama-sama
diantara mereka yang hidup di suatu tempat (give among each other). Apapun yang terjadi di satu
komunitas, berubah atau tidak, berproses atau tidak, sejahtera atau tidak, maka semua tergantung
pada pengetahuan, nilai, kepentingan, norma, atau dinamika bersama. Ketika satu atau beberapa
aspek di atas tidak terbagi/dibagi bersama, maka komunitas akan terhenti atau tidak berproses. Jika
pun komunitas tersebut tetap berjalan, sebenarnya komunitas tersebut stagnan atau berubah dalam
waktu yang sangat panjang.

Agar terjadi perubahan di masyarakat, maka tindakan-tindakan yang mengarah pada perubahan
menjadi faktor kunci, karena tanpa itu masyarakat akan berputar pada siklus yang sama dalam
jangka waktu yang lama. Tentu stagnansi ini akan berdampak buruk pada masyarakat, karena
kebutuhan terus bergerak lebih cepat.

Dalam melakukan pengorganisasian atau pendampingan, kita berharap kelompok atau anggota
kelompok mau melakukan tindakan tertentu. Tindakan tersebut tentunya kita harapkan bisa
merubah sesuatu yang lebih baik pada dirinya, keluarga, kelompok maupun masyarakat. Kadang sulit
sekali membuat komunitas atau seseorang bertindak karena berbagai macam faktor. Walaupun
masyarakat tidak menolak atau sudah mengerti tujuan dilakukannya perubahan atau pentingnya
melakukan tindakan, namun ternyata pemahaman tersebut tidak membuat mereka melakukan
sesuatu. Kita menganggap bahwa pengetahuan yang kita berikan bisa membuat mereka melakukan
sesuatu. Mereka malah sering sekali diam saja tidak melakukan apapun, melakukannya dengan
sangat lambat, menunggu di ingatkan baru melakukan, atau malah kemudian menolak untuk
bertindak. Mengapa terjadi hal demikian?

Ada beberapa kemungkinan yang membuat masyarakat menjadi pasif dan tidak melakukan seperti
yang telah disepakati atau direncanakan.

- Mereka pernah melakukan sebelumnya, namun tidak berhasil seperti yang mereka
harapkan.
- Mereka kurang memiliki pengetahuan untuk melakukan
- Mereka menganggap, orang lain tidak melakukan hal yang sama seperti yang mereka
lakukan
- Tidak ada penghargaan bagi mereka yang telah melakukan
- Mereka masih ragu dengan hasil
- Mereka tidak punya kepercayaan diri untuk melakukan.

Tentu ada banyak faktor lain yang membuat seseorang atau kelompok mau atau bersedia melakukan
sesuatu. Tapi dari begitu banyak faktor, 6 konsep di ataslah yang paling sering dianggap penentu
tidak terjadinya perubahan di masyarakat. Tentu saja, tidak semua orang memiliki analisis yang
sama. Ada cukup banyak orang, terutama pekerja social yang menganggap ketiadaan perubahan
diakibatkan oleh satu atau 2 faktor di atas. Ambil contoh yang paling sering dijadikan alasan adalah;
kekurangan pengetahuan. Akibatnya, pelatihan demi pelatihan pun dilakukan untuk membuat
individu atau kelompok di komunitas memiliki pengetahuan agar bersedia bertindak atau melakukan
sesuatu. Sayangnya, hal itu tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan. Dari banyak orang
(anggaplah 20 sampai 30 orang) yang dilatih, hanya 2 sampai 3 orang saja yang benar-benar
berinisiatif untuk bertindak. Tentu saja energy yang dikeluarkan dalam pelatihan tidak sesuai dengan
hasil yang terwujud.

Dari pemaparan di atas, kita bisa lebih memahami bahwasannya ada cukup banyak faktor yang
membuat komunitas tidak berbuat sesuai dengan apa yang diharapkan. Cobalah untuk lebih terbuka
dan melihat sisi lain dan mengambil tindakan yang diperlukan sehingga komunitas bersedia untuk
melakukan aksi yang mendukung terjadinya perubahan.

Kita ambil satu contoh.

