PENDAHULAN
2.1 Miopia
2.1.1 Definisi Miopia
Miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan didepan retina,
sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur 4
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia atau nearsighted.5
Gambar: Miopia
a. Tanda objektif 4
Oleh karena orang miopia melakukan akomodasi, maka jarang miosis sehingga
pupilnya tampak midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi, meyebabkan iris
terletak lebih kedalam sehinga bilik mata depan menjadi lebih dalam.
Pada miopia tinggi atau yang lebih dari 6 D didapatkan:
- Bola mata yang mungkin lebih menonjol
- Bilik mata depan yang dalam
- Pupil yang relative lebih lebar
- Iris tremulans yang disertai cairnya badan jaca
- Kekeruhan badankaca
- Kekeruhan dipolus posterior lensa
- Stafiloma posterior, fundus tigroid dipolus posterior retina
- Atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patc, disekitar pupil,
berwarna putih dengan pigmentasi dipinggirnya
- Perdarahan terutama didaerah macula yang mungkin masuk kedalam bbadan
kaca
- Prolierasi sel epitel pigmen didaerah macula (foster fuchs black spot)
- Predisposisi untuk ablasi retina
Pada miopia simpleks dipatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang
dalam, pupil relative lebar tetapi tidak disertai kelainan dibagian posterior mata.
Mungkin hanya terlihat kresen miopia yang tampak putih disebelah temporal papil,
sedikit atrofi dari koroi yang superficial sehingga pembuluh darah koroid yang lebih
besar tampak lebih jelas membayang.
b. Tanda Subjektif4
Oleh karena orang dengan miopia kurang berakomodasi dibandingkan
dengan yang emetropia maka sering melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat
tetapi mengeluh tentang pengelihatan jauh yang kabur. Pada miopia tinggi,
terutama bila disertai dengan atigmatisme, penderita tak saja mengeluh pada
pengelihatan jauh tetapi juga pengelihatan dekat.
c. Riwayat pasien10
Komponen utama dari riwayat pasien yaitu identifikasi masalah dan
keluhan-keluhan utama seperti keluhan visual, okular, dan riwayat kesehatan
umum pasien, riwayat keluarga dan perkembangan, dan alergi obat -obatan.
- Miopia sederhana
Gejala yang terdapat pada miopia sederhana yaitu penglihatan yang
tidak jelas atau kabur. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan apakah
penglihatan yang tidak jelas tersebut menetap atau hanya sementara. Klinisi
harus menyadari bahwa pada miopia pada anak-anak sulit didiagnosa karena
anak-anak sulit menyampaikan penglihatan yang kabur.
- Miopia nokturnal
Gejala utama pada miopia nokturnal adalah penglihatan kabur pada jarak
yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan
sulit untuk melihat rambu-rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.
- Pseudomiopia
Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja
dalam jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak
adekuat atau pseudomiopia.
- Miopia degeneratif
Dalam miopia degeneratif, didapati pandangan kabur yang dipengaruhi
oleh jarak karena derajat miopia biasanya signifikan. Pasien harus menahan
“nearpoint-objects” sangat dekat dengan mata, karena myopia yang tidak
terkoreksi.
- Miopia yang didapat
Pasien dengan miopia yang didapat juga melaporkan pandangan kabur.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien tergantung pada penyebab
terjadinya miopia tersebut. Misalnya, pupil yang konstriksi ketika penyebab
dari miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik.
e. Pemeriksaan Tambahan10
Pemeriksaan tambahan dapat dibutuhkan untuk mengidentifikasi
kondisi yang berkaitan dengan perubahan retina pada pasien dengan miopia
degeneratif. Pemeriksaan tambahan tersebut dapat berupa : Fotografi fundus,
Ultrasonografi A- dan B-scan, Lapangan pandang, Tes seperti gula darah
puasa (misalnya untuk mengidentifikasi penyebab dari miopia yang didapat).
2.1.5 Tatalaksana Miopia 5,8
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
a. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau
lensa kontak.pengobatan pasien dengan myopia adalah dengan memberikan
ketajaman pengelihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi
dengan -3.0 memberikan tajam pengelihatan 6/6 dan demikian juga bila
diberikan s-3.25 maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar umtu
meberikan isitirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.
b. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan miopia,
dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula.
Duke Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita
miopia ini. Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya
jogging, namun aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra
kranial dan stress sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
c. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia
patologi,misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan
bedah refraksi yang disarankan.
d. Fotokoagulasi laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola matatersebut.
e. Pengawasan Tekanan Intra Okuler (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin melaporkan
bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial bola mata.
Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
f. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis dan
rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti
busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya
adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang
tua menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya
akan menderita myopia 8
.
b. Pemeriksaan Oftamologi
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara : Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu
mata ditutup
Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.
Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak
dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan
pasien satu meter.
Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak satu meter.
Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar.
Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka
dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam
penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan adalah 1/300. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak
dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.10
2. Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia. Cara :
Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi
bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai
prosedur di atas.
Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca).
Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu
Pada penderita dengan usia sampai 40 tahun, sering dilakukan kedua pemeriksaan ini.
Karena pada umur ini, penderita acap kali dengan tidak sengaja mempergunakan
akomodasinya, sehingga dapat mengubah hasil akhir dari pemeriksaan. Karenanya
akomodasi perlu dihilangkan dahulu, sebelum pemeriksaan refraksi dilakukan.4
b. Pembedahan
Bedah refraksi merupakan teknik bedah yang bertujuan untuk mengkoreksi
kelainan refraksi. Berbagai teknik antara lain :
a. Radial keratotomy (RK) : prosedur insisi yang digunakan untuk
mengkoreksi kelainan refraksi sfero silindris.
b. Photorefractive keratectomy (PRK) : kornea dibentuk ulang dengan
menggunakan laser excimer. PRK melibatkan pengangkatan dan ablasi
laser lapisan Bowman dan jaringan stroma kornea bagian anterior. PRK
dapat digunakan pada pasien dengan kornea yang tipis.
c. Laser in situ keratomielusis (LASIK) : ablasi dari stroma kornea dengan
menggunakan laser excimer di bawah flap kornea yang dibentuk dengan
alat mikrokeratome atau laser.
d. Laser subepithelial keratomieluisis (LASEK) : melibatkan pembuatan
flap epithelium dengan bantuan alcohol terdilusi, kemudian mereposisi
flap setelah ablasi laser pada stroma dikerjakan.12
II. ANAMNESIS
2. Status Neurologis
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Refleks : Baik
Kesan/kesimpulan : Dalam batas normal
3. Status Psikiatri
Afek : Appropriate
Sikap : Kooperatif
Respon : Baik
Kesan/Kesimpulan: Baik
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Sentral Distance vision 6/25 6/25
(Snellen Card) ʃ - 2.00 6/10 ʃ - 2.50 6/7.5
Add ʃ +1,50 Add ʃ +1,50
Near Vision 2 2
(Jaeger Test)
Perifer Tde Tde
Colour Sence Tde Tde
Light Sence Tde Tde
Light Projection Tde Tde
2. Pemeriksaan Objektif
a. Penanganan Bagian Luar
JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi Edema - -
Hiperemis - -
umum
Sekret - -
Lakrimasi - -
Fotofobia + +
Blefarospasme - -
Posisi bola mata Central Central
Benjolan/tonjolan - -
Supersilia Hitam merata Hitam merata
Palpebra Posisi Normal Normal
Warna Normal Normal
Bentuk Normal Normal
Edema - -
Pergerakan Normal Normal
Ulkus - -
Tumor - -
Lain-lain - -
Margo Posisi Normal Normal
Ulkus - -
palpebra
Krusta - -
Silia Normal Normal
Skuama - -
Konjungtiva Palpebra Warna Normal Normal
Inspeksi Sekret - -
Edema - -
Khusus Bulbi Warna Normal Normal
Benjolam - -
Pembuluh darah - -
Injeksi - -
Forniks Warna Normal Normal
Posisi Normal Normal
Gerakan Normal Normal
Warna Normal Normal
Perdarahan - -
Sklera
Benjolan - -
Lain-lain - -
Kekeruhan Jernih Jernih
Ulkus - -
Sikatriks - -
Panus - -
Kornea Arkus Senilis - -
Permukaan Cembung Cembung
Refleks Kornea + +
Lain-lain - -
Bulbus COA Cukup dalam Cukup dalam
Perlekatan - -
Okuli
Warna
Iris Normal Normal
Lain-lain
- -
Pupil Bentuk Bulat, Isokor Bulat, Isokor
3 mm 3 mm
Refleks + +
Lensa Kekeruhan - -
Nyeri Tekan - -
Tumor - -
Palpasi
TIO Digital Tde Tde
Pasien mulai merasa penglihatan semakin kabur saat melihat jauh sejak ±5
bulan ini. Pasien merasa pandangan kedua mata menjadi kabur saat melihat jarak
jauh, namun jelas saat melihat jarak dekat. Pasien juga mengeluh silau saat melihat
cahaya, paling sering saat siang hari. Jika dipaksakan untuk melihat, pasien merasa
pusing. Mata berair (-), nyeri (-).
Pada pemeriksaan Ophtalmology:
Visus OD: 6/25 ʃ - 2.00 6/10 Add ʃ +1,50, OS: 6/25 ʃ - 2.50 6/7.5 Add ʃ +1,50
V. DIAGNOSIS
- Miopia Oculi Dextra et Sinistra
- Presbiopi
VI. TERAPI
- Asthenof ed 4x ODS
VII. ANJURAN
- Kontrol 1 minggu untuk refraksi koreksi
VIII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien usia 42 tahun didiagnosa sebagai Miopia Oculi
Dextra et Sinistra dan Presbiopi. Hal ini didasarkan pada anamnesis didapatkan
keluhan kedua mata kabur sejak ± 5 bulan SMRS. Awalnya pasien mulai merasa
pandangan kabur sejak tahun 2018. Pasien juga mengaku sering membantu anaknya
dengan tugas sekolah dan mengalami kesulitan dalam membaca tulisan yang kecil.
Pasien mulai merasa penglihatan semakin kabur saat melihat jauh sejak ±5 bulan ini.
Pasien merasa pandangan kedua mata menjadi kabur saat melihat jarak jauh, namun
jelas saat melihat jarak dekat. Pasien juga mengeluh silau saat melihat cahaya, paling
sering saat siang hari. Jika dipaksakan untuk melihat, pasien merasa pusing. Mata
berair (-), nyeri (-), riwayat trauma (-).
Menurut teori miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar
yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan
didepan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia atau nearsighted.
Pada kasus ini, pasien dengan usia 42 tahun mengeluh pandangan kedua mata
kabur. Jika dilihat dari segi usia pasien, maka sesuai dengan teori factor risiko
presbiopia Menurut teori, presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
berkaitan dengan usia. Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan
proses penuaan pada semua orang disebut presbiopia . Seseorang dengan mata
emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca
huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia
sekitar 40-46 tahun.
Pada pemeriksaan Ophtalmology didapatkan Visus OD: 6/25 ʃ - 2.00 6/10 Add ʃ
+1,50, OS: 6/25 ʃ - 2.50 6/7.5 Add ʃ +1,50
Berdasarkan teori pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman pengelihatan
maksimal.
Pada kasus ini pasien ditatalaksana dengan koreksi lensa sferis negative untuk
miopi yaitu pada OD diberikan sferis -2.00 terkoreksi sehingga visus dari 6/25
bertambah menjadi 6/10 dan pada OS dikoreksi dengan lensa sferis -2.50 sehinga
terkoreksi menjadi 6/7.5 dari visus awal 6/25.
Untuk kasus presbiopia berdasarkan teori dapat dikoreksi salah satunya
dengan penggunaan kacamata yaitu dikoreksi dengan,menggunakan lensa sferis
plus untuk mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien
presbiopia kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan
tertentu yaitu umur pasien 40 tahun dikoresi dengan +1.00 D, dan 45 tahun
dikoreksi dengan lensa +1.50 D, + 2.0 D untuk usia 50 tahun, + 2.5 D untuk usia
55 tahun dan + 3.0 D untuk usia 60 tahun.
Pada kasus ini pasien diketahui berusia 42 tahun dan koreksi yang dilakukan
adalah diperoleh lensa +1.50 D untuk pasien mendapatkan daya focus yang
maksimal.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA