Anda di halaman 1dari 22

RABU, 22 OKTOBER 2020

THE LEARNER AND


THEIR MOTIVES

NAMA : MARLINA

NIM : 51727

TUGAS 1 SEMESTER : 7

TUGAS : PSIKOLOGI

PENDIDIKAN

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN


DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) MUHAMMADIYAH BONE
PSIKOLOGI PENDIDIKAN 6
SSS

2020
A. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan
yang terdapat dalam diri individu, yang membuat individu tersebut bertindak atau
berbuat. Menurut (Hutahaean, 2019:4) “kata motif diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu”. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam diri subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka tersebut. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh di dalam diri seseorang.
Berikut beberapa pengertian motivasi yaitu sebagai berikut:
 Menurut Sofyan (2015:4) motivasi yaitu suat perubahan energi pada diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
 Menurut Murti & Srimulyani (2013:11) Motivasi merupakan proses
pemberian motif (penggerak) bekerja kepada para pegawai sehingga mereka
mau bekerja demi tercapainya tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
Pemberian motif terdapat dalam teori kebutuhan hierarki Maslow yang
meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial,
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.
 Menurut Muhammad (2016:2) Motivasi merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan hasil belajar peserta didik, dalam hal ini yang menjadikan
perilaku untuk bekerja atau belajar dengan penuh inisiatif, kreatif dan terarah.
 Motivasi adalah istilah yang paling sering dipakai untuk menjelaskan
keberhasilan atau kegagalan hampir semua tugas yang rumit. Hampir semua
pakar juga setuju bahwa suatu teori tentang motivasi berkenaan dengan
faktor-faktor yang mendorong tingkah laku dan memberikan arah kepada
tingkah laku itu, juga pada umumnya diterima bahwa motif seseorang untuk
terlibat dalam satu kegiatan tertentu didasarkan atas kebutuhan yang
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

mendasarinya.
 Mc. Donald mendefinisikan bahwa motivasi adalah “suatu perubahan energi
dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan atau
reaksi untuk mencapai tujuan”
 Menurut (Nasir & Hamzah, 2014) Motivasi pula ialah penggerak yang
melibatkan proses membangkit, mengekal dan mengawal minat. Motivasi
sangat penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran kerana ia dapat
menentukan hala tuju dan keberkesanannya.
 Motivasi dapat dirangsang oleh dua aspek yang meliputi motif dan insentif
(Nasir & Hamzah, 2014:4) . Insentif adalah galakan yang mendesak individu
berusaha untuk mendapatkan ganjaran seperti markah, gred, hadiah, sijil dan
sebagainya. Manakala motif pula terdiri daripada keperluan dan dorongan.
Motif timbul daripada dorongan semula jadi atau minat yang diperolehi
daripada kuasa dinamis yang mempengaruhi pemikiran, emosi dan tingkah
laku.
 Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap
pencapaian prestasi belajar. Dalam psikologi, istilah motif sering dibedakan
dengan istilah motivasi. Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan
motif dan motivasi, berikut ini penulis akan memberikan pengertian dari
kedua istilah tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. motif adalah tingkah laku
atau perbuatan suatu tujuan atau perangsang. Motif adalah dorongan atau
kekuatan dari dalam diri seseorang yang dapat menggerakkan dirinya untuk
melakukan sesuatu. Adapun pengertian motivasi dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Kontemporer, adalah keinginan atau dorongan yang timbul pada
diri seseorang baik secara sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu
perbuatan dengan tujuan tertentu. Motivasi adalah suatu perubahan yang
terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu guna mencapai tujuan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah dorongan pada diri
sesorang untuk bangkit dalam melakukan segala hal untuk mencapai tujuan yang
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

direncanakan maupun yang dibutuhkan. Maka, pelajar yang bermotivasi tinggi


biasanya mempunyai dorongan yang kuat dan mantap untuk terus berminat dengan
apa yang disampaikan hasil dari rangsangan-rangsangan yang kuat iaitu menerusi
insentif dan motif. Insentif dalam pengajaran dan pembelajaran sering disampaikan
dalam bentuk ekstrinsik seperti markah, gred, wang, pujian, penghargaan, tanda
bintang dan sebagainya. Motif pula timbul akibat dorongan semula jadi atau
kecenderungan individu yang menggerakkan individu untuk bertindak bagi mencapai
sesuatu matlamat walaupun dalam tempoh yang lama.
B. Unsur-unsur Motivasi
Menurut Muhaemin (2013:50) Motivasi sebagai suatu perubahan energi dalam
diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan
adanya tujuan, maka dalam motivasi terkandung tiga unsur penting, yaitu :
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap
individu manusia, perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam sistem "neurophysiological" yang ada pada
organisme manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa "feeling", afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, feksi dan emosi
yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini
sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi yakni tujuan.
C. Macam-macam Motivasi
Berikut adalah macam-macam motivasi yaitu:
1. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorong melakukan
tindakan belajar. Motivasi internal adalah kebutuhan, keinginan dan harapan yang
terdapat dalam pribadi seseorang yang menentukan berbagai pandangan, yang
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

menurut giliran akan memimpin tingkah laku dalam situasi yang khusus
(Prasetiya, 2019:4). Dalam perspektif kognitif, motivasi intrinsik lebih signifikan
bagi siswa karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain.
 Adanya kebutuhan, maka seseorang didorong untuk membca. Misalnya saja
seseorang anak ingin mengetahui isi cerita dari sebuah buku komik.
Keinginan untuk mengetahui isi cerita tersebut menjadi daya pendorong
yang kuat bagi anak untuk membaca.
 Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri, apabila seseorang
mengetahui hasil atau prestasinya sendiri dari membaca, maka ia akan
terdorong untuk membaca lebih banyak lagi
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu
siswa, yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi
ekstrinsik ini merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar, misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah
yang telah dijanjikan oleh orang tuanya, pujian dan hadiah, peraturan atau tata
tertib sekolah, suri tauladan orangtua, guru dan lain-lain merupakan contoh
konkrit dari motivasi ekstrinsikyang dapat mendorong siswa untuk belajar. Perlu
ditegaskan, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting.
Motivasi eksternal meliputi kekuatan yang ada di luar diri individu seperti
halnya faktor pengendalian oleh manajer, juga meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan seperti gaji/upah, kondisi kerja, kebijaksanaan organisasi dan
pekerjaan yang mengandung hal-hal penghargaan, pengembangan dan
tanggungjawab (Prasetiya, 2019:4). Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Jadi motivasi atau
tenaga pendorong yang berasal dari luar diri seseorang dengan kata lain
merupakan perangsang, hal-hal yang dapat menimbulkan motivasi eksternal
tersebut adalah :
 Hadiah, seseorang anak terdorong untuk melakukan sesuatu menjadi lebih
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

giat lagi. Bagi anak-anak yang memperoleh nilai baik akibat membaca,
akan mendorongnya untuk membaca lebih banyak lagi agar memperoleh
nilai yang lebih tinggi lagi.
 Persaingan atau kompetisi, juga merupakan dorongan untuk memperoleh
kedudukan atau penghargaan. Kompetisi telah menjadi daya pendorong
bagi seseorang untuk membaca lebih banyak lagi.
Kegiatan belajar mengajar tetap penting, karena kemungkinan besar keadaan
siswa itu dinamis berubah-ubah dan jugamungkin komponen-komponen lain dalam
proses belajar mengajar adayang kurang menarik bagi siswa sehingga siswa tidak
bersemangat dalammelakukan proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di
rumah.Bahwa setiap siswa tidak sama tingkat motivasi belajarnya, makamotivasi
ekstrinsik sangat diperlukan dan dapat diberikan secara tepat. Di dalam kegiatan
belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat
diperlukan. Adanya motivasi, siswa dapat mengembangkan aktifitas dan inisiatif
sehingga dapat mengarahkan danmemelihara kerukunan dalam melakukan kegiatan
belajar.
C. Teori-Teori Motivasi
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja
maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki
daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Untuk
memahami tentang motivasi, kita akan bertemu dengan beberapa teori tentang
motivasi, antara lain :
(1) teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan);
(2) Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi);
(3) teori Clyton Alderfer (Teori ERG);
(4) teori Herzberg (Teori Dua Faktor);
(5) teori Keadilan;
(6) Teori penetapan tujuan;
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

(7) Teori Victor H. Vroom (teori Harapan);


(8) teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku; dan
(9) teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti
fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan
kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan)
kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula
dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi
kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu
yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang
unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau
“koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang
dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau
secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga
berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang


tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan-
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi;
yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman,
demikian pula seterusnya. Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang
berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi”
dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman
menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung
secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu
yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman
serta ingin berkembang.
Maslow menyebutkan ketika satu kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan
yang lain akan aktif. Proses ini akan membawa individu hingga mencapai puncak
hirarki, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri .Abraham Maslow beranggapan bahwa
semua motivasi terjadi sebagai reaksi atas persepsi seseorang individu atas lima
macam tipe dasar kebutuhan (Andjarwati, 2015). Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan (Iskandar, 2016).
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

Gambar 1. Teori Hierarki Kebutuhan


Maslow berdasarkan teori dengan mengikuti tradisi fungsional James dan
Dewey, yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein,
dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich,
Jung, dan Adler. Berikut adalah bagian-bagian dari hierarki kebutuhan yaitu
sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fisiologis terdiri dari kebutuhan dasar, dan yang bersifat
primer. Kadang-kadang mereka dinamakan kebutuhan-kebutuhan biologikal
dalam lingkungan kerja modern dan termasuk di dalamnya keinginan untuk
mendapatkan pembayaran (upah/gaji), libur, rencana- racana pensiun,
periode-periode istirahat, lingkungan kerja yang menyenangkan, penerangan
yang baik dan pada tempat- tempat kerja tertentu fasilitas AC. Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak yang harus
dipenuhi paling utama oleh manusia dalam menjalankan kehidupan
kesehariannya. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa
kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan
bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang
lain- lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya,
mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini.
b. Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety Needs)
Setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan
akan keamanan, atau kebutuhan akan kepastian. Orang yang merasa tidak
aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha
keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan.
Kebutuhan akan keamanan merefleksi beinginan untuk mengamankan
imbalan- imbalan yang telah dicapai dan untuk melindungi diri sendiri
terhadap bahaya, cedera, ancaman, kecelakaan, kerugian atau kehilangan.
Pada organisasi- organisasi kebutuhan-kebutuhan demikian terlihat pada
keinginan pekerjaan akan kepastian pekerjaan, sistem-sistem senioritas,
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

serikat pekerja, kondisi kerja aman, imbalan-imbalan tambahan, asuransi, dan


kemungkinan pensiun, tabungan, dan uang tunggu apabila terjadi hal-hal
tertentu.
c. Kebutuhan Untuk Diterima (Social Needs)
Seteleh kebutuhan fisiologikal dan keamanan selasai dipenuhi, maka
perhatian sang individu beralih pada keinginan untuk mendapatkan kawan,
cinta dan perasaan diterima. Sebagai mahluk sosial, manusia senang apabila
mereka disenangi, dan berusaha memenuhi kebutuhan sosial pada waktu
mereka bekerja, dengan jalan membantu kelompok-kelompok formal maupun
informal, dan mereka bekerja sama dengan rekan-rekan sekerja mereka, dan
mereka turut terlibat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan
dimana mereka bekerja.
d. Kebutuhan Untuk Dihargai (Self Esteem Needs)
Pada tingkatan keempat hieraki Maslow, terlihat kebutuhan individu
akan penghargaan, atau juga dinamakan orang kebutuhan “ego”. Kebutuhan
ini berhubungan dengan hasrat yang untuk memiliki citra positif dan
menerima perhatian, pengakuan, dan apresiasi dari orang lain. Dalam
organisasi kebutuhan untuk dihargai menunjukan motivasi untuk diakui,
tanggung jawab yang besar, status yang tinggi, dan pengakuan atas kontribusi
pada organisasi.
e. Kebutuhan Aktualisasi-Diri (Self Actualization)
Self-actualization represents a concept derived from Humanistic
psychological theory and, specifically, from the theory created by Abraham
Maslow (Oktaviane, 2018). Self-actualization, according to Maslow
(1943:375) represents growth of an individual toward fulfillment of the
highest needs, those for meaning in life, in particular. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan untuk mengalami pemenuhan diri, yang merupakan kategori
kebutuhan tertinggi. Kebutuhan ini diantaranya adalah kebutuhan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri secara menyeluruh,
meningkatkan kemampuan diri, dan menjadi orang yang lebih baik.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

Kebutuhan aktualisasi diri oleh organisasi dapat dipenuhi dengan memberikan


kesempatan orang-orang untuk tumbuh, mengembangkan kreativitas, dan
mendapatkan pelatihan untuk mendapatkan tugas yang menantang serta
melakukan pencapaian
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need
for Acievement (NAch) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai
dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip
oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan “
Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi,
atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku.
Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.
Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Motivasi berprestasi diwujudkan dalam bentuk usaha serta tindakan belajar yang
efektif sehingga dapat mempe- ngaruhi optimalisasi potensi yang dimiliki peserta
didik (Trinova & Rasullu, 2019:127). Dengan demikian kegiatan belajar akan
berhasil bila individu terdorong untuk belajar. Dengan adanya motivasi berpres-tasi
maka akan muncul ide-ide atau gagasan, keinginan dan usaha untuk melakukan
aktivitas belajar dengan efektif dan efisien.
Berdasarkan pada (Sri Ilham Nasution, 2017) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi motivasi berprestasi. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Tingkah laku dan karakteristik model yang ditiru oleh anak melalui
observational learning. Motivasi berprestasi dipengaruhi oleh tingkah laku dan
karakteristik model yang ditiru anak melalui observational learning. Melalui
observational learning anak mengambil beberapa karakteristik dari model,
termasuk kebutuhan untuk berprestasi.
b. Harapan orang tua Harapan orang tua terhadap anaknya berpengaruh terhadap
perkembangan motivasi berprestasi. Orang tua yang mengharapkan anaknya
bekerja keras akan mendorong anak tersebut untuk bertingkah laku yang
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

mengarah pada pencapaian prestasi (Eccles dalam Prabowo).


c. Lingkungan Faktor yang menguasai dan mengontrol lingkungan fisik dan
sosial sangat erat hubungannya dengan motivasi berprestasi, bila menurun
akan merupakan faktor pendorong dalam menuju kondisi depresi.
d. Penekanan kemandirian Terjadi sejak tahun-tahun awal kehidupan. Anak
didorong mengandalkan dirinya sendiri, berusaha keras tanpa pertolongan
orang lain, serta diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan penting
bagi dirinya akan meningkatkan motivasi berprestasi yang tinggi.
e. Praktik pengasuhan anak Pengasuhan anak yang demokratis, sikap orang tua
yang hangat dan sportif, cenderung menghasilkan anak dengan motivasi
berprestasi yang tinggi atau sebaliknya, pola asuh yang cenderung otoriter
menghasilkan anak dengan motivasi berprestasi yang rendah.
Teori McClelland yang terkenal dengan teori kebutuhan, yaitu (1) kebutuhan
berprestasi, (2) kebutuhan berafiliasi, dan (3) kebutuhan kekuasaan (Zulfitri,
2016:116). Inti dari teori McClelland ini adalah terletak pada pendapat yang
mengatakan bahwa pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila
disadari bahwa setiap orang mempunyai tiga jenis kebutuhan tersebut. Masing-
masing kebutuhan yang disebut dalam teori McClellan dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Kebutuhan Berprestasi
Dari riset mengenai kebutuhan akan prestasi, McClelland
mendapatkan bahwa peraih prestasi tinggi membedakan diri mereka dari
orang lain oleh hasrat mereka untuk menyelesaikan hal-hal dengan lebih
baik. Mereka mencari situasi di mana mereka dapat mencapai tanggung
jawab pribadi untuk menemukan pemecahan terhadap problem-problem,
di mana mereka dapat menerima umpan-balik yang cepat atas kinerja
mereka sehingga mereka dapat mengetahui dengan mudah apakah mereka
menjadi lebih baik atau tidak, dan di mana mereka dapat menentukan
tujuan-tujuan yang cukup menantang.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

Seseorang memiliki motivasi prestasi (achievement) yang tinggi, pada


umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Mereka bersemangat
sekali apabila unggul. (2) Menentukan tujuan secara realistik dan mengambil
resiko yang diperhitungkan dan mereka tidak percaya pada nasib baik. (3)
Mereka mau bertanggungjawab sendiri mengenai hasilnya. (4) Mereka
bertindak sebagai wirausaha, memilih tugas yang menantang dan
menunjukkan perilaku yang berinisiatif dari pada kebanyakan orang. (5)
Mereka menghendaki umpan balik konkrit yang cepat terhadap prestasi. (6)
Mereka bekerja tidak terutama untuk mendapatkan uang atau kekuasaan. (7)
Motivasi yang perlu bagi mereka adalah: (a) Memberikan pekerjaan yang
membuat mereka puas. (b) Memberikan otonomi, umpan balik terhadap
sukses dan gagal. (c) Berikan mereka peluang untuk tumbuh. (4) Berikan
mereka tantangan. (8) Mereka dapat diandalkan sebagai tulang punggung
organisasi, tetapi perlu diimbangi dengan motif kebutuhan berafiliasidan
kebutuhan kekuasaan.
2. Kebutuhan Berafiliasi
Kebutuhan akan pertalian atau afiliasi. Kebutuhan ini menerima
perhatian paling kecil dari para peneliti. Afiliasi dapat dimiripkan dengan
tujuan-tujuan Dale Carnegie – hasrat untuk disukai dan diterima-baik oleh
orang lain. Individu dengan motif afiliasi yang tinggi berjuang keras untuk
persahabatan, lebih menyukai situasi kooperatif daripada situasi kompetitif,
dan sangat menginginkan hubungan yang melibatkan derajat pemahaman
timbal-balik yang tinggi. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi kerja
sama (afiliasi) yang tinggi adalah sebagai berikut: a) Bersifat sosial, suka
berinteraksi dan bersama dengan individu lain. b)Merasa ikut memiliki
(sense of belonging) atau bergabung dalam kelompok. c)Karena didorong
keinginan untuk bersahabat maka mereka menginginkan kepercayaan yang
lebih jelas dan tegas. d). Cenderung berkumpul dan mencoba untuk
mendapatkan saling pengertian bersama mengenai apa yang telah terjadi dan
apa yang harus mereka percaya. Secara pribadi selalu bersedia untuk
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

berkonsultasi dan suka menolong orang lain yang dalam kesulitan dan lebih
menyenangi adanya hubungan persahabatan.
3. Kebutuhan Kekuasaan
Kebutuhan akan kekuasaan adalah hasrat untuk mempunyai dampak,
berpengaruh dan mengendalikan orang lain. Individu-individu dengan Pow
yang tinggi menikmati untuk dibebani, bergulat untuk dapat mempengaruhi
orang lain, lebih menyukai ditempatkan di dalam situasi kompetitif dan
berorientasi-status, dan cendrung lebih peduli akan prestise (gengsi) dan
memperoleh pengaruh terhadap orang lain dari pada kinerja yang efektif.
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high
achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
a. sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat;
b. menyukai situasi- situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran
misalnya; dan
c. menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka,
dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori
Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence
(kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan
pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama,
secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan
oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan
hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “Relatedness” senada dengan
hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth”
mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori
Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan
tampak bahwa :
Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan
untuk memuaskannya; Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi”
semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan; Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar sistem imbalan yang
berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah
memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam
kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk
menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi
dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai
persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat
terjadi, yaitu : Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi
tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya
menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu : Harapannya tentang jumlah
imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti
pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya; Imbalan yang diterima
oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama
dengan yang bersangkutan sendiri; Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di
organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis; Peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para
pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai
persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti
ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam
penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan
pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke
organisasi lain.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat
macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b)
tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan
berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation”
mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori
ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan
tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa
jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu
cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang
diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu
tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori
harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya
bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang
diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan
keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan
bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya,
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

apalagi cara untuk memperolehnya.


8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat
digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan
seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat
subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut. Padahal dalam
kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan
pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya,
dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan
pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang
menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai
konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang
mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan
tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari
atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru
tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya
bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan
keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga
kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai
konsekwensi positif lagi di kemudian hari.
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali
mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi
indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif
perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat
pada waktunya di tempat tugas. Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara
yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan
martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh
dengan “gaya” yang manusiawi pula.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.


Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang
sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para
ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan system motivasi yang
terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi
satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model
tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan
prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Termasuk pada faktor internal adalah :
a. persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
b. harga diri;
c. harapan pribadi;
d. kebutuhaan;
e. keinginan;
f. kepuasan kerja;
g. prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah:
a. jenis dan sifat pekerjaan;
b. kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
c. organisasi tempat bekerja;
d. situasi lingkungan pada umumnya;
e. sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya
Banyak teori tentang motivasi manusia telah dikembangkan oleh ahli psikologi
yang bekerja dalam satu dari tiga kerangka teori besar, yaitu: behaviorisme, psikologi
kognitif, dan humanisme (Muhammad, 2016). Para ahli yang menganut paham
bahavior mengatakan bahwa motivasi berawal dari situasi, kondisi dan objek yang
menyenangkan. Jika hal ini memberi kepuasan yang berkelanjutan maka akan
menimbulkan tingkah laku yang siap untuk melakukan sesuatu. Kaum paham kognitif
mengatakan bahwa yang mempengaruhi perilaku individu adalah proses pemikiran,
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