Di satu komunitas diketahui berada dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Mereka selalu
dihadapkan pada situasi dimana matapencaharian utama tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup
keluarga. Penghasilan yang mereka dapatkan setiap hari atau bulan hanya cukup digunakan untuk
membeli kebutuhan dasar. Padahal, ada cukup banyak sumberdaya yang bisa dimanfaatkan. Mereka
juga memiliki ketrampilan dalam melakukan pengolahan sumberdaya perikanan di sekitar
permukiman mereka untuk dijadikan produk makanan. Beberapa pelatihan pun dilakukan,
diantaranya adalah pengolahan makanan yang dikelola dari sumberdaya lokal.

Pasca pelatihan, masyarakat/kelompok sudah melakukan uji coba, dan kemudian mencoba
memasarkan. Kebetulan produk olahan tersebut bisa diterima oleh konsumen walaupun masih
dalam volume yang tidak terlalu banyak. Setelah pelatihan, team program pun telah mendukung
peralatan produksi, alat bantu kemasan, mengubungkan dengan pedagang, dan memfasilitasi ijin
produksi. Setelah beberapa bulan, muncul masalah. Produk tersebut terhenti, walaupun masih ada
permintaan dari warung ataupun pedagang yang selama ini ikut memasarkan produk olahan
tersebut.

Contoh di atas biasa dihadapi oleh seorang pendamping. Mari kita diskusikan, sebenarnya apa yang
membuat masyarakat tidak melanjutkan kegiatan usaha tersebut? Agar tidak hanya terfokus pada
satu faktor, mari gunakan 6 konsep di atas untuk melihat apakah usaha masyarakat bisa berlanjut.
Enam Konsep Teori Mendasari Tindakan/Perilaku

Tabel di bawah merupakan landasan dari beberapa faktor penyebab tindakan atau aksi yang berjalan
di masyarakat. Tindakan manusia sangat ditentukan oleh 6 konsep di bawah.

Resiprocal Determinism

Perilaku atau tindakan seseorang sangat ditentukan oleh hasil dari interaksinya dengan orang lain.
Jika orang lain bertindak atau berperilaku yang sama, maka seseorang akan cenderung terus
menerus melakukan apa yang sudah disepakati. Tapi sebaliknya, jika orang lain (misalnya anggota
dalam satu kelompok) tidak melakukan hal yang sama, maka individu tersebut berhenti atau
menolak melakukan yang telah direncanakan.

Behavioral Capability

Informasi atau pengetahuan yang cukup adalah penentu seseorang atau kelompok untuk berbuat
atau melakukan sesuatu. Tanpa ada informasi dan pengetahuan yang cukup, seseorang atau suatu
kelompok menolak atau enggan untuk melakukan sesuatu atau berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan.

Expectation
Tindakan seseorang sangat ditentukan oleh peluang hasil yang akan diperoleh/dicapai. Jika
kemungkinan atau peluang untuk memperoleh hasil positif tidak bisa dicapai, maka kemungkinan
untuk melakukan atau berperilaku yang diharapkan akan sulit terjadi.

Self Efficacy

Orang yang bertindak harus memiliki kepercayaan diri. Kepercayaan diri tersebut hanya akan muncul
jika seseorang di dorong (persuasi) untuk bertindak. Kepercayaan diri dan dorongan ini akan terjadi
salah satunya melalui tindakan-tindakan kecil atau langkah-langkah kecil yang bisa membuat
seseorang atau kelompok menjadi lebih percaya diri.

Observational Learning

Mengamati apa yang telah dilakukan orang lain, atau mempelajari bagaimana pengalaman orang
lain melakukan hal yang sama atau mirip bisa dijadikan pemicu seseorang untuk bertindak. Artinya,
ada model atau contoh dari orang lain yang bisa membangkitkan keinginan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Tanpa ada contoh, model atau pengalaman positif dari orang lain, maka peluang
seseorang bertindak akan semakin rendah.

Reinforcement

Pemberian reward atau penghargaan pada seseorang bisa meningkatkan potensi melakukan
tindakan, dan menurunkan munculnya perilaku atau tindakan atau perilaku penolakan.
Apa itu Pengorganisasian Komunitas (Community Organizing)

Berdasarkan definisi di bawah, pengorganisasian komunitas adalah sebuah metode yang digunakan
untuk memampukan masyarakat dalam mengambil keputusan yang berpengaruh pada hidup
mereka. Sebagai sebuah metode, community organizing berisi strategi dan taktik, tahapan maupun
teknik-teknik yang memampukan individu, kelompok maupun masyarakat agar lebih mandiri dalam
mengambil keputusan.

Kerja-kerja pengorganisasian
terkadang dianggap mudah
dan disepelekan oleh orang
lain, sehingga kerap dianggap
sebagai tugas yang paling
mudah, sehingga banyak orang tak berpengalaman pun ditunjuk mampu melakukan
pengorganisasian. Namun sebenarnya, kerja pengorganisasian tidaklah mudah. Dibutuhkan
pengalaman panjang, intuisi, kreativitas dan emphaty yang tinggi dari seorang pelaku
pengorganisasian komunitas. Mereka adalah orang-orang lapangan yang menjadi penentu
keberhasilan kerja pendampingan, sehingga kapasitas yang mereka miliki sangat vital bagi terjadinya
perubahan di masyarakat (bukan sekedar keberhasilan program atau project).

Secara umum ada 6 tahapan yang kerap dilakukan seorang community organizer, yakni;

Tahapan umum tersebut tentu sepertinya cukup mudah untuk dipahami dan dilakukan. Jika kita
menganggap komunitas atau orang-orang yang ada di komunitas itu benda mati, atau hidup dalam
ruang kosong tanpa dipengaruhi lingkungan di sekitarnya atau pasif, maka semua orang pasti bisa
melakukan. Namun realita di masyarakat sangatlah kompleks, cepat berubah, dinamis, sehingga
diperlukan strategi dan taktik yang lebih rinci agar bisa menjawab tantangan dan masalah saat
melakukan pendampingan.

Strategi dan Taktik Mendorong Tindakan

Semua tahapan pengorganisasian seperti yang tertera di atas tentu saja tidak akan berkontribusi
apapun terhadap perubahan jika orang atau kelompok masyarakat tidak mewujudkannya dalam
tindakan. Sebelum bermimpi melakukan perubahan, atau mengharapkan terwujudnya target-target
kerja sesuai tahapan, maka hal terpenting yang perlu dipastikan oleh seorang Community Organizer
adalah, menciptakan suasana, motif, keinginan dan kesempatan semua orang di komunitas untuk
bersedia melakukan aksi-aksi yang nyata. Bukan sekedar menciptakan orang-orang yang pintar,
paham dan memiliki pengetahuan, namun yang paling penting adalah membentuk manusia-manusia
yang berkomitmen dan mau melakukan tindakan sesuai dengan rencana dan kebutuhan.

Aksi atau melakukan tindakan adalah kunci dari pengorganisasian komunitas. Untuk itu, seorang
pendamping harus memastikan orang-orang atau komunitas yang didampingi untuk bertindak. Jika
komitmen untuk melakukan aksi sudah terbentuk di komunitas dampingan, maka target
pemberdayaan apapun sebenarnya bisa dijamin akan berjalan. Seorang pendamping tidak perlu
khawatir apakah arah program, project atau kegiatan mengarah pada tujuan. Jika setiap orang yang
di damping berkomitmen melakukan aksi, maka peluang-peluang perubahan akan lebih besar.
Bandingkan jika semua orang yang telah didampingi dan dilatih memiliki pengetahuan, namun tak
seorangpun berinisiatif dan berkomitmen untuk melakukan aksi. Maka semua energy melakukan
pendampingan akan sia-sia.

Memastikan Aksi dalam Setiap Tahapan Pendampingan

Dalam setiap tahapan pengorganisasian, seorang organizer atau pendamping biasanya akan
berhadapan pada kondisi-kondisi seperti di bawah ini.

- Kelompok masyarakat tidak aktif menjalankan kegiatan (hanya aktif jika ada pihak luar yang
memfasilitasi)
- Kegiatan yang berjalan bersifat formalitas (hidup segan mati tak mau)
- Hanya sebahagian anggota kelompok atau individu yang aktif dalam melakukan kegiatan
- Kegiatan berjalan tanpa arah dan cenderung tidak didasari pada rencana kegiatan yang jelas
- Kegiatan yang berjalan cenderung tidak produktif dan berkontribusi terhadap perbaikan
penghidupan komunitas (khususnya anggota kelompok). Misalnya hanya berupa kegiatan-
kegiatan social budaya, keagamaan dan ketetanggaan
- Usaha atau kegiatan yang dijalankan mengalami stagnasi atau dalam jangka waktu lama
tidak mengalami perkembangan

Beberapa realita yang disebutkan di atas tentu tidak terjadi tanpa sebab. Ada banyak faktor yang
menyebabkan organizer atau pendamping komunitas frustasi, dan bingung dalam melakukan
perbaikan. Jika dianalisis lebih dalam, pendamping komunitas biasanya akan mendapati faktor-faktor
penyebab realitas di atas. Faktor faktor penyebab yang akan dijabarkan di bawah tentunya tidak
berdiri sendiri. Ada kaitan antar faktor-faktor di bawah, sehingga terkadang pendamping masyarakat
mengalami kebingungan untuk memulai dari mana. Berikut beberapa faktor yang dimaksud;

- Minimnya manfaat yang diperoleh anggota komunitas/kelompok saat mengikuti kegiatan


- Manfaat hanya diperoleh oleh segelintir orang (terutama pengurus atau beberapa anggota
yang aktif)
- Kesibukan anggota di dalam keluarga, baik dalam pemenuhan kebutuhan keluarga atau
sibuk mengikuti kegiatan lain
- Dominasi beberapa anggota kelompok (terutama pengurus)
- Konflik antar anggota maupun pengurus dengan anggota
- Ketiadaan atau minimnya proses pendampingan
- Kebuntuan usaha atau minimnya keberhasilan-keberhasilan yang menyemangati anggota
atau komunitas dalam melakukan kegiatan kolektif
- Kurangnya pengetahuan dan skill yang dibutuhkan dalam menjalankan kegiatan

Beberapa faktor di atas tentunya harus diperbaiki secepat mungkin, sehingga pendamping dan
masyarakat tidak terjebak dengan permasalahan yang sama di kemudian hari.

Ada beberapa langkah yang patut untuk dijadikan alternative pilihan bagi seorang pendamping
untuk memperbaiki keadaan. Tentu saja upaya perbaikan tersebut tidaklah bisa dipastikan bisa
berjalan cepat. Walaupun kemungkinan untuk proses percepatan bisa terjadi, namun langkah-
langkah yang ditempuh harus benar-benar didasarkan pada perbaikan motivasi kelompok agar lebih
berinisiatif dalam melakukan tindakan secara mandiri. Berikut beberapa alternative yang perlu
dilakukan.

1. Melakukan Revitalisasi Kelompok


Revitalisasi terhadap kelompok artinya melakukan penguatan kembali, terutama
memfungsikan kembali fungsi kelompok secara menyeluruh. Tidak hanya pada struktur dan
fungsi organisasi, tapi juga terhadap usaha atau kegiatan yang dijalankan oleh kelompok.

Revitalisasi Kegiatan/Usaha Kelompok


Penguatan atau pem-fungsian kembali kelompok, terutama usaha atau kegiatan kelompok
adalah yang utama dan pertama harus dilakukan pendamping. Media yang digunakan adalah
melakukan pertemuan kelompok dan kunjungan-kunjungan pada anggota atau pengurus
kelompok yang paling aktif. Tujuannya adalah, mengidentifikasi faktor utama yang menjadi
penyebab kurang aktif atau kurang berfungsinya kelompok, dan juga mengidentifikasi faktor
yang paling menarik bagi anggota agar bisa aktif kembali.

Revitalisasi kelompok dimulai dengan tahapan;

Penguatan Konsep dan Ide Pendamping


Sebelum melakukan kunjungan lapangan, seorang pendamping harus menyiapkan bahan
yang cukup untuk berdiskusi dengan beberapa anggota atau pengurus yang ditemui. Bahan
atau ide tersebut memang sudah harus dipelajari terlebihdahulu oleh pendamping, sehingga
pada saat diskusi bisa memaparkan data yang valid (misalnya data dan informasi terkait
sumberdaya, hitungan biaya produksi, proses produksi dan sebagainya). Tentu saja bahan ini
belum tentu akan dijadikan patokan untuk di follow-up pada saat pertemuan kelompok,
namun hanya menjadi bahan diskusi dengan anggota dan pengurus yang akan ditemui. Pada
saat kunjungan berlangsung, akan ada masukan dan pemikiran-pemikiran yang berbeda atau
yang melengkapi ide atau pemikiran dari pendamping.

