Anda di halaman 1dari 13

Pada keadaan Kegawatdaruratan pada bayi, kita harus mengetahui terlebih dahulu tanda-

tandanya, kemudian dengan triage kegawatdaruratan kita dapat menilai:

 Airway. Apakah jalan napas bebas? Sumbatan jalan napas (stridor) jika iya maka lakukan
head tilt chin lift, lihat rongga mulut dan keluarkan benda asing. Pada skenario tidak
ditemukan adanya sumbatan pada jalan nafas.
 Breathing. Apakah ada kesulitan bernapas? Sesak napas berat (retraksi dinding dada,
merintih, sianosis)?. Pada anak tidak ditemukan adanya sesak dan kesulitan nafas.
 Circulation. Tanda syok (akral dingin, capillary refill > 3 detik, nadi cepat dan lemah)
dan ditemukan keadaan lemah, jika iya berikan glukosa iv pasangan infus dan berikan
cairan, akan tetapi bila tidak lemah dan anda tidak yakin syok, maka berikan glukosa
peroral atau per NGT lanjutkna segera untuk pemeriksaan dan terapi lanjut. Pada pasien
dengan gizi buruk ditemukan adanya penurunan kesadaran dan akral dingin serta pucat,
tapi tidak ditemukan adanya tanda-tanda syok.
 Dehydration. Tanda dehidrasi berat pada anak dengan diare (lemah, mata cekung, turgor
menurun). Pada pasien dengan gizi buruk ditemukan adanya tanda dehidrasi diare 4-5x
perhari, akral dingin dan pucat, lemah, mata cowong dan turgor kulit sangat menurun,
maka terdiagnosis dehidrasi berat tanpa syok, maka jangan lakukan rehidrasi dengan
infus. Bila diinfus berarti menempatkan anak ini dalam risiko over-hidrasi dan kematian
karena gagal jantung. Dengan demikian, anak ini harus diberi perawatan rehidrasi secara
oral dengan larutan rehidrasi khusus untuk gizi buruk (ReSoMal).
Sumber: (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2011)

HIPOGLIKEMI
Semua anak dengan gizi buruk berisiko hipoglikemia (kadar gula darah < 3 mmol/L atau < 54
mg/dl) sehingga setiap anak gizi buruk harus diberi larutan glukosa/gula pasir 10% segera
setelah masuk rumah sakit. Pemberian makan yang sering sangat penting dilakukan pada anak
gizi buruk.
Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksa kadar gula darah, maka semua
anak gizi buruk harus dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sesuai panduan.
Tatalaksana

 Segera beri F-75 pertama atau modifikasinya bila penyediaannya memungkinkan.


 Bila F-75 pertama tidak dapat disediakan dengan cepat, berikan 50 ml larutan glukosa
atau gula 10% (1 sendok teh munjung gula dalam 50 ml air) secara oral atau melalui
NGT.
 Lanjutkan pemberian F-75 setiap 2–3 jam, siang dan malam selama minimal dua hari.
 Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian F-75.
 Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus)
sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula pasir 50 ml dengan NGT.
 Beri antibiotik.

Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah setelah 30 menit.

 Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa
atau gula 10%.
 Jika suhu rektal < 35.5° C atau bila kesadaran memburuk, mungkin hipoglikemia
disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai
keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).

DEHIDRASI

Cenderung terjadi diagnosis berlebihan dari dehidrasi dan estimasi yang berlebihan mengenai
derajat keparahannya pada anak dengan gizi buruk. Hal ini disebabkan oleh sulitnya
menentukan status dehidrasi secara tepat pada anak dengan gizi buruk, hanya dengan
menggunakan gejala klinis saja. Anak gizi buruk dengan diare cair, bila gejala dehidrasi tidak
jelas, anggap dehidrasi ringan.

Catatan: hipovolemia dapat terjadi bersamaan dengan adanya edema.

Tatalaksana

Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus dehidrasi berat dengan syok, pada anak
ini ditemukan adanya dehidrasi tanpa adanya syok, maka beri ReSoMal, secara oral atau melalui
NGT, lakukan lebih lambat dibanding jika melakukan rehidrasi pada anak dengan gizi baik. beri
5 ml/kgBB setiap 30 menit untuk 2 jam pertama setelah 2 jam, berikan ReSoMal 5–10
ml/kgBB/jam berselang-seling dengan F-75 dengan jumlah yang sama, setiap jam selama 10
jam. Jumlah yang pasti tergantung seberapa banyak anak mau, volume tinja yang keluar dan
apakah anak muntah.(Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2011)
Catatan: Larutan oralit WHO (WHO-ORS) yang biasa digunakan mempunyai kadar
natrium tinggi dan kadar kalium rendah; cairan yang lebih tepat adalah ReSoMal (lihat
resep di bawah).

Selanjutnya berikan F-75 secara teratur setiap 2 jam sesuai tabel 27. Jika masih diare, beri
ReSoMal setiap kali diare. Untuk usia < 1 th: 50-100 ml setiap buang air besar, usia ≥ 1 th: 100-
200 ml setiap buang air besar.

RESEP RESOMAL

ReSoMal mengandung 37.5 mmol Na, 40 mmol K, dan 3 mmol Mg per liter.

BAHAN JUMLAH

Oralit WHO* 1 sachet (200


ml)

Gula pasir 10 g

Larutan mineral-mix** 8 ml

Ditambah air sampai 400 ml


menjadi

*2,6 g NaCl; 2,9 g trisodium citrate dihydrate, 1,5 kg KCl, 13,5 g glukosa dalam 1 L
**Lihat resep larutan mineral-mix
Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat dibuat larutan sebagai
berikut:

BAHAN JUMLAH

Oralit WHO 1 sachet (200


ml)

Gula pasir 10 g

Bubuk KCl 0,8 g

Ditambah air sampai 400 ml


menjadi

Oleh karena larutan pengganti tidak mengandung Mg, Zn, dan Cu, maka dapat diberikan
makanan yang merupakan sumber mineral tersebut. Dapat pula diberikan MgSO4 40% IM 1
x/hari dengan dosis 0.3 ml/kg BB, maksimum 2 ml/hari.

Pemantauan

Pantau kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap setengah jam selama 2 jam
pertama, kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya. Waspada terhadap gejala kelebihan
cairan, yang sangat berbahaya dan bisa mengakibatkan gagal jantung dan kematian.

Periksalah:

1. frekuensi napas
2. frekuensi nadi
3. frekuensi miksi dan jumlah produksi urin
4. frekuensi buang air besar dan muntah
Selama proses rehidrasi, frekuensi napas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis.
Kembalinya air mata, mulut basah; cekung mata dan fontanel berkurang serta turgor kulit
membaik merupakan tanda membaiknya hidrasi, tetapi anak gizi buruk seringkali tidak
memperlihatkan tanda tersebut walaupun rehidrasi penuh telah terjadi, sehingga sangat penting
untuk memantau
berat badan. Jika ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuensi napas meningkat 5x/menit dan
frekuensi nadi 15x/menit), hentikan pemberian cairan/ReSoMal segera dan lakukan penilaian
ulang setelah 1 jam (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Gangguan keseimbangan elektrolit

 Semua anak dengan gizi buruk mengalami defisiensi kalium dan magnesium yang mungkin
membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. Terdapat kelebihan natrium
total dalam tubuh, walaupun kadar natrium serum mungkin rendah. Edema dapat diakibatkan
oleh keadaan ini. Jangan obati edema dengan diuretikum.
 Pemberian natrium berlebihan dapat menyebabkan kematian.
 Tatalaksana

 Untuk mengatasi gangguan elektrolit diberikan Kalium dan Magnesium, yang sudah
terkandung di dalam larutan Mineral-Mix yang ditambahkan ke dalam F-75, F-100 atau
ReSoMal
 Gunakan larutan ReSoMal untuk rehidrasi
 Siapkan makanan tanpa menambahkan garam (NaCl)

DEFISIENSI ZAT GIZI MIKRO


Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral. Meskipun sering ditemukan
anemia, jangan beri zat besi pada fase awal, tetapi tunggu sampai anak mempunyai nafsu makan
yang baik dan mulai bertambah berat badannya (biasanya pada minggu kedua, mulai fase
rehabilitasi), karena zat besi dapat memperparah infeksi.
Sumber: (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Tatalaksana
Berikan setiap hari paling sedikit dalam 2 minggu:

 Multivitamin
 Asam folat (5 mg pada hari 1, dan selanjutnya 1 mg/hari)
 Seng (2 mg Zn elemental/kgBB/hari)
 Tembaga (0.3 mg Cu/kgBB/hari)
 Ferosulfat 3 mg/kgBB/hari setelah berat badan naik (mulai fase rehabilitasi)
 Vitamin A: diberikan secara oral pada hari ke 1 (kecuali bila telah diberikan sebelum
dirujuk), dengan dosis seperti di bawah ini :

Umur Dosis (IU)


<6 bulan 50.000 (1/2 kapsul biru)

6-12 bulan 100.000 (1 kapsul biru)

1-5 tahun 200.000 (1 kapsul merah)

Jika ada gejala defisiensi vitamin A, atau pernah sakit campak dalam 3 bulan terakhir, beri
vitamin A dengan dosis sesuai umur pada hari ke 1, 2, dan 15.

INITIAL REFEEDING
Sumber: (Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2011)

Pada fase awal, pemberian makan (formula) harus diberikan secara hati-hati sebab
keadaan fisiologis anak masih rapuh.
Tatalaksana
Sifat utama yang menonjol dari pemberian makan awal adalah:

 Makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering dan rendah osmolaritas maupun rendah
laktosa
 Berikan secara oral atau melalui NGT, hindari penggunaan parenteral
 Energi: 100 kkal/kgBB/hari
 Protein: 1-1.5 g/kgBB/hari
 Cairan: 130 ml/kgBB/hari (bila ada edema berat beri 100 ml/kgBB/hari)
 Jika anak masih mendapat ASI, lanjutkan, tetapi pastikan bahwa jumlah F-75 yang
ditentukan harus dipenuhi. (lihat bawah)

Hari ke Frekuensi Volume/kgBB/pemberian Volume/kgBB/hari

1-2 setiap 2 jam 11 ml 130 ml

3-5 setiap 3 jam 16 ml 130 ml

6 dst setiap 4 jam 22 ml 130 ml

Pada anak dengan nafsu makan baik dan tanpa edema, jadwal di atas dapat dipercepat
menjadi 2-3 hari.
Formula awal F-75 sesuai resep (lihat Resep Formula F-75 dan F-100)
Sumber: www.Ichrc.org
dan jadwal makan (lihat tabel 27)

Sumber: www.Ichrc.org
dibuat untuk mencukupi kebutuhan zat gizi pada fase stabilisasi.
Pada F-75 yang berbahan serealia, sebagian gula diganti dengan tepung beras atau maizena
sehingga lebih menguntungkan karena mempunyai osmolaritas yang lebih rendah, tetapi perlu
dimasak dulu. Formula ini baik bagi anak gizi buruk dengan diare persisten.
Lihat tabel 27 dan tabel 28 untuk petunjuk pemberian F-75 pada gizi buruk tanpa edema dan
dengan edema berat (+++).

Sumber: www.Ichrc.org
Jika jumlah petugas terbatas, beri prioritas untuk pemberian makan setiap 2 jam hanya pada
kasus yang keadaan klinisnya paling berat, dan bila terpaksa upayakan paling tidak tiap 3 jam
pada fase permulaan. Libatkan dan ajari orang tua atau penunggu pasien.
Pemberian makan sepanjang malam hari sangat penting agar anak tidak terlalu lama tanpa
pemberian makan (puasa dapat meningkatkan risiko kematian).
Apabila pemberian makanan per oral pada fase awal tidak mencapai kebutuhan minimal (80
kkal/kgBB/hari), berikan sisanya melalui NGT. Jangan melebihi 100 kkal/kgBB/hari pada fase
awal ini.
Pada cuaca yang sangat panas dan anak berkeringat banyak maka anak perlu mendapat ekstra
air/cairan.
Pemantauan
Pantau dan catat setiap hari:

 Jumlah makanan yang diberikan dan dihabiskan


 Muntah
 Frekuensi defekasi dan konsistensi feses
 Berat badan.

SUMBER:
www.ichrc.org diunduh pada tanggal 11-oktober-2019 jam 06.00 a.m
Departemen kesehatan Republik Indonesia. (2011). Bagan tata laksana anak gizi buruk (buku I).
2,3.

Anda mungkin juga menyukai