Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SC INDIKASI

PLASENTA PREVIA

Disusun oleh

Clarisa Dwi Yunita Febrianti

( 14.401.18.010 )

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PRODI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN – GLENMORE - BANYUWANGI
2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Ibu Hamil Dengan Resiko Tinggi Kehamilan Placenta Previa”

Makalah ini kami susun dengan maksud memberikan pengetahuan tentang


Asuhan Keperawatan Ibu Hamil Dengan Resiko Tinggi Kehamilan Placenta Previa,
sebagai pedoman awal dalam prakteknya di masyarakat. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pembimbing kami yaitu ibu Maulida Nur Fajriah
S,Kep.,Ns,M.PH yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.Kami berharap makalah ini dapat
memberikan pengaruh yang baik untuk pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi
penyempurnaan dan perbaikan makalah ini.

Krikilan, 5 Desember 2020

I 2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR ............................................................................................I

DAFTAR ISI ..........................................................................................................II

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................1


1.1............................................................................................................................
Latar belakang ...................................................................................................1
1.2............................................................................................................................
Rumusan masalah .............................................................................................1
1.3............................................................................................................................
Tujuan masalah..................................................................................................2
1.4............................................................................................................................
Manfaat .............................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................3


2.1. Konsep penyakit ..............................................................................................3
A. Definisi ...............................................................................................................3
B. Etiologi ...............................................................................................................3
C. Klasifikasi ..........................................................................................................5
D. Patofisiologi .......................................................................................................5
E. Tanda dan gejala .................................................................................................6
F. Komplikasi ..........................................................................................................7
G. Penatalaksanaan..................................................................................................8
2.2. Konsep nifas ....................................................................................................9
A. Definisi ...............................................................................................................9
B. Tahap masa nifas ................................................................................................9
C. Perubahan Fisiologis masa nifas ........................................................................10
2.3. Asuhan keperawatan plasenta previa ...............................................................14
A. Pengkajian ..........................................................................................................14
B. Diagnosa keperawatan .......................................................................................15
C. Intervensi keperawatan .......................................................................................18

BAB III. PENUTUP ...............................................................................................23


3.1. Kesimpulan ......................................................................................................23
3.2. Saran ................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 24

II3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan
perdarahan pada kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis
antara kehamilan muda dengan kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat
kemungkinan hidup janin diluar uterus.
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir
setelah kehamilan 22 minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan
kurang dari 22 minggu dengan patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan
setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya dan lebih banyak daripada
kehamilan sebelum 22 minggu. Oleh karena itu perlu penanganan yang cukup
berbeda. Perdarahan anterpartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan
plasenta umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada
setiap perdarahan anterpartum pertama – pertama harus selalu dipikirkan bahwa
hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau
setelah usia kehamilan, namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit
– sedikit kemungkinan tidak akan tergesa – gesa datang untuk mendapatkan
pertolongan karena disangka sebagai tanda permulaan persalinan biasa. Baru
setelah perdarahan yang berlangsung banyak, mereka datang untuk mendapatkan
pertolongan.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari plasenta previa ?
2. Apa etiologi dari placenta previa ?
3. Apa saja klasifikasi placenta previa ?
4. Bagaimana patofisiologi placenta previa ?
5. Apa tanda dan gejala placenta previa ?

4
1
6. Apa saja komplikasi dari placenta previa ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari placenta previa ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan dari placenta previa ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari plasenta previa
2. Untuk mengetahui etiologi dari placenta previa
3. Untuk mengetahui klasifikasi placenta previa
4. Untuk mengetahui patofisiologi placenta previa
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala placenta previa
6. Untuk mengetahui komplikasi dari placenta previa
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari placenta previa
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari placenta previa
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi Pembaca
Meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-
tanda bahaya dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat dicegah
secara dini.
2. Manfaat Bagi Mahasiswa
Merupakan sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat untuk
mendapatkan pengalaman nyata.

5
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1................................................................................KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Plasenta previa yaitu plasenta yang berimplitasi rendah sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum.Plasenta previa yaitu plasenta yang
terletak menutupi atau sangat dekat dengan os interna. Insidennya 1:200
kehamilan.
Plasenta previa yaitu keadaan dimana plasenta tertanam pada sigmen bawah
uterus dan terletak di daerah atau didekat ostium internum cervix. Plasenta previa
yaitu suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada sigmen
bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan
kehamilan tersebut sudah vilable atau mampu hidup di luar rahim (usia
kehamilan 22minggu atau berat janin >500 gram).
Dari berbagai pengertian dan dari berbagai sumber yang telah diambil,
penulis dapat mengambil kesimpulkan bahwa pengertian dari plasenta previa,
yaitu plasenta yang berimplantasi pada sigmen bawah uterus atau berimplitasi
rendah sehingga letaknya menutupi sebagian atau seluruh os internum dan sangat
dekat dengan os internum atau tidak menutupi ostium uteri internum.
B. Etiologi
Plasenta previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang
endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang
baiknya vasikularisasi desidua pada sigmen atas uterus, maka placenta akan
meluas dalam upanyanya untuk mendapatkan suplai darah yang lebih memadai.
Keadaan ini bisa di temukan pada:
1. Multipara
Terutama jika jarak antara kehamilannya pendek serta kalau placentanya
lebar serta tipis. Jumlah kehamilan sebelumnya (multiparitas). Plasenta
previa terjadi pada 1 dari 1500 wanita yang baru pertama kali hamil. Pada

3
6
wanita yang telah 5 kali hamil atau lebih, maka resiko terjadinya plasenta
previa adalah 1 diatra 20 kehamilan.
2. Usia
kehamilan ( umur lanjut >35th) diantara wanita-wanita yang berusia kurang
dari 19 th, hanya 1 dari 1500 yang mengalami plasenta previa. Pada wanita
yang berusia lebih dari 35 th, 1 dari 100 wanita hamil akan mengalami
plasenta previa
3. Mioma uteri
4. Riwayat tindakan medis yang dilakukan pada uterus seperti dilatasi dan
Kuretase atau aborsi medialis yang berulang
5. Chorion leave persistent.
6. Corpus luteum bereaksi lambat dimana endometrium belum siap menerima
hasil kosepsi
7. Konsepsi dan nidasi terlambat
8. Bekas seksio sesaria (yang dapat menyebabkan cacat atau jaringan parut
pada endometrium pada ibu atau wanita yang pernah menjalanai oprasi cesar
dan riwayat operasi SC sebelumnya juga akan mengakibatkan proses
peradangan dan kejadian atrofi di endometrium), Peningkatan 3x lipat dari
150 ribu wanita yang mengalami plasenta previa dengan riwayat seksio
sesarea. Insiden meningkat seiring dengan jumlah seksio sesarea yang pernah
dijalani sebanyak 1,9 persen pada riwayat seksio sesarea dua kali, dan 1,4
persen pada riwayat seksio sesarea tiga kali atau lebih .
9. Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai
kokain hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi
dengan hiperterofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat
(lebih dari 20 batang sehari). Palsenta previa juga dapat terjadi pada plasenta
yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosis, diabetes militus,atau
kehamilan multipel.
10. Riwayat plasenta previa sebelumnya.

74
C. Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis apabila seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis apabila hanya sebagaian dari ostium tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa parsialis, apabila sebagian pembukaan (ostium internus
servisis) tertutup oleh jaringan plasenta.
4. Plasenta previa marginalis, apabila pinggir plaenta berada tepat pada pinggir
pembukaan (ostium internus servisis)
5. Plasenta letak rendak apabila plasenta yang letaknya abnormal pada segmen
bawah uterus belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir atau plasenta
berada 3-4 cm diatas pinggir permukaan sehingga tidak akan teraba pada
pembukaan jalan lahir.
D. Patofisiologi
Perdarahan antepartum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat segman bawah uterus telah terbentuk dan mulai melebar serta
menipis karena sigmen bawah uterus mengalami banyak perubahan. Pelebaran
sigmen bawah uterus dan pembukaan servik menyebabkan sinus robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dan
plasenta. Perdarahan tidak dapat diarahkan karena ketidak mampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksiseperti plasenta letak normal. Keadaan
endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh menjadi
luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
mendekati atau menutup ostium uteri internum. Endomertium yang kurang baik
juga dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu
di tempat yang rendah dekat ostium uteri internum. Dengan berkembangnya
segmen bawah uterus dan dengan menipisnya serta membukanya servik,plasenta
terlepas dari dinding uterus. Keadaan ini disertai ruptura pembuluh-pembuluh
darah yang terletak di bawahnya.Jikapembuluh darah yang pecah berukuran
besar, perdarahan akan banyak sekali.