Melakukan Kunjungan
Revitatalisasi ide dan fikiran ini dimulai dengan melakukan kunjungan-kunjungan
perorangan, baik kepada anggota, anggota yang aktif, dan pengurus. Upayakan jangan
langsung mengundang kelompok untuk melakukan pertemuan, karena pertemuan tanpa
urgensi atau kebutuhan, maka akan dianggap sebagai pertemuan biasa/rutin yang kalah
penting dengan kepentingan lainnya. Pada saat melakukan kunjungan-kunjungan tersebut,
ada beberapa hal yang perlu disampaikan atau dilakukan pendamping.

Membangun Kepercayaan Kembali


Dalam proses ini, yang perlu dijadikan catatan penting oleh pendamping adalah,
bagaimana membangun kepercayaan antara pendamping dengan kelompok atau orang
yang ditemui oleh pendamping. Bangunan atau relasi saling percaya ini sangatlah
penting, karena sangat menentukan terbangunnya inisiatif dari anggota/pengurus untuk
melakukan tindakan-tindakan kecil sebelum dilakukannya pertemuan kelompok.

Membangun Kegelisahan anggota/Pengurus


Semakin nyaman dan tenang anggota atau pengurus kelompok, maka semakin minim
kemungkinan terjadinya usaha-usaha memperbaiki kegiatan kelompok. Mulailah
mendiskusikan hal-hal yang perlu untuk dilakukan oleh kelompok, menjabarkan
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi jika kelompok tidak melakukan apapun demi
perbaikan usaha atau kegiatan. Gunakan isu apapun yang sangat sensitive bagi mereka,
terutama isu-isu yang menyangkut ekonomi keluarga, anak dan penghidupan keluarga
di masa depan.

Introdusir Rencana/Ide baru


Jika sebuah kelompok sudah memiliki kegiatan usaha (misalnya kegiatan usaha
produksi), maka diskusilah dengan anggota atau pengurus yang dijumpai tentang
bagaimana mencari solusi atas usaha yang sedang dijalankan oleh kelompok. Diskusikan
secara mendalam dengan orang-orang yang dikunjungi tentang kendala dan tantangan-
tantangan usaha yang sedang dijalankan. Susun alternative solusi yang menurut
pendamping dan orang yang dikunjungi patut dan penting untuk ditindaklanjuti. Pada
tahapan ini pendamping bisa menceritakan ide atau pemikiran yang telah dipersiapkan
sebelumnya. Saat diskusi berlangsung, upayakan untuk membangun keraguan dari
individu yang dikunjungi, atau mempertanyakan kesiapan dari mereka untuk
mewujudkan ide atau pemikiran yang telah di diskusikan. Pancinglah mereka untuk
bertemu agar pemikiran atau ide yang baru difikirkan tadi bisa ditindaklanjuti dalam
pertemuan yang lebih besar. Setelah itu biarkan mereka mengusulkan kapan pertemuan
akan dilakukan, dimana lokasinya, dan bagaimana mereka bisa mengundang anggota
dan pengurus lainnya.

Melakukan Pertemuan
Pertemuan dilakukan sebagai tindak lanjut dari kunjungan-kunjungan yang sebelumnya
telah dilakukan oleh pendamping ke anggota atau pengurus. Tujuan utamanya adalah
menindaklanjuti pemikiran atau ide yang sudah dirumuskan sebelumnya dalam kunjungan.
Pada saat melakukan pertemuan, upayakan pengurus atau anggota yang telah dikunjungi
sebelumnya untuk menceritakan mengapa pertemuan dilakukan. Ini artinya, pendamping
hanya memulai dan kemudian meminta agar pengurus atau anggota yang menceritakan ide
atau pemikiran yang sebelumnya sudah di diskusikan dengan pendamping. Hal ini dilakukan
agar tidak muncul kesan bahwa yang merasa berkepentingan terhadap pertemuan adalah
pendamping, namun pengurus atau anggota kelompok itu sendiri.
Prinsip-Prinsip Dalam Melakukan Pertemuan
Ada beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam pertemuan kelompok pasca
kunjungan-kunjungan. Isi dalam pertemuan tersebut harus mengandung prinsip-prinsip
seperti di bawah;

- 30%:70%
Artinya, pertemuan harus berisi 30% diskusi dan 70% aksi. Pertemuan harus sedikit
mungkin bicara dan diskusi tentang tema, ide atau pemikiran yang menjadi topik
pertemuan, namun harus lebih banyak melakukan aksi di dalam pertemuan. Aksi yang
dimaksud bisa saja dalam bentuk simulasi, bersama-sama menganalisis rencana bisnis,
menghitung biaya produksi sebuah produk baru, menghitung bersama biaya produksi
produk yang telah berjalan, praktek prosesing produk baru atau produk lama dengan
teknik baru yang lebih efisien dan hemat bahan, dan sebagainya. Ini artinya, sebelum
pertemuan dilakukan, memang sudah dipersiapkan bahan-bahan yang diperlukan,
termasuk referensi yang dibutuhkan untuk menghitung atau menganalisis produk baru
atau efisiensi prosesing produk yang sudah berjalan. Jika memang dibutuhkan praktek
prosesing produksi baru, maka pendamping dan pengurus atau anggota sudah
mempersiapkan bahan baku atau peralatan yang dibutuhkan.

- Berorientasi Hasil
Praktek atau ujicoba atau simulasi yang dilakukan dalam pertemuan harus
menghasilkan sesuatu yang membuat anggota atau pengurus kelompok merasa tidak
sia-sia melakukan atau mengikuti pertemuan. Hasil dari pertemuan harus dalam bentuk
nyata (fisik) yang bisa dilihat oleh kelompok, seperti produk hasil praktek, kertas hasil
perhitungan, kertas hasil analisis atau perhitungan dan sebagainya. Jangan biarkan
pertemuan hanya menghasilkan sesuatu yang di awang-awang atau tidak bisa dirasakan
oleh kelompok.

- Gagasan Baru atau Lanjutan


Akan sangat baik jika uji coba, praktek, analisis atau simulasi yang dilakukan dalam
pertemuan akan melahirkan gagasan baru atau gagasan lanjutan yang dianggap oleh
anggota kelompok perlu untuk ditindaklanjuti. Jangan biarkan pertemuan selesai tanpa
ada tindaklanjut yang dirasakan oleh mereka penting untuk ditindaklanjuti. Tentu ini
tidak mudah dilakukan. Agar tujuan ini tercapai, maka pendamping harus cerdas untuk
mempermainkan pemikiran dari peserta yang hadir dengan mengajukan pernyataan-
pernyataan mengapresiasi kemampuan kelompok kemudian pada saat selanjutnya
meragukan beberapa bagian dari proses simulasi, praktek, ujicoba maupun analisis yang
telah terjadi. Misalnya dengan mengatakan; “Sudah bagus sih yang dilakukan, dan
ternyata ibu/bapak bisa kok mengerjakannya. Tapi kira-kira kalau yang sudah kita
kerjakan ini bisa laku gak kalau dijual ya?”. Buatlah pertanyaan-pertanyaan sejenis yang
bisa membuat rasa percaya diri mereka muncul sekaligus di uji apakah bisa
ditindaklanjuti atau tidak. Pertanyaan-pertanyan atau pernyataan seperti itu akan
memancing mereka untuk melakukan pembuktian bahwasannya mereka bisa
melakukan apa yang dipertanyakan oleh pendamping.
- Kerjakan bukan Pertemuan
Di akhir pertemuan dan setelah pendamping mengajukan pertanyaan maupun
pernyataan yang memancing keinginan mereka membuktikan kemampuan mereka,
maka ajukan pertanyaan untuk melakukan tindakan berikutnya. Jangan katakan bahwa
akan ada pertemuan lanjutan, tapi cukup katakana “ kapan ini akan kita kerjakan?”.
Kalimat pertemuan pada tahapan ini akan menciptakan perulangan di benak masing-
masing anggota maupun pengurus kelompok. Biasakan selalu mengucapkan kata
Kerjakan, Aksi, Tindakan dan sebagainya. Kata pertemuan terkesan memunculkan
sebuah rutinitas, formalitas dan perulangan (siklus).

- Detail dan Konkrit


Upayakan untuk detail dan konkrit dalam menyusun rencana tindak lanjut atau aksi
yang akan dilakukan. Jika memang ada usulan dari anggota atau pengurus untuk
menindalanjuti gagasan yang telah dijalankan selama praktek, simulasi atau analisis
bersama kelompok, maka usulkan agar tindaklanjut tersebut berisi informasi;
Kapan dilakukan
Dimana dilakukan
Siapa Siapa yang melakukan
Tujuannya adalah, agar kelompok terbiasa dengan batas waktu dan detail dalam
menindaklanjuti sesuatu. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kemungkinan aksi lanjutan
bisa terlupa atau menjadi kabur. Biasakan untuk menuliskan rencana tindak lanjut atau
aksi lanjutan tersebut di kertas yang bisa dilihat oleh semua anggota dan pengurus
kelompok, sehingga mudah untuk di ingat.

Ulang Proses Dari Awal


Pasca pertemuan, maka pendamping bisa melakukan kembali proses dari awal, yakni
melakukan kunjungan kunjungan kembali. Kunjungan-kunjungan tersebut tidak hanya
kepada anggota atau pengurus yang sama pada saat di proses awal, namun kunjungilah
anggota atau pengurus yang memang mendapatkan tugas untuk menindaklanjuti hasil
pertemuan di awal.
Lakukan proses yang sama pada saat melakukan kunjungan. Diantaranya adalah
menanyakan tentang progress atau kemajuan dari aksi lanjutan yang telah disepakati dalam
pertemuan sebelumnya, bersama-sama mendiskusikan ide atau gagasan yang bisa
mengatasi kendala atau menindaklanjuti hasil yang telah mereka lakukan, dan akhirnya
pancing untuk melakukan, memaparkan atau menunjukkan ke anggota dan pengurus
kelompok lainnya. Setelah itu sama-sama rancang waktu dan tempat untuk melakukan aksi
lanjutan. Proses tersebut berlanjut sampai pada pertemuan atau aksi bersama kedua dan
selanjutnya.

Catatan Penting Bagi Pendamping


Dalam siklus proses tersebut, akan sangat bermanfaat jika pendamping memiliki catatan
progress dari setiap tahapan yang dijalankan bersama kelompok. Tanpa catatan tersebut,
maka ada kemungkinan pendamping akan kehilangan jejak perkembangan aksi yang telah
dilakukan oleh kelompok. Jika itu terjadi, maka progress kelompok akan sulit kelihatan, dan
kelompok akan berputar-putar di kondisi yang sama. Atau bisa juga kelompok akan
melompat terlalu jauh, dan berjalan terlalu lambat. Buatlah chart atau format monitoring
progress yang sederhana dan mudah bagi pendamping untuk bisa melihat perjalanan
kemajuan dari kelompok. Tentu saja form ini berbeda untuk setiap kelompok, karena masing
masing kelompok berbeda titik awal perkembangannya.
Misalnya;

Untuk kepentingan pendampingan, catatan progress tersebut sangat penting, bukan hanya
sebagai pegangan pendamping dalam melihat perkembangan kelompok, namun juga
panduan teknis kelompok dan pendamping dalam menindaklanjuti aksi-aksi yang di
agendakan oleh kelompok.

2. Penguatan Organisasi Kelompok


Revitalisasi kedua adalah melakukan penguatan terhadap keorganisasian kelompok.
Diantaranya adalah penguatan leadership kelompok, dokumen administrasi, keanggotaan,
kepengurusan dan lainnya. Penguatan organisasi menjadi urutan kedua yang lebih penting,
karena bersifat penunjang. Struktur organisasi dan administrasi kelompok bukan yang utama
karena ketika pengurus dan anggota kelompok telah mendapatkan manfaat di dalam
kelompok, maka secara tidak langsung beberapa aspek, seperti pertemuan rutin,
pembukuan usaha, catatan kegiatan dan lainnya juga sudah dibenahi dalam proses
penguatan kegiatan. Apalagi jika selama ini kepengurusan sudah jelas dan terdaftar di
pemerintah, maka aspek administrasi kelompok sudah bukan menjadi masalah. Tinggal
bagaimana kelompok menjadi aktif dalam bertemu dan menjalankan usaha/kegiatan.
Revitalisasi organisasi tidak akan banyak dibahas dalam pelatihan, karena biasanya akan
menjadi kebutuhan pada saat kegiatan kelompok sudah berjalan aktif. Prosesnya juga tidak
akan memakan waktu panjang dan harus di integrasikan dengan kegiatan usaha. Berbeda
dengan kelompok yang berorientasi social, keagamaan atau budaya, maka aspek
keorganisasian kelompok usaha di level komunitas sifatnya mendukung berjalannya kegiatan
usaha. Jika memang sudah menjadi kebutuhan, maka penataan keorganisasian akan secara
alamiah muncul dari pengurus dan anggota.
Namun yang perlu dijadikan panduan oleh pendamping adalah, selalu mengutamakan
berkomunikasi awal dengan pengurus organisasi sebelum berinteraksi atau berkomunikasi
dengan anggota. Jika interaksi dan komunikasi dengan anggota dilakukan terlebihdahulu,
maka ada kemungkinan pengurus yang kemudian tahu atau mendapat informasi akan
merasa kurang dihargai oleh pendamping.
Penerapan 6 Konsep Perilaku dengan Siklus Pendampingan

Berdasarkan pemaparan tahapan pendampingan atau pengorganisasian di atas, maka kita bisa
menempatkan atau menyisipkan 6 konsep yang mendasari perilaku dalam setiap tahapan dan isi dari
proses pendampingan.

Resiprocal Determinism

Biasakan untuk memberi tugas pada beberapa orang, bukan hanya pada satu orang secara terus
menerus, dan bila perlu bergiliran. Hal ini akan menciptakan efek cermin bagi pengurus dan anggota.
Pemberian tanggungjawab pada seseorang (tentunya dengan pengawasan dan pendampingan),
maka akan dilihat oleh anggota dan pengurus lainnya. Seseorang akan bertindak atau melakukan hal
yang sama jika orang lain juga melakukan atau bertanggungjawab seperti dirinya. Penugasan dan
pemberian tanggungjawab ini bisa dilakukan melalui kunjungan, pertemuan, maupun pada saat
melakukan aksi-aksi bersama di kelompok.

Behavioral Capability

Pada saat melakukan pertemuan, kunjungan dan aksi bersama, pendamping harus siap memberikan
informasi dalam bentuk pengetahuan dan praktek kepada semua orang. Jika pendamping memiliki
keterbatasan dalam hal teknis (misalnya produksi), maka gunakan sesama anggota atau pengurus
untuk memberikan pengetahuannya kepada anggota atau pengurus yang lain. Jika memungkinkan
pelatihan yang mendatangkan pelatih, maka lakukan hal tersebut. Namun jika ada keterbatasan
mendatangkan pelatih, maka cari informasi atau dokumen yang bisa dipelajari bersama agar semua
anggota dan pengurus kelompok bisa belajar dan mencoba nya bersama-sama.

Expectation

Untuk menghindari kegagalan, maka carilah kegiatan usaha yang existing tapi belum berkembang,
usaha yang mudah direplikasi namun masih memungkinkan dilakukan oleh kelompok, atau usaha
yang belum pernah dijalankan namun punya potensi untuk dilakukan oleh kelompok dan
memungkinkan dipasarkan. Produk atau komoditi seperti ini tentu tersedia di masyarakat. Sepanjang
tidak padat modal atau teknologi, maka bisa dikatakan jenis kegiatan usaha yang dijalankan pasti
bisa dilakukan oleh kelompok.

Self Efficacy

Kepercayaan diri akan muncul jika kelompok berhasil melakukan hal-hal kecil. Jangan terlalu lama
dibiarkan kelompok tanpa ada keberhasilan atau hasil hasil kecil yang sederhana. Hasil dan
keberhasilan sederhana akan membuat kelompok percaya diri untuk melakukan hal yang lebih
besar. Misalnya bisa memasarkan di sekitar rumah, dibeli oleh tetangga, bisa memproduksi dengan
cepat, biaya murah dan sebagainya.

Observational Learning

Bawa atau ajak mereka untuk melihat, berdiskusi atau mengamati orang atau kelompok yang sudah
melakukan hal yang sama dan menunjukkan perkembangan atau berbasil. Biarkan mereka belajar,
bahwasannya yang dilakukan oleh orang lain telah menghasilkan sesuatu dan membawa
perkembangan pada hidup orang lain. Bila perlu jadikan orang tersebut sebagai role model. Tapi
jangan terlalu sering, karena hal itu akan membangukan ego yang negatif jika tidak di control dengan
baik. Carilah orang atau kelompok yang bisa menjadi contoh, terutama orang atau kelompok dengan
karakter yang mirip.

Reinforcement

Orang (anggota atau pengurus) yang telah diberi tanggungjawab dan mampu menyelesaikan dengan
baik harus diberi reward. Yang paling kecil adalah dalam bentuk pujian. Kedua yang lebih tinggi
adalah kunjungan dan pujian, ketiga adalah memberi tambahan pengetahuan dan mengajak untuk
mengunjungi ke tempat lain dimana dia bisa belajar, atau reward lainnya yang dimungkinkan oleh
lembaga.

Anda mungkin juga menyukai