Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mesin listrik yang umum digunakan adalah motor DC. Motor DC merupakan alat
listrik yang sangat sering digunakan karena motor DC dapat mengubah energy listrik
menjadi energy mekanis yang berupa putaran. Motor DC terdiri dari 2 komponen
utama yaitu stator dan rotor. Stator merupakan bagian statis dari motor yang
menghasilkan medan magnet. Rotor merupakan bagian dari motor yang berotasi dan
mengalirkan arus listrik.
Prinsip kerja motor DC adalah apabila arus listrik dialirkan melalui sebuah konduktor
yang ditempatkan pada suatu medan magnet, maka akan timbul gaya mekanis yang
arahnya ditentukan oleh arah arus yang bertemu dengan medan magnet. Motor Dc
seringkali digunakan untuk peralatan yang membutuhkan torsi tinggi dengan
kecepatan putaran yang dapat dikontrol. Dalam dunia marine, motor DC umumnya
digunakan sebagai penggerak crane dan pada Kapal Selam masih menggunakan
mototr DC

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapa besarnya rugi besi dan mekanis pada saat motor dijalankan dengan beban
nol?
2. Berapa besar efisiensi motor dari daya output saat beban penuh pada motor DC
shunt beban nol?
3. Berapa besar torsi motor pada beban tertentu pada motor DC shunt berbeban?
4. Bagaimana cara menentukan putaran motor dalam keadaan beban tertentu?
5. Berapa daya motor dalam keadaan beban tertentu?
6. Berapa efisiensi motor dan bagaimana bentuk kurva effisieni fungsi beban?

1.3. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum Motor DC antara lain :
1. Percobaan Motor DC Shunt Beban Nol
 Mengetahui besarnya rugi besi dan mekanis pada saat motor dijalankan dengan
beban nol
 Menghitung besar efisiensi motor dari daya output saat beban penuh

2. Percobaan Motor DC Shunt Berbeban


 Menghitung besarnya torsi motor pada beban tertentu
 Menentukan putaran motor dalam keadaan beban tertentu
 Menghitung daya motor dalam keadaan beban tertentu
 Menghitung efisiensi motor dan membuat kurva efisiensi fungsi beban
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Pengertian Motor DC

Gambar 2.1 Motor DC


Sumber : www.surpluscenter.com

Motor Listrik merupakan alat listrik yang mengubah energi listrik menjadi energi mekanik.
Motor DC dapat disebut sebagai motor arus searah. Motor DC memiliki dua terminal dan
memerlukan tegangan arus searah atau DC (Direct Current) untuk dapat menggerakannya.
Motor DC memiliki beberapa jenis antara lain motor DC separately excited dan motor dc self
excited. Motor DC self excited terbagi menjadi beberapa tipe yaitu shunt, seri dan compound
(gabungan seri-paralel).

2.2. Prinsip Kerja


Elektrik motor adalah sebuah mesin yang mengkonversi energi elektrik menjadi energi
mekanik. Kerja tersebut berdasarkan prinsip kerja pada saat sebuah arus yang dibawa
konduktor di simpan pada medan magnet, akan mengalami arah gaya mekanik yang
dijelaskan oleh aturan tangan kiri Fleming’s yang dimana besarannya dijelaskan pada rumus
berikut :
F=B . I . L( N )
Dimana ,
F : Gaya (N)
B : Kuat medan magnet (T)
I : Kuat arus yang mengalir pada kawat (A)
L : Panjang kawat (m)

Gambar 2.2 Prinsip Kerja


Sumber : www.teorick.blogspot.com
2.3. Komponen Motor DC

2.3.1 Main Pole (Stator)

Gambar 2.3 Komponen motor DC


Sumber : wikipedia
Merupakan komponen yang sangat menentukan kinerja dari motor listrik, sehingga
dapat dikatakan sebagai komponen utama dalam motor listrik. Fungsi dari stator ialah
untuk menghasilkan medan listrik di sekitar rotor. Stator adalah bagian motor listrik yang
statis (diam) alias tidak bergerak. Kemagnetan dan besarnya kinerja yang dihasilkan oleh
stator sangat bergantung pada banyaknya kumparan yang diilitkan pada stator. Semakin
banyak jumlah kumparannya, maka medan magnet yang dihasilkan pun juga akan
semakin besar.
2.3.2. Rotor

Gambar 2.4 Komponen motor DC


Sumber : wikipedia

Rotor merupakan bagian dari motor listrik yang dililit dengan tembaga. Rotor
berfungsi sebagai output tenaga penggerak. Kecepatan yang dihasilkan oleh rotor akan
sebanding dengan jumlah lilitan kawat. Semakin banyak jumlah lilitan, maka akan
semakin besar juga putaran yang dihasilkan oleh motor.
2.3.3. Brush
Gambar 2.5 Komponen motor DC
Sumber : wikipedia

Brush merupakan jembatan bagi aliran arus ke lilitan jangkar. Brush ini berbahan
dasar karbon dengan tingkat kekerasan material yang bervariasi. Brush pada
umumnya harus memiliki kekuatan material yang lebih lunak dari komutator (bagian
dari motor arus searah). Tujuannya supaya gesekan yang terjadi antara komutator dan
brush tidak mengakibatkan komutator cepat aus. Motor DC yang menggunakan brush
merupakan motor DC brushed.

2.3.4. Komutator

Gambar 2.6 Komponen motor DC


Sumber : wikipedia

Komutator berfungsi untuk membalikkan arah arus listrik dalam dinamo. Commutator
juga membantu dalam transmisi arus antara dinamo dan sumber daya. Selain itu
komutator berfungsi untuk menyearahkan tegangan yang dihasilkan rotor menjadi
tegangan DC.

2.3.5. Rectifier

Gambar 2.7 Komponen motor DC


Sumber : wikipedia

Rectifier atau disebut juga penyearah gelombang adalah sebuah bagian dari Power
Supply. Cara kerja rectifier adalah berfungsi untuk mengubah arus AC (Alternating
Current) menjadi arus DC (Direct Current). Pada umumnya, penyearah gelombang atau
Rectifier menggunakan dioda sebagai komponen utama. Hal ini
dikarenakan dioda memiliki karakteristik yang melewatkan arus listrik hanya ke satu
arah dan menghambat arus listrik dari arah yang sebaliknya. Rectifier memiliki 2 jenis
yaitu Half wave rectifier (penyearah setengah gelombang) dan Full wave rectifier
(penyearah gelombang penuh).
Gambar 2.4. full wave Rectifier
Sumber : www.CirquitsToday.com
Penyearah gelombang penuh atau full wave rectifier merupakan sistem
penyearah gelombang yang dapat menyearahkan semua siklus gelombang baik pada
fase positif maupun pada fase negatif. Secara umum penyearah gelombang penuh dapat
dilakukan atau dibuat dengan dua cara yaitu dengan menggunakan dua buah dioda atau
dengan menggunakan empat buah dioda. Penyearah gelombang penuh dengan
menggunakan dua buah dioda dapat dilakukan pada transformator CT (Center Tap)
sedangkan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan 4 buah dioda dapat
dilakukan pada transformator non CT.
 Penyearah gelombang penuh dengan dua buah diode
Fungsi dari transformator CT tersebut untuk menghasilkan dua buah
signal sinus dengan fase yang berkebalikan. Satu lilitan akan menghasilkan
fase yang sama dengan signal input dan satu lilitan lainnya akan
menghasilkan fase yang berkebalikan dengan signal input.
Dengan dua signal tegangan AC tersebut yang saling berbeda fase ini
maka kedua dioda masing-masing akan berfungsi sebagai penyearah setengah
gelombang dan bekerja secara bergantian. Satu dioda akan menyearahkan
siklus positif dari atas lilitasn dan satu dioda kemudian bergantian
menyearahkan siklus positif dari lilitan bawah yang merupakan kebalikan
fase dari siklus negatif signal input AC.
 Penyearah gelombang penuh dengan empat buah diode
Pada transformator non CT terdapat tegangan pada sisi A dan pada sisi
B. Misalnya pada periode pertama pada sisi A adalah tegangan positif dan pada
sisi B adalah tegangan negatif maka dioda D1 dan D4 dapat menghantarkan
atau dilewati arus karena kedua dioda ini pada posisi forward bias (bias maju).
Sedangkan dioda D2 dan D3 akan berada pada posisi reverse bias (bias mundur)
sehingga tidak akan dapat dilewati arus.

gambar 2.5. Half wave rectifier


Sumber: www.CirquitsToday.com
 Prinsip kerja rangkaian penyearah setengah gelombang
Tegangan yang dihasilkan oleh generator listrik yang berbentuk
tegangan bolak-balik akan dilewatkan melalui satu buah diode penyearah
sehingga akan nampak bahwa tegangan output yang dihasilkan hanya pada satu
fase saja yaitu pada saat fase positif dan pada saat fase negatif tegangannya akan
dihilangkan.
Ketika generator listrik atau transformator memberikan tegangan pada saat fase
positif, maka dioda penyearah akan dalam keadaan forward bias (bias maju)
sehingga tegangan dari generator listrik atau transformator ini dapat melewati
dioda penyearah dan tegangan ouput yang dihantarkan besarnya sama dengan
tegangan inputnya. Sedangkan saat generator listrik atau transformator
memberikan tegangan pada fase negatif, maka dioda penyearah akan dalam
posisi reverse bias (bias mundur) sehingga tegangan dari generator listrik atau
transformator ini akan ditahan atau tidak dapat melewai dioda penyearah,
akibatnya besar tegangan yang dikeluarkan pada fase ini tegangan output akan
sama dengan nol volt.

Pada penyearah setengah gelombang ini akan memiliki banyak tegangan riak
atau ripple sehingga membutuhkan kapasitor dengan kapasitas yang lebih besar
untuk menghaluskan tegangan outputnya.

2.4. Jenis-Jenis Motor DC


Berdasarkan perangsangannya, sistem Motor DC terbagi menjadi 2 tipe motor. Yang pertama
adalah Motor dengan penguat terpisah, dan yang kedua adalah motor dengan penguat sendiri.
Motor dengan penguat sendiri terdiri dari motor shunt, motor series, dan motor kompon
panjang dan motor kompon pendek. Berikut adalah penjelasan sirkuit elektrik pada setiap
motornya :

2.4.1. Motor dengan Penguat Terpisah ( Separately Excited Motor )


Sumber arus listrik untuk kumparan penguat terpisah berbeda. Motor DC ini lebih mahal
karena adanya rangkaian tambahan dan butuh sumber daya tambahan untuk pasokan arus
listik.
Sirkuit elektrik dari motor dengan penguat terpisah dijelaskan pada gambar dibawah ini :

Gambar 2.5.1 Motor penguat terpisah


Sumber : buku Marine Electrical

Motor ini dipasok dengan dua sumber arus d.c. yaitu V f dan Vt . Sumber untuk Kumparan
armatur ( armature winding ) terpisah dengan sumber untuk kumparan medan (field winding).
Untuk persamaan elektriknya dari motor ini dijelaskan dibawah ini :
V f =I f . R f
V t =Ea + I a . R a
Ea =C . n .Φ
Dimana :
Vf : Tegangan kumparan medan
If : Arus kumparan medan
Rf : Hambatan Kumparan medan
Vt : Tegangan kumparan armatur
Ea : e.m.f. balik kumparan armatur
Ia : Arus kumparan armatur
Ra : Hambatan kumparan armatur
C : Konstanta Armatur
n : Rotasi Armatur
Φ : Flux lilitan medan

2.4.2. Motor Penguat Sendiri


Pada motor jenis ini, kumparan medannya dihubungkan secara seri, parallel, ataupun
kombinasi keduangan dengan kumparan jangkar. Motor ini dipasok dengan satu sumber d.c.
yaitu Vt = Terminal Tegangan , hubungan sistem antara lilitan armatur dan lilitan medan
dibedakan menjadi beberapa tipe motor.
A. Motor Tipe Shunt
Merupakan motor dc yang sering digunakan karena kecepatannya hampir konstan meskipun
terjadi perubahan beban. Kecepatan dapat dikendalikan dengan memasang resistor secara seri
dengan kumparan medan atau kumparan jangkar.

Gambar 2.5.2.a Motor Shunt


Sumber : buku Marine Electrical

Persamaan elektrik pada motor ini dijelaskan dibawah ini :


V f =V t
V t =I sh . Rsh
V t =Ea + I a . R a
Ea =C . n .Φ
Dimana :
Vf : Voltase kumparan medan
Vt : Voltase kumparan armatur
Ish : Arus lilitan medan shunt
Rsh : Hambatan lilitan medan shunt
Ea : e.m.f. balik kumparan armatur
Ia : Arus kumparan armatur
Ra : Hambatan kumparan armatur
C : Konstanta Armatur
n : Rotasi Armatur
Φ : Flux lilitan medan

B. Motor Tipe Series


Pada motor jenis ini kumparan medannya dihubungkan secara seri dengan kumparan jangkar.
Kecepetannya akan berkurang seiring diberikan penambahan beban pada motor jenis ini.
Tidak boleh digunakan tanpa beban terpasang karena akan berputar cepat tanpa kendali.

Gambar 2.5.2.b Motor Series


Sumber : buku Marine Electrical

Persamaan elektrik pada motor ini dijelaskan dibawah ini :


I s=I L =I a
V s =I s . Rs
V t =Ea + I a . R a+ I a . R s
Ea =C . n .Φ
Dimana :
Is : Arus lilitan medan series
IL : Arus total
Ia : Arus kumparan armatur
Vs : Voltase lilitan medan series
Rs : Hambatan lilitan medan series
Vt : Voltase kumparan armatur
Ea : e.m.f. balik kumparan armatur
Ia : Arus kumparan armatur
Ra : Hambatan kumparan armatur
C : Konstanta Armatur
n : Rotasi Armatur
Φ : Flux lilitan medan

C. Tipe Motor Kompon Pendek


Terdapat dua kumparan medan yang masing-masing dihubungkan secara parallel dan seri dengan
kumparan jangkar. Memiliki karakteristik seperti motor seri dan shunt. Semakin tinggi persentase
gulungan semakin tinggi pula torsinya. Pada kompon pendek , kumparan medannya secara parallel di
dengan kombinasi kumparan medan seri dan jangkar.

Gambar 2.5.2.c Motor kompon pendek


Sumber : buku Marine Electrical

Persamaan elektrik pada motor ini dijelaskan dibawah ini :


I L =I sh + I a
I L =I s
V sh=I sh . R sh
V s =I s . Rs =I L . Rs
V sh =E a + I a . Ra
Ea =C . n .Φ
V t =V sh +V s
V t =I s . R s+ I a . R a
Dimana :
Is : Arus lilitan medan series
IL : Arus total
Ia : Arus kumparan armatur
Ish : Arus lilitan medan shunt
Ra : Hambatan kumparan armatur
Rsh : Hambatan lilitan medan shunt
Vsh : Voltase lilitan medan shunt
Vs : Voltase lilitan medan series
Rs : Hambatan lilitan medan series
Ea : e.m.f. balik kumparan armatur
C : Konstanta Armatur
n : Rotasi Armatur
Φ : Flux lilitan medan

D. Tipe Motor Kompon Panjang


Terdapat dua kumparan medan yang masing-masing dihubungkan secara parallel dan seri dengan
kumparan jangkar. Memiliki karakteristik seperti motor seri dan shunt. Semakin tinggi persentase
gulungan semakin tinggi pula torsinya. Pada kompon pendek , kumparan medannya secara parallel di
dengan kumparan jangkar saja.

Gambar 2.5.2.d Motor kompon panjang


Sumber : buku Marine Electrical

Persamaan elektrik pada motor ini dijelaskan dibawah ini :


I L =I sh + I a
I a=I s
V sh=I sh . R sh
V sh =V t
V s =I s . Rs =I L . Rs
V t =Ea + I a . R a+V s
V t =Ea + I a . R a+ I a . R s
Ea =C . n .Φ
Dimana :
Is : Arus lilitan medan series
IL : Arus total
Ia : Arus kumparan armatur
Ish : Arus lilitan medan shunt
Ra : Hambatan kumparan armatur
Rsh : Hambatan lilitan medan shunt
Vsh : Voltase lilitan medan shunt
Vs : Voltase lilitan medan series
Rs : Hambatan lilitan medan series
Ea : e.m.f. balik kumparan armatur
C : Konstanta Armatur
n : Rotasi Armatur
Φ : Flux lilitan medan
2.4.3. Brushless Motor DC

Gambar 2.5.3 Brushless motor DC


Sumber : www.nidec.com
Brushless motor dc termasuk kedalam jenis motor sinkron. Maksudnya medan magnet yang
dihasilkan oleh stator dan medan magnet yang dihasilkan oleh rotor berputar pada frekuensi
yang sama. Jenis motor ini tidak mengalami slip seperti motor induksi biasa. Motor jenis ini
mempunyai magnet permanen pada bagian rotor dan elektromagnet pada bagian stator. Motor
jenis ini juga memiliki biaya perawatan lebih rendah dan kecepatan tinggi akibat tidak adanya
brush. Namun kelemahannya harga awalnya relatif mahal.

2.5. Braking
Untuk mengerem motor d.c. dapat diselesaikan dengan :
- Metode mekanik dengan meggunakan shoe brake
- Metode elektrik

A. Metode elektrik pengereman motor d.c.

 Pengereman Dinamik

Gambar 2.6.a Pengereman dinamik


Sumber : buku Marine Electrical

Untuk menghentikan rotasi motor dilakukan dengan prosedur berikut ini :


- Matikan pasokan terminal
- R1 dihubungkan dengan terminal motor (Terminal A dan Terminal B)
- Dalam kondisi ini energi rotasi motor yang tersisa dihilangkan oleh hambatan (R1).
Kondisi ini membuat rotasi motor akan turun dengan sangat cepat, fungsi dari motor
pada saat itu untuk menjadi generator.
- Sangat penting untuk menyimpan torsi sebuah rotasi untuk menjaga agar tetap
konstan.
- Menjaga pengontrolan R1 , mengatur Ia (Arus armatur jangan terlalu tinggi. (≤ 2 X Ia
nominal)

 Pengereman Regeneratif
Gambar 2.6.b Pengereman regeneratif
Sumber https://www.google.com/search?
q=rangkaian+pengereman+regeneratif&safe=strict&sxsrf=ALeKk03oQ1GUWedL8wDj9BS
whgA8kQUK8g:1583742628234&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=2ahUKEwjn3JWG_
YzoAhUP73MBHZ8NCTEQ_AUoAXoECA4QAw&biw=1366&bih=663#imgrc=ajd9fKAM
0rlk_M

Metode pengereman ini, rotasi energi dikembalikan ke sistem. Hal itu dapat terjadi
saat muatan motor turun dan kecepatan motor lebih besar daripada nilai rotasi, di
persamaan Ea > Vt atau motor tersebut akan berubah menjadi generator. Pengereman
ini hanya terjadi pada situasi tertentu dan juga hanya pada peralatan tertentu seperti ;
kereta listrik , crane , dan sebagainya.

 Pengisian atau penentangan – Arus rem


Metode ini biasanya digunakan dalam pengontrolan elevator, rolling mils, printing
presses, dan sebagainya.
Dalam metode ini , hubungan dengan terminal armatur tersedia sehingga motor akan
bekerja pada arah yang berlawanan. Karena hubungan amatur yang terbailik,
menggunakan voltase V dan Ea bekerja pada arah yang sama disekeliling sirkuit.
Dalam usaha untuk membatasi arus aramatur ke nilai yang lebih masuk akal (≤ 2 X Ia
nominal), perlu menambahkan hambatan didalam sirkuit selagi membalikan
hubungan armatur.

Gambar 2.6.c pengisian atau penentangan – Arus rem


Sumber : buku Marine Electrical

Pengisian (plugging) memberikan torsi pengereman yang lebih baik daripada


pengereman dinamik. Perlu dicatatat walaupun pada saat motor mendekati kecepatan
nol, hubungan ke pemasok elektrik akan dimatikan.
2.6 Rugi-rugi motor DC
Macam-macam rugi-rugi yang dapat terjadi pada motor dibedakan menjadi beberapa jenis,
yang akan dijelaskan berikut ini :
A. Rugi-rugi Tembaga (Copper Losses)
- Rugi-rugi armatur
- Rugi-rugi medan tembaga. Dalam motor shunt , biasanya konstan dan sama dengan
Ish2 . Rsh . Sedangkan pada motor series adalah sama dengan Is2 . Rs

B. Rugi-rugi magnetik
Pada rugi-rugi ini terdiri dari rugi-rugi Hysteresis dan rugi-rugi arus Eddy (Eddy current)
dan rugi-rugi ini mendekati konstan karena pada arus medan kurang lebih konstan.

C. Rugi-rugi Mekanik
Rugi-rugi ini terdiri dari :
- Rugi gesek pada bearing dan komutator
- Gesekan udara atau rugi angin yang bergerak (windage) dari perputaran armatur
Macam-macam tahapan dari perubahan energi didalam sebuah motor dan juga macam-
macam rugi-rugi yang terjadi didalam motor dijelaskan pada diagram dibawah ini :

Gambar 2.7 diagram daya motor d.c.


Sumber : buku Marine Electrical

Secara keseluruhan atau efesiensi komersil 𝜂c = C/A ; Efesiensi elektrik 𝜂e = B/A;


Efensiensi mekanik 𝜂m = C/B.
Mengetahui rugi-rugi sangatlah penting karena kinerja suatu motor d.c. dikatakan baik
apabila motor tersebut memiliki rugi-rugi yang kecil.

2.7. Perbedaan Motor AC dan DC


Faktor Pembedaa Motor DC Motor AC
Suplai Motor Arus DC Arus AC
Komutator Ada Tidak Ada
Daya Tetap bila kecepatan turun Turun bila kecepatan turun
Torsi Tinggi Rendah
Kecepatan Mudah diatur Sulit diatur

2.8. Kelebihan dan Kekurangan Motor DC


No Kelebihan Kekurangan
1 Desain Sederhana Harga motor relatif mahal
2 Mudan untuk variasi kecepatan Tinggi tingkat pemeliharaan
3 Torsi tinggi Tidak cocok untuk aplikasi berdaya besar
4 Cocok untuk aplikasi berdaya rendah Ukurannya besar
2.9. Aplikasi di darat
Nama Alat Gambar Penjelasan
Mesin Bubut Motor DC digunakan untuk
mengatur kecepatan spindle pada
mesin bubut

Vacuum Motor DC pada vacuum cleaner


Cleaner berfungsi untuk memutar kipas
(fan)

Motor Motor DC berguna sebagai


Penggerak Lift penggerak elevator

Kompresor Menggunakan motor DC Shunt


karena mengandalkan Konstansi
putaran

Ban saw geraji berbentuk pita,


menggunakan motor DC karena
membututhkan kecepatan konstan

2.9. Aplikasi di Marine


Nama Alat Gambar Penjelasan
Crane pada Motor DC pada crane berfungsi
kapal untuk menggerakkan unit
trolley yaitu untuk menggeser
posisi grab dari darat ke laut.

Pintu Untuk memutar pompa hidrolik


watertight yang menggerakkan pintu
watertight

Radar pada Untuk menggerakkan radar


kapal agar komunikasi dan navigasi
kapal berjalan dengan baik
Motor Kapal hingga saat ini, kapal selam
Selam masih menggunakan motor DC

Windlass windlass untuk membantu


kapal menepi ke pelabuhan
menggunakan mesin DC
karena membutuhkan
kecepatan yang konstan dan
ber torsi besar
BAB III
DATA PERCOBAAN
3.1 Peralatan
No. Nama Alat Gambar Fungsi
1 Motor DC Untuk mengubah energi listrik
Compoun menjadi energy mekanik sebagai
d beban.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


2 Regulator Mengatur tegangan beban.

Sumber: Dokumentasi pribadi


3 Penyearah Mengubah arus AC menjadi arus
arus DC.
(rectifier)

Sumber: Dokumentasi Pribadi


4 Voltmeter Mengukur besar tegangan pada
rangkaian.

Sumber: Dokumentasi Pribadi


5 Multitester Mengukur besarnya hambatan/
tahanan pada rangkaian.

Sumber: Dokumentasi pribadi


6 Tangmeter Mengukur besar arus yang
mengalir pada rangkaian.

Sumber: Dokumentasi pribadi


7. Kabel- Menghubugkan komponen
kabel listrik yang satu dengan yang
penghubu lain.
ng

Sumber: Dokumentasi Pribadi


8. Tachomet Mengukur putaran motor DC.
er

Sumber: Dokumentasi pribadi


9. Motor DC Untuk mengubah energi listrik
Shunt menjadi energy mekanik

Sumber: Dokumentasi Pribadi

3.2 LANGKAH PERCOBAAN


1. Percobaan Motor Dc Compound Beban Nol
a. Mengukur besar tahanan pada kumparan motor DC Compound dan selanjutnya
menentukan kumparan seri, kumparan shunt dan kumparan jangkar
b. Merangkai alat – alat sebagai berikut

c. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati
penyearah arus) melalui voltage regulator.
d. Mengamati besarnya arus yang mengalir pada saat motor diberi tegangan yang
bervariasi (50,60,70,80,90 volt) mengamati besarnya arus yang mengalir dengan
menggunakan clampmeter dan juga besarnya putaran motor diamati menggunakan
tachometer

2. Percobaan Motor DC compound Berbeban


a. Motor DC dicatu daya dari sumber DC (dari sumber AC yang telah melewati
penyearah arus) melalui voltase regulator.Gambar rangkaian seperti pada
gambar:
b. Pembebanan dilakukan dengan pemberian arus eksitasi pada motor DC Shunt
dengan nilai tertentu (0,1;0,3;0,5;0,7;0,9) Ampere atau sesuai dengan
ketentuan Grader) yang dilakukan dengan menggunakan pengatur tegangan
(Regulator B)
c. Kemudian regulator A diatur sedemikian rupa sehingga tegangannya tetap
sebesar 90 volt atau sesuai dengan ketentuan Grader.
d. Amati dan catatlah besarnya rpm dan arus yang mengalir ke motor.

3.3 FLOW CHART


3.3.1 TERHUBUNG KE SHUNT

3.3.2 TERHUBUNG KE COMPOUND


3.4 DATA

Tabel Pengamatan
Rsh = 1000 , merupakan tahanan medan
Ra = 5 , merupakan tahanan jangkar
Rs = 1

PERCOBAAN 1
A. Beban Nol Naik

No Tegangan Sumber Arus IL RPM


1 60 V 0.66 A 967
2 70 V 0.78A 1013
3 80 V 0.82A 1064
4 90 V 0.84A 1129
5 100 V 0.86A 1182

B. Beban Nol Turun


No Tegangan Sumber Arus IL RPM
1 100 V 0.87A 1174
2 90 V 0.83A 1101
3 80 V 0.8A 1035
4 70 V 0.76 A 960
5 60 V 0.467A 900

PERCOBAAN 2
A. Berbeban Naik
No Tegangan Sumber Arus Eksitasi Arus IL RPM
1 60 V 5A 0.84 A 830
2 80 V 8.5 A 1.33A 938
3 100 V 10 A 1.81A 1078

B. Berbeban Turun
No Tegangan Sumber Arus Eksitasi Arus IL RPM
1 100 V 10 A 1.55A 1016
2 80 V 8.5 A 1.39 A 921
3 60 V 5A 0.87A 812
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Perhitungan
Dari hasil pengukuran tahanan masing – masing kumparan kita dapat menentukan yang mana
merupakan tahanan jangkar dan yang mana merupakan tahanan medan. Pada motor-motor listrik,
tahanan jangkar selalu jauh lebih kecil daripada tahanan medan. Sehingga dari hasil pengukuran tahanan
dapat kita ketahui : Rsh = 1000
Ra = 5 
S=1 
Kumparan medan lebih besar karena kumparan medan akan menghasilkan medan magnet.
Sedangkan Kumparan jangkar berfungsi untuk mengimbaskan ggl induksi pada konduktor yang terletak
pada alur-alur jangkar. Sehingga kumparan medan lebih besar dari pada kumparan jangkar.

4.1.1. PERHITUNGAN PADA BEBAN NOL

Setelah diketahui besarnya tahanan medan dan tahanan jangkar, maka kita dapat menghitung arus
medan ( If ), arus jangkar ( Ia ), Arus masuk ( Im ), Daya masuk (P in), rugi tembaga ( W tembaga ) dan
rugi besi dan mekanis ( Wb+m ) sebagai berikut :
PADA BEBAN NOL / NAIK,
Untuk Vt = 100 Volt
Tabel VI.2 Perhitungan beban nol / turun

1 Arus Medan If = Vt / Rsh


= 100 /1000
= 0,1 A
2 Arus Jangkar Ia = IL – If
= 0,6 – 0,1
= 0,5 A
3 Daya Masuk Pin= Vt x IL
= 100 x 0,6
= 60 W
4 Rugi Tembaga Wtem= (Ia2 Ra) + (If2 Rf)
= [(0,5)2 x 5 ] + [ (0,1)2 x
(1000)]
= 101,25 W
5 Rugi besi dan mekanik W(b+m)= 20% x Pin
= 20% x 60 w
= 12 W
6 Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)
= 101,25 + 12
= 113,25 W
7 Ea Ea=Vt-(Ra x Ia)
=100-(5 x 0,5)
= 97,5
8 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 .
(Rpm/60) )
=(97,5 x 0,5) / ( 2 . 3,14 .
(1172/60))
=0,4

Tabel IV.1 Perhitungan beban nol / naik

W
RP Pi (B+T
vt IL M If Ia n Wtem ) Wtot Ea Torsi
60 0, 961 0,0 0,3 24 60,578 4,8 65,378 58,3 0,196986
4 6 4
0, 0,0 0,4 70,924 67,8
70 5 1014 7 3 35 5 7 77,9245 5 0,274898
0, 0,0 0,5
80 6 1074 8 2 48 81,352 9,6 90,952 77,4 0,35804
0, 0,0 0,5 91,300 102,100 87,4
90 6 1130 9 1 54 5 10,8 5 5 0,377088
10 0,
0 6 1172 0,1 0,5 60 101,25 12 113,25 97,5 0,39741

PADA BEBAN NOL / TURUN


Untuk perhitungan beban nol / turun, sama dengan perhitungan pada beban nol / naik.
Tabel VI.2 Perhitungan beban nol / turun
RP W
Vt IL M If Ia Pin Wtem (B+T) Wtot Ea Torsi
10
0 0,6 1172 0,1 0,5 60 101,25 12 113,25 97,5 0,39741
87,4
90 0,6 1096 0,09 0,51 54 91,3005 10,8 102,1005 5 0,388786
80 0,5 1035 0,08 0,42 40 80,882 8 88,882 77,9 0,302022
67,8
70 0,5 969 0,07 0,43 35 70,9245 7 77,9245 5 0,287664
60 0,4 909 0,06 0,34 24 60,578 4,8 65,378 58,3 0,208341

PERHITUNGAN PADA BERBEBAN


Untuk percobaan berbeban ini akan diberikan arus eksitasi. Eksitasi digunakan sebagai
penguatan atau sebagai pembangkit medan magnet, sehingga suatu generator dapat
menghasilkan energi listrik dengan besar tegangan keluaran generator bergantung pada besarnya
arus eksitasinya. Pada percobaan ini, arus eksitasi yang dialirkan menuju generator akan menjadi
beban yang akan kita lihat pengaruhnya terhadap RPM dan Efisiensi pada motor DC.
BERBEBAN NAIK
Vt= 100 V
IL = 7,7 A
Arus eksitasi = 10 A
Tabel 4.2 Perhitungan
1 Arus Medan If = Vt / Rsh
= 100 /1000
= 0,1 A
2 Arus Ia = IL – If
Jangkar = 7,7 – 0,1
= 9,9 A
3 Daya Pin= Vt x IL
Masuk = 100 x 7,7
= 770 W
4 Rugi Wtem= (Ia2 Ra) + (If2 Rf)
Tembaga = [(9,9)2 x 5 ] + [ (0,1)2 x
(1000)]
= 590,05 W
5 Rugi besi W(b+m)= 20% x Pin
dan = 20% x 770 w
mekanik = 154 W
6 Rugi total Wtot= Wtem + W(b+m)
= 590,05 + 154
= 744,05W
7 Ea Ea=Vt-(Ra x Ia)
=100-(5 x 09,9)
= 50,5
8 Torsi Torsi = (Ea . Ia) / ( 2. 3,14 .
(Rpm/60) )
=(50,5 x 99,9) / ( 2 . 3,14 .
(1172/60))
= 620,33
1 Daya Pout = Pin – W tot
0 Keluar = 770 – 744,05
= 25,95 W
1 Efisiensi η = Pout/Pin x 100%
1 = (25,95/770) x 100%
= 3,3 %

Tabel IV.3 PerhitunganBebanNaik

W
RP Pi (B+T Effisiens
Vt Ie IL M If Ia n Wtem ) Wtot Ea Torsi Pout i
4, 0,0 4,9 25 182,01 232,41 35, 396,683 19,58 7,77063
60 5 2 824 6 4 2 8 50,4 8 3 3 2 5
8, 7, 0,0 8,4 58 434,48 116, 551,28 37, 417,657 32,71 5,60239
80 5 3 815 8 2 4 2 8 2 9 3 8 7
10 7, 77 50, 620,336
0 10 7 910 0,1 9,9 0 590,05 154 744,05 5 7 25,95 3,37013

BERBEBAN TURUN
Untuk perhitungan beban turun sama dengan perhitungan pada beban naik.
Tabel IV.4 Perhitungan Berbeban Turun
RP W
Vt Ie IL M If Ia Pin Wtem (B+T) Wtot Ea Torsi Pout Effisiensi
-
100 10 6,5 1066 0,1 9,9 650 590,05 130 720,05 50,5 734,8604 70,05 -10,7769
80 8,5 6,8 905 0,08 8,42 544 434,482 108,8 543,282 37,9 448,3674 0,718 0,131985
60 5 3,9 801 0,06 4,94 234 182,018 46,8 228,818 35,3 427,1975 5,182 2,21453

4.2. Grafik

1. Grafik Untuk Percobaan Beban Nol Tegangan Naik


a. Grafik Torsi fungsi Putaran

RPM - TORSI
0.45

0.4

0.35
TORSI

0.3

0.25

0.2

0.15
900 950 1000 1050 1100 1150 1200
RPM

Grafik 1. Torsi (Nm) terhadap Putaran Motor (rpm)


Pada grafik tersebut diketahui bahwa putaran dengan torsi berbanding lurus,
namun seharusnya berbanding terbalik. Bahwa semakin tingginya RPM maka akan
semakin kecil dari torsi yang dihasilkan. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T =

Ea . Ia
. dalam rumus tersebut kita ketahui bahwa memang putaran RPM berbanding
2 πn/60
terbalik dengan torsi. Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus dengan
nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi
tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga tampak seperti berbanding lurus.

b. Grafik Rugi Total fungsi Putaran


RPM - W TOT
120

110

100
RPM

90

80

70

60
900 950 1000 1050 1100 1150 1200
W TOT

Grafik 2. Rugi Total (Watt) terhadap Putaran Motor (rpm)

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding lurus dengan W
total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang
bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Berdasarkan losses daya
copper (Wcu) pada armature, field magnetic, dan series motor diketahui rumus losses
tersebut adalah Ia2 x Ra, Ish2 x Rsh, dan Is2 x Rs. Rumus kerugian W(b+m) adalah
20% dari nilai total daya losses yaitu daya losses akibat copper. Dimana rugi total
motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

c. Grafik Tegangan sumber fungsi RPM


RPM - VT
1200

1150

1100
RPM

1050

1000

950
50 60 70 80 90 100 110
VT

Grafik 3. Tegangan Sumber (V) terhadap Putaran Motor (rpm)

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa putaran motor dipengaruhi oleh
tegangan sumber yang bekerja, hal tersebut dibuktikan dengan rumus Rotation control
“ Eb = C . n . Ø” dan “Eb = Vt – Ia.Ra” maka dapat dijabarkan rumus menjadi “ n = (
Vt – Ia.Ra ) / C.Ø” sehingga tegangan sumber berbanding lurus dengan nilai putaran.

1. Grafik Untuk Percobaan Beban Nol Tegangan Turun


a. Grafik Torsi fungsi Putaran

RPM - TORSI
0.45

0.4

0.35
TORSI

0.3

0.25

0.2
900 950 1000 1050 1100 1150 1200
RPM
Grafik 4. Torsi (Nm) terhadap Putaran Motor (rpm)

Pada grafik tersebut diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding lurus,
namun seharusnya berbanding terbalik. Dilihat bahwa semakin tingginya RPM maka
akan semakin kecil dari torsi yang dihasilkan. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T =

Ea . Ia
. dalam rumus tersebut kita ketahui bahwa memang putaran RPM berbanding
2 πn/60
terbalik dengan torsi. Pada grafik diatas terlihat nilai torsi berbanding lurus dengan
nilai RPM, hal tersebut dikarenakan pada masing – masing RPM motor diberi
tegangan sumber yang berbeda- beda sehingga menjadi berbanding lurus.

b. Grafik Rugi Total fungsi Putaran

W TOT - RPM
120

110

100
W TOT

90

80

70

60
900 950 1000 1050 1100 1150 1200
RPM

Grafik 5. Rugi Total (Watt) terhadap Putaran Motor (rpm)

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding lurus dengan
Wtot rugi total. Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang ada karena RPM
dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC baik yang bekerja pada
jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Berdasarkan losses daya copper (Wcu)
pada armature, field magnetic, dan series motor diketahui rumus losses tersebut
adalah Ia2 x Ra, Ish2 x Rsh, dan Is2 x Rs. Rumus kerugian W(b+m) adalah 20% dari
nilai total daya losses yaitu daya losses akibat copper., dimana rugi total motor dc
adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).
a. Grafik Tegangan sumber fungsi RPM

VT - RPM
1200

1150

1100
RPM

1050

1000

950

900
55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 105
VT

Grafik 6. Tegangan Sumber (V) terhadap Putaran Motor (rpm)


Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa putaran motor dipengaruhi oleh
tegangan sumber yang bekerja, hal tersebut dibuktikan dengan rumus Rotation control
“ Ea = C . n . Ø” dan “Ea = Vt – Ia.Ra” maka dapat dijabarkan rumus menjadi “ n =
( Vt – Ia.Ra ) / C.Ø” sehingga tegangan sumber berbanding lurus dengan nilai
putaran.

2. Grafik untuk percobaan berbeban naik


a. Grafik Efisiensi Terhadap Eksitasi

Ie - EFFISIENSI
9

7
EFISIENSI

3
4.5 5.5 6.5 7.5 8.5 9.5 10.5
Ie
Grafik 7. Efisiensi terhadap Eksitasi
Berdasarkan teorinya hubungan antara arus eksitasi dengan effisiensi
berbanding lurus. Dimana apabila arus eksitasi dinaikkan maka efisiensi juga akan
naik. begitupun sebaliknya. Untuk penjelasan dari teori hal ini sesuai dengan rumus η
= Pout/Pin x 100%.
b. Grafik Torsi terhadap RPM

TORSI - RPM
650

600

550
TORSI

500

450

400

350
800 820 840 860 880 900 920
RPM

Grafik 8. Torsi terhadap RPM

Pada grafik tersebut diketahui bahwa tegangan dengan torsi berbanding


terbalik. Dilihat bahwa semakin tingginya RPM maka akan semakin kecil dari torsi

Ea . Ia
yang dihasilkan. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T = . dalam rumus
2 πn/60
tersebut kita ketahui bahwa memang putaran RPM berbanding terbalik dengan torsi.
c. Grafik Rugi total terhadap RPM

W TOT - RPM
800

700

600
W TOT

500

400

300

200
800 820 840 860 880 900 920
RPM

Grafik 9. Rugi Total terhadap RPM

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding terbalik dengan
Wtot rugi total. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya total yang ada pada motor DC
baik yang bekerja pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri. Berdasarkan
losses daya copper (Wcu) pada armature, field magnetic, dan series motor diketahui
rumus losses tersebut adalah Ia2 x Ra, Ish2 x Rsh, dan Is2 x Rs. Rumus kerugian
W(b+m) adalah 20% dari nilai total daya losses yaitu daya losses akibat copper.
dimana rugi total motor dc adalah Wcu ditambah dengan W(b+m).

3. Grafik untuk percobaan berbeban turun


a. Grafik Efisiensi Terhadap Ekstitasi
Ie - EFFISIENSI
4
2
0
4 5 6 7 8 9 10 11
-2
-4
IE

-6
-8
-10
-12
EFFISIENSI

Grafik 10. Efisiensi terhadap eksitasi

Berdasarkan teorinya hubungan antara arus eksitasi dengan effisiensi


berbanding lurus. Dimana apabila arus eksitasi dinaikkan maka efisiensi akan ikut
naik. begitu pun sebaliknya. Untuk penjelasan dari teori hal ini sesuai dengan rumus η
= Pout/Pin x 100%

b. Grafik Torsi terhadap RPM

RPM - TORSI
800
750
700
650
TORSI

600
550
500
450
400
750 800 850 900 950 1000 1050 1100
RPM

Grafik 11. Torsi terhadap RPM


Pada grafik tersebut diketahui bahwa RPM dengan Torsi berbanding terbalik.
Dilihat bahwa semakin tingginya RPM maka akan semakin kecil dari torsi yang
Ea . Ia
dihasilkan. Sesuai dengan rumus Torsi adalah T = . dalam rumus tersebut
2 πn/60
kita ketahui bahwa memang putaran RPM berbanding terbalik dengan torsi.

c. Grafik Rugi Total terhadap RPM

W TOT - RPM
800

700

600
W TOT

500

400

300

200
800 850 900 950 1000 1050 1100
RPM

Grafik 12. Rugi Total terhadap RPM

Pada Grafik tersebut dapat diketahui bahwa RPM berbanding terbalik dengan
W(b+m) rugi besi dan mekanis. Hal tersebut dipengaruhi oleh rugi daya yang bekerja
pada jangkar, medan magnet, dan rangkaian seri dengan rumus kerugian W(b+m)
adalah 20% dari nilai total daya losses yaitu daya losses akibat copper. Berdasarkan
losses daya copper pada armature, field magnetic, dan series motor diketahui rumus
losses tersebut adalah Ia2 x Ra, Ish2 x Rsh, dan Is2 x Rs.
BAB V
KESIMPULAN
1. Dari grafik hubungan antara arus eksitasi dengan efisiensi motor pada beban naik
terlihat bahwa jika eksitasi semakin diperbesar, nilai efisiensi semakin berkurang.
Sama halnya pada beban turun, apabila eksitasi bertambah, nilai efisiensi akan
berkurang.

2. Jenis pengereman motor DC


 Pengereman mekanik
 Pengereman elektris, antara lain :
 Pengereman dinamis
 Pengereman dengan pembalikan phasa
 Pengereman regenerative

3. Jenis-jenis motor DC
 Berdasarkan sumber arus penguat magnetnya, motor DC dapat dibedakan
atas:
 Motor DC penguat terpisah
 Motor DC pengiat sendiri
 Berdasarkan hubungan lilitan penguat magnet terhadap lilitan jangkar motor
arus searah dengan penguat sendiri dapat dibedakan :
 Motor DC Shunt
 Motor DC komponArus eksitasi adalah arus yang mengalir pada kutub
magnet beban generator yang berasal dari sumber yang berbeda
dengan arus yang mengalir ke dalam motor.

4. Torsi berbanding terbalik dengan RPM. Semakin banyak jumlah putaran, torsi yang
dihasilkan lebih kecil, begitu pula sebaliknya semakin sedikit jumlah putaran, torsi
yang dihasilkan semakin besar.

5. Namun torsi berbanding lurus dengan jumlah arus eksitasi yang diberikan. Karena
semakin besar beban yang diberikan, motor akan bekerja lebih berat lagi dan
menimbulkan torsi yang semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai