Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memberikan Penguatan merupakan salah satu aspek penting yang


harus diberikan oleh seorang pendidik kepada para peserta didiknya sebagai
salah satu aspek penting yang ada dalam keterampilan dasar mengajar. Dalam
buku Menjadi Guru Profesional, oleh Drs. Moh. Uzer Usman1, menyatakan
bahwa Penguatan (Reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersivat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi
tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (Feedback) bagi si penerima (siswa)
atas perbuatannya sebagai suatu dorongan ataupun koreksi. Atau, penguatan
adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan
kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut
dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka
lebih giat berpartisipasi dalam interaksi belajar mengajar.
Penguatan disini, merupakan salah satu aspek yang harus dipahami,
serta diterapkan oleh pendidik kepada para peserta didiknya, demi memacu
motivasi belajar peserta didik lebih baik lagi, dan secara langsung membina
tingkah laku siswa yang produktif dan lebih baik lagi.
Seorang pendidik ataupun calon pendidik, harus paham betul langkah,
prinsip serta segala aspek dalam keterampilan penguatan yang nantinya bisa
dipraktikan langsung kepada para peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar sebagai salah satu apresiasi bagi dari para pendidik kepada para
peserta didiknya.

1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm.80

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari keterampilan memberi penguatan?


2. Apa saja komponen-komponen yang ada dalam keterampilan memberikan
penguatan?
3. Bagaimana cara penggunaan pemberian penguatan terhadap peserta didik?

C. Tujuan

1. Memahami apa itu keterampilan memberi penguatan, serta manfaatnya


dalam keterampilan dasar mengajar
2. Memahami aspek-aspek serta komponen-komponen yang ada dalam
keterampilan memberikan penguatan
3. Mengetahui dan mampu mempraktikan pemberian penguatan terhadap
peserta didik dengan baik dan benar.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian dan Tujuan Pemberian Penguatan

1. Pengertian Pemberian Penguatan


Penguatan merupakan respon positif yang dilakukan guru atas perilaku
positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan tujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut. Penguatan juga
dapat diartikan pula sebagai respon terhadap suatu tingkah laku yang
dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku
tersebut.
Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatannya
sederhana saja. Yaitu memberi tanda persetujuan guru terhadap tingkah
laku siswa, yang dinyatakan dalam bentuk antara lain : kata-kata
membenarkan, pujian, senyuman, anggukan, dan memberikan hadiah
secara material. Namun demikian, keterampilan ini sulit dilakukan jika
guru tidak memahami makna yang ingin dicapai dalam keterampilan
memberi penguatan.
Untuk tujuan inilah, keterampilan penguatan perlu mendapat
perhatian. Sebab, respon positif adalah penghargaan yang diberikan guru
karena siswa menunjukkan perilaku positif (berprestasi dalam belajarnya).
Dengan respon postif tersebut pada gilirannya memotivasi anak untuk
mempertahankan prestasi, bahkan meningkatkannya.2
Dalam proses belajar mengajar, penghargaan atau pujian terhadap
perbuatan yang baik dari siswa merupakan hal yang sangat diperlukan,
sehingga dengan penghargaan atau pujian itu diharap siswa akan terus
berusaha berbuat lebih baik. Mengingat sangat pentingnya peranan
pemberian penguatan dalam proses belajar-mengajar, maka perlulah para

2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Keterampilan Dasar Mengajar, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2018, hlm. 54

3
guru melatih diri secara teratur dan teratur dan terarah tentang
ketrampilan memberi penguatan ini sehingga diharapkan para guru dapat
membiasakan diri melakukan ketrampilan memberi penguatan dalam
pengajaran secara cepat dan tepat3.

2. Tujuan Pemberian Penguatan


a. Meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar
b. Membangkitkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
c. Mengarahkan pengembangan berfikir siswa kea rah berfikir divergent
d. Mengatur dan mengembangkan diri anak sendiri dalam proses belajar
e. Mengendalikan serta memodifikasi tingkah laku siswa yang kurang
positif serta mendorong munculnya tingkah lau yang produktif.
Pemberian penguatan tidak hanya untuk memberikan motivasi,
tapi juga mempumyai tujuan lain. Paling tidak ada empat tujuan dalam
hal penguatan pembelajaran. Pertama, penguatan dapat meningkatkan
perhatian peserta didik pada bahan ajaran yang diajarkan. Kedua,
penguatan dapat meningkatkan motivasi belajar. Ketiga, tujuan
pemberian penguatan adalah untuk memudahkan peserta didik belajar.
Keempat, penguatan bertujuan untuk mengurangi tingkah lau yang
negative serta membina tingkah laku yang positif.

B. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan

1. Prinsip-prinsip Penguatan4
a. Kehangatan
Pemberian penguatan harus dilakukan secara hangat, kehangatan sikap
guru dapat ditunjukkan dengan suara, mimik, dan gerakan badan

3
Drs. Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha Nasional(Surabaya, 1993), Hlm: 95
4
Op.Cit., hlm. 55-57

4
(gestural). Kehangatan sikap guru akan menjadikan penguatan yang
diberikan menjadi lebih efektif. Jangan sampai siswa mendapat kesan
bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.
b. Antusiasme
Sikap antusiasme dalam memberi penguatan dapat menstimulasi siswa
untuk meningkatkan motivasi. Antusiasme dalam memberikan penguatan
akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.
c. Kebermaknaan
Penguatan yang kita berikan hendaknya dapat meningkatkan motivasi
peserta didik, meningkatkan prestasi belajar, dan menarik perhatian siswa.
Inti dari kebermaknaan adalah bahwa siswa mengerti dan yain bahwa
dirinya memang layak diberikan penguatan, karena hal itu memang sesuai
dengan tingkah laku dan penampilannya. Oleh karena itu, kebermaknaan
pemberian penguatan hanya mungkin apabila diberikan dalam konteks
yang relevan. Misalnya jawaban yang sama sekali salah guru mengatakan
“ jawabanmu bagus sekali” maka pernyataan guru tersebut dianggap
sebagai penghinaan. Harusnya guru memberi pernyataan yang jujur dan
lebih baik seperti “ kali ini jawabanmu belum tepat, saya percaya dengan
belajar yang lebih baik kamu akan dapat menjawab dengan benar”
d. Menghindari Respon Negatif
Sebelum memberikan penguatan, kita perlu memperhatikan kontesks
agar penguatan yang kita lakukan justru tidak kontraproduktif. Seharusnya
meningkatkan motivasi tapi malah menurunkan motivasi. Seharusnya
membuat peserta didik lebih semangat belajar malah tersinggung atau
menyepelekan. Ini mungkin saja terjadi jika kita tidak mempertimbangkan
konteks audiens. Sebagai contoh, cara memberikan penguatan verbal di
sekolah Jawa tentu berbeda dengan ketika berada diluar Jawa. Begitu juga,
tentu berbeda bentuk penguatan yang kita berikan di sekolah daerah
pedesaan dengan di perkotaan.

5
Meskipun disadari bahwa hukuman dan teguran dapat digunakan
untuk mengendalikan dan membina tingkah laku siswa, tetapi respon
negative yang diberikan guru seperti komentar yang bernada menghina
atau ejekan patut atau perlu dihindari, karena hal itu akan mematahkan
semangat siswa dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, jika
jawaban anak salah, guru tidak boleh merespon negative dengan
mengatakan “jawabanmu salah”. Hal ini dapat mematikan motivasi anak.
Dalam kasus ini guru dapat memberikan pertanyaan tuntunan (prompting
uestion). Atau pindah gilir dengan mengatakan “ barangkali ada yang
dapat membantu?”. Dengan cara ini anak tidak merasa tersinggung.
e. Penguatan yang Diberikan dengan Segera
Penguatan akan lebih tepat sesaat setelah peserta didik menunjukkan
prestasi, tidak diselingi. Sebab, jika diselingi, konteksnya sudah berbeda,
dan sangat mungkin peserta didik sudah lain perhatian dan fokusnya.
Dengan kata lain jika akan memberikan penguatan, jangan ditunda-tunda.
f. Penguatan yang diberikan secara variatif
Dalam memberikan penguatan pembelajaran, kita harus menggunakan
variasi bentuk, verbal maupun nonverbal. Agar peserta didik juga tidak
merasa hanya itu-itu saja dan membosankan
2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan
Ada beberapa komponen yang perlu diketahui dan dipahami oleh calon
pendidik, dan pendidik, agar ia dapat memberikan penguatan secara
bijaksana dan sistematis, yaitu :
a. Penguatan Verbal
Komentar dari pendidik yang berupa kata-kata pujian,
dukungan, dan pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah
laku dan kinerja siswa. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua
bentuk, yakni :
1) Kata-kata, seperti : bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan
sebagainya

6
2) Kalimat, seperti : pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi
penjelasan baik sekali, dan sebagainya.
b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan
Penguatan berupa mimic muka dan gerakan badan antara lain seperti :
senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan
sebaginya, seringkali juga digunakan untuk bersamaan dengan penguatan
verbal.
c. Penguatan dengan cara mendekati anak
Siswa atau sekelompok siswa didekati guru pada saat mengerjakan
soal dapat terkesan diperhatikan. Keadaan seperti ini dapat
menghangatkan suasana belajar anak, yang juga dapat meningkatkan
motivasi.
d. Penguatan dengan sentuhan
Teknik ini penggunaanya perlu mempertimbangkan latar belakang
anak, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat.
Dalam memberikan penguatan ini, beberapa perilaku yang dapat
dilakukan guru antara lain : menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat
tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang
dalam pertandingan.
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Motivasi belajar anak dipengaruhi pula oleh apakah kegiatan belajar
yang dilaksanakan tersebut menyenangkan dirinya atau tidak. Bentuk
kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas
belajarnya, sehingga apabila bentuk kegiatan belajar yang harus
dilaksanakan tersebut disukai, akibatnya anak tidak ada gairah untuk
belajar.
f. Penguatan berupa symbol atau benda
Penguatan yang berupa symbol atau benda ini dapat berupa piagam
penghargaan, benda-benda yang berupa alat-alat tulis dan buku, dapat pura
berupa komentar tertulis pada buku anak.

7
Perlu diperhatikan, terutama penguatan berupa benda, yaitu hal
tersebut hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut sebagai tujuan
belajar anak. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya.

C. Cara Penggunaan Pemberian Penguatan Terhadap Peserta Didik

Ada beberapa cara penggunaan penguatan yang perlu diberikan5 :


1. Penguatan pada pribadi tertentu
Penguatan akan lebih tepat sasaran dan bermakna jika
mempertimbangkan siapa audiensnya. Jika tujuan memberikan penguatan
untuk peserta didik secara perseorangan tentu berbeda dengan jika kita
memberikan penguatan untuk kelompok. Karena itu, sasaran perlakuan
akan mempengaruhi bentuk penguatan yang kita berikan. Jika secara
perseorangan, maka penguatan juga harus khusus perseorangan.
Contoh : jika Rani menjawab dengan tepat pertanyaan guru, sebaiknya
guru memandang Rani dan mengatakan “Rani, tepat jawabanmu” atau
“Betul, Rani”. Penguatan akan kurang berarti bagi Rani jika guru
mengatakannya sambil guru melihat keluar kelas atau sedang menulis di
papan tulis.
2. Penguatan Kepada Kelompok
Penguatan dapat juga diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya
jika satu tugas telah dilaksanakan dengan baik oleh satu kelas, guru dapat
mengijinkan kelas tersebut untuk bermain basket yang memang menjadi
kegemaran mereka. Atau jika ada satu/sebagian kelompok kelas yang
berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka guru dapat pula
mengatakan “Bapak senang sekali, kelompok A telah menunjukkan
kemajuan yang pesat”
3. Penguatan yang Tidak PenuhSering didapatkan jawaban dari para peserta
didik saat diberi pertanyaan oleh pendidik mengandung sedikit

5
Ibid. hlm.58

8
kebenaran. Maka penguatan yang diberikan juga berupa penguatan tidak
penuh, tentang bagaimana teknik mengatakan, tergantung kontek dan
keadaan jawaban dari si peserta didik. Prinsip dalam penguatan tidak
penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah.
4. Variasi Penggunaan
Untuk menghindari ketidakbermaknaan, guru dapat menggunakannya
secara bervariasi. Dan yang lebih penting dari itu semua adalah
menerapkan prinsip-prinsip penggunaannya secara matang.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penguatan merupakan respon positif yang dilakukan guru atas


perilaku positif yang dicapai anak dalam proses belajarnya, dengan
tujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan perilaku tersebut.
Memberi penguatan dalam kegiatan belajar mengajar kelihatannya
sederhana saja. Yaitu memberi tanda persetujuan guru terhadap
tingkah laku siswa. Namun, dengan respon postif tersebut pada
gilirannya memotivasi anak untuk mempertahankan prestasi, bahkan
meningkatkannya.
Untuk itu, penguatan merupakan salah satu aspek penting
dalam keterampilan dasar mengajar yang harus dimiliki oleh seorang
pendidik maupun calon pendidik. Ada juga beberapa aspek, jenis, dan
komponen-komponen dalam pemberian penguatan yang juga harus
diperhatikan oleh seorang pendidik agar pemberian penguatan sesuai
dan mencapai tujuannya dengan tepat. Dan akhirnya menghasilkan
sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan terjadi dalam proses
kegiatan belajar mengajar.

B. Saran

Bagi para pendidik, atau calon pendidik diharapkan


memperhatikan aspek-aspek keterampilan apa saja yang perlu dimiliki
dalam melaksanakan kegiatan dasar mengajar, salah satunya adalah
keterampilan dalam pemberian penguatan yang penting juga dimiliki
oleh seorang pendidik, karena hal tersebut dapat mempengaruhi minat,
perhatian serta motivasi belajar para peserta didik dalam kegiatan

10
belajar mengajar. Dengan begitu akan tercipta proses kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan positif dan baik baik itu bagi para
pendidik maupun para peserta didik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2018, Pedoman Keterampilan
Dasar Mengajar, Universitas Islam Negeri, Malang
Soetomo, 1993, Dasar- Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha,
Nasional Surabaya
Usman, Moh. Uzer, 2011, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung

12

Anda mungkin juga menyukai