Anda di halaman 1dari 5

Nama : Darwis

Nim : 105811108618

Kelas : 5-C Sipil

TUGAS AIK V

1. Tujuh tujuan nikah

2. ayat al quran dan terjemahan nya serta penjelasan singkat

JAWABAN

1.1. 1. Melaksanakan Sunnah Rasul

tujuan utama dari pernikahan adalah salah satunya untuk menjauhkan dari perbuatan yang tidak benar
seprti maksiat dan lainya. Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam
menjalankan kehidupan sehari-hari. Dan ada baiknya, jika kita mengikuti apa yang dicontohkan dan
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Dan pernikahan juga merupakan salah satu Sunnah yang dianjurkan oleh
Rasulullah.

1.2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi

Sangat dianjurkanya bagi siapa saja yang mampu untuk menikah. Hal ini karena pernikahan adalah salah
satu fitrah manusia serta naluri kemanusiaan. Karena naluri manusia juga dipenuhi dengan hawa nafsu,
maka dengan begitu ada baiknya jika kita melaksanakan Sunnah Rosul yakni dengan cara penikahan.

Dan apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar dapat menjerumuskan seseorang
kepada jalan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina. Salah satu fitrah manusia yakni berpasang-
pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan saling melengkapi, berbagi dan saling mengisi satu
sama lain.

1.3. Penyempurna Agama

Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama. Dengan menikah
maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan adalah menyempurnakan
agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat dan kokoh dalam beribadah.

1.4. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq Manusia

Dalam Islam, pernikahan merupakan hal yang paling mulia, karena pernikahan merupakan sebuah jalan
yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh
agama.
Hal ini sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana

Rasullullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Wahai para pemuda! Barang siapa di antara kalian mampu untuk melaksanakan pernikahan, maka
untuk itu menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, lebih dapat membentengi dari
farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka lakukanlah puasa, karena puasa dapat
membentengi kalian dari hal kemaksiatan.”

Dan tujaun utama pernikahan dalam Islam yakni untuk menundukkan pandangan serta membentengi
diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat merusak martabat seseorang. Dalam Islam, sebuah
pernikahan akan memelihara serta melindungi dari kerusakan serta kekacauan yang ada di masyarakat.

1.5. Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami

Tujuan suci dari sebuah pernikahan adalah agar syariat islam dalam kehidupan rumah tangga selalu
ditegakkan oleh pasangan suami istri. Untuk itulah, sangatlah penting bagi kita semua dalam memilih
calon yang tepat sebelum melaksanakan pernikahan, agar nantinya dapat terbina Keluarga yang
Sakinah, Mawaddah, Warahmah.

Catatan Thalaq dan Rujuk

Selain itu islam sudah membenarkan tentang adanya thalaq atau (perceraian). Jika suami dan istri tidak
dapat lagi menegakkan syariat-syariat islam dalam kehidupan berumah tangga. Namun, islam juga sudah
membenarkan adanya rujuk atau (kembali menikah). Jika keduanya sanggup untuk kembali dan
melaksanakan syariat-syariat islam dalam berumah tangga.

1.6. Memperoleh Ketenangan

Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan nantinya akan ada banyak
manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram atau sakinah akan hadir selepas menikah.

Namun dalam sebuah pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan biologis serta syahwat saja,
karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan ketenangan di dalam diri seseorang yang
menikah.

1.7. Memperoleh Keturunan

Sesuai dengan Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT berfirman

“Allah SWT menciptakan bagimu pasangan-pasangan (suami dan isteri) dari jenis kalian sendiri dan
menjadikan anak, dan cucu bagimu dari pasangan-pasanganmu, serta memberimu rizki yang
bermanfaat. Dan mengapa? mereka beriman kepada yang keburukan dan mengingkari nikmat Allah?”

Maka tujuan utama dari pernikahan itu adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, sholeha guna
untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam.
2.2.1. Al-Baqarah 2:234

َ ‫َوٱلَّ ِذينَ يُت ََوفَّوْ نَ ِمن ُك ْم َويَ َذرُونَ أَ ْز ٰ َوجًا يَت ََربَّصْ نَ بِأَنفُ ِس ِه َّن أَرْ بَ َعةَ أَ ْشه ٍُر َو َع ْشر ًۖا فَإِ َذا بَلَ ْغنَ أَ َجلَه َُّن فَاَل ُجن‬
ِ ۗ ‫َاح َعلَ ْي ُك ْم فِي َما فَ َع ْلنَ فِ ٓى أَنفُ ِس ِه َّن بِ ْٱل َم ْعر‬
‫ُوف‬
‫َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ٌر‬

Artinya :

Dan orang-orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-istri hendaklah mereka (istri-istri)
menunggu empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah sampai (akhir) idah mereka, maka tidak
ada dosa bagimu mengenai apa yang mereka lakukan terhadap diri mereka menurut cara yang patut.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Penjelasan Tafsir Ibn. Kathir :

Hal ini merupakan perintah dari Allah yang ditujukan kepada wanita-wanita yang ditinggal mati oleh
suami mereka, yaitu mereka harus melakukan idahnya selama empat bulan sepuluh hari. Hukum ini
mengenai pula pada istri-istri yang telah digauli oleh suaminya, juga istri-istri yang belum sempat digauli
suaminya. Demikianlah menurut kesepakatan para ulama. Dalil yang dijadikan sandaran bagi wanita
yang masih belum digauli ialah makna umum yang terkandung di dalam ayat ini. Hadis berikut
diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan para pemilik kitab sunnah dan dinilai sahih oleh Imam Turmuzi,
yaitu: Bahwa Ibnu Mas'ud pernah ditanya mengenai masalah seorang lelaki yang mengawini seorang
wanita, lalu si lelaki itu meninggal dunia sebelum sempat menggaulinya dan belum pula memastikan
jumlah maskawinnya kepada istrinya itu. Lalu mereka (yang bertanya) itu bolak-balik kepada Ibnu
Mas'ud berkali-kali menanyakan masalah ini. Pada akhirnya Ibnu Mas'ud berkata, "Aku akan
memutuskan masalah ini dengan rayu (pendapat)ku sendiri. Jika jawaban ini benar, maka dari Allah, dan
jika keliru, maka dariku dan dari setan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari jawaban ini. Si
wanita mendapat maskawinnya dengan penuh —menurut riwayat yang lain disebutkan mendapat
mahar misilnya— tanpa ada pengurangan dan penggelapan, dan diwajibkan atas diri si wanita
melakukan idahnya, serta ia dapat mewaris (dari peninggalan suaminya)." Lalu berdirilah Ma'qal ibnu
Yasar Al-Asyja'i dan mengatakan, "Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. memutuskan hal yang sama
terhadap Buru' binti Wasyiq." Mendengar hal itu hati Abdullah ibnu Mas'ud sangat gembira.

2.2. An-Nisa' 4:34


ٰ ٌ َ‫ت ٰ َحفِ ٰظ‬
ٌ َ‫ت ٰقَنِ ٰت‬ ۟ ُ‫ْض@هُ ْم َعلَ ٰى بَعْض َوبم@ٓا أَنفَق‬
‫ظ ٱهَّلل ۚ ُ َوٱلَّتِى‬ ِ ‫ت لِّ ْل َغ ْي‬
َ @ِ‫ب بِ َم@@ا َحف‬ َّ ٰ َ‫@وا ِم ْن أَ ْم@ ٰ َولِ ِه ۚ ْم ف‬
ُ ‫ٱلص@لِ ٰ َح‬ َِ ٍ َ ‫ض@ َل ٱهَّلل ُ بَع‬ َّ َ‫ِّج@ا ُل قَ ٰ َّو ُم@ونَ َعلَى ٱلنِّ َس@ٓا ِء بِ َم@@ا ف‬
َ ‫ٱلر‬
‫وا َعلَ ْي ِه َّن َسبِياًل ۗ ِإ َّن ٱهَّلل َ َكانَ َعلِيًّا َكبِيرًا‬ ۖ
۟ ‫اجع َوٱضْ ربُوه َُّن فَإ ْن أَطَ ْعنَ ُك ْم فَاَل تَ ْب ُغ‬ ‫ض‬ ‫م‬ ْ
‫ٱل‬ ‫ى‬ ‫ف‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ ‫ُو‬‫ر‬ ‫ج‬
ُ ْ
‫ه‬ ‫ٱ‬‫و‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ ‫و‬ ُ ‫ظ‬ ‫ع‬ َ ‫ف‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ َ‫وز‬ ُ
‫ش‬ ُ ‫ن‬ َ‫ون‬ ُ ‫ف‬‫َا‬
‫خ‬ َ ‫ت‬
ِ ِ ِ ِ َ َ ِ َ ِ

Artinya :
Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka
(laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah
dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shalih adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan
menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan
yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah
mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka
menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah
Mahatinggi, Mahabesar.

Penjelasan Tafsir ibn Kathir :

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.

Dengan kata lain, lelaki itu adalah pengurus wanita, yakni pemimpinnya, kepalanya, yang menguasai,
dan yang mendidiknya jika menyimpang.

oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita).

Yakni karena kaum laki-laki lebih afdal daripada kaum wanita, seorang lelaki lebih baik daripada seorang
wanita, karena itulah maka nubuwwah (kenabian) hanya khusus bagi kaum laki-laki Demikian pula
seorang raja. Karena ada sabda Nabi Saw. yang mengatakan:

Tidak akan beruntung suatu kaum yang urusan mereka dipegang oleh seorang wanita.

2.3. Al-Ma'idah 5:87


ۚ ۟ ُ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامن‬
َ‫ت َمٓا أَ َح َّل ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم َواَل تَ ْعتَد ُٓو ۟ا إِ َّن ٱهَّلل َ اَل يُ ِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين‬ ۟ ‫وا اَل تُ َح ِّر ُم‬
ِ َ‫وا طَيِّ ٰب‬ َ

Artinya :

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengharamkan apa yang baik yang telah dihalalkan
Allah kepadamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.

Penjelasan Tafsir ibn Kathir :

Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari ibnu Abbas, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
segolongan orang dari sahabat Nabi Saw. yang mengatakan, "Kita kebiri diri kita, tinggalkan nasfu
syahwat duniawi dan mengembara di muka bumi seperti yang dilakukan oleh para rahib di masa lalu."
Ketika berita tersebut sampai kepada Nabi Saw., maka beliau mengirimkan utusan untuk menanyakan
hal tersebut kepada mereka. Mereka menjawab, "Benar." Maka Nabi Saw. bersabda:

Tetapi aku puasa, berbuka, salat, tidur, dan menikahi wanita. Maka barang siapa yang mengamalkan
sunnahku (tuntunanku), berarti dia termasuk golonganku, dan barang siapa yang tidak mengamalkan
sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku. (Riwayat Ibnu Abu Hatim)
2.4. Al-Mu'minun 23:101

@َ ‫ور فَٓاَل أَن َس‬


َ‫اب بَ ْينَهُ ْم يَوْ َمئِ ٍذ َواَل يَتَ َسٓا َءلُون‬ ِ ُّ‫فَإِ َذا نُفِ َخ فِى ٱلص‬

Artinya :

Apabila sangkakala ditiup maka tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu (hari
Kiamat), dan tidak (pula) mereka saling bertanya.

Penjelasan Tafsir ibn Kathir :

Allah Swt. memberitahukan bahwa apabila sangkakala telah ditiup untuk tiupan berbangkit dan semua
manusia bangun dari kuburnya,

maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu.

Anda mungkin juga menyukai