Anda di halaman 1dari 14

BAB II

GAMBARAN DAERAH PENINJAUAN

2.1 LOKASI DAN LUAS DAERAH PENINJAUAN

Daerah peninjauan terletak di daerah Kuaro, Lempesu, sekitar Sungai Kendilo dan
Perkebunan Tajati yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kuaro
dan Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Pasir, Propinsi Kalimantan Timur,
dengan luas areal 7.132,37 Ha.

Daerah penyelidikan dibatasi oleh daerah - daerah sebagai berikut :


1. Daerah paling utara yaitu daerah Perkebunan Sawit Rangan yang masuk
dalam wilayah Kecamatan Kuaro.
2. Daerah paling timur yaitu daerah Perkebunan Sawit Keluang yang masuk
dalam wilayah Kecamatan Kuaro.
3. Daerah paling barat memasuki daerah Pegunungan Meratus berupa daerah
pegunungan terjal yang memanjang kerarah relatif utara - selatan
4. Daerah paling selatan (di selatan daerah Lempesu/Sungai Kendilo) adalah
hutan belukar dan sebagian (di selatan daerah Bekoso dan Longpinang) adalah
Perkebunan Sawit Tajati yang masuk dalam wilayah Kecamatan Pasir
Belengkong.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-1


Gambar 2.1. Gambaran Umum daerah peninjauan
dan pembagian wilayah administrasinya

Gambar 2.2. Peta Indeks daerah peninjauan

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-2


Secara geografis daerah penyelidikan dibatasi oleh koordinat-koordinat sebagai
berikut :
Tabel 2.1. Koordinat Daerah Peninjauan
No. Bujur Timur Lintang Selatan
° ' " ° ' "
1 116 02 56 1 47 00
° ' " ° ' "
2 116 08 22 1 47 00
° ' " ° ' "
3 116 08 22 2 00 00
° ' " ° ' "
4 116 00 00 2 00 00
° ' " ° ' "
5 116 00 00 1 59 00
° ' " ° ' "
6 116 01 00 1 59 00
° ' " ° ' "
7 116 01 00 1 50 24
° ' " ° ' "
8 116 02 56 1 50 24

2.2 KEADAAN MEDAN DAN KESAMPAIAN DAERAH

Secara umum daerah peninjauan merupakan hutan - semak belukar dan perkebunan
kelapa sawit atau perladangan penduduk serta sebagian kecil : daerah pertinjauan
merupakan hutan produksi yang terletak di baratdaya daerah peninjauan (Gambar
2.3). Berdasarkan perhitungan secara kasar, tata guna lahan daerah peninjauan
adalah sebagai berikut :

1. Hutan - semak belukar menempati ± 60% daerah peninjauan.


2. Perkebunan kelapa sawit menempati ± 25% daerah peninjauan.
3. Perladangan atau persawahan penduduk menempati ± 3% daerah
peninjauan.
4. Hutan produksi menempati ± 7% daerah peninjauan.

Lebih kurang 70% daerah peninjauan dapat ditempuh melalui akses jalan dengan
morfologi perbukitan landai - pedataran. Kondisi jalan tersebut dapat digolongkan
lagi menjadi :

1. l. ± 25 % area peninjauan dilalui jalan raya aspal dan,


2. ± 45 % area peninjauan dapat ditempuh melalui jalan tanah, perkerasan koral
perkebunan atau jalur logging yang bila musim hujan hanya dapat ditempuh
dengan kendaraan four wheel.
3. Sedangkan ± 30 % dari area peninjauan hanya dapat ditempuh dengan
berjalan kaki dengan morfologi landai sampai terjal. Medan tersebut terdapat di

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-3


sebelah timur daerah peninjauan yang merupakan bagian dari Pegunungan
Meratus dan sebelah selatan daerah peninjauan (di seberang Sungai Kendilo)
yang merupakan hutan belukar dan hutan produksi.

Daerah peninjauan dapat dicapai melalui jalur seperti yang bisa dilihat pada tabel
2.2.
Tabel 2.2. Perjalanan dan waktu kesampaian daerah
No. Jalur Jarak Angkutan Lama Perjalanan (±)
1 Jakarta - Balikpapan 1500 km Udara/Laut 2 jam/2 hari
2 Balikpapan-Penajam 20 km Laut (muara) 1-3 jam (antrian masuk feri)
; 1 jam penyebeRangan
3 Penajam Kuaro 130 km Darat

2.3 MORFOLOGI
Secara umum morfologi daerah peninjauan dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) satuan
morfologi, pembagian tersebut didasarkan pada tingkat keterjalan yang dapat terlihat
jelas pada peta topografi. Adapun 3 (tiga) satuan morfologi tersebut adalah :
1. Satuan Morfologi Pedataran
2. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang
3. Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Kuat

2.3.1 Satuan Morfologi Pedataran


Satuan morfologi pedataran menempati daerah dengan luas sekitar 15 % dari
seluruh daerah peninjauan. Morfologi ini terutama terdapat di muara sekitar sungai-
sungai utama seperti Sungai Kendilo, Sungai Kuaro dan Sungai Seratai.

Litologi penyusun satuan morfologi ini adalah endapan-endapan sungai sekarang


(resen) yang belum terkonsolidasi dengan baik, berupa lumpur, pasir lepas, kerikil
dan kerakal serta lempung dan dinyatakan sebagai satuan aluvial dalam peta
geologi. Endapan-endapan ini merupakan hasil erosi dari batu-batuan yang lebih tua
yang terdapat di sekitarnya dan dari hulu sungai-sungai tersebut. Di sekitar hulu
Sungai Kuaro berkembang daerah rawa-rawa, dan sebagai informasi tambahan,
daerah berawa ini merupakan cikal bakal endapan gambut yang setelah mengalami
proses geologi akan berubah menjadi batubara.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-4


Tataguna lahan pada satuan morfologi daerah ini sebagian besar adalah
persawahan tadah hujan, karena hanya pada musim hujan saja daerah di sekitar
bantaran sungai terisi oleh air. Sedangkan di bantaran hulu Sungai Kuaro seperti
telah disebutkan di atas adalah rawa-rawa yang tidak berpenghuni.

2.3.2 Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah - Sedang

Satuan morfologi ini menempati sekitar 55% dari seluruh luas daerah peninjauan.
Satuan morfologi ini melampar dari utara ke selatan daerah peninjauan dengan di
beberapa tempat diselingi satuan morfologi pedataran dari sungai-sungai besar.

Satuan morfologi secara jelas dibatasi oleh suatu kelurusan berarah utara selatan
yang memisahkan antara daerah yang memiliki kerapatan kontur tinggi (sebelah
barat daerah peninjauan satuan morfologi perbukitan bergelombang kuat) dengan
daerah yang memiliki kerapatan kontur sedang - landai.

Litologi penyusun satuan morfologi ini terdiri dari batuan sedimen berupa batupasir,
batulempung, batugamping klastik.

Tataguna lahan di satuan morf ologi ini sebagian merupakan perkebunan kelapa
sawit yang dikelola oleh swasta dan sebagian lagi merupakan pertanian penduduk
yang ditanami dengan palawija, buah-buahan dan huma (padi ladang).

2.3.3 Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Kuat

Satuan morfologi ini menempati sekitar 30% dari seluruh daerah peninjauan. Satuan
morfologi ini berkembang di bagian barat daerah peninjauan memanjang berarah
utara - selatan. Satuan morfologi ini merupakan daerah hulu sungai yang akan
mengalir ke arah timur dan bergabung dengan sungai-sungai utama yang bermuara
ke Selat Makasar.

Litologi penyusun satuan morfologi ini terdiri dari batuan beku dan melange berumur
Pra-Tersier (> 60 juta tahun y.l.) berupa batuan beku ultramafik, batuan beku
andesitik-basaltik, serpentinit, dll., yang termasuk dalam Formasi Pra-Tersier
(Gambar 2.3). Oleh k;arena itu satuan morfologi ini dianggap merupakan daerah
yang tidak memiliki prospek batubara sama sekali dan disarankan untuk dilepaskan .

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-5


Tataguna lahan satuan morfologi ini sebagian besar merupakan hutan belukar -
lindung dan sebagian kecil di baratdaya - selatan daerah peninjauan merupakan
hutan produksi.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-6


Gambar 2.3 Penggunaan lahan

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-7


Gambar 2.4 Morfologi daerah peninjauan

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-8


Gambar 2.5 Morfologi daerah perbukitan

2.4 IKLIM DAN CURAH HUJAN

Data iklim dan curah hujan diambil dari laporan Dinas Pertanian Kabupaten Dati II
Pasir dan Pasir dalam Angka tahun 1993. Komponen-komponen iklim yang diperoleh
adalah curah hujan, hari hujan, suhu udara, kelembaban nisbi dan penyinaran
matahari. Data curah dan hari hujan tahun 1993 dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Berdasarkan tabel 2.3 dapat disimpulkan bahwa daerah peninjauan beriklim tropis
basah yang dicirikan oleh curah hujan pertahun yang relatif tinggi yaitu antara 1846 -
2063 mm. Curah hujan tertinggi terjadi sekitar bulan April untuk Tanah Grogot,
Batusopang dan Kuaro, serta bulan Mei - Juni untuk daerah Pasir Belengkong,
sedangkan curah hujan terendah terjadi sekitar bulan Agustus untuk seluruh daerah.

Suhu udara sepanjang tahun bervariasi dari 27° C sampai 30° C. Kelembaban relatif
tinggi, yaitu rata-rata sekitar 80 % . Hal ini disebabkan karena tingginya curah hujan
dan rendahnya penyinaran matahari. Dalam hal ini penyinaran matahari rata-rata
kurang lebih 4,5 jam dan kemungkinan penyinaran 12 jam.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-9


Tabel 2.3. Data Curah Hujan di Kabupaten Pasir Tahun 1989 - 1993
No. Pos TAHUN 1989
Pengamatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 Batu Sopang 169 69 256 462 223 187 68 27 22 148 89 245
2 Tanah Grogot 240 160 188 328 86 112 113 176 136 106 - 488
3 Kuaro 355 430 392 284 306 19 92 290 233 69 120 518
4 Pr.belengkong 126 26 224 237 215 260 175 38 112 17 168 354
TAHUN 1990
1 Batu Sopang 164 86 247 470 232 188 63 28 34 140 97 250
2 Tanah Grogot 248 176 198 334 90 122 116 172 145 116 113 479
3 Kuaro 365 432 387 290 311 194 89 292 223 76 130 560
4 Pr.belengkong 113 40 235 245 212 268 180 42 125 20 174 349
TAHUN 1991
1 Batu Sopang 164 95 223 471 212 176 67 26 36 135 94 256
2 Tanah Grogot 247 185 234 345 88 131 123 169 150 123 122 453
3 Kuaro 372 442 397 294 320 186 83 301 234 80 152 498
4 Pr.belengkong 120 50 242 230 222 254 178 34 137 41 197 361
TAHUN 1992
1 Batu Sopang 152 101 242 471 223 171 63 32 36 135 94 266
2 Tanah Grogot 244 191 251 323 142 122 130 128 501 97 113 354
3 Kuaro 378 232 422 421 207 175 76 145 67 82 134 299
4 Pr.belengkong 132 34 233 230 198 268 197 - 117 31 180 287
TAHUN 1993
1 Batu Sopang 170 50 240 465 215 185 75 20 - 145 90 245
2 Tanah Grogot 239 157 233 315 151 125 110 27 10 58 313 108
3 Kuaro 218 196 418 443 156 168 66 66 14 65 122 131
4 Pr.belengkong 105 20 219 223 223 250 170 170 109 11 175 199

2.5 FLORA DAN FAUNA

Jenis flora yang tumbuh di daerah peninjauan sebagian besar terdiri dari tumbuhan
hutan primer, sebagian lagi terdiri dari hutan belukar antara lain rotan, perkebunan
kelapa sawit dan ladang padi penduduk.

Jenis Fauna yang dijumpai selama peninjauan dan dari informasi penduduk sekitar
adalah kera, babi hutan, ular antara Iain jenis sanca dan kobra, rusa, berbagai jenis
burung antara lain burung Engang yang dilindungi, dan lain-lain. Adapun beruang
madu dan macan pohon masih terdapat di hutan belukar di selatan Sungai Kendilo.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-10


2.6. GEOLOGI REGIONAL

Secara umum Kalimantan bagian timur dapat dibagi menjadi 3 cekungan besar dari
utara ke selatan yaitu Tarakan, Kutai dan Barito. Beberapa peneliti terdahulu
membagi cekungan di bagian tengah menjadi Cekungan Kutai dan Pasir.

Daerah peninjauan terletak pada Sub-Cekungan Pasir (Gambar 2.6). Berdasarkan


peta geologi regional yang diterbitkan oleh Puslitbang Geologi Bandung, daerah
peninjauan terletak pada Lambar Balikpapan dan Sampanahan.

Gambar 2.6. Daerah peninjauan dan kerangka tektoniknya

Batuan yang tersingkap di daerah penyelidikan dimulai oleh batuan Pra-Tersier


(Kapur) yang kemudian diendapkan secara tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier
berupa endapan sedimen Tersier sampai Kuarter.

Secara stratigrafis, batuan tertua sampai termuda di Lembar Balikpapan (Hidayat &

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-11


Umar, 1994) dan Lembar Sampanahan (Heryanto, et al, 1994) adalah seperti
tercantum pada Gambar 2.7.

Urut-urutan formasi batuan (stratigrafi) dari batuan tertua sampai termuda pada Sub-
Cekungan Pasir adalah sebagai berikut :

1. Batuan Ultrabasa / Kelompok Ultramafik, merupakan batuan tertua


berumur Pra-Tersier (Jura - Kapur). Tersusun oleh peridotit, hazburgit, gabro
dan serpentinit dirnana batuan-batuan tersebut memiliki komposisi mineral yang
terdiri dari olivin, piroksen, krisotil dan antigorit. Mineral olivin dan piroksen
sebagian atau seluruhnya telah berubah menjadi mineral serpentin, klorit dan
bijih.
2. Formasi Kuaro (Tek), tersusun oleh batupasir dan konglomerat dengan
sisipan batubara, napal, batugamping dan serpih lempungan. Formasi ini
setara/sama dengan Formasi Tanjung yang merupakan salah satu formasi
pembawa batubara, hanya berbeda sekungan pengendapannya. Formasi Kuaro
diendapkan pada Sub-Cekungan Pasir sedang Formasi Tanjung diendapkan
pada Sub-Cekungan Barito. Tebal Formasi Kuaro ini diperkirakan 700 meter,
berumur Eosen Awal diendapkan pada lingkungan neritik sampai laut dangkal.
Formasi ini menindih secara tidak selaras Batuan Ultrabasa.
3. Formasi Berai (Tomb), tersusun oleh batugamping dengan sisipan napal
dan batulempung. Ketebalan lapisan rata-rata 1 - 6 meter. Batugamping
mengandung foraminifera besar. Umur formasi ini Oligosen Awal - Miosen Awal,
diendapkan pada lingkungan laut dangkal. Tebal formasi mencapai 1250 meter.
Fornzasi ini menindih secara selaras Formasi Tanjung/Formasi Kuaro dan
menjem,ari dengan Formasi Pamaluan.
4. Formasi Pamaluan (Tomp), tersusun oleh batulempung dan serpih
dengan sisipan batupasir, napal dan batugamping. Umur formasi ini Oligosen
Akhir - Miosen Tengah dengan lingkungan pengendapan laut dangkal. Tebal
formasi mencapai 2500 meter.
5. Formasi Warukin (Tomw), tersusun oleh perselingan batupasir kuarsa
dan batulempung dengan sisipan serpih dan batubara. Umur formasi ini diduga
Miosen Tengah - Miosen Akhir yang diendapkan pada lingkungan delta. Pada
formasi ini tidak djumpai fosil. Tebal formasi ini berdasarkan peta geologi
lembar Balikpapan adalah antara 300 - 500 m, sedang di peta geologi lembar

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-12


Sampanahan mencapa 1500 meter. Formasi Warukin menindih selaras Formasi
Berai.
6. Alluvium (Qa), merupakan endapan termuda yang tersingkap, tersusun
oleh kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur yang diendapkan di sungai, rawa
dan pantai. Tersebar di sepanjang pantai timur Tanah Grogot, Teluk Adang dan
Teluk Balikpapan.

Struktur geologi yang berkembang di daerah ixui sangat kompleks. Terdapat 3


periode tektonik atau orogenesa yang terjadi, yaitu pada Zaman kapur Akhir, Kala
Miosen Tengah dan Plio-Plistosen (Paltinieri, Marc & Situmorang, 1976).

Periode tekfionik pada Z;aman Kapur Akhir mengakibatkan pensesaran batuan


ultrabasa. Proses inu diikuti oleh terobosan granit, granodiorit dan diorit. Setelah itu
sejak Paleosen Awal sampai Eosen Awal terjadi pengendapan material sedimen
yang menghasilkan Formasi Kuaro dan Tanjung. Pada Kala Oligosen sampai Awal
Miosen terjadi Genang laut yang menghasilkan Formasi Pamaluan dan Formasi
Berai.

Periode tektonik kedua terjadi pada awal Miosen Tengah atau Intra Miosen yang
menyebabkan cekungan terangkat menjadi lingkungan darat atau laut dangkal. Pada
periode ini diendapkan For~m.asi Warukin.

Periode tektonik terakhir terjadi pada Kala Plio-Plistosen yang merupakan


pengangkatan terakhir dan mengakibatkan terjadinya perlipatan dan pensesaran
batuan. Proses ini berlangsung dan membentuk konfigurasi seperti yang sekarang
terlihat. Pada periode ini diendapkan Formaso Dahor pada Lembar Sampanahan
dan Formasi Kampungbaru pada Lembar Balikpapan pada lingkungan darat.

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-13


Gambar 2.7 Stratigrafi Regional Sub-Cekungan Pasir

PT. SUCOFINDO, JAKARTA 2005 II-14

Anda mungkin juga menyukai