PENDAHULUAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. M
Umur : 5 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : jl. Tamangapa
Tanggal MRS : 15 November 2017
Waktu : 10:30
Nama PKM : Puskesmas Tamangapa
No.Register : 01.05.669
dr.Jaga : dr. A
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam
Anamnesis Terpimpin:
Demam dialami sejak kemarin sebelum ke PKM. Demam disertai batuk
dengan dahak. Pilek disertai dengan ingus. Nyeri kepala (+), pusing (+),
nyeri menelan (+) nafsu makan menurun, hanya minum air, mual (+),
muntah (+)
BAB : Biasa, lancar
BAK : warna kuning, lancar
Riwayat penyakit sebelumnya :
- Riwayat penyakit yang sama sebelumnya (+) 2 bulan yang lalu
Riwayat Pengobatan
- Riwayat pengobatan (+), paracetamol yang dibeli sendiri oleh ibu
pasien.
1
Riwayat Kebiasaan
- Riwayat mengonsumsi minuman dingin, air es dan teh gelas (+)
Riwayat Keluarga
- Keluarga dengan penyakit yang sama (-)
B. PEMERIKSAAN FISIS
Status Generalis : Sakit ringan/ Gizi baik/ Compos mentis
GCS 15 (E4M6V5)
BB = 15 kg
TB = - cm (tidak dilakukan pemeriksaan)
IMT = -
Status Vitalis : T = - mmHg (Tidak dilakukan pemeriksaan)
P = 24x/menit
N = 74x/menit, kuat angkat, irama teratur
S = - (Tidak dilakukan pemeriksaan)
Kepala : Bentuk = Mesocephal
Ukuran= Normocephal
Rambut kering (-)
Massa tumor (-)
Mata = Konjunctiva anemis (-/-), sclera ikterus (-/-)
Hidung = Rhinore(+), Deviasi septum (-)
Telinga = Otore(-)
Bibir = Stomatitis(+), Bibir kering (+)
Mulut = lidah kotor (-), tonsil ; T1/T1 hiperemis
Leher = pembesaran kelenjar (-), Deviasi trakea (-), Massa tumor
(-), DVS (-)
Thorax : I = Normochest, Simetris (kanan=kiri), penggunaan otot
bantu pernapasan(-)
P = Nyeri tekan (-), Massa tumor (-), Krepitasi (-),vocal
fremitus(kanan=kiri)
P = Sonor (kanan=kiri)
2
Batas paru hepar = ICS 5 anterior dextra
Rhonki Wheezing
P = Pekak relatif
P = Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
C. RESUME
3
- Pasien dengan keluhan demam dialami sejak kemarin sebelum ke PKM.
Demam disertai batuk dengan dahak. Pilek disertai dengan ingus. Ada
yeri kepala, pusing , nyeri menelan (+) nafsu makan menurun, hanya
minum air, mual (+), muntah (+). Status generalis yang didapatkan :
Sakit ringan, Gizi cukup, composmentis, BB : 15 kg. Dari pemeriksaan
fisis didapatkan N : 74 x/menit, P : 24x/menit, tonsil hiperemis (+).
Riwayat penyakit yang sama sebelumnya 2 bulan yang lalu. Riwayat
pengobatan, pemberian paracetamol yang dibeli sendiri oleh ibu pasien.
Riwayat mengonsumsi minuman dingin, air es dan teh gelas.
D. DIAGNOSIS
ISPA
E. DIAGNOSIS BANDING
Tonsilitis
Faringitis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
G. RENCANA TERAPI
1. Ambroxol 3x15 mg/hari
2. Chlorphenamine 3x2 mg/hari
3. Amoxicillin Syrup 3x sendok obat/ hari
4. Paracetamol Syrup 3x2 sendok obat/hari
H. PROGNOSIS
Qua ed vitam : Bonam
Qua ed sanationem : Bonam
Qua ed funcionam : Bonam
I. DISKUSI
4
BAB II
LAPORAN KASUS
5
b. PHARING
Pharing atau tenggorokan berada dibelakang mulut dan rongga naal
dibagi dalam tiga bagian yaitu nasofaring, oropharing dan laringopharing.
Pharing merupakan saluran penghubung ke saluran pernafasan dan saluran
pencernaan.Normalnya bila makanan masuk melalui oropharing, epiglotis
akan mentup secara otomatis sehingga aspirasi tidak terjadi. Tonsil
merupakan pertahanan tubuh terhadap benda-benda asing (organisme)
yang masuk ke hidung dan pharing.
c. LARING
Laring berada diatas trachea, dibawah pharing. Sering kali orang
menyebut laring sebagai kotak suara karena udara yang melewati daerah
ini akan membentuk bunyi (suara).
d. TRACHEA
Terletak di bagian depan esophagus, dari mulai bagian bawah
cricoidkartilago laring dan berakhir setinggi vertebra thorakal 4 atau 5. Tra
chea bercabang menjadi bronchus kanan dan kiri. Tempat percabangannya
disebut karina yang terdiri dari 6 – 10 cincin kartilago.
e. BRONCHUS
Bronchus primer dimulai dari karina. Bronchus kanan lebih gemuk
dan pendek serta lebih vertikal dibandingkan dengan bronchus kiri.
Bronchus primer dibagi kedalam lima bronchus sekunder (lobus) masing-
masing lobus dikelilingi oleh jaringan penyambung, pembuluh
darah saraf, pembuluh limfatik. Bronchus dilapisi oleh cilia yang berfungsi
menangkap partikel-partikel dan mendorong sekret ke atas untuk
selanjutnya dikeluarkan melalui batuk atau ditelan.
f. BRONCHIOLUS
Merupakan cabang dari bronchus sekunder yang dibagi ke
dalam saluran-saluran kecil yaitu bronchiolus terminal dan bronchiolus
respirasi. Kedua bronchiolus ini mempunyai diameter < 1 mm.
6
Bronchiolus terminalis dilapisi cilia, tidak terjadi difusi di tempat ini.
Sebagian kecil difusi terjadi pada bronchiolus respirasi.
g. ALVEOLUS
Duktus alveolus menyerupai buah anggur dan merupakan cabang
dari bronchiolus respiratori. Sakus alveolis mengandung alveolus yang
merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.
Diperkirakan paru-paru mengandung + 300 juta alveolus (luas permukaan
+ 100 m2) yang dikelilingi oleh kapiler darah. Dinding alveolus
menghasilkan surfaktan (terbuat dari lesitin) sejenis fosfolipid yang sangat
penting dalam mempertahankan ekspansi dan recoil paru. Surfaktan ini
berfungsi menurunkan tegangan permukaan dinding alveoli. Tanpa
surfaktan yang adekuat maka alveolus akan mengalami kolaps.
h. PARU-PARU
Paru merupakan jaringan elastis yang dibungkus (dilapisi) oleh
pleura. Pleura terdiri dari pleura viseral yang langsung
membungkus/melapisi paru dan pleura parietal pada bagian luarnya.
Pleura menghasilkan cairan jernih (serosa) yang berfungsi sebagai
lubrikasi. Banyaknya cairan ini lebih kurang 10–15 cc. Lubrikasi
dimaksudkan untuk mencegah iritasi selama respirasi. Peredaran darah ke
paru-paru melalui dua pembuluh darah yaitu:3
Arteri pulmonaris yang bercabang-cabang menjadi arteriol venula
yang akan membentuk jalinan kapiler.
Arteri bronchialis yang merupakan percabangan dari aorta torakal.
Arteri ini akan mensuplai darah untuk kebutuhan metabolisme
paru.
II.II ISPA
II.II.I Definisi
7
penyakit infeksi yang menyerang salah satu dan atau lebih bagian dari
saluran napas, mulai dari hidung (saluran pernapasan atas) hingga alveoli
(saluran pernapasan bawah) termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura yang disebabkan oleh masuknya kuman
(bakteri, virus atau riketsia) ke dalam organ saluran pernapasan yang
berlangsung selama 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan
proses akut dari suatu penyakit, meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari. Menurut derajat keparahannya, ISPA dapat dibagi menjadi 3
golongan, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang, dan ISPA berat. Pembagian
menurut deajat keparahan tersebut didasarkan pada gejala-gejala dan
tanda-tandanya. ISPA ringan dapat berkembang menjadi ISPA sedang atau
ISPA berat jika keadaan memungkinkan, misalnya penderita kurang
mendapat perawatan atau saat penderita dalam keadaan lemah hingga daya
tahan tubuhnya rendah. Gejala ISPA ringan dapat dengan mudah diketahui
oleh orang awam, sedangkan gejala ISPA sedang dan berat memerlukan
beberapa pengamatan sederhana.4
II.II.II Klasifikasi
8
iii. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung
iv. Panas atau demam, suhu tubuh lebih dari 370C atau jika dahi
anak diraba dengan penggung tangan terasa panas.
b. ISPA sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai
gejala-gejala ISPA ringan disertai gejala-gejala berikut :
i. Pernapasan >50 kali per menit pada anak yang berumur >1
tahun atau > 40kali per menit pada anak yang berumur 1 tahun
atau lebih.
ii. Suhu tubuh lebih dari 390C.
iii. Tenggorokan berwarna merah.
iv. Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak.
v. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
vi. Pernapasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit.
Dari gejala-gejala ISPA sedang, perlu berhati-hati jika anak
menderita ISPA ringan sedangkan suhu tubuhnya lebih dari
390C atau gizinya kurang baik,atau umurnya ≤4 bulan, maka
anak tersebut menderita ISPA sedang dan harus mendapat
pertolongan dari petugas kesehatan.
c. ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ispa berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPAringan atau ISPA sedang disertai gejala berikut :
i. Bibir atau kulit membiru.
ii. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada
waktu bernapas.
iii. Kesadaran menurun.
iv. Pernapasan berbunyi berciut-ciut dan anak tampak gelisah.
v. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas.
vi. Nadi cepat, lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
9
vii. Tenggorokan berwarna merah.
Penderita ini harus dirawat di puskesmas atau rumah sakit, karena
perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen
dan atau cairan infus.
10
Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1
tahun.
Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5
tahun.
II.II.III Epidemiologi
11
terutama pada bayi berusia kurang dari 2 bulan. Dari Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada
bayi akibat pneumonia sebesar 42,2% dan pada balita 40,6%,
sedangkan angka mortalitas 36%.
Di Indonesia angka ini dilaporkan sekitar 3-6 kali per tahun per
anak, sekitar 40-60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15-30%
kunjungan berobat jalan dan rawat inap di rumah sakit juga disebabkan
oleh ISPA. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan bahwa angka mortalitas
pada bayi akibat penyakit ISPA menduduki urutan pertama (36%), dan
angka mortalitas pada balita menduduki urutan kedua (13%). Di jawa
Tengah pada tahun 1999 penyakit ISPA selalu menduduki rangking 1 pada
10 besar penyakit pasien rawat jalan di puskesmas
12
Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor
yang mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA. Secara umum
ada 3 faktor yaitu:
Keadaan social ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak.
Keadaan gizi dan cara pemberian makan.
Kebiasaan merokok dan pencemaran udara
Faktor yang meningkatkan morbiditas adalah anak usia 2 bulan,
gizi kurang, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), pemberian Air Susu Ibu
(ASI) tidak memadai, polusi udara, kepadatan dalam rumah, imunisasi
tidak lengkap dan menyelimuti anak berlebihan.
Faktor yang meningkatkan mortalitas adalah umur kurang dari 2
bulan, tingkat social ekonomi rendah, gizi kurang, Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR), tingkat pengetahuan ibu rendah, kepadatan dalam rumah,
imunisasi tidak lengkap dan menderita penyakit kronis.
II.II.V Patofisiologi
13
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi
sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan
mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada
saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-
bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti
streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus
menyerang mukosa yang rusak tersebut (Kending dan Chernick, 1983).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas
dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini
dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi.
Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu
serangan infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan
gizi akut pada bayi dan anak (Tyrell, 1980).
Virus yang menyerang saluran nafas atas dapat menyebar ke
tempat-tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan
kejang, demam, dan juga bisa menyebar ke saluran nafas bawah (Tyrell,
1980). Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat
menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Shann,
1985).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus
diperhatikan aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa
sistem imun di saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak
sama dengan sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran
nafas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar,
merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah
bahwa IgA memegang peranan pada saluran nafas atas sedangkan IgG
pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA)
14
sangat berperan dalam mempertahankan integritas mukosa saluran nafas
(Siregar, 1994).
Dari uraian di atas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat
dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum
menunjukkan reaksi apa-apa.
b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.
Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.
c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.
Timbul gejala demam dan batuk.
d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh
sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.
II.II.VI Manifestasi Klinis dan Diagnosis
15
Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini
sebagai mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan
mikroorganisme yang masuk.
Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan
keluhan-keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit
mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat
jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila
sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan
yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah
berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis
dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
16
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur
(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,
suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit
kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan
gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari
2 bulan adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun
ampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,
kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin.4
17
Pemeriksaan penunjang yang lazim dilakukan adalah pemeriksaan kultur/
biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah biakan kuman (+)
sesuai dengan jenis kuman, pemeriksaan hitung darah (deferential count);
laju endap darah meningkat disertai dengan adanya leukositosis dan bisa
juga disertai dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto
thoraks jika diperlukan (Victor dan Hans; 1997; 224).
II.II.IX Penatalaksanaan
18
memburuk, terjadi komplikasi atau radang yang disebabkan
oleh bakteri.
Menurut WHO : Pneumonia rawat jalan yaitu
kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin
Prokain,Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
Antibiotik baru lain : Sefalosforin,quinolon dll.
Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk
dosis dapat dilihat pada lampiran.
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi
anaknya yang menderita ISPA.
Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap
6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
19
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan
tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita
yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.4,5
II.II.X Komplikasi
Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan
oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas
berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam
hari atau dini hari.
Kejang demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa
serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya
seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau
kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau
hanya sentakan kekauan fokal.
Tuli
20
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya
infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal
nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada
rongga telinga.
Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan
f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh berbagai faktor antara
lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan
yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga
seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan
mengakibatkan syok.
Demam Reumatik, Penyakit Jantung Reumatik dan Glomerulonefritis,
yang disebabkan oleh radang tenggorokan karena infeksi
Streptococcus beta hemolitikus grup A (Strep Throat)
Sinusitis
Meningitis
Abses Peritonsiler
Abses Retrofaring
III.II.XI Prognosis
21
1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik.
Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda.
2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup
dan olah raga teratur.
3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau
hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA.
Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA
dan penyakit infeksi lainnya.
4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat
mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-
Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.
5. Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
6. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan
flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
setelah kontak dengan penderita ISPA.
7. Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar
tidak menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi
isolasi mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur
terpisah dengan anggota keluarga lain yang sedang sakit ISPA.
9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
DAFTAR PUSTAKA
22
1. Nono. Infeksi Saluran Pernafasan Atas. 25 Agustus 2011. Diunduh dari :
http://ml.scribd.com/doc/64229562/Infeksi-Saluran-Pernapasan-Atas
2. Ari O. ISPA. 20 Maret 2007. Diunduh dari:
http://ml.scribd.com/doc/52427957/Is-Pa
3. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak
Balita, OrangDewasa, Usia Lanjut, Pneuminia Atypik dan Pneumonia
Atypik Mikobakterium. Pustaka Populer Obor. Jakarta
4. DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.
5. Catzel, Pincus & Ian robets. (1990). Kapita Seleta Pediatri Edisi II. alih
bahasa oleh Dr. yohanes gunawan. Jakarta: EGC.
6. Naning R,2002,Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu
Kesehatan Anak) PSIK FK UGM tidak dipublikasikan.
7. Yu. H.Y. Victor & Hans E. Monintja. (1997). Beberapa Masalah
Perawatan Intensif Neonatus. Jakarta: Balai penerbit FKUI.
8. Suriadi,Yuliani R,2001,Asuhan Keperawatan pada Anak,CV sagung
Seto,Jakarta
23