Anda di halaman 1dari 14

JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)

PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK RUSAK


DALAM MENENTUKAN
HARGA POKOK PRODUKSI
(Studi Kasus Penentuan Biaya Produksi di Kawasan
Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Kota Bandung)

Muhtarudin1, Tuti Sulastri2

ABSTRAK: Produk dengan kualitas baik merupakan


harapan perusahaan untuk dapat bersaing dengan
perusahaan lain yang sejenis. Namun dalam pelaksanaannya
1,2
POLITEKNIK KOMPUTER tidak semua hasil produksi berkualitas baik bahkan
BISNIS LPKIA BANDUNG cenderung rusak, kerusakan tersebut disebabkan oleh
Jl. Soekarno Hatta No. 456 beberpa faktor seperti: oleh kesalahan yang dilakukan oleh
Bandung 40266, Telp. 022 karyawan, keterbatasan kemampuan mesin dan kurangnya
75642823, Fax. 022 7564282 pengawasan terhadap pelaksanaan proses produksi. Dengan
adanya produk rusak maka akan timbul permasalahan dalam
Korespondensi: perhitungan harga pokok produksi. Perlakuan Akuntansi
1
muhtar@lpkia.ac.id
2 terhadap produk rusak akan sangat membantu dalam
tutis@lpkia.ac.id
menyediakan informasi rincian biaya yang telah diserap
Artikel ini tersedia dalam: oleh produk rusak serta sebab-sebab terjadinya produk
http://journal.stiemb.ac.id/ind rusak beserta harga pokoknya, sehingga manajemen dapat
ex.php/mea mengidentifikasi sifat dan menggolongkan harga pokok
produk rusak ke dalam katagori normal dan abnormal.
DOI:10.31955/mea.vol3.iss1.pp81- Tujuan penelitian ini untuk Untuk mengetahui perlakuan
95 Akuntansi terhadap produk rusak yang penyebabnya
bersifat Normal dan Adnormal dan untuk mengetahui biaya
Vol. 3 No. 1 Januari-April 2019
produksi yang sebenarnya dikeluarkan untuk sebuah produk
e-ISSN: 2621-5306 industri Sepatu dam Sandal di Kawasan Sentra Industri
p-ISSN: 2541-5255 Sepatu Cibaduyut, sehingga ke depan dapat berkembang
menjadi sentra wisata belanja yang menarik dan
How to Cite berkembang menjadi wisata industri yang dapat
Muhtarudin, M., & Sulastri, T. meningkatkan kesejahteraan seluruh pelaku usaha dan
(2019). PERLAKUAN masyarakat sekitarnya. Jenis data yang digunakan dalam
AKUNTANSI PRODUK RUSAK
penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang diukur
DALAM MENENTUKAN HARGA
POKOK PRODUKSI. Jurnal
dalam skala numerik (angka). Populasi penelitian adalah
Ilmiah MEA (Manajemen, semua perusahaan yang memproduksi sepatu yang
Ekonomi, & Akuntansi), 3(1), mengalami produk rusak di Kawasan Sentra Industri Sepatu
81-95. Cibaduyut yang tidak diketahui jumlahnya dengan Sampel
penelitian berjumlah 10 perusahaan.
Copyright (c) 2019 Jurnal Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada Perusahaan
Ilmiah MEA (Manajemen, Sepatu dam Sandal di Kawasan Sentra Industri Sepatu
Ekonomi, & Akuntansi)
Cibaduyut dalam proses produksinya ada kerusakan
produk, dan pada perusahaan dianggap sebagai produk
kerusakan bersifat Normal laku dijual dan pendapatan
penjualan dicatat sebagai Penghasilan lain-lain.
This work is licensed under
a Creative Commons Kata Kunci : Produk Rusak, Harga Pokok Produksi,
Attribution-NonCommercial Akuntansi
4.0 International License
Muhtarudin & Tuti Sulastri

PENDAHULUAN usaha pengrajin industri alas kaki atau Sepatu


Pembangunan sektor ekonomi yang dan Sandal. Sebagian besar masyarakat
dikembangkan Pemerintah Indonesia dewasa modern menggunakan alas kaki sebagai
ini bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat merupakan sepatu atau sandal yang tujuan
Indonesia, terutama mengejar ketertinggalan utamanya untuk melindungi kesehatan kaki
dari negera-negara lain. Untuk mewujudkan berkembangnya pergaulan antar manusia
tujuan yang sangat mulia tersebut, tentunya menjadikan produk alas kaki juga berfungsi
pembangunan sektor ekonomi perlu sebagai fashion yang selalu berkembang
diarahkan supaya dapat meningkatkan dengan jenis model yang sesuai dengan ruang
kemampuan berusaha terutama bagi waktu dari perkembangan jaman.
pengusaha golongan ekonomi lemah. Seperti Kawasan Sentra Industri Sepatu
diketahui Usaha Mikro Kecil dan Menengah Cibaduyut merupakan salah satu potensi
(UMKM) mempunyai peran yang ekonomi lokal yang terdapat di Kota
begitu strategis dalam menopang Bandung yang mempunyai kualitas untuk
pembangunan ekonomi nasional. UMKM berskala nasional dan internasional. Seiring
telah terbukti mampu berkontribusi secara dengan perkembangan zaman, keberadaan
signifikan dalam memacu pertumbuhan industri sepatu Cibaduyut saat ini berada
ekonomi, penyediaan lapangan kerja untuk dalam kondisi stagnan, dimana jumlah
mengurangi angka pengangguran serta wisatawan atau pengunjung yang berkunjung
mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. ke kawasan wisata belanja atau perdagangan
Salah satu kunci keberhasilan UMKM Cibaduyut berjalan ditempat seperti yang
adalah tersedianya pasar yang jelas bagi terlihat pada tabel 1.
produk UMKM (Lisnawati, 2012). Seperti

Table 1.1. Potensi Ekonomi Kawasan Sentra Industri Sepatu Cibaduyut


Potential 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Unit usaha 828 847 867 844 840 834 828


Tenaga kerja
(Orang) 3.498 3.516 3.613 3.590 3.570 3.390 2.719
Produksi per
tahun (Ps) 3.310.800 4.546.300 4.952.780 4.091.200 4.091.200 4.081.375 4.046.700
Investasi (Ribu
Rp) 14.507.160 14.507.168 14.669.123 23.970.675 28.970.565 26.970.555 23.720.675
Nilai Produksi
(Ribu Rp) 355.381.200 487.999.750 529.921.900 651.803.907 721.803.815 711.803.835 641.803.854

Sumber: Instalasi Pengembangan IKM Alas Kaki/Persepatuan Bandung, 2012

Menghasilkan produk yang berkualitas dengan standar kualitas yang diharapkan


merupakan harapan yang ingin dicapai oleh bahkan produk tersebut dikatakan rusak
setiap perusahaan untuk meningkatkan daya (spoilage). Jika Produk mengalami
saing antar perusahaan yang semakin hari kerusakan maka tidak dapat diterima
semakin kompetitip. Perusahaan sadar betul sehingga harus dibuang atau dijual dengan
akan keadaan tersebut sehingga akan nilai yang lebih rendah.
berusaha memproduksi produk yang sesuai Masalah produk rusak adalah masalah
dengan standar kualitas yang ditentukan, yang sangat penting didalam perusahaan.
seperti bentuk, ukuran, warna, dan lain Pengaruh Produk tersebut terhadap mutu
sebagainya yang tentunya sesuai dengan produk yang dihasilkan akan membawa
harapan pelanggan. Namun kenyataannya pengaruh buruk terhadap tujuan utama
kerapkali perusahaan dalam memproduksi perusahaan yaitu untuk memperoleh laba.
barang mengalami produk yang tidak sesuai Dengan adanya produk rusak maka

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 82
Muhtarudin & Tuti Sulastri

perusahaan mengalami kerugian dalam Mencermati uraian di atas betapa


proses produksi, hal itu disebabkan karena pentingnya Perlakuan Akuntansi untuk
produk ini tidak layak untuk dijual dengan Produk rusak sehingga penentuan harga
harga yang telah ditentukan perusahaan, oleh pokok produksi yang cermat serta
karena itu diperlukan pemahaman atas penetapan harga jual yang tepat dapat
perlakuan akuntansi yang tepat dan terwujud. Karena itulah para pengusaha
disesuaikan dengan kondisi perusahaan. industri Sepatu dan Sandal perlu sekali
Pada dasarnya produk rusak secara dibekali kemampuan dalam menghitung
teknis bisa diperbaiki menjadi produk yang harga pokok produksi untuk menetapkan
baik, tetapi biaya yang dikeluarkan lebih harga jual yang tepat dengan memperhatikan
besar dari pada nilai manfaatnya, sehingga produk rusak.
produk rusak dikatakan secara ekonomis
tidak dapat diperbaiki. Produk rusak Perumusan Masalah
biasanya diketahui setelah selesainya proses Perlakuan Akuntansi Produk rusak
produksi, sehingga produk rusak ini sudah untuk mengestimasi Harga Pokok Produksi
menikmati biaya produksi sehingga produk dengan Metode Actity Based Costing
rusak ini nantinya akan diikutkan dalam menggunakan beberapa variabel penelitian.
perhitungan unit ekuivalen dalam penentuan 1) faktor manusia, di mana manusia dalam
Harga Pokok Produksi. hal ini bisa mengantuk, kurang
Penyebab terjadinya produk rusak ada konsentrasi, teledor dan juga capek
dua yaitu produk rusak karena kagiatan ataupun lelah; 2) Faktor dari bahan itu
normal perusahaan atau produk rusak normal sendiri, dalam hal ini bisa juga karena
dan produk rusak karena kesalahan atau bahannya sudah kotor, berlubang, sobek serta
produk rusak abnormal (Mulyadi, 2012) tidak rata; 3) Faktor dari mesin, faktor mesin
Proses produksi yang terjadi dalam ini terjadi karena kadang-kadang mesin
perusahaan, apabila terjadi produk rusak macet, rusak, dan tidak dirawat yang bisa
maka produk tersebut akan diperhitungkan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
karena produk tersebut telah menyerap biaya proses produksi; 4) Faktor metode, mengenai
produksi. Produk rusak dalam akuntansi faktor metode ini kadang-kadang terjadi
diperlakukan berdasarkan kepada sifat karena tidak dicek terlebih dahulu sebelum
kerusakannya bersifat normal atau tidak diproses.
normal perlakuan produk rusak juga Dari uraian pada latar belakang
berdasarkan laku tidaknya produk tersebut masalah, maka masalah penelitian akan
dijual. dirumuskan sebagai berikut:
Produk rusak dianggap menjadi 1. Perlakuan Akuntansi terhadap produk rusak
masalah penting dari berbagai aspek, antara dalam menentukan Harga Pokok Produksi
lain: aspek penentuan harga pokok produk, belum diterapkan di Kawasan Sentra
perencanaan dan pengendalian manajerialnya Industri Sepatu Cibaduyut.
(Lintong & Tinangon, 2014). Barangkali 2. Biaya produksi yang diserap untuk Produk
tidak berlebihan apabila aspek perencanaan rusak persentasenya cukup signifikan dari
dan pengendalian manajerial terhadap produk total biaya produksi.
rusak dipandang sebagai aspek yang Penyebab terjadinya kerusakan Produk
terpenting. Banyak faktor yang sifatnya tak ada yang bersifat Normal dan ada yang bersifat
terkendalikan, menyebabkan terjadinya adnormal.
produk rusak. Produk rusak mengakibatkan
kenaikan biaya produksi atau harga pokok TINJAUAN PUSTAKA
produk, karena itu tidak boleh dipandang Konsep Biaya
sebagai masalah kecil. Kenaikan biaya Biaya merupakan komponen penting
produksi, pada gilirannya akan mengurangi dalam Akuntansi manajemen, Istilah Biaya
daya saing perusahaan untuk menghasilkan (cost) sebenarnya mengandung Dua
laba. Pengertian, yaitu dalam artian aset ( asset)

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 83
Muhtarudin & Tuti Sulastri

dan dalam artian beban (expense). Biaya Harga Pokok Produksi


akan dicatat sebagai aset apabila memberikan Garrison (2009) mendefinisikan bahwa
manfaat lebih dari satu periode akuntansi. ―Harga Pokok Produksi adalah biaya
Sedangkan biaya akan dikategorikan sebagai manufaktur yang berakitan dengan barang-
beban atau expense jika memberikan manfaat barang yang diselesaikan dalam periode
pada periode akuntansi berjalan. Adapun tertentu‖
definisi biaya menurut Firmansyah Mengenai pengertian harga pokok
(2014:25) ―biaya adalah pengorbanan sumber produksi ini lebih lanjut Hansen dan Mowen
ekonomi yang dapat diukur dalam satuan (2009:48) mengatakan ―harga pokok
uang, baik yang telah terjadi maupun yang produksi adalah harga pokok produksi
akan terjadi untuk tujuan tertentu‖. mewakili jumlah biaya barang yang
Dari pengertiaan ini informasi biaya diselesaikan pada periode tersebut. Satu-
yang akurat memungkinkan manajemen satunya biaya yang diberikan pada barang
untuk melakukan pengelolaan alokasi yang diselesaikan adalah biaya produksi dari
berbagai sumber ekonomi untuk menjamin bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
dihasilkannya output yang memiliki nilai dan biaya lain-lain‖. Harga pokok produksi
ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan adalah sejumlah biaya bahan baku, biaya
dengan nilai input yang dikorbankan. Selain tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik yang
itu, dengan informasi biaya yang lengkap terjadi selama periode tertentu dan berkaitan
maka pimpinan perusahaan dapat lebih juga dengan barang-barang setengah jadi.
menyempurnakan lagi prosedur dan Dari pengertian tersebut di atas dapat
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan diketahui bahwa didalam harga pokok
untuk masa yang akan datang. produksi adalah jumlah dari pada produksi
yang melekat pada produksi yang dihasilkan
Biaya Produksi yaitu meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan
Ayuningtyas (2013) menyatakan mulai pada saat pengadaan bahan baku
―biaya produksi adalah biaya pabrik tersebut sampai dengan proses akhir produk,
ditambah dengan harga pokok persediaan yang siap untuk digunakan atau dijual.
produk dalam proses awal atau harga pokok Biaya-biaya yang dimaksud ini, biaya bahan
produk jadi periode ini ditambah dengan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung
harga pokok sediaan produk dalam proses dan biaya overead. Selain itu dari definisi
akhir‖. tersebut adalah dapat diketahui bahwa harga
Dari Definisi tersebut Biaya produksi pokok produksi adalah nilai dari
merupakan akumulasi dari semua biaya- pengorbanan yang dilakukan dalam
biaya yang dibutuhkan dalam proses hubungannya dengan proses produksi
produksi dengan tujuan untuk menghasilkan berdasarkan nilai ganti pada saat pertukaran.
suatu produk atau barang. Biaya-biaya ini
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga Kualitas Produk
kerja, biaya overhead pabrik. Biaya produksi Kualitas produk merupakan hal penting
ini harus diakumulasi secara cermat untuk yang harus diusahakan oleh setiap
kemudian dihitung dan dibandingkan dengan perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat
laba kotor perusahaan. Selisih pendapatan bersaing di pasar untuk memuaskan
dikurangi dengan biaya produksi akan kebutuhan dan keinginan konsumen. Dewasa
menjadi laba bersih perusahaan atau total ini sebagian besar konsumen semakin kritis
keuntungan yang diperoleh. Biaya produksi dalam mengkonsumsi suatu produk.
ini diperlukan untuk mendukung proses Konsumen selalu ingin mendapatkan produk
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang berkualitas sesuai dengan harga yang
yang siap dipasarkan kepada konsumen. dibayar, meskipun ada sebagian masyarakat
berpendapat bahwa, produk yang mahal
adalah produk yang berkualitas. Kualitas
oleh Kotler (2009:49) adalah ―seluruh ciri

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 84
Muhtarudin & Tuti Sulastri

serta sifat suatu produk atau pelayanan yang Perlakuan Akuntansi untuk Produk
berpengaruh pada kemampuan untuk Rusak terhadap Harga Pokok Produksi
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau Perlakuan Akuntansi produk rusak
yang tersirat‖. Ini jelas merupakan definisi menurut Mursyidi (2008;115) adalah sebagai
kualitas yang berpusat pada konsumen, Produk rusak yang bersifat normal dan laku
seorang produsen dapat memberikan kualitas dijual, maka hasil penjualan produk rusak
bila produk atau pelayanan yang diberikan diperlakukan sebagai: Penghasilan lain-lain,
dapat memenuhi atau melebihi harapan Pengurang biaya overhead pabrik, Pengurang
konsumen. Hansen dan Mowen (2009:5) setiap elemen biaya produksi.
mengatakan ―kualitas adalah derajat atau Pengurang harga pokok produk selesai.
tingkat kesempurnaan, dalam hal ini Sedangkan Produk rusak yang bersifat
kualitas merupakan ukuran relative dari normal tapi tidak laku dijual, maka harga
kebaikan‖. Secara operasional, produk atau pokok produk rusak akan dibebankan ke
jasa yang berkualitas adalah yang memenuhi produk selesai, yang mengakibatkan harga
atau melebihi harapan pelanggan. pokok produk selesai menjadi lebih besar.
Produk rusak karena kesalahan dan laku
Produk Rusak dijual, maka hasil penjualan produk rusak
Produk rusak merupakan produk gagal diperlakukan sebagai pengurang rugi produk
yang secara teknis atau ekonomis tidak dapat rusak.Produk rusak bersifat abnormal dan
diperbaiki menjadi produk yang sesuai tidak laku dijual, maka harga pokok produk
dengan standar mutu yang ditetapkan dan rusak diperlakukan sebagai kerugian dengan
Produk rusak sudah menelan semua unsur perkiraan tersendiri yaitu kerugian produk
biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja dan rusak.
overhead pabrik). Bustami, dkk (2010:123)
mendefinisikan ―produk rusak adalah produk Perhitungan Produk Rusak
yang dihasilkan dalam proses produksi, Dalam proses produksi, apabila terjadi
dimana produk yang dihasilkan tersebut produk rusak maka produk tersebut akan
dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya diperhitungkan, karena produk tersebut telah
tertentu, tetapi biaya yang dikeluarkan menyerap biaya produksi. Rumus Harga
cenderung lebih besar dari nilai jual setelah Pokok Produk Rusak:
produk tersebut diperbaiki‖.
Produk rusak dapat diakibatkan oleh (Biaya Produksi : Unit yang diproduksi)*Produk
dua sebab, yakni: Pertama, produk rusak Rusak
disebabkan oleh kondisi eksternal, misalnya
karena spesifikasi pengerjaan yang sulit yang Tujuan yang hendak dicapai dalam
ditetapkan oleh pemesan, atau kondisi ini penelitian ini adalah:
biasa disebut ―sebab abnormal‖. Jika 1. Untuk mengetahui perlakuan Akuntansi
kondisi ini diperlakukan sebagai penambah terhadap produk rusak yang
harga pokok produk yang baik; apabila penyebabnya bersifat Normal dan
produk rusak tersebut diperkirakan masih Adnormal di Kawasan Sentra Industri
laku dijual. Taksiran nilai pasarnya Sepatu Cibaduyut .
diperlakukan sebagai pengurang biaya 2. Untuk mengetahui bagaimana hasil
produksi. Hal ini menunjukan kerugian yang perhitungan Harga Pokok Produksi
terjadi dibebankan pada pesanan yang akibat adanya produk rusak yang
bersangkutan. Kedua, produk rusak yang diterapkan di di Kawasan Sentra Industri
disebabkan oleh pihak internal yang biasa Sepatu Cibaduyut
disebut ―sebab normal‖, misalnya bahan 3. Untuk mengetahui perbedaan harga
baku yang kurang baik, peralatan dan tenaga pokok produksi antara penghitungan
ahli. biaya saat ini di Kawasan Sentra
Industri Sepatu Cibaduyut dengan
penghitungan adanya produk rusak

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 85
Muhtarudin & Tuti Sulastri

METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan metode Penulis memperoleh sumber data
penelitian deskriptif dengan menggunakan dengan melakukan:
pendekatan studi kasus. Penelitian deskriptif 1. Studi lapangan (Field Research)
menurut Wiratha (2006:154) adalah Untuk mengumpulkan data yang
penelitian yang berkaitan dengan data yang diperlukan dengan cara:
dikoleksi untuk menceritakan sesuatu atau a. Observasi langsung terhadap objek
menegaskan suatu fenomena, gejala, dan penelitian yang berkaitan dengan
suatu konsep juga menjawab pertanyaan- permasalahan.
pertanyaan yang berhubungan dengan status b. Wawancara langsung dengan pihak-
subyek penelitian saat ini, misalnya perlakuan pihak yang mempunyai otoritas dalam
atau opini terhadap individu, organisasi atau pengendalian biaya produksi didalam
sebagainya. Penelitian studi kasus Wiratha perusahaan.
(2006:144) adalah penelitian yang mendalam 2. Studi Kepustakaan (Library Research)
mengenai kasus tertentu yang hasilnya Penelitian kepustakaan dilakukan
merupakan gambaran lengkap dan untuk memperoleh data sekunder yang akan
terorganisir mengenainya. dijadikan landasan teori masalah yang
diteliti. Dalam penelitian kepustakaan ini,
Lokasi dan Waktu Penelitian penulis membaca buku-buku, literatur-
Penelitian akan dilakukan di Lokasi literatur dan materi yang berhubungan
penelitian yaitu kawasan sentra industri dengan masalah yang sedang diteliti.
sepatu Cibaduyut yang terletak di Jl.
Cibaduyut Bandung sepanjang koridor Jl. Tahap-Tahap Penelitian
Komp. TVRI s.d. Jl. Soekarno Hatta yang Tahap-tahap utama yang akan
termasuk ke dalam wilayah administratif dilakukan peneliti dalam melaksanakan
Kelurahan Cibaduyut Wetan, Kelurahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Cibaduyut Kidul, Kelurahan Cibaduyut dan 1. Tahap perumusan masalah dan penelitian
Kelurahan Bojong Loa Kidul. Waktu awal.
penelitian direncanakan selama 1 tahun. Tahap pertama dalam penelitian ini
adalah menentukan topik, judul, latar
Penentuan Sampel belakang, serta merumuskan masalah dan
Sampel adalah Perusahaan Industri tujuan dari penelitian.
Sepatu dan Sandal Kawasan Sentra Industri
Sepatu Cibaduyut Kota Bandung. Penelitian 2. Tahap penghitungan biaya produksi.
dilakukan dengan metode survei dengan Langkah selanjutnya dalam penelitian
pemilihan sampel secara convenience. ini dilakukan untuk mengetahui indentifikasi
Alasan penggunaan pendekatan ini adalah perusahaan seperti biaya-biaya yang
kesederhanaan dan fleksibilitasnya. dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses
Penentuan jumlah sampel dilakukan produksinya. Datanya didapatkan dengan
dengan pertimbangan bahwa populasi yang melakukan wawancara kepada manajemen
ada tidak diketahui jumlahnya secara pasti yang terkait. Pada tahap ini juga dilakukan
sehingga direncanakan jumlah sampel studi pustaka dan studi lapangan untuk
direncanakan sebanyak 5 perusahaan yang mendapatkan data yang mendukung
Melakukan Proses Produksi Pembuatan penelitian ini.
Sapatu dan mengalami kerusakan hasil Setelah seluruh data mengenai biaya
produksinya beberapa unit. Diharapkan produksi perusahaan didapatkan,
sejumlah ini dapat mewakili jumlah ditelusurilah biaya-biaya tersebut
populasi. berdasarkan sifat-sifatnya, biaya-biaya
produksi tersebut dipisahkan menurut biaya
langsung dan biaya tidak langsung untuk
memproduksi suatu produk.

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 86
Muhtarudin & Tuti Sulastri

Tahap selanjutnya adalah menentukan Gambar 4.1 : Tahap Tahap


kriteria produk rusak dan produk normal dalam Penelitian
serta mengidentifikasi sebab-sebab 5. HASIL YANG DICAPAI
kerusakan produk. Apakah karena faktor Dalam Penelitian ini,
alamiah atau karena faktor kelalaian buruh penentuan jumlah sampel dilakukan
pabrik. dengan pertimbangan bahwa populasi
Berdasarkan biaya-biaya produksi yang yang ada tidak diketahui jumlahnya
telah didapat dan identifikasi sebab-sebab secara pasti sehingga direncanakan
produk rusak yang telah ditentukan, maka jumlah sampel direncanakan sebanyak
data mengenai biaya-biaya tersebut diolah 5 perusahaan yang menggunkan
menggunakan metoda perhitungan harga perhitungan Harga Pokok Produksi
pokok produksi , hasilnya akan didapatkan dan Harga Jual yang belum
biaya produksi yang sebenarnya digunakan menggunakan metode Activity Based
untuk memproduksi satu unit produk. Costing (ABC) System . Diharapkan
sejumlah ini dapat mewakili jumlah
3. Tahap analisa biaya produksi. populasi. Berikut ini beberapa
Langkah selanjutnya adalah perusahaan sepatu yang dijadikan
menganalisa biaya produksi yang obyek Penelitian :
telah dihitung menggunakan metode 1. Bengkel Sepatu "Danniel"
perhitungan harga pokok produksi, 2. Bengkel Sepatu "Pepen"
apakah perusahaan menetapkan 3. Bengkel Sepatu "Ko Akin"
perlakuan akuntansi biaya produk 4. Bengkel Sepatu "Mamat"
rusak dalam menentukan biaya 5. Bengkel Sepatu "Fanlung"
produksi yang sebenarnya. Kelima perusahaan tersebut
Manajemen dapat memperoleh merupakan perusahaan perseorangan
informasi mengenai profitabilitas yang bergerak dalam Home industry
produk yang dihasilkannya. Alas Kaki dengan Produk yang
dihasilkan oleh perusahaan adalah
4. Tahap penarikan simpulan dan saran. sepatu jenis Pantofel Pria dan Casual
Langkah keempat dan yang terakhir Pria dengan berbagai model. Produk
adalah simpulan yang meliputi yang dihasilkan merupakan produk jadi
pengambilan simpulan dan saran- yang diproduksi untuk memenuhi
saran yang diberikan oleh penulis dari permintaan konsumen. Bahan baku
hasil penelitian ini. yang digunakan adalah bahan kulit
dengan berbagai corak dan warna.
Selain bahan baku utama, proses
produksi juga didukung oleh peralatan
dan perlengkapan lainnya guna
menunjang kegiatan produksi antara
lain adalah mesin Pres, mesin jahit,
bahan lapisan, aksesoris sepatu, bahan
perekat, benang, jarum, dan lain-lain.
Mesin dan peralatan yang digunakan
dalam proses produksi dapat dilihat
pada Tabel 5.1.

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 87
Muhtarudin & Tuti Sulastri

Tabel 5.1 : Daftar mesin dan peralatan produksi


Jenis Jumlah Fungsi
Mesin 12 Merakit antar 5.1 Proses Produksi Sepatu
Jahit komponen yang Proses produksi meliputi kegiatan
sudah dibuat polanya merubah bahan mentah atau setengah jadi
Mesin Pres 1 Alat untuk mencetak menjadi bahan jadi melalui proses
bagian alas luar transformasi dengan menggunakan
sepatu sesuai dengan sumberdaya. Sumberdaya yang
ukuran sepatu yang digunakan meliputi bahan baku, mesin,
diinginkan. dan peralatan lainnya, serta SDM yang
terampil dan berkualitas. Tahap proses
Pisau Seset 12 Untuk menyeset
produksi ini jika digambarkan adalah
bahan-bahan yang
sebagai berikut :
sudah dipotong agar
memiliki
ketebalan/kehalusan
yang sama Tahap Persiapan
Pemotong 4 Memotong kulit
(cutter) imitasi yang sudah
digambar, memotong Tahap Pembuatan Pola
karton, dan bahan-
bahan sepatu lainnya.
Tahap Pemotongan Pola
Palu 2 Mempermudah dan Menjahit
dalam pemasangan
aksesoris sepatu
Catoet/tang 12 Alat untuk Tahap Perakitan Sepatu
membantu merakit
komponen sepatu
Sepatu 40 Alat untuk Tahap Finishing
kayu membantu merakit
komponen sepatu Gambar 5.1. Alur Kegiatan Produksi
Kompor 1 Untuk memanaskan Berdasarkan Gambar 5.1, jika
latek. diuraikan alur kegiatan produksi adalah
Alat 1 Untuk menyemprot sebagai berikut:
Semprot bagian sepatu agar 1. Tahap Persiapan
terlihat berkilau. Tahap persiapan merupakan
tahap awal dalam proses produksi.
Sikat gigi 4 Alat bantu yang
Pada tahap ini kegiatan yang
(sebagai digunakan untuk
dilakukan adalah mempersiapkan
pengganti merekatkan bahan
model sepatu yang akan dibuat.
kuas) yang satu dengan
Sepatu yang akan dibuat
bahan lainnya
sebelumnya didesain terlebih dahulu
menggunakan
oleh desainer. Designer harus
perekat
mampu membuat gambar kerja dari
Gunting 3 Memotong kain
model sepatu yang biasanya
lapis, benang, dan
ditentukan berdasarkan katalog
sebagainya.
desain atau berdasarkan model
Pulpen 2 Digunakan dalam
sepatu yang dibeli oleh perusahaan
Spidol 2 pembuatan desain
dari mall-mall untuk dikembangkan
Penggaris 4 sepatu dan
menjadi beberapa model oleh
pemotongan desain
designer. Setelah beberapa
sepatu yang telah
design sepatu ditentukan dan dibuat
dibuat.
Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 88
Muhtarudin & Tuti Sulastri

model contohnya. Setelah beberapa Tahap perakitan sepatu meliputi


model contoh jadi lalu diajukan ke kegiatan menyatukan bagian muka sepatu
pihak grosir dan bila telah disetujui yang telah dibuat sebelumnya, bagian alas
maka selanjutnya dilakukan luar sepatu yang telah dibuat, dan bagian
perencanaan kebutuhan bahan baku alas bagian dalam sepatu. Pada tahap
dan bahan penolong beserta perakitan biasanya dilakukan oleh tukang
perencanaan biaya kebutuhan bawah. Bahan yang telah dijahit kemudian
produksi. dibentuk dengan tangan dengan
menggunakan cetakan sepatu yang terbuat
2. Tahap Pembuatan Pola dari kayu berbentuk kaki. Selanjutnya
Tahap pembuatan pola menyatukan bahan sepatu yang sudah
merupakan kegiatan menggambar terbentuk dengan bagian bawah sepatu
pola sesuai dengan model sepatu atau alas sepatu. Biaya yang timbul adalah
yang akan dibuat diatas kain/bahan biaya penggunaan alat-alat penolong dan
kulit imitasi. Kegiatan menggambar biaya penyusutan peralatan.
pola dilakukan dengan hati-hati dan 5. Tahap Finishing
disertai dengan keterangan atau Pada tahap finishing, dilakukan
detail gambar. Beberapa alat kegiatan merapikan sepatu yang telah
sederhana diperlukan untuk dirakit. Selain itu juga pada tahap ini
menggambar pola seperti pulpen, dilakukan pemeriksaan kembali terhadap
spidol, dan penggaris. Berdasarkan sepatu yang telah jadi, jika sepatu cacat
kegiatan pada tahap ini dapat maka dikembalikan ke tukang bawah
diidentifikasikan biaya-biaya yang untuk diperbaiki. Sepatu yang telah sesuai
timbul seperti penyusutan peralatan. ditandai dengan stiker ukuran sepatu
untuk selanjutnya di packing
menggunakan kardus. Biaya yang timbul
3. Tahap Pemotongan Pola dan Menjahit adalah biaya penggunaan bahan penolong
Tahap pemotongan dan menjahit dan biaya penyusutan peralatan.
dilakukan oleh tukang atas atau karyawan
yang membuat bagian muka sepatu.
Bahan-bahan dipotong sesuai dengan 5.2 Hasil Survei dan Analisis Data
gambar pola yang telah dibuat Untuk menganalisis selanjutnya,
sebelumnya. Pemotongan bahan ini dibawah ini akan diuraikan data-data yang
dilakukan dengan tepat untuk menghindari telah dikumpulkan dalam perhitungan biaya
pemborosan bahan yang ada, setelah itu, produksi pada Kawasan Industri Sepatu
potongan-potongan bahan tersebut Cibaduyut pada Bulan Juli tahun 2018
digabungkan untuk menghasilkan bentuk untuk memproduksi jenis produk Sepetu
muka sepatu. Pada tahap ini juga Pantofel pria. Data tersebut adalah sebagai
dilakukan pemasangan aksesoris-aksesoris berikut:
sepatu sesuai dengan model. Perusahaan menetapkan bahwa produk
Penggabungan bagian-bagian sepatu ini dikatakan rusak apabila mutunya tidak
biasanya menggunakan mesin jahit dan sesuai dengan standar mutu yang telah
juga lem untuk merekatkan bagian-bagian ditentukan dan tidak dapat diperbaiki
tertentu. Berdasarkan aktvitas tersebut lagi. Adapun perlakuan terhadap
dapat diindentifikasikan biaya-biaya yang produk rusak oleh perusahaan adalah :
timbul antara lain biaya penyusutan 1. Apabila produk rusak tidak laku
peralatan, biaya penyusutan mesin, dan dijual maka produk rusak tersebut
biaya pemeliharaan mesin. diperlakukan sebagai produk hilang
akhir proses.
4. Tahap Perakitan Sepatu 2. Apabila produk rusak mempunyai
harga jual maka perlakuan terhadap

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 89
Muhtarudin & Tuti Sulastri

produk rusak tersebut sebagai (Departemen Penyelesaian) untuk


berikut : diproses menjadi produk jadi yang siap
a. Nilai jual produk rusak dicatat digunakan. Pada Dept. A terjadi produk
untuk mengurangi biaya-biaya hilang awal proses dan di Dept. B
produk pada departemen tempat terdapat produk yang rusak bersifat
terjadinya produk rusak tersebut. normal dan tidak laku dijual. Data
Dasar pembagian kepada masing- produksi dan biaya dalam bulan Juli
masing jenis biaya produksi 2018 adalah sebagai berikut Dalam Rp
adalah perbandingan unit 100 :
ekuivalen maka produk rusak
tersebut tetap diperhitungkan.
b. Kerugian atas produk rusak
(selisih harga pokok dengan
harga jual) dicatat sebagai biaya
overhead yang sesungguhnya di
departemen tempat terjadinya
produk rusak. Pencatatan ini
dipakai apabila biaya overhead
pabrik dibebankan ke produk atas
dasar tarif yang ditentukan
dimuka.
c. Niali jual produk rusak dicatat
sebagai pendapatan di luar usaha,
produk rusak tetap
diperhitungkan dalam unit
ekuivalen.

Perusahaan Seaptu ―Daniel‖ mengolah


produk melalui 2 departemen, produk
yang berasal dari Dept. A (departemen
Pengolahan ) dipindahkan ke Dept. B
Departemen A Departemen B
Produk dalam proses per 01/07/2018
(BB 100 %, Konversi 75%) . . . . . . 400 —

Produk masuk proses . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.100 —


Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . . . 2.500 —
Produk dalam proses per 31/07/2018
(BB 100 %, Konversi 50%) . . . . . 500 —

Produk dalam proses per 01/07/2018


(Konversi 50%) . . . . . . . . . . . . . . . — 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . — 2.500
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . . . . — 2.100
Produk dalam proses per 31/07/2018
(Konversi 80%) . . . . . . . . . . . . . . . — 600

Produk hilang awal proses . . . . . . . . . . . . 500 —


Produk rusak bersifat normal (tidak laku dijual) — 100

Harga pokok produk dalam proses 01/07/2018 :


Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 90
Muhtarudin & Tuti Sulastri

Harga Pokok dari Dept. A . . . . . . . . . . . . . — Rp. 475.000


Biaya Bahan Baku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 90.000 —
Biaya Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 65.000 Rp. 150.000
Biaya Overhead Pabrik . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 85.000 Rp. 125.000

Biaya Ditambahkan :
Biaya Bahan Baku . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 637.000 —
Biaya Tenaga Kerja . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 931.000 Rp. 910.800
Biaya Overhead Pabrik . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 392.000 Rp. 1.113.200

Berdasarkan data di atas, pertama Menyusuan Laporan Harga Pokok Produksi per
departemen produksi dengan asumsi menggunakan metode FIFO (First in First Out).

Daniel Collection
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. A
Bulan Juli 2018
Laporan produksi : Unit
Produk dalam proses per 01/07/2018
(BBB 100%, Konversi 75 %) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 400
Produk masuk proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3.100
3.500
Produk selesai ditransfer ke Dept. B . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.500
Produk dalam proses per 31/07/2018
(BBB 100%, Konversi 50%) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 500
Produk hilang awal proses . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 500
3.500
Biaya dibebankan di Dept A :
Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit
HP Produk dalam proses awal Rp. 240.000
Biaya ditambahkan di Dept. A :
Biaya Bahan Baku Rp. 637.000 2.600 1] Rp. 245
2]
Biaya Tenaga Kerja Rp. 931.000 2.450 Rp. 380
Biaya Overhead Pabrik Rp. 392.000 2.450 2] Rp. 160
Rp. 1.960.000 Rp. 785
Biaya Kumulatif Dept. A Rp. 2.200.000

Perhitungan Harga Pokok :


Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . . . . . . . . . . . Rp. 240.000
Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Bahan Baku : 400 x 0 % x Rp. 245 = Rp. —
Biaya Tenaga Kerja : 400 x 25 % x Rp. 380 = Rp. 38.000
Biaya Overhead Pabrik : 400 x 25 % x Rp. 160 = Rp. 16.000
Rp. 294.000
Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B :
HP Produk selesai [ ( 2.500 – 400 ) x Rp. 785 ] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp.
1.648.500
HP Produk selesai ditransfer ke Dept. B ( 2.500 x Rp. 777 )3 . . . . . . . . . . . . . . . Rp.
1.942.500
Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :
Biaya Bahan Baku : 500 x 100 % x Rp. 245 = Rp. 122.500
Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 91
Muhtarudin & Tuti Sulastri

Biaya Tenaga Kerja : 500 x 50 % x Rp. 380 = Rp. 95.000


Biaya Overhead Pabrik : 500 x 50 % x Rp. 160 = Rp. 40.000
Rp. 257.500
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. A Rp. 2.200.000

1] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 0 % ) + ( 500 x 100 % ) = 2.600


2] ( 2.500 – 400 ) + ( 400 x 25 % ) + ( 500 x 50 % ) = 2.450
3] Rp. 1.942.500 / 2.500 = Rp. 777

Daniel Collection
Laporan Harga Pokok Produksi Dept. B
Bulan Juli 2018
Laporan produksi : Unit
Produk dalam proses per 01/07/2018 (Konversi 50 %) . . . . . . . . . . . . . 300
Produk selesai diterima dari Dept. A . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.500
2.800
Produk selesai ditransfer ke gudang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2.100
Produk dalam proses per 31/07/2018 (Konversi 80%) . . . . . . . . . . . . . 600
Produk rusak bersifat normal . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100
2.800

Biaya dibebankan di Dept B :


Elemen Biaya Jumlah Unit Ekuivalen HPP / unit
HP Produk dalam proses awal Rp. 750.000
HP dibebankan dalam Dept. B :
HP Produk dari Dept. A .... Rp. 1.942.500 Rp. 777

Biaya ditambahkan di Dept. B :


1]
Biaya Tenaga Kerja Rp. 910.800 2.530 Rp. 360
1]
Biaya Overhead Pabrik Rp. 1.113.200 2.530 Rp. 440
Rp. 2.024.000 Rp. 800
Biaya Kumulatif Dept. B Rp. 4.716.500 Rp. 1.577

Perhitungan Harga Pokok :


Perhitungan HP Produk dalam proses awal :
HP Produk dalam proses periode lalu . . . . . . . . . . . . Rp. 750.000
Biaya untuk menyelesaikan produk dalam proses awal :
Biaya Tenaga Kerja : 300 x 50 % x Rp. 360 = Rp. 54.000
Biaya Overhead Pabrik : 300 x 50 % x Rp. 440 = Rp. 66.000
Rp. 870.000
Perhitungan HP Produk selesai ditransfer ke gudang :
HP Produk selesai [ ( 2.100 – 300) x Rp. 1.577 ] . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp.
2.838.600
HP Produk rusak ( 100 x Rp. 1.577 ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Rp. 157.700
HP Produk selesai ditransfer ke gudang ( 2.100 x Rp. 1.841,09 )2 . . . Rp.
3.866.300

Perhitungan HP Produk dalam proses akhir :


Dari Dept. A : 600 x Rp. 777 = Rp. 466.200
Biaya Tenaga Kerja : 600 x 80 % x Rp. 360 = Rp. 172.800

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 92
Muhtarudin & Tuti Sulastri

Biaya Overhead Pabrik : 600 x 80 % x Rp. 440 = Rp. 211.200


Rp. 850.200
Jumlah Harga Pokok Produksi di Dept. B Rp. 4.716.500

1] ( 2.100 – 300 ) + ( 300 x 50 % ) + ( 600 x 80 % ) + 100 = 2.530


2] Rp. 3.866.300 / 2.100 = 1.841,09

Dalam proses produksi sepatu diolah produksi Departemen A (departemen


melalui 2 Dapartemen dan setiap departemen Pengolahan ) yang dikeluarkan
terdapat produk yang tidak sesuai dengan selama Bulan Juli tahun 2018 mampu
standar yang ditentukan oleh perusahaan atau menghasilkan setara dengan 2600
bahkan calon pembeli. Hal ini adalah wajar Pasang dengan harga perunit Rp.
dalam proses produksi. Bagi perusahaan 78.500 dan pada Departemen B
produk sepatu yang tidak sesuai dengan (Departemen Penyelesaian) dengan
standar yang ditentukan masih terjadi total biaya produksi kumulatif sebesar
dibawah batas normal. Untuk produk yang Rp. 471.650.000 menghasilkan 2530
masih dapat dijual dan oleh perusahaan pasang dengan harga perunit sebesar
memperlakukan sebagai pendapatan lain – Rp. 157.700
lain. 2. Dari analisis yang dilakukan pada
Bila dikaitkan dengan teori perlakuan perusahaan sepatu di sentra sepatu
akuntansi produk rusak seperti yang Cibaduyut Kota Bandung diketahui
dijelaskan pada bab sebelumnya maka dapat adanya produk rusak. Produk rusak
dikatakan bahwa perlakuan akuntansi untuk dibagi menjadi dua jenis yaitu produk
produk rusak tersebut belum mencerminkan rusak laku dijual dan produk rusak
hubungan dengan produk lainnya yang yang tidak laku dijual. Selama rahun
diproduksi bersama. Artinya total biaya 2018 persentase produk Departemen
produksi yang dikeluarkan adalah untuk B (departemen Penyelesaiaan ) 100
mengahasilkan produk sepatu baik Pasang dari 2530 Pasang atau sebesar
berkualitas sesuai standar maupun yang tidak 3,95% . Produk rusak tersebut laku
sesuai dengan standar produk. Untuk itu dijual dan hasil penjualannya dicatat
perusahaan sebaiknya memperlakukan hasil sebagai penghasilan lain-lain, adanya
penjualan produk rusak tersebut sebagai produk rusak dapat menyebabkan
pengurangan harga pokok produksi barang tidak maksimalnya laba yang
yang sesuai standar bukan sebagai diperoleh perusahaan
pendapatan lain-lain.
6.2 Saran
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan yang
Simpulan telah dilakukan , maka beberapa saran
Berdasarkan hasil penelitian dan yang dapat penulis berikan yaitu:
pembahasan yang telah dilaksanakan 1. Perusahaaan sebaiknya
terhadap perlakuan akuntansi produk rusak memperhatikan bagaimana caranya
pada perusahaan sepatu di sentra sepatu mencatat setiap perlakuan atau
Cibaduyut Kota Bandung maka penulis dapat kejadian yang terjadi dalam proses
mengambil kesimpulan sebagai berikut: produksi dengan teori-teori yang ada.
1. Perusahaan telah memperhatikan 2. Perusahaan sebaiknya lebih
unsur-unsur yang membentuk biaya mengawasi tenaga kerja khususnya
produksi yaitu biaya bahan baku, bagian produksi agar dapat
biaya tenaga kerja dan biaya overhead meminimalkan terjadinya kerusakan
pabrik sehingga dapat dikatakan produk dan bagi tenaga kerja yang
bahwa harga pokok produksinya telah sudah ahli danberpengadalam
memadai. dari Rp220.000.000 biaya

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 93
Muhtarudin & Tuti Sulastri

sebaiknya bisa berbagi ilmu kepada


tenaga kerja yang kurang terampil.

DAFTAR PUSTAKA Oktober 2013. Hal 570-583.

Ayuningtyas. Dwinta. 2013. ―Evaluasi Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran.


Penerapan Biaya Standar Sebagai Erlangga, Jakarta.
Alat perencanaan dan Pengendalian
Biaya Produksi Pada Harian Tribun Lintong, P.G. and Tinangon, J.J., 2014.
Manado‖, Jurnal Emba. Universitas PERLAKUAN AKUNTANSI
Sam Ratulangi. Manado. TERHADAP PRODUK RUSAK
PADA PT. PABRIK GULA
Bustami & Nurlela, 2007, Akuntansi Biaya: GORONTALO. JURNAL RISET
Teori & Aplikasi. Graha Ilmu. Jakarta EKONOMI, MANAJEMEN, BISNIS
DAN AKUNTANSI, 2(2).
Firmansyah, Iman. 2014. Akuntansi Biaya Itu
Gampang. Jakarta : Dunia Cerdas Lisnawati, L., 2011. PENGARUH
ORIENTASI PASAR TERHADAP
Garrison, et all. 2009. Akuntansi Manajerial DISTINCTIVE CAPABILITY DAN
Edisi 11. Jakarta: Salemba Empat IMPLIKASINYA PADA
KEUNGGULAN BERSAING
Hansen, Don R dan Mowen Maryane M. UMKM KOTA BANDUNG
2009. Akuntansi Manajerial. Edisi 8. SEBAGAI INDUSTRI KREATIF
Buku 1. Penerbit Salemba Empat, (SURVEI PADA EMPAT SENTRA
Jakarta UMKM UNGGULAN KOTA
BANDUNG), STRATEGIC, 10(19),
Herawati, Shinta., Indri Lestari, 2012. pp.70-86.
Tinjauan atas Perlakuan Akuntansi
untuk Produk Cacat dan Produk Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya, Unit
Rusak pada PT Indo Pacific. Jurnal Penerbit dan Percetakan Sekolah
SNAB. Universitas Widyatama Tinggi Ilmu Manajemen YKPN,
http://repository. Yogyakarta.
widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/han
dle/ 123456789/1911/66- Wirartha, I Made. 2006. Metodologi
Shinta%20Dewi%20HerawatiIndri.p Penelitian Sosial dan Ekonomi.
df? sequence=3 diakses tanggal 27 Yogyakarta : CV Andi Offset

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 94

Anda mungkin juga menyukai