Anda di halaman 1dari 4

RS X

Jl.
_____________________________________________________________________________

KEPUTUSAN DIREKTUR RS X
NOMOR : 001 / AP / SK / DIR / V / 2016
TENTANG
ASESMEN (PROSES PENILAIAN) PASIEN RS X
DIREKTUR RS X,

Menimbang : a. bahwa proses asesmen pasien adalah proses periksa pasien dengan metode
IAR berupa informasi dikumpulkan dari data keadaan fisik, psikologis,
sosial, kultur, spiritual dan riwayat kesehatan pasien, Analisis informasi
dan data, termasuk hasil laboratorium dan radiologi diagnostik imajing
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan pasien, rencana
asuhan/plan of care untuk identifikasi semua kebutuhan pasien oleh
Profesional Pemberi Asuhan dan dilanjutkan dengan pemberian
pelayanan, implementasi, monitoring untuk memenuhi kebutuhan pasien;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
perlu menetapkan kebijakan tentang Asesmen (Proses Penilaian) Pasien
RS X dengan Keputusan Direktur RS X.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004


tertanggal 15 Oktober 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tertanggal 13 Oktober 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tertanggal 28 Oktober 2009 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014
tertanggal 17 Oktober 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/
MENKES/PER/ III/ 2008 tertanggal 12Maret 2008 tentang Rekam
Medis;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 012
tertanggal 15 Maret 2012 tentang Akreditasi Rumah Sakit;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370
/ MENKES/SK/ XII / 2007 tertanggal 27 Maret 2007 tentang Standar
Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432
/ MENKES/SK/ IV / 2007 tertanggal 10 April 2007 tentang
PedomanManajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Rumah Sakit;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1014
/ MENKES/SK/ XI / 2008 tertanggal 03 November 2008 tentang
Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan;
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 410
/ MENKES/SK/ III / 2010 tertanggal 25 Maret 2010 tentang
Perubahan Atas Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1014 / MENKES/SK/ XI / 2008 Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1087
/ MENKES/SK/ VIII / 2010 tertanggal 10 Agustus 2010 tentang
Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit;
12. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor
HK.02.04 / I / 2790 / 11 tertanggal 1 Januari 2012 tentang Standar
Akreditasi Rumah Sakit;
13. Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan,
Depkes, 2001;
14. Pedoman Praktik Laboratorium Kesehatan Yang Benar, Depkes,
2008;
15. Pedoman Pengelolaan Peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, 2015.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RS X TENTANG ASESMEN (PROSES
PENILAIAN) PASIEN RS X.
Kedua : Kebijakan tentang Asesmen (Proses Penilaian) Pasien RS X
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal 23 Mei 2016
Direktur RS X,

dr., M.Kes
Lampiran Keputusan Direktur RS X
Nomor : 001 / AP / SK / DIR / V / 2016
Tanggal : 23 Mei 2016

ASESMEN (PROSES PENILAIAN) PASIEN


RS X

A. ASESMEN (PROSES PENILAIAN) PASIEN


1. Rumah sakit melakukan identifikasi kebutuhan pelayanan semua pasien rawat inap ,
rawat jalan, dan gawat darurat yang dilayaninya melalui suatu proses asesmen pasien
yang baku yaitu IAR (informasi dikumpulkan berupa anamnesa, pemeriksaan,
pemeriksaan lain/ penunjang, dan sebagainya-analisis informasi berupa menetapkan
diagnosis/ masalah/ kondisi untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien-
rencana asuhan/ plan of care berupa merumuskan rencana dan sasaran terukur untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan pasien) dan selanjutnya dilakukan pemberian
pelayanan/ implementasi-rencana monitoring.
2. Rumah sakit menetapkan isi minimal asesmen awal oleh setiap disiplin klinis (medis,
keperawatan, dan disiplin klinis lainnya) untuk rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat :
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Risiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Risiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (discharge planning)
3. Rumah sakit menetapkan kebutuhan pelayanan medis dan keperawatan untuk pasien
rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat berdasarkan asesmen awal medis,
keperawatan, dan disiplin klinis lainnya harus dicatat pada catatan klinisnya.
4. Rumah sakit menetapkan bahwa untuk pasien emergensi, asesmen awal (proses
penilaian) medis dan keperawatan harus berdasarkan kebutuhan dan keadaan pasien
pada saat diterima di unit gawat darurat.
5. Penyelesaian asesmen awal medis dan keperawatan untuk pasien gawat darurat dapat
dibatasi pada kebutuhan dan kondisi yang nyata, apabila tidak ada waktu untuk
mencatat riwayat dan melakukan pemeriksaan fisik lengkap bagi pasien gawat darurat
yang membutuhkan pembedahan, maka harus dibuat catatan singkat dan diagnosis pra
operasi dicatat sebelum pembedahan.
6. Rumah sakit menetapkan asesmen awal medis, keperawatan, dan disiplin klinis lainnya
harus dilengkapi dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk rawat inap atau lebih cepat
tergantung kondisi pasien.
7. Rumah sakit menetapkan temuan pada asesmen (proses penilaian) awal harus
didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan siap tersedia bagi para penanggung
jawab asuhan pasien untuk kebutuhan asesmen ulang.
8. Rumah sakit menetapkan asesmen (proses penilaian) awal medis harus
didokumentasikan sebelum tindakan anestesi atau bedah untuk kasus operasi elektif.
9. Rumah sakit menetapkan pasien harus diskrining untuk status gizi dan kebutuhan
fungsional serta dikonsul untuk asesmen lebih lanjut dan pengobatan apabila
dibutuhkan.
10. Rumah sakit menetapkan semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk
rasa sakit dan dilakukan asesmen apabila ada rasa yang nyeri.
11. Rumah sakit melaksanakan asesmen (proses penilaian) tambahan untuk populasi
tertentu yang dilayani rumah sakit.
12. Rumah sakit menetapkan asesmen (proses penilaian) awal dan ulang sesuai kebutuhan
individual pasien yang akan meninggal dan keluarganya.
13. Rumah sakit menetapkan asesmen (proses penilaian) awal termasuk menentukan
kebutuhan rencana pemulangan pasien (discharge).
14. Rumah sakit menetapkan dilakukan asesmen (proses penilaian) ulang terhadap semua
pasien pada interval tertentu atas dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan
respons terhadap pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien.
15. Rumah sakit menetapkan hanya staf yang kompeten dan telah mendapatkan SPK dan
RKK diizinkan melaksanakan asesmen (proses penilaian) awal dan ulang.
16. Rumah sakit menetapkan staf medis, keperawatan dan staf lain yang bertanggung
jawab atas pelayanan pasien, harus bekerjasama dalam menganalisis dan
mengintegrasikan asesmen pasien.
17. Rumah sakit menetapkan identifikasi kebutuhan pelayanan paling urgent atau penting
berdasarkan skala prioritas yang telah dilakukan oleh Profesional Pemberi Asuhan.
18. Asesmen awal (proses penilaian) medis dan keperawatan dilakukan setiap kali pasien
menjalani rawat inap.
19. Pada rawat jalan, asesmen awal (proses penilaian) medis dan keperawatan dilakukan
pada pasien baru, pasien dengan diagnosis baru, pasien dengan diagnosis yang sama
pada kunjungan kedua yang jarak waktunya lama (lebih dari satu bulan pada diagnosis
akut) atau misalnya tiga bulan pada penyakit yang kronis.

Ditetapkan di Medan
Pada Tanggal 23 Mei 2016
Direktur RS X,

dr. M.Kes

Anda mungkin juga menyukai