Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULAN

1.1. Latar Belakang


Miopia atau rabun jauh merupakan suatu kondisi dimana cahaya yang
memasuki mata terfokus di depan retina sehingga membuat objek yang jauh
terlihat kabur.1
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa ada 45 juta
penderita kebutaan di dunia, sepertiganya berada di Asia Tenggara. Menurut
penelitian yang dipublikasikan, prevalensi miopia paling tinggi di Asia Timur,
dimana Cina, Jepang, Republik Korea dan Singapura mempunyai prevalensi
sekitar 50%, dan lebih rendah di Australia, Eropa dan Amerika Utara dan
Selatan. Sedangkan di Indonesia 1 orang buta tiap menitnya. Prevalensi kebutaan
dan gangguan penglihatan pada kelompok usia 5-15 tahun adalah 0,96%.
Keluhan yang sering dirasakan berupa penglihatan kabur bila melihat
jauh, mata cepat lelah, pusing dan mengantuk, cenderung mimicibgkan mata bila
melihat jauh.1
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia
dimana penglihatan kabur ketika melihat objek berjarak dekat.
Jumlah populasi usia 40 tahun atau lebih pada tahun 2015 mencapai 2,5
milyar. Gejala berupa penglihatan kabur ketika melihat dekat, mata terasa lelah
setelah membaca, berair dan dan sering terasa perih. 2
Miopia ringan dan Presbiopia termasuk dalam Standar Kompetensi Dokter
Indonesia dengan tingkat kemampuan 4A (Kompetensi yang dicapai pada saat
lulus dokter), dimana sebagai Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik
dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Miopia
2.1.1 Definisi Miopia
Miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar yang datang dari
jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan didepan retina,
sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur 4
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia atau nearsighted.5

Gambar: Miopia

2.1.2 Klasifikasi Miopia


Menurut penyebabnya miopia dibedakan menjadi:4
a. Miopia aksialis
Oleh karena jarak anterior dan posterior terlalu panjang. Normal jarak ini 23
mm. pada miopia 3 D 24 mm, miopia IOD=27 mm. dapat merupakan kelainan
kongenital ataupun akwisita, juga ada factor herediter.
b. Miopia pembiasan
Oleh karena bertambahnya indeks bias media pengelihatan seperti terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasann
lebih kuat.
Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam6
a. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri
b. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri
c. Miopia berat atau tinggi dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri
Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk :6
a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa
b. Miopia progresif miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata
c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan
ablasio retina dan kebutaan.

2.1.3 Etiologi Miopia


Penyebab miopia bersifat multifactorial dan dihubungkan dengan factor genetic
serta lingkungan seperti pencahayaan, aktivitas melihat dekat, pendidikan. Miopia
pada dasarnya dapat terjadi karena pertambahan panjang aksis bola mata tanpa diikuti
oleh perubahan pada komponen refraksiyang lain, hal ini menyebabkan sinar cahaya
fokus pada suatu titik didepan retina, tidak langsung di permukaannya. Perubahan
kekuatan kornea, lensa dan akuos humor akan menimbulkan miopia bila tidak
dikompensasi oleh perubahan panjang aksis bola mata, beberapa kasus miopia
disebakan oleh kombinasi factor tersebut.7
2.1.4 Diagnosis Miopia
Diagnosis didapatkan dari gejala klnis dan pemeriksaan. Penentuan koreksi
refraktif dapat diperoleh dengan cara obyektif atau subyektif dan paling baik jika
kombinasi. Refraksi obyektif dilakukan dengan retinoskopi. Seberkas cahaya yang
dikenal sebagai intercept diproyeksikan ke mata pasien untuk menghasilkan pantulan
berbentuk sama, reflex retinoskopik di pupil. Kesejajaran antara intercept dan reflek
retinoskopik menandakan ada kelainan sferis, atau terdapat kelainan silindris
tambahan dengan intercept yang bersesuaian dengan salah satu meredian utama.
Rotasi berkas yang diproyeksikan tersebut akan menentukan mana diantara kelainan
tersebut yang terjadi dan letak meridian utama lainnya5

a. Tanda objektif 4
Oleh karena orang miopia melakukan akomodasi, maka jarang miosis sehingga
pupilnya tampak midriasis. Mm.siliarisnya pun menjadi atrofi, meyebabkan iris
terletak lebih kedalam sehinga bilik mata depan menjadi lebih dalam.
Pada miopia tinggi atau yang lebih dari 6 D didapatkan:
- Bola mata yang mungkin lebih menonjol
- Bilik mata depan yang dalam
- Pupil yang relative lebih lebar
- Iris tremulans yang disertai cairnya badan jaca
- Kekeruhan badankaca
- Kekeruhan dipolus posterior lensa
- Stafiloma posterior, fundus tigroid dipolus posterior retina
- Atrofi koroid berupa kresen miopia atau annular patc, disekitar pupil,
berwarna putih dengan pigmentasi dipinggirnya
- Perdarahan terutama didaerah macula yang mungkin masuk kedalam bbadan
kaca
- Prolierasi sel epitel pigmen didaerah macula (foster fuchs black spot)
- Predisposisi untuk ablasi retina
Pada miopia simpleks dipatkan mata yang lebih menonjol, bilik mata depan yang
dalam, pupil relative lebar tetapi tidak disertai kelainan dibagian posterior mata.
Mungkin hanya terlihat kresen miopia yang tampak putih disebelah temporal papil,
sedikit atrofi dari koroi yang superficial sehingga pembuluh darah koroid yang lebih
besar tampak lebih jelas membayang.

b. Tanda Subjektif4
Oleh karena orang dengan miopia kurang berakomodasi dibandingkan
dengan yang emetropia maka sering melakukan pekerjaan-pekerjaan dekat
tetapi mengeluh tentang pengelihatan jauh yang kabur. Pada miopia tinggi,
terutama bila disertai dengan atigmatisme, penderita tak saja mengeluh pada
pengelihatan jauh tetapi juga pengelihatan dekat.

c. Riwayat pasien10
Komponen utama dari riwayat pasien yaitu identifikasi masalah dan
keluhan-keluhan utama seperti keluhan visual, okular, dan riwayat kesehatan
umum pasien, riwayat keluarga dan perkembangan, dan alergi obat -obatan.
- Miopia sederhana
Gejala yang terdapat pada miopia sederhana yaitu penglihatan yang
tidak jelas atau kabur. Dalam hal ini pemeriksa harus menanyakan apakah
penglihatan yang tidak jelas tersebut menetap atau hanya sementara. Klinisi
harus menyadari bahwa pada miopia pada anak-anak sulit didiagnosa karena
anak-anak sulit menyampaikan penglihatan yang kabur.
- Miopia nokturnal
Gejala utama pada miopia nokturnal adalah penglihatan kabur pada jarak
yang jauh dengan pencahayaan yang redup. Pasien mungkin mengeluhkan
sulit untuk melihat rambu-rambu lalu lintas saat berkendara pada malam hari.
- Pseudomiopia
Pandangan kabur yang bersifat sementara, terutama setelah bekerja
dalam jarak dekat, mungkin di indikasikan adanya daya akomodasi yang tidak
adekuat atau pseudomiopia.
- Miopia degeneratif
Dalam miopia degeneratif, didapati pandangan kabur yang dipengaruhi
oleh jarak karena derajat miopia biasanya signifikan. Pasien harus menahan
“nearpoint-objects” sangat dekat dengan mata, karena myopia yang tidak
terkoreksi.
- Miopia yang didapat
Pasien dengan miopia yang didapat juga melaporkan pandangan kabur.
Gejala lain yang mungkin dikeluhkan oleh pasien tergantung pada penyebab
terjadinya miopia tersebut. Misalnya, pupil yang konstriksi ketika penyebab
dari miopia didapat adalah terpapar oleh agen agonis kolinergik.

d. Pemeriksaan Kelainan Refraksi10

Dalam melakukan pemeriksaan refraksi ada 2 cara, yaitu :


1. Refraksi subjektif
Memeriksa kelainan pembiasan mata pasien dengan memperlihatkan
kartu optotipi Snellen dan memasang lensa yang sesuai dengan hasil
pemeriksaan bersama pasien.
2. Refraksi Objektif
Melakukan pemeriksaan kelainan pembiasan mata pasien dengan alat
tertentu tanpa perlunya kerjasama dengan pasien.

- Pemeriksaan refraksi subjektif10


Pada pemeriksaan subjektif diperlukan hubungan atau komunikasi yang baik
antara pemeriksa dengan pasien. Dalam pemeriksaan ini, optotype diletakan sejauh 5
atau 6 pasien yang akan diperiksa karena pada jarak 5 meter sinar –sinar datang
dianggap merupakan sinar sejajar dan pasien yang diperiksa matanya dalam keadaan
istirahat atau tidak berakomodasi. Keadaan penerangan dalam ruang pemeriksaan
tidak terlalu cerah. Dilihat kontra s kartu Snellen cukup baik. Mata yang biasa
diperiksa terlebih dahulu adalah mata kanan.
a. Letakkan bingkai uji coba ( trial frame) pada posisi yang tepat
b. Dilihat apakah titik tengah terletak tepat di depan mata
c. Pasang penutup (occluder) pada mata yang tidak diperiksa (mata kiri)
d. Catat tajam penglihatan mata yang dibuka

Untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan khusus untuk miopia.


Pada mata miopia dilakukan pemeriksaan berikut :
1. Bila penglihatan kurang dari 6/6 diletakan lensa pada bagian kacamata
coba dengan kekuatan S +0,5 atau S -0,5.
2. Ditanyakan dengan lensa mana yang terlihat lebih jelas. Tajam
penglihatan dapat lebih kurang dari 6/10 sehingga penambahan lensa
diberikan yang lebih berat.
3. Penambahan lensa lanjut, bila lebih terang de ngan lensa S - 0,5 maka
pemeriksaan selanjutnya dilakukan dengan lensa S – yang dinaikan
perlahan sehingga terdapat penglihatan yang paling jelas.
4. Lensa ditambahkan perlahan sampai tajam penglihatan maksimal. Ilyas
sidharta

e. Pemeriksaan Tambahan10
Pemeriksaan tambahan dapat dibutuhkan untuk mengidentifikasi
kondisi yang berkaitan dengan perubahan retina pada pasien dengan miopia
degeneratif. Pemeriksaan tambahan tersebut dapat berupa : Fotografi fundus,
Ultrasonografi A- dan B-scan, Lapangan pandang, Tes seperti gula darah
puasa (misalnya untuk mengidentifikasi penyebab dari miopia yang didapat).
2.1.5 Tatalaksana Miopia 5,8
Penatalaksanaan miopia terdiri dari :
a. Koreksi refraksi
Langkah pertama yang dilakukan adalah koreksi dengan lensa oftalmik atau
lensa kontak.pengobatan pasien dengan myopia adalah dengan memberikan
ketajaman pengelihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi
dengan -3.0 memberikan tajam pengelihatan 6/6 dan demikian juga bila
diberikan s-3.25 maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0 agar umtu
meberikan isitirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.
b. Modifikasi lingkungan
Beberapa penelitian mendukung efektivitas diet dalam pengelolaan miopia,
dianjurkan pada penderita miopia yang terpapar secara genetic untuk
meningkatkan konsumsi protein hewani, mengurangi karbohidrat dan gula.
Duke Elder menyarankan diet kay a vitamin D dan kalsium untuk penderita
miopia ini. Aktivitas yang dianjurkan adalah olahraga luar ruang misalnya
jogging, namun aktivitas lain yang cenderung meningkatkan tekanan intra
kranial dan stress sebaiknya dihindari, misal angkat berat.
c. Tindakan operatif
Tindakan operatif kornea tidak disarankan pada penderita miopia
patologi,misal tindakan LASIK, namun implantasi IOL merupakan tindakan
bedah refraksi yang disarankan.
d. Fotokoagulasi laser
Bila terdapat choroidal neovascularization membran dilakukan argon laser
photokoagulasi, tetapi harap dipertimbangkan bahwa pada miopia patologi ini
terdapat pemanjangan dan peregangan bola mata sehingga sikatrik yang
diakibatkan oleh laser akan menambah peregangan bola matatersebut.
e. Pengawasan Tekanan Intra Okuler (TIO)
Tekanan intra okuler (TIO) harus dipantau secara cermat. Curtin melaporkan
bahwa TIO ini berperan secara mekanik dalam pemanjangan aksial bola mata.
Black merekomendasikan bahwa TIO dibawah 20 mmHg
f. Pendidikan penderita
Penderita dengan miopia patologi cenderung mengalami koroid yang tipis dan
rapuh sehingga trauma pada mata atau bahkan gosokan keras pada membran
Bruch dan mengakibatkan perdarahan. Penderita harus disarankan untuk
memeriksakan mata jika mengalami kilatan cahaya terang, berbentuk seperti
busur atau peningkatan jumlah floaters. Faktor pendidikan penderita lainnya
adalah konseling genetik. Penderita dengan miopia memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk memiliki anak dengan miopia pula. Jika kedua orang
tua menderita miopia terdapat kemungkinan yang lebih besar anak -anaknya
akan menderita myopia 8
.

2.1.6 Prognosis Miopia


Miopia simpleks dengan koreksi baik disertai dengan pemeliharaan kesehatan
mata dan badan yang baik, prognosisnya baik. Miopia progresi, yang disertai penyulit
yang gawat kadang-kadang membutuhkan pengurangan bahkan penghanetian dari
pekerjaan dekat. Miopia maligna prognosisnya buruk. 4

2.1.7 Komplikasi Miopia


Komplikasi yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi
retina dan juling. Juling ini dikarenakan penderita myopia mempunyai pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi.
Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan terlihat juling ke dalam atau
esoptropia . Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau
terdapat ambliopia. Selain itu dapat terjadi glaucoma sudut terbuka. Jika terjadi
glaucoma pada miopia, pengukurannya menggunakan tonometer schiotz akan sulit
karena terjadinya penipisan sclera, oleh karena itu sebaiknya digunakan tonometer
applanasi 6, 9 .
2.2 Presbiopia
2.2.1 Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang disebut presbiopia . Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46
tahun. Hal ini semakin buruk pada cahaya temaram dan biasanya lebih nyata pada
pagi hari atau saat subjek lelah. Gejala-gejala ini meningkat sampai usia 55 tahun,
menjadi stabil tetapi menetap . Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan
dengan penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.5

Berikut ini gambar ilustrasi pembentukan bayangan pada penderita presbiopia.


2.2.2 Epidemiologi Presbiopia
Prevalensi presbiopia lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopia berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena
onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi
pada usia 42 hingga 44 tahun.12

2.2.3 Etiologi Presbiopia


Yang menjadi etiologi presbiopia adalah :
- Terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut dan kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.12

2.2.4 Faktor Resiko Presbiopia


Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor
seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.
- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun
- Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di
koreksi 10,12

2.2.5 Klasifikasi Presbiopia


a. Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau
temuan klinis menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada
presbiopia insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan
kecil. Biasanya, pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi,
tetapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih
untuk menolak diberikan kacamata baca.
b. Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur –
angsur menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan
melihat dan akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c. Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus
menerus, dimana presbiopia fungsional berkembang menjadi presbiopia
absolut. Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak
ada sisa kemampuan akomodatif.
d. Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat
menjadi berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi
dini pada usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi,
penyakit atau obat – obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi,
premature sklerosis dari cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e. Presbiopia nokturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk
melihat dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya
redup. Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi
penyebab berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.10,12

2.2.6 Patofisiologi Presbiopia


Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus ) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary
body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar
cahaya dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan
tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka
titik dekat mata makin menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah.
Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat
kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu
objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas retina,
bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek dapat
dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik dekat
berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat dengan
bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada
usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lens, dengan
akibat kehilangan akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat
kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu
normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup
menyulitkan individu membaca dan pekerjaan dekat.12

2.2.7 Gejala Presbiopia


a. Gejala subjektif :
Keluhan timbul pada penglihatan dekat. Semua pekerjaan dekat sukar dikerjakan oleh
karena menjadi kabur, kalau dipaksa mata lekas capai. Diperlukan penerangan yang
lebih kuat untuk dapat bekerja, sehingga terjadi pengecilan dari pupil, penglihatan
lebih terang. Segala pekerjaan dekat, seperti membaca, menjahit dsb dapat dikerjakan
hanya bila jaraknya lebih dijauhkan, sehingga sangat mengganggu. Seolah-olah
tangannya terlalu pendek untuk perkejaan tersebut. Kalau dibiarkan tidak dikoreksi,
akan menimbulkan tanda astenopia, mata sakit, lekas capai, lakrimasi, selain melihat
dekat sukar. Tanda-tanda ini bertambah hebat pada penerangan yang buruk atau pada
waktu malam. Di Indonesia, terjadinya biasanya mulai pada umur 40 tahun. Orang
yang lemah dengan keadaan umum yang kurang baik, sering lebih cepat
membutuhkan kacamata baca, daripada orang yang sehat dan kuat.4
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda – benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi pada presbiopia
adalah :
- keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat
- mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa perih
- sakit kepala
- astenopia karena kelelahan pada otot siliar
- menyipitkan mata saat membaca
- kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
- membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau
mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi.
Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan penyempitan
pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit kepala
berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau bagian dari otot occipitofrontalis,
dan diduga berhubungan dengan ketegangan dan frustrasi atas ketidakmampuan
untuk mempertahankan jelas penglihatan dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya
fisik dikeluarkan untuk akomodasi selama beberapa waktu.10,12

2.2.8 Diagnosa Presbiopia


a. Anamnesa
Anamnesa gejala – gejala dan tanda presbiopia. Keluhan pasien terkait
presbiopia dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu
membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat
membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh,
saat membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.10

b. Pemeriksaan Oftamologi
1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
 Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara : Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu
mata ditutup
 Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.
 Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
 Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak
dapat dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan
pasien satu meter.
 Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari
jarak satu meter.
 Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji
dengan arah sinar.
 Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka
dikatakan penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.

Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam
penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam
penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m.
Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan adalah 1/300. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak
dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.10

2. Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia. Cara :
 Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi
bila terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai
prosedur di atas.
 Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca).
 Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca
huruf terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
 Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu

Pemeriksaan refraksi subyektif dilakukan dengan 2 cara:


1. Cara dinamis atau manifest, dimana pemeriksaan dilakukan tanpa pemberian
siklopegia
2. Cara statis tanpa siklopegia , dimana pemeriksaan dilakukan setelah
pemberian siklopegia

Pada penderita dengan usia sampai 40 tahun, sering dilakukan kedua pemeriksaan ini.
Karena pada umur ini, penderita acap kali dengan tidak sengaja mempergunakan
akomodasinya, sehingga dapat mengubah hasil akhir dari pemeriksaan. Karenanya
akomodasi perlu dihilangkan dahulu, sebelum pemeriksaan refraksi dilakukan.4

2.2.9 Penatalaksanaan Presbiopia


a. Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya
fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi
diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa
positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka – angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.4
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata sehingga
kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh
menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang
bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi kalainan
refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh disegmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.5

b. Pembedahan
Bedah refraksi merupakan teknik bedah yang bertujuan untuk mengkoreksi
kelainan refraksi. Berbagai teknik antara lain :
a. Radial keratotomy (RK) : prosedur insisi yang digunakan untuk
mengkoreksi kelainan refraksi sfero silindris.
b. Photorefractive keratectomy (PRK) : kornea dibentuk ulang dengan
menggunakan laser excimer. PRK melibatkan pengangkatan dan ablasi
laser lapisan Bowman dan jaringan stroma kornea bagian anterior. PRK
dapat digunakan pada pasien dengan kornea yang tipis.
c. Laser in situ keratomielusis (LASIK) : ablasi dari stroma kornea dengan
menggunakan laser excimer di bawah flap kornea yang dibentuk dengan
alat mikrokeratome atau laser.
d. Laser subepithelial keratomieluisis (LASEK) : melibatkan pembuatan
flap epithelium dengan bantuan alcohol terdilusi, kemudian mereposisi
flap setelah ablasi laser pada stroma dikerjakan.12

2.2.10 Diagnosis Banding 12


- Katarak subcapsular posterior
- Hypermetropia
- Astigmastism

2.2.11 Prognosis Presbiopia


Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah satu
pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia yang
baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki riwayat
kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk tindak
lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai.
Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.12
BAB III
LAPORAN KASUS

STATUS PEMERIKSAAN PASIEN MATA


I. IDENTITAS
Nama : Ny. S. P.
TTL : 17 Juni 1978 (42 Tahun)
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : APO
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal Pemeriksaan : 27 Oktober 2020
No. Rekam Medik : 11 90 44

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Pandangan kedua mata kabur


Riwayat Penyakit : Pasien datang ke Poli RSUD Dok II Jayapura dengan
keluhan kedua mata kabur sejak ± 5 bulan SMRS. Awalnya pasien mulai
merasa pandangan kabur sejak tahun 2018. Pasien juga mengaku sering
membantu anaknya dengan tugas sekolah dan mengalami kesulitan dalam
membaca tulisan yang kecil. Pasien mulai merasa penglihatan semakin kabur
saat melihat jauh sejak ±5 bulan ini. Pasien merasa pandangan kedua mata
menjadi kabur saat melihat jarak jauh, namun jelas saat melihat jarak dekat.
Pasien juga mengeluh silau saat melihat cahaya, paling sering saat siang hari.
Jika dipaksakan untuk melihat, pasien merasa pusing. Mata berair (-), nyeri
(-), riwayat trauma (-).

III. PEMERIKSAAN FISIS UMUM


1. Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 78 x/mnt
Suhu Badan : 36,8⁰C
Jantung dan Paru : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal

2. Status Neurologis
Motorik : Baik
Sensorik : Baik
Refleks : Baik
Kesan/kesimpulan : Dalam batas normal
3. Status Psikiatri
Afek : Appropriate
Sikap : Kooperatif
Respon : Baik
Kesan/Kesimpulan: Baik

I. PEMERIKSAAN KHUSUS / STATUS OFTALMOLOGIS


1. Pemeriksaan Subyektif

JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Sentral Distance vision 6/25  6/25
(Snellen Card) ʃ - 2.00 6/10 ʃ - 2.50 6/7.5
Add ʃ +1,50 Add ʃ +1,50
Near Vision 2 2
(Jaeger Test)
Perifer Tde Tde
Colour Sence Tde Tde
Light Sence Tde Tde
Light Projection Tde Tde

2. Pemeriksaan Objektif
a. Penanganan Bagian Luar

JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Inspeksi Edema - -
Hiperemis - -
umum
Sekret - -
Lakrimasi - -
Fotofobia + +
Blefarospasme - -
Posisi bola mata Central Central
Benjolan/tonjolan - -
Supersilia Hitam merata Hitam merata
Palpebra Posisi Normal Normal
Warna Normal Normal
Bentuk Normal Normal
Edema - -
Pergerakan Normal Normal
Ulkus - -
Tumor - -
Lain-lain - -
Margo Posisi Normal Normal
Ulkus - -
palpebra
Krusta - -
Silia Normal Normal
Skuama - -
Konjungtiva Palpebra Warna Normal Normal
Inspeksi Sekret - -
Edema - -
Khusus Bulbi Warna Normal Normal
Benjolam - -
Pembuluh darah - -
Injeksi - -
Forniks Warna Normal Normal
Posisi Normal Normal
Gerakan Normal Normal
Warna Normal Normal
Perdarahan - -
Sklera
Benjolan - -
Lain-lain - -
Kekeruhan Jernih Jernih
Ulkus - -
Sikatriks - -
Panus - -
Kornea Arkus Senilis - -
Permukaan Cembung Cembung
Refleks Kornea + +
Lain-lain - -
Bulbus COA Cukup dalam Cukup dalam
Perlekatan - -
Okuli
Warna
Iris Normal Normal
Lain-lain
- -
Pupil Bentuk Bulat, Isokor Bulat, Isokor
3 mm 3 mm
Refleks + +
Lensa Kekeruhan - -
Nyeri Tekan - -
Tumor - -
Palpasi
TIO Digital Tde Tde

b. Pemeriksaan Kamar Gelap


JENIS PEMERIKSAAN OD OS
Obligus Iluminatum
Kornea Normal Normal
COA Cukup dalam Cukup dalam
Lensa Jernih Jernih
Direct Ophtalmoscope
Badan Kaca Normal Normal
Refleks Fundus + +
Pembuluh Darah Normal Normal
Macula Lutea Normal Normal
Kornea Normal Normal
COA Cukup dalam Cukup dalam
Iris Normal Normal
Slit Lamp Lensa Jernih Jernih
Konjungtiva Bulbi Normal Normal
Tensi Oculi NCT 17,4 mmHg 18 mmHg
Placido Test Tde Tde
Pupil Distance (PD) 68 mm
IV. RESUME

Pasien mulai merasa penglihatan semakin kabur saat melihat jauh sejak ±5
bulan ini. Pasien merasa pandangan kedua mata menjadi kabur saat melihat jarak
jauh, namun jelas saat melihat jarak dekat. Pasien juga mengeluh silau saat melihat
cahaya, paling sering saat siang hari. Jika dipaksakan untuk melihat, pasien merasa
pusing. Mata berair (-), nyeri (-).
Pada pemeriksaan Ophtalmology:
Visus OD: 6/25 ʃ - 2.00 6/10 Add ʃ +1,50, OS: 6/25 ʃ - 2.50 6/7.5 Add ʃ +1,50

V. DIAGNOSIS
- Miopia Oculi Dextra et Sinistra
- Presbiopi

VI. TERAPI
- Asthenof ed 4x ODS

VII. ANJURAN
- Kontrol 1 minggu untuk refraksi koreksi

VIII. PROGNOSIS
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien usia 42 tahun didiagnosa sebagai Miopia Oculi
Dextra et Sinistra dan Presbiopi. Hal ini didasarkan pada anamnesis didapatkan
keluhan kedua mata kabur sejak ± 5 bulan SMRS. Awalnya pasien mulai merasa
pandangan kabur sejak tahun 2018. Pasien juga mengaku sering membantu anaknya
dengan tugas sekolah dan mengalami kesulitan dalam membaca tulisan yang kecil.
Pasien mulai merasa penglihatan semakin kabur saat melihat jauh sejak ±5 bulan ini.
Pasien merasa pandangan kedua mata menjadi kabur saat melihat jarak jauh, namun
jelas saat melihat jarak dekat. Pasien juga mengeluh silau saat melihat cahaya, paling
sering saat siang hari. Jika dipaksakan untuk melihat, pasien merasa pusing. Mata
berair (-), nyeri (-), riwayat trauma (-).

Berdasarkan anamnesis, Pasien merasa pandangan kedua mata menjadi kabur


saat melihat jarak jauh, namun jelas saat melihat jarak dekat. Pasien juga mengeluh
silau saat melihat cahaya, paling sering saat siang hari. Jika dipaksakan untuk
melihat, pasien merasa pusing. Keluhan ini sesuai dengan teori gejala subjektif
myopia , yaitu Menurut teori tanda subjektif myopia oleh karena orang dengan miopia
kurang berakomodasi dibandingkan dengan yang emetropia maka sering melakukan
pekerjaan-pekerjaan dekat tetapi mengeluh tetnang pengelihatan jauh yang kabur.

Menurut teori miopia merupakan keadaan refraksi mata, dimana sinar sejajar
yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat, dibiaskan
didepan retina, sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur.
Bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan didepan retina oleh mata yang
tidak berakomodasi, mata tersebut mengalami miopia atau nearsighted.

Berdasarkan anamnesis pada kasus ini juga didapatkan keluhan


mengalami kesulitan dalam membaca tulisan yang kecil. Keluhan ini sesuai dengan
teori presbiopia yaitu, teori gejala subjektif presbiopia didapatkan keluhan timbul
pada penglihatan dekat. Semua pekerjaan dekat sukar dikerjakan oleh karena
menjadi kabur, kalau dipaksa mata lekas capai.

Pada kasus ini, pasien dengan usia 42 tahun mengeluh pandangan kedua mata
kabur. Jika dilihat dari segi usia pasien, maka sesuai dengan teori factor risiko
presbiopia Menurut teori, presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang
berkaitan dengan usia. Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan
proses penuaan pada semua orang disebut presbiopia . Seseorang dengan mata
emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca
huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia
sekitar 40-46 tahun.

Menurut teori gejala subjektif presbiopia adalah keluhan timbul pada


penglihatan dekat. Semua pekerjaan dekat sukar dikerjakan oleh karena menjadi
kabur, kalau dipaksa mata lekas capai. Diperlukan penerangan yang lebih kuat untuk
dapat bekerja, sehingga terjadi pengecilan dari pupil, penglihatan lebih terang. Segala
pekerjaan dekat, seperti membaca, menjahit dsb dapat dikerjakan hanya bila jaraknya
lebih dijauhkan, sehingga sangat mengganggu. gejala presbiopia terjadi secara
bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak mampuan melihat benda – benda yang
biasanya dapat dilihat pada jarak dekat merupakan gejala dari presbiopi.4

Pada pemeriksaan Ophtalmology didapatkan Visus OD: 6/25 ʃ - 2.00 6/10 Add ʃ
+1,50, OS: 6/25 ʃ - 2.50 6/7.5 Add ʃ +1,50
Berdasarkan teori pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan
kacamata sferis negative terkecil yang memberikan ketajaman pengelihatan
maksimal.
Pada kasus ini pasien ditatalaksana dengan koreksi lensa sferis negative untuk
miopi yaitu pada OD diberikan sferis -2.00 terkoreksi sehingga visus dari 6/25
bertambah menjadi 6/10 dan pada OS dikoreksi dengan lensa sferis -2.50 sehinga
terkoreksi menjadi 6/7.5 dari visus awal 6/25.
Untuk kasus presbiopia berdasarkan teori dapat dikoreksi salah satunya
dengan penggunaan kacamata yaitu dikoreksi dengan,menggunakan lensa sferis
plus untuk mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien
presbiopia kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan
tertentu yaitu umur pasien 40 tahun dikoresi dengan +1.00 D, dan 45 tahun
dikoreksi dengan lensa +1.50 D, + 2.0 D untuk usia 50 tahun, + 2.5 D untuk usia
55 tahun dan + 3.0 D untuk usia 60 tahun.
Pada kasus ini pasien diketahui berusia 42 tahun dan koreksi yang dilakukan
adalah diperoleh lensa +1.50 D untuk pasien mendapatkan daya focus yang
maksimal.
BAB V
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

1. Anisa Sofiani, Yunita D.P Santik. 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Derajat Miopia Pada Remaja. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
2. Ikatan Dokter Indonesia (IDI). 2014. Panduan Praktek Klinis. Jakarta.
3. Sukarya, setiawan wawang, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia,
Edisi 2. Jakarta; Konsil Kedokteran Indonesia
4. Wijana,Nana S.D. 1989. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Abadi Tegal
5. Whitcher JP, Paul RE.2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta:
EGC.
6. Ilyas S, Yulianti R,. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015;
7. Czepita, D. et al.2014. Myopia: incidence, pathogenesis, management and
new posabillities of treatment. Department of , Gujarat Adani Instute of
Medical Scince, Bhuj, Gujarat
8. Woo, W, Lim, K, Yang, H, 2004, Refractive Errors in Medical Students in
Singapore. Department of Community Occupational and Family Medicine
National University of Singapura, Singapura.
9. Lang GK.2000. Reffractive Errror. Ophtalmology. New York Thieme
Stuttgart
10. American Academy of Opthalmology. Presbyopia. USA. 2010. Diunduh
pada: Oktober 25, 2020. www. Aao.org
11. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers.
2015. 3: 60-65
12. Singh P, Tripathy K. 2020. Presbyopia. In: StatPearls. Tresure Island:
StatPearls

Anda mungkin juga menyukai