Makalah Kel 5
Makalah Kel 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm.80
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2
A. Pengertian dan Tujuan Pemberian Penguatan
2
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Keterampilan Dasar Mengajar, Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2018, hlm. 54
3
guru melatih diri secara teratur dan teratur dan terarah tentang
ketrampilan memberi penguatan ini sehingga diharapkan para guru dapat
membiasakan diri melakukan ketrampilan memberi penguatan dalam
pengajaran secara cepat dan tepat3.
1. Prinsip-prinsip Penguatan4
a. Kehangatan
Pemberian penguatan harus dilakukan secara hangat, kehangatan sikap
guru dapat ditunjukkan dengan suara, mimik, dan gerakan badan
3
Drs. Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha Nasional(Surabaya, 1993), Hlm: 95
4
Op.Cit., hlm. 55-57
4
(gestural). Kehangatan sikap guru akan menjadikan penguatan yang
diberikan menjadi lebih efektif. Jangan sampai siswa mendapat kesan
bahwa guru tidak ikhlas dalam memberikan penguatan.
b. Antusiasme
Sikap antusiasme dalam memberi penguatan dapat menstimulasi siswa
untuk meningkatkan motivasi. Antusiasme dalam memberikan penguatan
akan mendorong munculnya kebanggaan dan percaya diri pada siswa.
c. Kebermaknaan
Penguatan yang kita berikan hendaknya dapat meningkatkan motivasi
peserta didik, meningkatkan prestasi belajar, dan menarik perhatian siswa.
Inti dari kebermaknaan adalah bahwa siswa mengerti dan yain bahwa
dirinya memang layak diberikan penguatan, karena hal itu memang sesuai
dengan tingkah laku dan penampilannya. Oleh karena itu, kebermaknaan
pemberian penguatan hanya mungkin apabila diberikan dalam konteks
yang relevan. Misalnya jawaban yang sama sekali salah guru mengatakan
“ jawabanmu bagus sekali” maka pernyataan guru tersebut dianggap
sebagai penghinaan. Harusnya guru memberi pernyataan yang jujur dan
lebih baik seperti “ kali ini jawabanmu belum tepat, saya percaya dengan
belajar yang lebih baik kamu akan dapat menjawab dengan benar”
d. Menghindari Respon Negatif
Sebelum memberikan penguatan, kita perlu memperhatikan kontesks
agar penguatan yang kita lakukan justru tidak kontraproduktif. Seharusnya
meningkatkan motivasi tapi malah menurunkan motivasi. Seharusnya
membuat peserta didik lebih semangat belajar malah tersinggung atau
menyepelekan. Ini mungkin saja terjadi jika kita tidak mempertimbangkan
konteks audiens. Sebagai contoh, cara memberikan penguatan verbal di
sekolah Jawa tentu berbeda dengan ketika berada diluar Jawa. Begitu juga,
tentu berbeda bentuk penguatan yang kita berikan di sekolah daerah
pedesaan dengan di perkotaan.
5
Meskipun disadari bahwa hukuman dan teguran dapat digunakan
untuk mengendalikan dan membina tingkah laku siswa, tetapi respon
negative yang diberikan guru seperti komentar yang bernada menghina
atau ejekan patut atau perlu dihindari, karena hal itu akan mematahkan
semangat siswa dalam mengembangkan dirinya. Oleh karena itu, jika
jawaban anak salah, guru tidak boleh merespon negative dengan
mengatakan “jawabanmu salah”. Hal ini dapat mematikan motivasi anak.
Dalam kasus ini guru dapat memberikan pertanyaan tuntunan (prompting
uestion). Atau pindah gilir dengan mengatakan “ barangkali ada yang
dapat membantu?”. Dengan cara ini anak tidak merasa tersinggung.
e. Penguatan yang Diberikan dengan Segera
Penguatan akan lebih tepat sesaat setelah peserta didik menunjukkan
prestasi, tidak diselingi. Sebab, jika diselingi, konteksnya sudah berbeda,
dan sangat mungkin peserta didik sudah lain perhatian dan fokusnya.
Dengan kata lain jika akan memberikan penguatan, jangan ditunda-tunda.
f. Penguatan yang diberikan secara variatif
Dalam memberikan penguatan pembelajaran, kita harus menggunakan
variasi bentuk, verbal maupun nonverbal. Agar peserta didik juga tidak
merasa hanya itu-itu saja dan membosankan
2. Komponen Keterampilan Memberikan Penguatan
Ada beberapa komponen yang perlu diketahui dan dipahami oleh calon
pendidik, dan pendidik, agar ia dapat memberikan penguatan secara
bijaksana dan sistematis, yaitu :
a. Penguatan Verbal
Komentar dari pendidik yang berupa kata-kata pujian,
dukungan, dan pengakuan dapat digunakan untuk penguatan tingkah
laku dan kinerja siswa. Penguatan verbal dapat dinyatakan dalam dua
bentuk, yakni :
1) Kata-kata, seperti : bagus, ya, tepat, betul, bagus sekali, dan
sebagainya
6
2) Kalimat, seperti : pekerjaanmu bagus sekali, caramu memberi
penjelasan baik sekali, dan sebagainya.
b. Penguatan berupa mimik muka dan gerakan badan
Penguatan berupa mimic muka dan gerakan badan antara lain seperti :
senyuman, anggukan kepala, acungan ibu jari, tepuk tangan, dan
sebaginya, seringkali juga digunakan untuk bersamaan dengan penguatan
verbal.
c. Penguatan dengan cara mendekati anak
Siswa atau sekelompok siswa didekati guru pada saat mengerjakan
soal dapat terkesan diperhatikan. Keadaan seperti ini dapat
menghangatkan suasana belajar anak, yang juga dapat meningkatkan
motivasi.
d. Penguatan dengan sentuhan
Teknik ini penggunaanya perlu mempertimbangkan latar belakang
anak, umur, jenis kelamin, serta latar belakang kebudayaan setempat.
Dalam memberikan penguatan ini, beberapa perilaku yang dapat
dilakukan guru antara lain : menepuk pundak atau bahu siswa, menjabat
tangan siswa, mengelus rambut siswa, atau mengangkat tangan siswa yang
dalam pertandingan.
e. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
Motivasi belajar anak dipengaruhi pula oleh apakah kegiatan belajar
yang dilaksanakan tersebut menyenangkan dirinya atau tidak. Bentuk
kegiatan belajar yang disenangi anak dapat mempertinggi intensitas
belajarnya, sehingga apabila bentuk kegiatan belajar yang harus
dilaksanakan tersebut disukai, akibatnya anak tidak ada gairah untuk
belajar.
f. Penguatan berupa symbol atau benda
Penguatan yang berupa symbol atau benda ini dapat berupa piagam
penghargaan, benda-benda yang berupa alat-alat tulis dan buku, dapat pura
berupa komentar tertulis pada buku anak.
7
Perlu diperhatikan, terutama penguatan berupa benda, yaitu hal
tersebut hendaknya tidak mengarah pada benda tersebut sebagai tujuan
belajar anak. Oleh karena itu, perlu dibatasi frekuensi penggunaannya.
5
Ibid. hlm.58
8
kebenaran. Maka penguatan yang diberikan juga berupa penguatan tidak
penuh, tentang bagaimana teknik mengatakan, tergantung kontek dan
keadaan jawaban dari si peserta didik. Prinsip dalam penguatan tidak
penuh adalah pengakuan guru atas jawaban yang sebagian jawaban salah.
4. Variasi Penggunaan
Untuk menghindari ketidakbermaknaan, guru dapat menggunakannya
secara bervariasi. Dan yang lebih penting dari itu semua adalah
menerapkan prinsip-prinsip penggunaannya secara matang.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
10
belajar mengajar. Dengan begitu akan tercipta proses kegiatan belajar
mengajar yang menyenangkan positif dan baik baik itu bagi para
pendidik maupun para peserta didik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, 2018, Pedoman Keterampilan
Dasar Mengajar, Universitas Islam Negeri, Malang
Soetomo, 1993, Dasar- Dasar Interaksi Belajar Mengajar, Usaha,
Nasional Surabaya
Usman, Moh. Uzer, 2011, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung
12