Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

“ ANGGARAN PEMERINTAH “

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


CICI RAHMAWATI (1802124043)
ELVIA ROSA SEMBIRING (1802110075)
REZEKIRO INDAH RUTHMIA (1802113408)

DOSEN PENGAMPU : NUR AZLINA, S.E., M. Si., Ak.

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya yang telah memberi
kemudahan, khususnya bagi kami dalam menyusun makalah ini. Makalah ini akan membahas
mengenai “Anggaran Pemerintah”. Tugas ini kami buat guna memenuhi tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik.
Kami sebagai penulis menyadari di dalam makalah ini masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca guna membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi kedepannya. Kami juga
mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 1 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3.Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Peran APBN Bagi Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi …. .……......... 3
2.2 Dasar Hukum APBN Dan APBD ………………………….............................. 3
2.3 Siklus APBN Dan APBD ………..……………............................................... 5
2.4 Perencanaan dan Fungsi Perencanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara/Daerah …………………………………………………………………7
2.5 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah …… 8
2.6 Azas Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah ……… 8
2.7 Sumber Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah ………………… 8
BAB III PENUTUP ………................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD merupakan rencana kerja tahunan untuk
mewujudkan kegiatan-kegiatan Pemerintah Daerah baik rutin maupun pembangunan yang diatur
dan diperhitungkan dengan uang. Proses penyusunan anggaran baik itu APBD atau APBN
seringkali menjadi isu penting yang menjadi sorotan masyarakat, bahkan APBD atau APBN
tersebut menjadi alat politik yang digunakan oleh pemerintah sendiri maupun pihak oposisi.
Penyusunan anggaran pendapatan adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis,
yang seluruh kegiatan pemerintah atau instansi yang dinyatakan dalam unit moneter (nilai uang)
untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Anggaran pendapatan pada dasarnya
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam penyusunan APBD. Dimana dalam Penyusunan
Anggaran Pendapatan mempunyai arti penting bagi pemerintah daerah dalam membantu
kelancaran roda pembangunan dan memberikan isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah
daerah khususnya sehingga tercipta perencanaan dan pelaksanaan yang efektif.
Untuk menghasilkan penyelenggaraan anggaran daerah yang efektif dan efisien, tahap
persiapan atau perencanaan anggaran merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan.
Namun demikian, tahap persiapan atau penyusunan anggaran harus di akui memang hanyalah
salah satu tahap penting dalam keseluruhan siklus / proses anggaran daerah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Menjelaskan apakah peran APBN bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi ?
2. Menjelaskan apakah dasar hukum APBN dan APBD ?
3. Menjelaskan apa itu siklus APBN dan APBD ?
4. Menjelaskan apa saja perencanaan dan Fungsi Perencanaan Anggaran Pendapatan ?
5. Menjelaskan apakah prinsip perencanaan Anggaran pendapatan ?
6. Menjelaskan apakah azas peyusunan Anggaran pendapatan ?
7. Menjelaskan apa saja sumber Anggaran Pendapatan ?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan peran APBN bagi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dasar hukum APBN dan APBD
3. Mahasiswa mampu menjelaskan siklus APBN dan APBD
4. Mahasiswa mampu menjelaskan perencanaan dan Fungsi Perencanaan Anggaran
Pendapatan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip perencanaan Anggaran pendapatan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan azas peyusunan Anggaran pendapatan
7. Mahasiswa mampu menjelaskan sumber Anggaran Pendapatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Peran APBN Bagi Pembangunan Dan Pertumbuhan Ekonomi


APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan  pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan  pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian,
dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban
negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara
dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.

Peran APBN di negara-negara sedang berkembang adalah sebagai alat untuk


memobilisasi dana investasi dan bukannya sebagai alat untuk mencapai sasaran stabilisasi jangka
pendek. Oleh karena itu  besarnya tabungan pemerintah pada suatu tahun sering dianggap
sebagai ukuran berhasilnya kebijakan fiskal. Baik pengeluaran maupun penerimaan pemerintah
mempunyai pengaruh atas pendapatan nasional. Pengeluaran pemerintah dapat memperbesar
pendapatan nasional (expansionary), tetapi penerimaan pemerintah dapat mengurangi
pendapatan nasional (contractionary).

2.2 Dasar Hukum APBN Dan APBD

Seperti yang telah disinggung di atas, APBN memiliki dasar hukum dalam
pelaksanaannya. Dasar hukum tersebut yaitu sebagai berikut :

 Undang-Undang Dasar 1945 pasal 23

Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang tertinggi dalam struktur perundang-
undangan Indonesia. Oleh sebab itu, pengaturan tentang keuangan negara selalu didasarkan pada
undang-undang dasar ini.

Dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 1 ini menyatakan bahwa anggaran pendapatan dan belanja
negara ditetapkan setiap tahun. Selain itu, bahasan tentang APBN juga termuat dalam bab VIII
Undang-Undang Dasar 1945 Amendemen IV pasal 23. Yaitu mengatur tentang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Berikut bunyi pasal 23 tersebut :

Ayat (1) = Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanankan secara terbuka dan
bertanggungjawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ayat (2) = rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara diajukan oleh
Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.

Ayat (3) = Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu.

 Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Yang tercakup dalam undang-undang ini meliputi hal baru dan atau perubahan mendasar dalam
ketentuan keuangan negara seperti : Pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, Asas-asas
umum pengelolaan keuangan negara, Kedudukan Presiden sebagai pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara, Pendelegasian kekuasaan Presiden kepada Menteri Keuangan dan
Pimpinan Lembaga, Susunan APBN dan APBD, Ketentuan penyusunan dan penetapan APBN
dan APBD, Pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan bank sentral,
pemerintah daerah, dan pemerintah/lembaga asing, Pengaturan hubungan keuangan antara
pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan swasta, dan badan
pengelola dana masyarakat, Penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

Undang-undang ini juga telah mengantisipasi perubahan standar akuntansi di lingkungan


pemerintahan Indonesia yang mengacu pada perkembangan standar akuntansi di lingkungan
pemerintah skala internasional.

Selain itu, ketentuan tentang penyusunan dan penetepan APBN dalam undang-undang ini
meliputi : Penegasan tujuan dan fungsi anggaran pemerintah, Penegasan peran DPR/DPRD dan
pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran, Pengintegrasian sistem
akuntabilitas kinerja dalam sistem penganggaran, Penyempurnaan klasifikasi anggaran,
Penyatuan anggaran, dan Penggunaan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam
penyusunan anggaran.

 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Pembentukan Undang-Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara


pemerintah pusat dan pemerintah daerah bertujuan untuk mendukung pendanaan atas penyerahan
urusan kepada pemerintah daerah sebagaimana telah diatur dalam undang-undang tentang
Pemerintahan Daerah. Pendanaan tersebut menganut prinsip money follows function, artinya
bahwa pendanaan mengikuti fungsi pemerintah yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab
masing-masing tingkat pemerintahan.

Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah mencakup pembagian
keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah secara proporsional, demokratis, adil serta
transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah.
Cakupan yang terdapat dalam UU No.33 Tahun 2004 yaitu : Prinsip kebijakan perimbangan,
Dana pendanaan pemerintah daerah, Sumber penerimaan daerah, Pendanaan asli daerah, Dana
perimbangan, Lain-lain pendapatan, Pinjaman daerah, Obligasi daerah, Pengelolaan keuangan
dalam rangka desentralisasi, Dana dekonsentrasi, Dana tugas pembantuan, Sistem informasi
keuangan daerah.

APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD dapat
diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian sumber- sumber pendapatan daerah dan
macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2003 mengartikan APBD sebagai rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan
Daerah (Perda).

Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah:


a     Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah pasal 25 yang berbunyi:
Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang…, menyusun dan mengajukan Rancangan
Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
b     Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
dan Daerah pasal 4 yang berbunyi: Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi didanai APBD. APBD harus disusun Pemerintah Daerah setiap tahun,
yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah:

 1)   Gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah propinsi.


 2)   Walikota dan perangkatnya yang memerintah daerah kota (dulu disebut Kotamadya).
 3)   Bupati dan perangkatnya yang memerintah daerah kabupaten.

c.    Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan, Penyusunan, dan
Penghitungan APBD.

2.3 Siklus APBN Dan APBD


Siklus APBN
Terdapat beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses penyusunan
RAPBN, antara lain siklus APBN, kondisi ekonomi domestik dan internasional yang tercermin
dalam asumsi dasar ekonomi makro, berbagai kebijakan APBN dan pembangunan, parameter
konsumsi komoditas bersubsidi, kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara,resiko fiscal
dan kinerja pelaksanaan APBN dari tahun ke tahun.
Siklus adalah putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara berulang dengan tetap
dan teratur. Oleh karena itu, Siklus APBN dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang
berawal dari perencanaan dan penganggaran sampai dengan pertanggungjawaban APBN yang
berulang dengan tetap dan teratur setiap tahun anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Siklus APBN diawali dengan tahapan
kegiatan perencanaan dan penganggaran APBN. Terkait penyusunan rencana anggaran
(kapasitas fiskal), Pemerintah, BPS, Bank Indonesia mempersiapkan asumsi dasar ekonomi
makro yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain
itu juga disiapkan konsep pokok-pokok kebijakan fiskal dan ekonomi makro.
Siklus APBN diawali dengan tahapan kegiatan perencanaan dan penganggaran APBN.
Terkait penyusunan rencana anggaran (kapasitas fiskal), Pemerintah, BPS, Bank Indonesia
mempersiapkan asumsi dasar ekonomi makro yang akan digunakan sebagai acuan penyusunan
kapasitas fiskal oleh Pemerintah. Selain itu juga disiapkan konsep pokok-pokok kebijakan fiskal
dan ekonomi makro. Dalam tahapan ini, terdapat dua kegiatan penting yaitu: perencanaan
kegiatan (Perencanaan) dan perencanaan anggaran (Penganggaran). Dalam perencanaan, para
pemangku kepentingan terutama Kementerian Negara/Lembaga (K/L) menjalankan perannya
untuk mempersiapkan RKP/RKAKLyang mencerminkan prioritas pembangunan yang telah
ditetapkan oleh Presiden dan mendapat persetujuan DPR.Setelah melalui pembahasan antara
K/Lselaku chief of operation officer (COO) dengan Menteri Keuangan selaku chieffinancial
officer(CFO) dan Menteri Perencanaan, dihasilkan Rancangan Undang-Undang APBN yang
bersama Nota Keuangan kemudian disampaikan kepada DPR. Setelah dilakukan pembahasan
antara Pemerintah dan DPR, denganmempertimbangkan masukan 9DPD, DPR memberikan
persetujuan dan pengesahan sehingga menjadi Undang-undang APBN, di mana tahapan kegiatan
ini disebut penetapan APBN. Pada tahapan selanjutnya, pelaksanaan APBN dilakukan oleh K/L
dan Bendahara Umum Negara dengan mengacu pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
sebagai alat pelaksanaan APBN. Bersamaan dengan tahapan pelaksanaan APBN, K/L dan
Bendahara Umum Negara melakukan pelaporan dan pencatatan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) sehingga menghasilkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang
terdiri atas Laporan Realisasi Anggaran(LRA), Neraca, Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan
Atas Laporan Keuangan(CALK). Atas LKPP tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
melakukan pemeriksaan, dan LKPP yang telah diaudit oleh BPK tersebut disampaikan oleh
Presiden kepada DPR dalam bentuk rancangan undang-undang pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN untuk dibahas dan disetujui.

Siklus APBD

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD disusun
sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pemerintah melaksanakan kegiatan keuangan
dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis besar proses perencanaan dan penyusunan
APBD adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Rancangan APBD.


2. Pelaksanaan dan Penatausahaan Pengeluaran.
3. Pelaksanaan dan Penatausahaan Penerimaan.
4. Akuntansi Keuangan Daerah.
5. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD.
Penyusunan APBD berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah dalam rangka
mewujudkan pelayanan kepada masyarakat untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD,
perubahan APBD, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD ditetapkan setiap tahun dengan
peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian atas tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan, belanja
dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan pada ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.

2.4 Perencanaan dan Fungsi Perencanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah

Untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tentu
tidak mudah karena banyak faktor yang setiap saat dapat berubah atau paling tidak perubahan
yang terjadi masih dalam kurun waktu satu tahun. 

Penyusunan APBN tidak lepas dari sasaran kebijakan keuangan pemerintah yang harus
menunjang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, kestabilan moneter, perluasan kesempatan
kerja, pelayanan umum dan lain-lainnya yang menyangkut peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dengan demikian kebijakan anggaran diartikan sebagai kebijakan pemerintah untuk mengatur
APBN agar sesuai dengan arah dan laju pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dalam Program
Pembangunan Nasional.

Penyusunan APBN mulai tahun 2005 telah menerapkan format baru, yaitu format
anggaran terpadu berdasar undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Format baru tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu yang melebur anggaran rutin dan
pembangunan dalam satu format anggaran dengan tujuan mengurangi tumpang tindih alokasi
pengeluaran. Selanjutnya Anda perhatikan animasi proses penyusunan APBN berikut:

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didasarkan pada


ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diubah menjadi Pasal 23
Ayat (1), (2) dan (3) Amandemen UUD 1945 yang berbunyi :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan keuangan
Negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan dilaksanakan secara
terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2. Rancangan undang-undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh


Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah
3. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara yang diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang lalu”. APBN ditetapkan dengan Undang-
Undang, berarti penyusunannya harus dengan persetujuan DPR, sesuai dengan UUD
1945 Pasal 23.

2.5 Prinsip Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah

APBN itu sendiri memiliki beberapa prinsip didalam penyusunannya yang meliputi
sebuah prinsip sebagai berikut ini :

1. Prinsip penyusunan dari APBN yang berdasarkan dari aspek pendapatan yaitu, sebagai
berikut:

 Intensifikasi sebuah penerimaan suatu anggaran dalam jumlah dan kecepatan


penyetoran. 
 Intensifikasi dari penagihan dan pemungutan hutang piutang negara dan juga sewa
didalam pemakaian barang-barang milik negara.
 Penutupan biaya ganti rugi dari kerugian yang sudah diterima oleh negara dan denda
yang telah dijanjikan.

2. Prinsip penyusunan dari APBN berdasarkan dari aspek pengeluaran suatu negara :

 Prinsip Hemat, tidak mewah, efisien, dan juga sesuai dari kebutuhan teknis yang sudah
diisyaratkan. 
 Sangat terarah, terkendali sesuai dengan rencana dari program/kegiatan. 
 Semaksimal mungkin pemanfaatan dari hasil produksi didalam negeri dengan
memperhatikan beberapa segi kemampuan/potensi nasional yang dimiliki.

2.6 Azas Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah


Dalam menyusunan APBN didasarkan pada tiga asas yang harus dilakukan diketahui
pemerintah yang dijadikan sebagai dasar penyusunan APBN, sebagai berikut :
a) Kemandirian, artinya pembiayaan oleh negara didasarkan atas kemampuan negara,
pinjaman luar negeri hanyalah sebagai pelengkap.
b) Penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas
c) Penajaman prioritas pembangunan, maksud dari penajaman perioritas pembagunan
adalah APBN harus mendahulukan pembiayaan yang lebih bermanfaat

2.7 Sumber Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara/Daerah


Jenis sumber pendapatan negara terbagi menjadi tiga. Diambil dari situs resmi Direktorat
Jenderal Pajak, sumber pendapatan negara tidak hanya dari pajak, melainkan non pajak dan
hibah.
 Penerimaan pajak
Pajak sebagai sumber pendapatan utama dari sebuah negara. Sumber pendapatan negara
yang beradal dari pajak terbagi dalam tujuh sektor, yaitu pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, pajak
ekspor, pajak perdagangan internasional serta bea masuk dan cukai. Besaran tarif pajak
sudah ditentukan oleh undang-undang perpajakan yang berlaku. Biasanya pajak
dikenakan saat seseorang sudah memiliki penghasilan dengan besaran tertentu.

 Pendapatan negara non-pajak Sumber pendapatan negara non pajak terdiri dari
keuntungan Badang Usaha Milik Negara (BUMN), pengelolaan sumber daya alam,
pinjaman, barang sitaan, percetakan uang atau sumbangan. Berikut beberapa contohnya:
1. Sumber penerimaan dari barang-barang yang dikuasai atau milik pemerintah.
Barang milik negara yang disewakan kepada pihak swasta, kemudian biaya
sewanya masuk dalam kas negara.
2. Perusahaan yang melakukan monopoli dan oligopoli ekonomi. Salah satu sumber
pendapatan negara non pajak adalah keuntungan BUMN. Perusahaan bisa bersifat
monopoli berskala besar dan sebagian keuntungannya bisa disisihkan untuk
pembiayaan negara.
3. Harta telantar adalah harta peninggalan yang dianggap tidak ada seorangpun yang
mengajukan klaim atas barang itu. Dalam hal ini negara berhak mengumumkan
terlebih dahulu, jika tidak ada ahli waris maka harta tersebut menjadi milik
negara.
4. Denda yang dijatuhkan untuk kepentingan umum. Denda ini berupa sitaan atau
pembayaran yang telah disepakati. Untuk barang biasanya dilakukan lelang,
kemudian hasilnya dimasukkan dalam kas negara.
5. Retribusi dan iuran. Retribusi sendiri merupakan dana yang dipungut berkaitan
dengan jasa negara.

 Hibah
Hibah merupakan pemberian yang diberikan kepada pemerintah tetapi bukan bersifat
pinjaman. Hibah bersifat sukarela dan diberikan tanpa ada kontrak khusus. Dana bantuan
yang didapat biasanya diperuntukkan bagi pembiayaan pembangunan. Selain itu,
penerimaan yang berasal dari luar negeri juga masuk dalam pinjaman program atau
pinjaman proyek dengan jangka waktu tertentu. Lembaga internasional yang pernah
memberi bantuan pada Indonesia adalah Bank Dunia (World Bank), Asean Development
Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF).
BAB III
PENUTUP

APBN/APBD merupakan upaya yang dilakukan pemerintah sebagai pedoman


pengeluaran dan penerimaan Negara/daerah agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada akhirnya
ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola perekonomian
negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan ekonomi, namun
juga menyangkut keputusan politik. Dalam hal ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan
pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN
benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyat dan mengelola
perekonomian negara dengan baik.
APBN dan pertumbuhan ekonomi merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Alokasi dana yang terdapat di dalam APBN digunakan untuk pembangunan. Dengan adanya
pembangunan ekonomi akan tercipta pertumbuhan ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/6776981/PEREKONOMIAN_INDONESIA_MAKALAH_PEREKO
NOMIAN_INDONESIA_Disusun_Oleh
https://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/bumn/dasar-hukum-apbn
https://sobatmateri.com/arti-dan-landasan-hukum-apbd/
http://www.anggaran-old.kemenkeu.go.id/dja/acontent/pokok%20siklus%20apbn.pdf
https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/repos/FileUpload/APBN%20dan%20APBD-BB/Topik-
6.html
https://ardra.biz/topik/fungsi-perencanaan-apbn/
https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/04/090000769/sumber-pendapatan-negara-dan-
pengeluaran-negara?page=all
Jurusan Akuntansi FE UR, 2017. Akuntansi Sektor Publik : Yesi Mutia Basri, Pekanbaru-Riaus

Anda mungkin juga menyukai