Anda di halaman 1dari 31

Veri Antoni

Hukum Bisnis, Fakultas Hukum UGM


Materi Hukum Bisnis S1 Reguler FEB UGM
PERIKATAN
• Perikatan merupakan terjemahan dari
“verbitenis”.
• Perikatan adalah hubungan hukum di dalam
hukum harta kekayaan antara dua pihak yang
menimbulkan hak dan kewajiban atau suatu
prestasi.
• Dari pengertian di atas unsur-unsur perikatan:
ada dua pihak ( kreditur: pihak yang berhak atas
prestasi dan debitur: pihak yang wajib
berprestasi); adanya hak dan kewajiban; dan
adanya prestasi (Pasal 1234 KUH Perdata).
PRESTASI
• Prestasi: kewajiban yang harus dipenuhi para pihak
dalam suatu perjanjian (kontrak).
• Pasal 1234 KUH Perdata: bentuk prestasi dan cara
pelaksanaanya, adalah:
– Pretasi berupa barang (benda): cara
melaksanakannya adalah menyerahkan sesuatu
(barang).
– Prestasi berupa jasa: cara melaksanakannya adalah
dengan berbuat sesuatu.
– Prestasi berupa tidak berbuat sesuatu: cara
pelaksanaanya dengan bersikap pasif: tidak berbuat
yang dilarang dalam perikatan (perjanjian).
SUMBER-SUMBER
PERIKATAN

PERJANJIAN
KUH PERDATA
(Pasal 1233)

UNDANG-UNDANG
PERIKATAN

PUTUSAN
PENGADILAN
DI LUAR KUH
PERDATA

MORAL
PENGERTIAN PERJANJIAN
• Perjanjian atau kontrak merupakan salah satu sumber
perikatan. Atau perjanjian merupakan bagian dari hukum
perikatan.
• Pengaturan perjanjian: Bab II Buku III KUH Per. Sifat
pengaturannya terbuka (Pasal 1338 KUH Per)—sebagai
hukum pelengkap.
• Pasal 1313 KUH Perdata, perjanjian: suatu perbuatan dengan
mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih.
• Sudikno Mertokusumo, “perjanjian adalah hubungan hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum”. (Pengertian ini diterima secara
umum)
SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
• Syarat sahnya perjanjian diatur di dalam Pasal 1320
KUHPerdata.
• Ada 4 syarat sahnya perjanjian :
1. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;
2. kecakapan mereka yang membuat perjanjian;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.
• Syarat 1 dan 2 disebut syarat subyektif, karena
menyangkut subyek pembuat perjanjian.
• Syarat 3 dan 4 disebut syarat obyektif, karena
menyangkut obyek perjanjian.
6
Syarat Sah Perjanjian (Lanjutan)
• Akibat hukum tdk dipenuhinya syarat
subyektif perjanjian DAPAT DIBATALKAN
(vernietigbaar), artinya akan dibatalkan atau
tdk terserah pihak yang berkepentingan,
sedang jika tidak dipenuhi syarat obyektif
maka perjanjian itu BATAL DEMI HUKUM,
artinya perjanjian itu sejak semula dianggap
tidak pernah ada.

7
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN
• Essensialia: unsur yang mutlak harus ada bagi terjadinya
perjanjian tanpa unsur ini perjanjian tidak mungkin ada.
Contoh : causa yang halal ex Ps 1320 KUHPerdata, harga dan
barang yang disepakati dalam perjanjian jual beli.
• Naturalia: merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-
undang sehingga apabila tdak diatur oleh para pihak dalam
perjanjian, undang-undang yang mengaturnya.
Contoh: jika dalam perjanjian diatur tentang cacat tersembunyi,
maka secara otomatis berlaku ketentuan dalam KUH Perdata,
bahwa penjual haris menanggung cacat tersembunyi.
• Accidentalia : unsur yang harus dimuat atau disebut secara tegas
atau diperjanjikan secara tegas dalam perjanjian.
Contoh: dalam perjanjian jual beli dengan angsuran apabila
pembeli lalai membayar utang atau angsurannya, maka dikenakan
denda 2 persen per bulan.

8
ASAS-ASAS PERJANJIAN
Ada 4 asas penting dalam suatu perjanjian atau
perjanjian: asas kebebasan berperjanjian, asas
konsensualisme, asas mengikatnya perjanjian atau
pacta sunt servanda, dan asas itikad baik.

(1) ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK = otonomi para


pihak = partij autonomie = freedom of making
contract: penjabaran dari Buku III KUHPerdata
yang menganut sistem terbuka ( optional law ).
Asas ini dapat disimpulkan dari Ps 1338 Ayat (1)
KUHPerdata: “Semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya “.

9
Asas-asas perjanjian (Lanjutan)
• Dari kata “semua“ dapat disimpulkan bahwa: setiap orang
bebas:
- untuk mengadakan atau tidak mengadakan perjanjian
- dengan siapa mengadakan perjanjian
- untuk menentukan sendiri isi dan syarat-syarat
perjanjian
- menentukan bentuk perjanjian
- menundukkan diri kepada ketentuan hukum tertentu.

• Asas kebebasan berperjanjian ini merupakan perwujudan


dari kehendak bebas dan pancaran hak asasi manusia.
Setiap orang bebas untuk membuat segala jenis perjanjian
asal tidak bertentangan dengan undang-undang,
ketertiban umum dan kesusilaan (Ps 1337 KUHPerdata).

10
Asas-asas perjanjian (Lanjutan)
(2) ASAS KONSENSUALISME : perjanjian lahir, terjadi,
timbul, berlaku sejak saat tercapainya kata sepakat
diantara para pihak tanpa perlu adanya formalitas
tertentu. Asas ini disimpulkan dari kata “perjanjian
yang dibuat secara sah“ dalam Ps 1338 Ayat (1)
juncto Ps 1320 Angka (1) KUHPerdata.

Oleh karena dalam pasal tersebut tidak disebutkan


suatu formalitas tertentu di samping kesepakatan
yang telah tercapai, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap perjanjian itu sudah sah dalam arti mengikat
para pihak, apabila sudah tercapai kesepakatan
mengenai hal-hal yang pokok atau hal yang menjadi
obyek perjanjian itu.
11
Asas-asas perjanjian (Lanjutan)
• Namun demikian hukum perjanjian juga mengenal
perjanjian yang harus dibuat dalam bentuk
tertentu, yang disebut perjanjian formal, dg
ancaman batal. Misal; perjanjian damai, hibah dan
asuransi.
• Disamping itu hukum perjanjian juga mengenal
adanya perjanjian riil, yaitu perjanjian yang
terjadinya harus disertai dengan penyerahan barang
yang menjadi obyek perjanjian, mis. perjanjian
penitipan barang, perjanjian pinjam pakai.

12
Asas-asas perjanjian (Lanjutan)
(3) ASAS PACTA SUNT SERVANDA. Asas ini dapat disimpulkan dari
kata “berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya “ dalam Ps 1338 Ayat (1) KUHPerdata. Para pihak
harus mematuhi dan menghormati perjanjian yang dibuatnya
karena perjanjian tersebut merupakan undang-undang bagi kedua
belah pihak.
• Hal ini dikuatkan oleh Ps 1338 Ayat (2): perjanjian-perjanjian tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
cukup untuk itu.
• Asas pacta sunt servanda berkaitan dengan akibat perjanjian.
Dengan asas ini tersimpul adanya larangan bagi hakim untuk
mencampuri isi perjanjian. Disinilah makna asas kepastian hukum
itu.

13
Asas-asas perjanjian (Lanjutan)
(4)ASAS ITIKAT BAIK = te goeder trouw = in good faith.
Diatur dalam Pasal 1338 Ayat (3) KUHPerdata,
“perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Asas ini ada 2 : subyektif dan obyektif.

• Asas itikad baik subyektif: kejujuran pada diri seseorang


atau niat baik yang bersih dari para pihak.
• Asas itikad baik obyektif: pelaksanaan perjanjian itu
harus berjalan di atas rel yang benar, harus
mengindahkan norma-norma kepatutan dan kesusilaan.

• Asas itikad baik ini secara teoritis sering dikatakan


sebagai “blanket norm“ atau “norma kabur“, shg di
dalam praktek sampai sekarang masih menyisakan
perdebatan ttg difinisi “ itikad baik “ tersebut.
14
WANPRESTASI
• Wanprestasi: (ingkar janji), (default), prestasi buruk.
Artinya tidak melakukan kewajiban sesuai dgn
kesepakatan yang telah dibuatnya.

• Debitur dikatakan wanprestasi, hrs dipenuhi dua


syarat:
1. Syarat materiil: adanya kesalahan (sengaja dan
lalai). Sengaja: perbuatan yang dilakukan memang
diketahui dan dikehendaki. Lalai : yang diketahui
hanya perbuatan itu “mungkin“ menimbulkan
kerugian bagi orang lain.
2. Syarat formil : adanya teguran atau penetapan lalai
atau somatie dari kreditur kepada debitur.
15
Wanprestasi (lanjutan)
Wujud wanprestasi dapat berupa:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;
2. Melaksanakan apa yang diperjanjikan, tetapi tidak
sebagaimana diperjanjikan;
3. Melakukan apa yang diperjanjikannya, tetapi terlambat;
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.

Akibat hukum debitur wanprestasi:


1. membayar ganti rugi;
2. pembatalan perjanjian;
3. peralihan risiko;
4. pembayaran biaya perkara.
16
PERNYATAAN LALAI DAN SOMASI
• Pernyataan Lalai dan Somasi diatur dalam Pasal
1238 dan Pasal 1243 KUH Perdata.
• PERNYATAAN LALAI: tindakan hukum di mana
kreditur memberitahu debitur kapan selambat-
lambatnya debitur hrs memenuhi prestasi. SOMASI
adalah teguran dari berpiutang (kreditur) agar
dapat memenuhi prestasi sesuai dengan
kesepakatan dalam perjanjian.
• Isi (unsur-unsur) yang harus dibuat dalam Somasi:
apa yang menjadi tuntutan, dasar tuntutan, dan
waktu terakhir untuk melakukan prestasi yang telah
dilalaikan.
GANTI RUGI
• Timbul karena adanya Perbuantan Melawan Hukum
(PMH) (Pasal 1365 KUH Perdata) dan Wanprestasi
(Pasal 1240-1252 KUH Perdata).
• GANTI RUGI PMH: bentuk ganti rugi yang
dibebankan kepada orang yang telah menimbulkan
kesalahan kepada pihak yang dirugikan. GANTI
RUGI WANPRESTASI: bentuk ganti rugi yang
dibebankan kepada debitur karena tidak
melaksanakan prestasi sesuai dengan perjanjian.
• Tuntutan Ganti Rugi: kerugian yang telah diderita
dan keuntungan yang sedianya akan diperoleh.
• Bentuk ganti rugi: uang (asasnya), pemulihan ke
keadaan semula, larangan untuk mengulangi.
FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)
• Force majeure (overmacht) diatur dalam Pasal 1244
KUH Perdata (sesuatu hal yang tidak terduga) dan Pasal
1245 KUH Perdata (keadaan memaksa, kejadian tidak
sengaja).
• Force majeure adalah suatu keadaan/kejadian yg tdk
dpt diduga terjadinya sebelumnya sehingga
menghalangi debitur utk melakukan prestasinya di luar
kesalahannya.
• Keadaan Memaksa ada: (1) Keadaan Memaksa
ABSOLUT: suatu keadaan yg menyebabkan debitur
sama sekali tidak dapat melaksanakan prestasinya.
Misalnya, gempa bumi, banjir, dan petir. (2) Keadaan
Memaksa RELATIF: debitur masih dapat melakukan
prestasi tetapi dengan pengorbanan yang sedemikian
besar yang tidak sebanding dg prestasi itu sendiri.
Force Majeure (lanjutan)
Akibat Keadaan Memaksa:
1. Debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal
1244 KUH Perdata).
2. Beban resiko tidak berubah, terutama keadaan
memaksa yang bersifat sementara.
3. Kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi,
tetapi sekaligus demi hukum bebas demi
hukum dari kewajibannya utk menyerahkan
kontraprestasi.
Keadaan Memaksa Absolut point (1) dan (3)
Keadaan Memaksa Relatif point (2)
BERAKHIRNYA PERJANJIAN
Ada 6 cara mengakhiri perjanjian :
1. Ditentukan lebih dahulu di dalam perjanjian;
2. Ditentukan oleh undang-undang ;
3. Dengan pernyatan menghentikan perjanjian
(opzeging );
4. perjanjian hapus karena keputusan hakim;
5. perjanjian hapus karena telah tercapai tujuan
perjanjian itu;
6. perjanjian hapus karena persetujuan para
pihak.
21
ANATOMI PERJANJIAN
1. Judul/Titel/Heading
2. Pembuka/Opening/Awal Permulaan Akta
3. Komparisi/Penyebutan Para Pihakidentitas para pihak dalam
perjanjian.
4. Recital/Premise/Latar Belakang perjanjian
5. Isi perjanjian/Term of condition/defenisi/batas-batasan peristilahan.
(defenisi/istilah, penjelasan tentang pokok2 yang diperjanjikan, hak
dan kewajiban para pihak, ukuran terjadinya wanprestasi, pilihan
hukum, amandemen (addendum).
6. Akhir Akta/Penutup/Closure/Closing
(Tanda tangan dan saksi-saksi)
Catatan:
sesuai asas kebebesan berperjanjian, anatomi di atas bersifat fleksibel
tergantung jenis perjanjian dan kompleksitas masalah yang diatur.
JENIS-JENIS PERJANJIAN
Antara lain: Perjanjian Obligatoir, Non Obligatoir dan
Campuran.
1) PERJANJIAN OBLIGATOIR: perjanjian yang
mengaruskan atau mewajibkan seseorang membayar
atau menyerahkan sesuatu. Mis: membayar sewa,
menyerahkan barang, membayar upah.
• Perjanjian Sepihak dan Timbal Balik.
 Sepihak: hanya ada kewajiban pada satu pihak dan
ada hak pada pihak lain. Mis: perjanjian hibah dan
pinjam pakai.
 Timbal balik: kewajiban satu pihak merupakan hak
pihak lain. Mis: perjanjian sewa menyewa.
Jenis-jenis Perjanjian (lanjutan)
• Perjanjian Konsensual: perjanjian yang mengikat
sejak ada kesepakatan atau konsensus dari kedua
belah pihak. Mis, perjanjian sewa menyewa dan
jual beli.
• Perjanjian Rill: perjanjian yang mengikat jika
disertai dengan perbuatan atau tindakan nyata.
Jadi, mengikatnya tidak cukup hanya berdasarkan
kata sepakat seperti perjanjian konsensual di atas.
Mis, perjanjian pinjam pakai
• Perjanjian Formil: perjanjian yang terikat pada
bentuk tertentu. Mis, akta pendirian (perjanjian) PT
oleh Notaris dan Jual Beli tanah harus ke PPAT.
Jenis-jenis Perjanjian (lanjutan)
2) PERJANJIAN NON-OBLIGATOR
• Perjanjian yang menetapkan dipindahkannya suatu
hak dari seseorang kepada orang lain. Jadi, objek
perjanjian adalah Hak. Mis, balik nama hak atas tanah.
• Perjanjian untuk membuktikan sesuatu. Pada
umumnya ditujukan pada hakim.
• Perjanjian membebaskan pihak lain dari suatu
kewajiban.
• Perjanjian untuk mengakhiri keraguan mengenai isi
dan luasnya hubungan hukum antara kedua belah
pihak. Mis, Dading perjanjian antara kedua belah
pihak untuk mengakhiri perselisihan yang ada di muka
pengadilan.
Jenis-jenis Perjanjian (lanjutan)
3) PERJANJIAN CAMPURAN: Perjanjian yang
mengandung berbagai unsur perjanjian dan
tidak diatur dalam KUH Perdata dan KUH
Dagang. Disebut juga Perjanjian Jenis Baru.
Mis, perjanjian sewa beli: campuran antara
sewa menyewa dan jual beli.
Sedangkan perjanjian yang diatur dalam
KUH Perdata dan KUH Dagang disebut juga
Perjanjian Bernama. Mis, jual beli, sewa
menyewa, pinjam pakai, dan lain-lain.
TAHAPAN PEMBUATAN PERJANJIAN
• Fase yang harus dilalui :
– Fase Pra Contractual : Fase Negosiasi antara kedua belah
pihak, tawar menawar, demand and supply.
– Fase Contractual : Fase Kesepakatan- pemenuhan syarat
sahnya contract-pelaksanaan prestasi-berakhirnya
contract.
– Fase Post Contractual : Fase Garansi, pemeliharaan,
jaminan cacat tersembunyi dan tuntutan pihak ke tiga (
vrijwaring ).
TUGAS ANALISA KONTRAK
KLAUSULA2 DALAM PERJANJIAN SEWA
MENYEWA SPACE GEDUNG
• OBJEK SEWA MENYEWA
• JANGKA WAKTU MENYEWA
• HARGA SEWA DAN TATA CARA PEMBAYARAN SEWA
• Pembayaran Services Charge dan Pembayaran Kewajiban Lainnya
(Biaya Pelayanan, Biaya Air, Listrik, Telepon).
• Uang Jaminan
• Hak dan Kewajiban Pihak Pertama
• Hak dan Kewajiban Pihak Kedua
• Asuransi
• Wanprestasi
• Force Majeure
• Domisili dan Pilihan Hukum (Arbitrase).
KLAUSULA2 DALAM PERJANJIAN JOINT
VENTURE
• Maksud dan Tujuan
• Pendirian Perusahaan (Nama, Anggaran Dasar, Tempat
Kedudukan, Notaris dan Biaya).
• Modal dan Saham Perusahaan
• Peralihan Saham
• Rapat Umum Pemegang Saham
• Direksi dan Dewan Komisaris
• Laporan Tahunan dan Pengunaan Laba
• Jangka Waktu
• Force Majeure
• Pernyataan dan Jaminan
• Domisili dan Pilihan Hukum
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai