Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Disusun Oleh:

Ofni O. Tumuju 17 208 186

Anastasya M. P. Kapele 17 208 131

Gloria K. K. Rakian 17 208 031

Vionensa J. L. Tetenaung 17 208 107

Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi


Fakultas Teknik
Universitas Negeri Manado
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmatnya serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
dibuat sebagai tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) Yang berisikan tentang
Manusia dan Makhluk Budaya, kiranya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar
bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami harap untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.

Tondano, 09 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
LANDASAN TEORI.................................................................................................................2
A. Pengertian Manusia.........................................................................................................2
B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan...............................................................................2
C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya.................................................................................3
D. Masalah Kebudayaan......................................................................................................4
E. Terbentuknya Kebudayaan..............................................................................................5
F. Fungsi Kebudayaan.........................................................................................................6
G. Perubahan dan Penetrasi Kebudayaan............................................................................6
H. Problematika Kebudayaan..............................................................................................7
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
A. Kesimpulan.....................................................................................................................9
B. Saran................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia disebut sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka
hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan
diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit,
termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni. Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab
tantangan hidupnya. Manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Seiring dengan
perkembangan pengetahuan dan peradaban, terjadilah evolusi budaya yang menyebabkan
beberapa problematika yang harus kita kaji dan pikirkan bersama solusinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya?
2. Apa saja problematika manusia sebagai makhluk berbudaya?

C. Tujuan
1. Mengetahui lebih dalam hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya.
2. Mengetahui problematika yang bergulir berkaitan dengan manusia sebagai makhluk
yang berbudaya.
3. Mengetahui dan merancang solusi dari problematika yang timbul berkaitan dengan
manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Manusia
Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain). Secara istilah, manusia diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam
hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living
organism). Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan
vertikal (genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.

B. Pengertian Budaya dan Kebudayaan


Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris) = tsaqafah ( bahasa
Arab), berasal dari perkataan latin: “colere” yang artinya mengolah, mengerjakan,
menyuburkan dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini
berkembanglan arti culture sebagai “segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah
dan mengubah alam”.
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta
“buddhayah” yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.
Pendapat lain mengatakan bahwa, kata budaya adalah suatu perkembangan dari kata
majemuk budidaya, yang berarti daya dan budi. Karena itu mereka membedakan antara
budaya dan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa;
dan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Adapun pengertian kebudayaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:


1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski :   mengemukakan bahwa
segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang
dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah ”Cultural-
Determinism”.
2. Herskovits :  memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai
”superorganic”.
3. Menurut Andreas Eppink :  kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai
sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial,
religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor :  kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

2
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
5. Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi :  kebudayaan adalah sarana
hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat
diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu hasil buah budi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup. Segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang
kongkrit maupun yang abstrak, itulah kebudayaan.

C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya


Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa
mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka
hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan yang
berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah
makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu, manusia harus
menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka bumi.
Disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan,
kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu
manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi
semua makhluk Tuhan.
Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan
hidupnya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam sejarah kehidupan
manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui sikap-sikap budaya yang
mampu mendukungnya. Banyak pengertian tentang budaya atau kebudayaan. Kroeber
dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160 definisi tentang kebudayaan,
namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip.
Berbeda dengan binatang, tingkah laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena
kemampuan dari manusia untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah
dipelajarinya. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk
menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi
kesempurnaan hidupnya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga
dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis
pemisah antara  manusia dan binatang.
Ketidakmampuan manusia untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain
yakni kemampuan untuk belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat
fisik. Kemampuan untuk belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara
berfikir simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan
yang di dalamnya terkandung dorongan hidup yang dasar, insting, perasaan, pikiran,
kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberi
penilaian terhadap obyek dan kejadian.

Hakikat kodrat manusia itu adalah :


1. Sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa, dan karsa).
2. Sebagai makhluk sosial yang terikat pada lingkungan (lingkungan sosial, ekonomi,
politik, budaya dan alam)

3
3. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik manusia haruslah sejalan
dan sesuai dengan hakikat kodratinya.

Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan kelebihannya dibanding mahluk lain.


Manusia adalah makhluk berpikir yang bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat
alat karena sadar keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber),
manusia mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious)
dan berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus),
serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan memiliki
daya pikir terbatas dan benda mati  cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada
hukum alam.

Manusia juga harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal
dalam suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu pengetahuan
yang berlandaskan ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang
sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi
nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.

Kebudayaan yang diciptakan dan dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia
sebagai mahluk ciptaan yang paling sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus
berkembang di kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat
betapa berbudayanya masyarakat di dalam suatu Negara. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan
dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan
kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

D. Masalah Kebudayaan
Kebudayaan Indonesia saat ini sudah mulai luntur. Contoh Kebudayaan tersebut
adalah Batik, wayang, tari, dan lain-lain. Padahal Indonesia memiliki ratusan bahkan
ribuan budaya yang ada. Orang Indonesia pada zaman sekarang jarang yang
menggunakan budaya tersebut. Umumnya mereka tak suka karena hal tersebut kuno dan
tidak mengikuti perkembangan zaman. Remaja pun sudah jarang yang suka budaya
Indonesia dan keseniannya.
Banyak Sekali penyebab yang menjadikan orang Indonesia jarang menyukai
kebudayaan Indonesia, antara lain:
1. Arus Globalisasi.
Masyarakat Indonesia sudah terpengaruh globalisasi dan cenderung
meninggalkan kebudayaannya.
2. Budaya Barat yang masuk ke Indonesia.
Padahal budaya barat di Indonesia sangat tidak cocok dengan adat istiadat
di Indonesia.
3. Kurangnya kesadaran dari Masyarakat Indonesia. Disini, masyarakat
masih kurang sadar terhadap kebudayaan Indonesia sendiri yang sudah
mulai luntur.

Sementara juga banyak solusi untuk mencengah budaya tersebut agar tidak luntur
akibat pengaruh globalisasi:

4
1. Pihak Pemerintah untuk memfilter atau menyaring budaya barat yang masuk ke
Indonesia.
2. Masyarakat berusaha mengembangkan dan melestarikan budaya sendiri sehingga
tidak luntur karena arus modernisasi.
3. Masyarakat Indonesia harus pandai memilih dan menggunakan budaya Indonesia.
Oleh Karena itu, marilah mulai dari dini kita kembangkan budaya Indonesia
supaya tidak luntur oleh modernisasi dan di klaim oleh Negara lain sehingga
budaya kita tidak akan pernah berkurang atau luntur.

E. Terbentuknya Kebudayaan
Suatu ketentuan yang tidak dapat disangkal adalah bahwa manusia merupakan
makhluk budaya, dalam arti dengan seluruh potensi yang dimiliki, ia mampu melahirkan
cipta, rasa, dan karsa. Inilah yang paling menarik perhatian para pemikir, baik dari
kalangan umum maupun dari kalangan Islam. Dengan behavioral science, mereka
melakukan analisis psikologis terhadap tingkah laku manusia guna memperoleh kejelasan
terhadap kerja cipta, rasa, dan karsa, melauli beberapa aspek antara lain: cognitive dan
emosi. Dari penelitian tersebut didapat berbagai potensi yang terdapat pada manusia sejak
ia dilahirkan.
Pada saat diciptakan, manusia dilengkapi dengan empat fitrah (dorongan) yang
menjadi potensi bagi pengembangan budaya. Dari keempat dorongan itu manusia mampu
menciptakan budaya sebagai pengejawantahan dari cipta, rasa, dan karsa.
Dorongan-dorongan itu ialah:
1. Dorongan Naluri (hidayah fitriyah).
Sejak dilahirkan, manusia menampakkan gejala-gejala sebagai pertanda bahwa dia
adalah makhluk berbudaya, antara lain terlihat pada saat lapar ataupun haus, ia
mengeluarkan suara tangisan dan pada saat disusui ibunya, ia mampu menghisap
air susu ibu tersebut tanpa ada yang mengajarinya. Gejala yang disebut juga
dengan instinct inilah yang mendasari penciptaan budaya, meskipun dalam bentuk
prima. Potensi naluri yang terdapat pada diri manusia secara natural ini, dimiliki
juga oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan.
2. Dorongan Indrawi (hidayah hissiyah).
Di samping naluri, manusi juga diberi kemampuan menerima rangsangan dari luar
seperti panas ataupun dingin, bunyi-bunyian, pemandangan yang indah, bau-
bauan, dan manis atau pun asin dengan perantara panca indera, yaitu: alat peraba,
pendengar, pengelihat, pencium, dan perasa. Berbagai budaya yang berupa bunyi-
bunyian, bentuk-bentuk pemandangan, peralatan, dan sebagainya adalah hasil
tiruan manusia dari apa yang dapat ditangkap oleh pancainderanya.
3. Dorongan Akal (hidayah 'aqliyah).
Dengan potensi berfikir, daya khayalnya manusia mampu melakukan apresiasi
(apperception), dan menyalurkan apresiasinya melalui cipta, rasa, dan karsa. Dari
kemampuan akal ini, manusia mampu membuat alat untuk memudahkan
keperluannya, dari yang sederhana sampai yang canggih. Sehingga oleh orang
Barat disebut dengan the tool making animal (makhluk pembuat alat). Makin
tinggi daya kreasi manusia, makin canggih pula bentuk budaya materialnya.
Melalui daya ciptanya, manusia mampu melahirkan gambaran bunyi yang
mengandung arti tertentu untuk berkomunikasi dengan sesamanya atau dengan
makhluk yang lain.
Sehingga oleh para filosof disebut dengan zoon politicon atau dalam bahasa Arab
disebut al-hayawan al-Atiq (makhluk yang berbicara).
4. Dorongan Religi (hidayah diniyah).

5
Menurut sifatnya, manusia adalah makhluk beragama, atau disebut dengan istilah
homo-relegiosi. Dengan berpedoman pada agama, manusia dapat memperhalus
budinya, sehingga ia bisa menjelaskan tugasnya sebagai Master of the World/
khalifatullah di muka bumi ini.

Berdasarkan potensi yang ada pada manusia tersebut, pembentukan budaya dapat dibagi
menjadi empat fase:

1. Fase Instinctiv: Fase di mana dorongan pembentukan budaya itu semata-mata timbul
dari naluri.
2. Fase Inderaw: Fase pembentukan budaya yang didorong oleh hasil penginderaan
manusia pada alam sekitar.
3. Fase Akal: Fase di mana manusia membentuk budayanya dengan jalan menggunakan
kekuatan pikirannya serta imajinasinya, sehingga mampu menciptakan budaya.
4. Fase Religi: Bimbingan wahyu, bisikan yang dirasakan datangnya dari Maha
Pencipta, sehingga memberikan dorongan bagi manusia untuk melengkapi hasil
budayanya dengan nilai keagamaan.

F. Fungsi Kebudayaan
Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana
bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap jika akan berhubungan dengan orang lain
didalam menjalankan hidupnya.
Kebudayaan berfungsi sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antar manusia atau kelompok.
Contoh: norma. Norma adalah kebiasaan yang dijadikan dasar bagi hubungan antara
orang-orang tersebut sehingga tingkah laku masing-masing bisa diatur. Norma
sifatnya tidak tertulis dan berasal dari masyarakat. Maka apabila dilanggar, sangsinya
berupa cemoohan dari masyarakat.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kehidupan lainnya.
Contoh: kesenian.
3. Melindungi diri kepada alam.
Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang
mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan
alamnya.
4. Pembimbing kehidupan manusia
5. Pembeda antar manusia dan binatang

G. Perubahan dan Penetrasi Kebudayaan


Perubahan sosial budaya adalah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya
dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan
sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan
bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosial:


1. Tekanan kerja dalam masyarakat
2. Keefektifan komunikasi
3. Perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat perubahan lingkungan masyarakat,


penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman
6
es berujung ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi
baru lainnya dalam kebudayaan. Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya.

Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

1. Penetrasi damai (penetration pasifique)


Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan
tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya
masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan
hilangnya unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara damai
akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis. Akulturasi adalah
bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli. Asimilasi adalah bercampurnya dua
kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sintesis adalah bercampurnya
dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang
sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
Contoh: bentuk bangunan Candi Borobudur, merupakan perpaduan kebudayaan
asli Indonesia dan kebudayaan India.
2. Penetrasi kekerasan (penetration violante)Masuknya sebuah kebudayaan dengan
cara memaksa dan merusak.
Contoh: masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai
dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan yang merusak keseimbangan
dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari
Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda
masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.

H. Problematika Kebudayaan
Kebudayaan mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia
sebagai pemilik kebudayaan, dan adanya budaya dari luar yang terkadang kita langsung
menerima dan menerapkan pada diri dan kehidupan kita tanpa berfikir panjang dengan
resiko efek ke kebudayan kita sendiri. Ini lah beberapa contoh problematika kebudayaan:
1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan sistem kepercayaan.
Dalam hal ini, kebudayaan tidak dapat bergerak atau berubah karena adanya
pandangan hidup dan sistem kepercayaan yang sangat kental, karena kuatnya
kepercayaan sekelompok orang dengan kebudayaannya mengakibatkan mereka
tertutup pada dunia luar dan tidak mau menerima pemikiran dari luar walaupun
pemikiran yang baru ini lebih baik dari pada pemikiran mereka.
2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi atau sudut pandang.
Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan presepsi dan sudut pandang ini
dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksanaan pembangunan.
3. Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat yang tinggal di daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan
masyarakat luar cendrung memiliki ilmu pengetahuan yang terbatas, mereka seolah-
olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
4. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa sehingga
menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka
miliki secara turun-temurun.

7
5. Sikap etnosentrisme. Sikap etnosentris adalah sikap yang mengagungkan budaya suku
bangsa sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap seperti ini
akan memicu timbulnya pertentangan-pertentangan suku, ras, agama, dan antar
golongan. Kebudayaan yang beraneka ragam yang berkembang disuatu wilayah
seperti Indonesia terkadang menimbulkan sikap etnosentris yang dapat menimbulkan
perpecahan.
6. Pewarisan kebudayaan. Dalam hal pewarisan kebudayaan bisa muncul masalah antara
lain, sesuai atau tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat
sekarang, penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan
munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
7. Perubahan kebudayaan. Perubahan kebudayaan yang terjadi bisa memunculkan
masalah antara lain perubahan akan merugikan manusia jika perubahan itu bersifat
regress (kemunduran) bukan progress (kemajuan), perubahan bisa berdampak buruk
atau menjadi bencana jika dilakukan melalui revolusi, berlangsung cepat, dan diluar
kendali manusia.
8. Penyebaran kebudayaan. Penyebaran kebudayaan (difusi) bisa menimbulkan masalah,
masyarakat penerima akan kehilangan nilai-nilai budaya lokal sebagai akibat kuatnya
budaya asing yang masuk.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak
lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang
baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan,
kebenaran dan keadilan yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak
unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas,
pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kebudayaan adalah sesuatu yang memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Fungsi kebudayaan yaitu untuk mengatur
manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk
menentukan sikap jika akan berhubungan dengan orang lain didalam menjalankan
hidupnya.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola
budaya dalam suatu masyarakat. Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Problematika kebudayaan timbul akibat globalisasi
diantaranya dapat dilihat dalam bidang bahasa, kesenian, juga yang terpenting kehidupan
sosial. Akibat perkembangan teknologi yang begitu pesat, terjadi transkultur dalam
kesenian tradisional Indonesia.

B. Saran
Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah wawasan
dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk kesempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Djoko Widagdo, dkk. 2003. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Drs. Joko Tri Prasetya, dkk. Ilmu Budaya Dasar. Rineka Cipta
http://felixdeny.wordpress.com/2011/03/11/masalah-kebudayaan-indonesia/
http://elvapuspita07.blogspot.com/2011/05/perubahan-sosial-budaya-dan-penetrasi.html
http://indahnya---berbagi.blogspot.com/2013/11/wujud-dan-fungsi-kebudayaan.html

10

Anda mungkin juga menyukai