Anda di halaman 1dari 4

TIDIer Checklist to Standarize the Descrption of Physiotherapy Guideline of Acute

Pelvic Inflammatory Disease


Ardian Novan Risnafathan J130195129
No Item Keterangan
1. Brief Title Physiotherapy Guideline of Acute Pelvic Inflammatory Disease
2. Why Pelvic Inflammatory Disease (PID) adalah kondisi peradangan kronis
pada saluran genitalia bagian atas pada wanita yang diikuti dengan
endometritis, salpingitis, abses tubo-ovarium dan perionitis (Lamina et
al., 2011).
Pelvic Inflammatory Disease (PID) merupakan sebuah penyakit yang
85% disebabkan oleh infeksi bakteri seksual yang menular. Bakteri
penyebab PID yang paling umum yaitu neisseria gonorrhocea dan
chlamydia trachomatis (Jennings and Krywko, 2020). PID biasanya
merupakan hasil dari infeksi pada endocervic akibat endometritis,
palpingitis, parametritis, oophoritis, tuboovarian abses dan pelvic
perionitis (Ross et al., 2017). Pada PID fase akut, infeksi paling besar
disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhea dan chlamydia trachomatis,
infeksi belum lebih dari 30 hari dan terjadi pada bagian uterus dan tuba
fallopi pada cerviks.
Beberapa faktor resiko pada PID usia produktif, jumlah pasangan
seksual, penyakit menular seksual. Infeksi pada upper female genital
tract mengalami kerusakan inflamasi, yang mengakibatkan jaringan
parut, adhesi, dan parsial atau total obstruction pada tuba fallopi. Hal ini
dapat mengakibatkan hilangnya cillated epithelial cells sepanjang
lapisan tuba fallopi yang dapat mengganggu transportasi sel telur dan
meningkatnya resiko infertilitas dan kehamilan ektopik. Selain itu,
adhesi juga dapat menyebabkan nyeri pada pelvic (Jennings and
Krywko, 2020)
Nyeri pada pelvic merupakan salah satu gejala pada PID. Fisioterapi
memiliki beberapa intervensi untuk mengatasi nyeri pada pelvic seperti
Kegel exercise dan penggunaan Transcutaneous Electrical Nerve
Stimulation.
3. What  Bed
(materials)  Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
4. What Proses penyembuhan PID dimulai dengan anamnesis, pemeriksaan
(Procedure (Vital sign, IPPA, Pemeriksaan gerak dasar), pemeriksaan kemampuan
) fungsional dengan indeks KATZ, pemeriksaan nyeri menggunakan
VAS, pemeriksaan kekuatan otot abdomen.
Berikut prosedur pelaksanaa Kegel exercise dan pemasangan TENS:

A. Prosedur pelaksanaan Kegel exercise:


 Posisi pasien tidur terlentang diatas bed
 Kedua tangan pasien berada di samping badan pasien
 Kedua kaki pasien fleksi lutut dengan telapak kaki menapak
pada bed
 Terapis berada disamping pasien
 Latihan dilakukan dengan cara pasien diminta untuk
mengkontraksikan pelvic bagian anterior (pubovaginalis) atau
seperti menahan BAK
 Lalu mengkontraksikan pelvic bagian anterior dan poterior
(pubovaginalis dan puborectalis) bersamaan atau seperti
menahan BAK dan BAB
 Tahan kontraksi 5-8 detik
 Ulangi gerakan sebanyak 5-10 pengulangan, dilakukan setiap
hari
(Donmez and Kavlak, 2015)

B. Prosedur pelaksanaan terapi menggunakan TENS


 Posisi pasien tengkurap atau prone lying
 Posisi terapis di samping pasien
 Arus yang digunakan adalah Biphasic pulse dengan frekuensi
75-100 Hz.
 Pemasangan eletroda pada suprapubic dermatome atau pada
T12-L2.
 Jarak antar elektroda ± 4 cm.
 Kemudian intensitas arus dinaikan oleh terapis sesuai dengan
toleransi pasien.
 Treatment diberikan 5 kali per minggu dengan durasi terapi
selama 30 menit.
(Sharma et al., 2019)

5. Who Kegel exercise dan Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation


Provided dilakukan dengan panduan dari fisioterapis. Setelahnya, pasien dapat
melakukan kegel exercise secara mandiri dengan edukasi yang telah
diberikan oleh fisioterapi.
6. How Kegel exercise merupakan latihan yang efektif untuk penguatan otot-
otot perut dan panggul. Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi nyeri
dan penurunan kekuatan otot serta mengembalikan kestabilan kerja
otot perut dan dasar panggul terutama pada otot-otot dari levator
ani (pubococcygeus, ischiococcygeus, dan iliococcygeus) yang dapat
disebut sebagai lapisan dalam dan otot-otot urogenital
(ischiocavernosus, bulbospongiosus, dan transversus perinea
superficialis, bersama-sama dikenal sebagai otot perineum), yang bisa
disebut sebagai lapisan superfisial dari pelvic floor muscle (El Nahas et
al., 2018).
Penggunaan TENS efektif untuk mengurangi rasa nyeri. Arus yang
digunakan adalah biphasic pulse dengan frekuensi 75-100 Hz. Dengan
memberikan input simultan pada T12-L2, secara fisiologis
menghambat neuron aferen presinaptik yang membawa impuls dari
pelvis dengan merangsang saraf perifer. TENS juga bekerja dengan
meningkatkan vaskularisasi lokal dan memungkinkan untuk
menghambat impuls simpatik dengan pelepasan endorfin otak (Sharma
et al., 2019).
7. Where Kegel exercise dan TENS dapat dilakukan ketika dirumah sakit,
kemudian untuk Kegel exercise dapat dilanjutkan dirumah sesuai
dengan panduan dari fisioterapis.
8. Pasien diinstruksikan untuk melakukan latihan pada pelvic yang terdiri
When and
dari 4 set kontraksi otot dasar panggul yang berlangsung selama 6 detik
How
disertai inspirasi pernafasan dan rileks selama 6 detik saat ekspirasi.
Much Pasien melakukan istirahat selama 30 detik diantara setiap setnya.
Terapi ini dilakukan dua kali sehari saat bangun tidur sebelum beranjak
dari kasur dan pada malam hari sebelum tidur (Elsebeiy, 2018).
Kemudian untuk treatment dengan menggunakan TENS diberikan 5
kali per minggu dengan durasi terapi selama 30 menit dengan
pengawasan oleh fisioterapis (Sharma et al., 2019).
9. Tailiring Kegel exercise tidak direkomendasikan bagi pasien yang melahirkan
dengan alat forceps dan vacum extraction serta pasien yang memiliki
gangguan cardiovaskular (Vaishnavi et al., 2016).
TENS tidak direkomendasikan pada keadaan seperti hamil, epilepsi,
pasien dengan alat pacu jantung, gangguan sensibilitas pada kulit
(Young et al., 2018).
10. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, pasien harus melakukan
How Well
exercise secara mandiri sehari 2 kali, yaitu pagi hari saat bangun tidur
sebelum beranjak dari kasur dan pada malam hari sebelum tidur
(Elsebeiy, 2018).

DAFTAR PUSTAKA
Dönmez, S., &Kavlak, O. (2015). Effects of prenatal perineal massage and Kegel exercises
on the integrity of postnatal perine. Health, 7(04), 495.
El Nahas, E. M., Mohamed, M. A., & Kamal, H. M. (2017). Postnatal rehabilitation of pelvic
floor muscles using aerobic and Kegel exercises. Bulletin of Faculty of Physical
Therapy, 22(2), 67.
Elsebeiy, Faten Ibrahim. (2018). Comparison Of The Effects Of Prenatal Perineal Massage
Versus Kegel Exercise On Labor Outcome. Journal of Nursing and Health Science ,
7 (3), 43-53.
Jennings, L. K., & Krywko, D. M. (2020). Pelvic Inflammatory Disease (PID). Medical
University of South Carolina .
Lamina, S., Hanif, S., & Gagarawa, Y. S. (2011). Short Wave Diathermy in the Symptomatic
Management of Pelvic Inflammatory Desease Pain: A Randomized Controlled Trial.
Physiother. Res. Int .
Ross, J., Guaschino, S., Cusini, M., & Jensen, J. (2017). European guideline for the
management of pelvic inflammatory disease. International journal of STD & AIDS .
Sharma, N., Rekha, K., & Srinivasan, J. K. (2019). Efficacy of transcutaneous electrical
nerve stimulation in the treatment of chronic pelvic pain. Journal of mid-life health .
Vaishnavi et al. (2018). A Study to Analyze the Effectiveness of Postnatal Exercise in
Improving Fuctional Status on Caesarean Women. International Journal of Science
and Research , 7 (1), 554-558.

Anda mungkin juga menyukai