karena penganut paham kognitif memfokuskan pada bagaimana individu memproses


informasi dan memberikan penafsiran untuk situasi khusus.
Penganut paham humanis mengatakan bahwa manusia bertindak dalam situasi
lingkungan dan membuat pilihan mengenai apa yang dilakukan, tetapi mereka lebih
menaruh perhatian pada jalan umum perkembangan seseorang, aktivitas dari potensi
dan menghilangkan gangguan- gangguan pada pertumbuhan seseorang. Pada disiplin
ilmu psikologi, motivasi merupakan konsep yang digunakan untuk menerangkan
kekuatan-kekuatan yang ada dan bekerja pada diri organisme atau individu yang
menjadi penggerak dan pengarah tingkah laku individu tersebut. Para teoritikus
motivasi dalam menyusun konsepsi teori mengenai motivasi bisa dikategorikan dalam
tiga pendekatan yang utama, yakni: (1) pendekatan biologis, (2) pendekatan
behavioristik, dan (3) pendekatan kognitif.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

DAFTAR PUSTAKA

Andjarwati, T. (2015). Motivasi dari Sudut Pandang Teori Hirarki Kebutuhan


Maslow , Teori Dua Faktor Herzberg , Teori X Y Mc Gregor , dan Teori
Motivasi. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Manajemen, 1(1), 45–54.

Hutahaean, M. R. H. (2019). Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa dengan


Menggunakan Metode Diskusi Kelompok pada Kompetensi Menentukan Unsur
Penunjang Desain Interior dan Eksterior Bangunan Kelas XII Smk Negeri 5
Medan T.P 2016/2017. Jurnal Warta, 59, 1–26.

Iskandar. (2016). Implementasi Teori Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow terhadap


Peningkatan Kinerja Pustakawan. Khizanah Al-Hikmah, 4(1), 1–11.

Muhaemin. (2013). Urgensi Motivasi dalam Meningkatkan Semangat Belajar Siswa.


Jurnal Adabiyah, 12, 47–54.

Muhammad, M. (2016). Pengaruh Motivasi dalam Pembelajaran. Lantanida Journal,


4(2), 1–11.

Murti, H., & Srimulyani, V. A. (2013). Pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Pegawai
Dengan Variabel Pemediasi Kepuasaan Kerja pada Pdam Kota Madiun. Jurnal
Riset Manajemen Dan Akuntansi, 1(1), 10–17.

Nasir, Z. M., & Hamzah, Z. A. (2014). Sikap dan motivasi pelajar terhadap
pembelajaran Bahasa Melayu. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 134,
408–415. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.04.263

Oktaviane, A. (2018). Self Actualization in Hierarchy of Needs of A Princess as Seen


in Meg Cabot’s the Princess Diaries. JURNAL JILP, 2(2), 52–59.

Prasetiya, B. (2019). Hubungan Gaya Kognitif dan Motivasi Berprestasi Dengan


Hasil Belaja. Jurnal Pendidikan Islam, 2(2), 1–16.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

https://doi.org/10.29240/belajea.v4iL

Sofyan, H. (2015). Meningkatkan Motivasi Membaca. Jurnal Iqra, 9(2), 1–11.

Sri Ilham Nasution. (2017). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap


Motivasi Berprestasi Mahasiswa Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas
Tarbiyah dan KeGuruan UIN Raden Intan Lampung. Jurnal Kependidikan
Islam, 7(II), 1–17.

Trinova, Z., & Rasullu, E. (2019). Kontrol Diri dan motivasi Berprestasi Peserta
Didik. Jurnal Al-Taujih, 5(2), 125–132.

Zulfitri. (2016). Pengaruh Kebutuhan Berprestasi, Berafiliasi, Kekuasaan, dan


Kemampuan terhadap Kinerja Pekerja pada Bri Cabang Pekanbaru Tuanku
Tambusai. KURS, 1(1), 111–124.
THE LEARNER AND THEIR MOTIVES 6
SSS

Anda mungkin juga menyukai