8
5
E. Tanda dan Gejala
Ada beberapa tanda dan gejala plasenta previa yaitu diantaranya pasien
mengalami perdarahan sewaktu tidur dan sama sekali tidak terbangun, setelah
terbangun baru merasa bahwa kainnya basah. Biasanya perdarahan karena
plasenta previa baru timbul setelah bulan ketujuh. Hal ini disebabkan oleh
perdarahan sebelum bulan ketujuh yang memberi gambaran dimana pergerakan
antara plasenta dan dinding rahim. Setelah bulan ke 4 terjadi renggangan pada
dinding rahimkarena isi rahim lebih cepat tumbuhnya dari rahim sendiri,
akibatnya istimus uteri tertarik menjad bagian dinding korpus uteri yang disebut
sigmen bawah rahim.
Pada plasenta previa, tidak mungkin terjadi pergeseran antara plasenta dan
Dinding rahim. Saat perdarahan bergantung pada kekuatan insirsi plasenta dan
kekuatan tarikan pada istimus uteri. Jadi, dalam kehamilan tidak perlu ada his
untuk Menimbulkan ada perdarahan, tetapi sudah jelas dalam persalinan his
pembukaan menyebabkan perdarahan karena bagian plasenta diatas atau dekat
dengan ostium akan terlepas dari dasarnya.Perdarahan pada plasenta previa
terjadi karena terlepasnya plasenta dari dasarnya. Perdarahan pada plasenta
previa bersifat berulang-ulangkarena setelah terjadi pergeseran antara plasenta
dan dinding rahim.
Oleh karena itu, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks
berkurang,tetapi dengan majunya kehamilan regangan bertambah lagi dan
menimbulkan perdarahan baru. Darah terutama berasal dari ibu ialah dari ruang
intervilosa, tetapi dapat juga berasal dari anak jika jonjot terputus atau pembuluh
darah plasenta yang lebih besar terbuka.Biasanya bagian terendah anak sangat
tinggi karena plasenta terletak pada kutub bawah rahim sehingga bagian terendah
tidak dapat mendekati pintu atas panggul.Pada plasenta previa,ukuran panjang
rahim berkurang sehingga lebih sering disertai kelainan letak jika perdarahan
disebabkan oleh plasenta previa lateral dan marginal serta robekannya marginal,
sedangkan plasenta letak rendah, robekannya beberapa kilo meter dari tepi
plasenta. Uterus lunak, abdomen tidak tegang, tanpa nyeri tekan, umumnya tanpa

9
6
kontraksi persalinan atau hanya sedikit, keadaan umum berhubungan dengan
kehilangan darah, sebagian besar bunyi jantung janin baik, bunyi jantung fetus
yang tak memuaskan atau tidak ada hanya pada kasus ruptura plasenta atau
perlepasan yang luas. Pada plasenta previa mungkin sekali terjadi perdarahan
pasca persalinan karena, plasenta lebih erat melekat pada dinding rahim (plasenta
akerta). Juga dapat disebabkan karena kontraksi segmen bawah rahim kurang
sehingga mekanisme penutupan pembuluh darah pada insersi plasenta tidak baik.
Kemungkinan infeksi nifas besar karena luka plasenta lebih dekat pada
ostium,dan merupakan porte d’entree yang mudah tercapai. Pasien biasanya
anemis karena perdarahan sehingga daya tahan lemah. Keadaan yang menyertai
plasenta previa yaitu kegagalan penurunan bagian terendah janin, biasanya lebih
sering terjadi presentasi abnormal seperti presentasi bokong dan letak lintang
mungkin karena plasenta menempati bagian bawah uterus, anomali fetus
kongenital, plasenta accerta, insidennya lebih tinggi dari pada kalau plasenta
tertanam pada bagian atas uterus, dan lebih sering dijumpai perdarahan
pospartum.
F. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang dapat timbul pada ibu dan bayi dengan
plasenta previa, berikut diantaranya:
1. Komplikasi pada ibu
a. Syok hipovolemik
b. Infeksi atau sepsis
c. Emboli udara (ini jarang terjadi)
d. Kelainan koagulopati sampai syok
e. Kematian
2. Komplikasi pada bayi
a. Hipoksia
b. Anemia
c. Kematian

107
G. Penatalaksanaan
Pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat dibagi 2 yaitu :
1. Ekspektatif (usia kehamilan < dari 37 minggu)
Penanganan yang dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan
hidup di dunia luar baginya kecil sekali. Penanganan inihanya dapat
dibenarkan jika keadaan ibu baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedikit
sekali. Syarat terapi ekspektatif yaitu jika usia kehamilan belum
optimal/kurang dari 37 minggu, perdarahan sedikit, kehamilan
preteremdengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti, belum ada
tanda inpartu, janin masih hidup, keadaan umum baik dengan kadar Hb >
8,0% atau lebih. Penanganan atau terapi ekspektatif dapat dilakukan pada
dua tempat dengan syarat yang telah di tentukanPenanganan di rumah
memiliki kriteria untuk pelaksanaan perawatan di rumah yaitu ibu harus
diawasi oleh petugas kesehatan (bidan/perawat, home cere yang kopenten).
2. Terminasi/aktif (usia kehamilan > dari 37 minggu)
Yaitu penanganan dengan cara segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang membawa maut, misalnya kehamilan cukup bulan,
perdarahan banyak, dan anak mati (tidak selalu anak mati). Ada beberapa
kriteria atau syarat untuk melakukan penanganan terminasi atau aktif
diantaranya infus/tranfusi telah terpasang, kamar dan Tim oprasi telah siap,
usia kehamilan (masa gestasi) > 37 minggu, berat badan janin >2500 grm
dan in partu atau janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital
mayor (anensefali), perdarahan dengan bagian terbawah janin telah jauh
melewati pintu atas penggul (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar), perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, ada tanda-tanda gawat
janin, keadaan umum ibu tidak baik, ibu anemis, Hb 8,0%. Penanganan
aktifyang harus dilakukan untuk menangani plasenta previa yaitu jenis
persalinan yang dipilih untuk menangani plasenta previa dan pelaksanaannya
bergantung pada beberapa faktor yaitu perdarahan banyak atau sedikit,
keadaan ibu dan anak, besarnya pembukaan, tingkat plasenta previa, paritas.

8
11
Perdarahan yang banyak, pembukaan kecil, nulipara, dan tingkat plasenta
previa yang berat mendorong kita melakukan seksio sesarea. Sebaiknya
perdarahan yang sedang atau sedikit, pembukaan yang sudah besar,
multiparitas dan tingkat plasenta previa yang ringan, dan anak yang mati
cenderung untuk dilahirkan per vaginam. Pada perdarahan yang sedikit dan
anak yang masih kecil (belum matur) dipertimbangkan terapi ekspektatif.

2.2. KONSEP NIFAS


A. Definisi
Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
Masa nifas (puerpurium) dimulai sejak plasenta lahir dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerperium (nifas) berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Jadi masa nifas adalah masa yang dimulai dari plasenta lahir sampai alat
alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, dan memerlukan waktu kira-
kira 6 minggu.
B. Tahap Masa Nifas
Tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.

9
12
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan (Anggraeni,
2010).
C. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Sistem tubuh ibu akan kembali beradaptasi untuk menyesuaikan dengan
kondisi post partum. Organ-organ tubuh ibu yang mengalami perubahan
setelah melahirkan antara lain (Anggraeni, 2010) :
a. Perubahan Sistem Reproduksi
1. Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui dengan melakukan
pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana Tinggi Fundus Uterinya
(TFU).
2. Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea
berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada setiap
wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Lokhea mempunyai perubahan warna dan volume karena adanya
proses involusi. Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna
dan waktu keluarnya :
a) Lokhea rubra
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai hari ke-4 masa
post partum.
Cairan yang keluar berwarna merah karena terisi darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.

10
13
b) Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecokelatan dan berlendir, serta
berlangsung
dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum.
c) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecokelatan karena mengandung
serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada
hari ke-7 sampai hari ke-14.
d) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lokhea alba
ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. Lokhea
yang menetap pada awal periode post partum menunjukkan
adanya tanda-tanda perdarahan sekunder yang mungkin
disebabkan oleh tertinggalnya sisa atau selaput plasenta. Lokhea
alba atau serosa yang berlanjut dapat menandakan adanya
endometritis, terutama bila disertai dengan nyeri pada abdomen
dan demam. Bila terjadi infeksi, akan keluar cairan nanah berbau
busuk yang disebut dengan “lokhea purulenta”. Pengeluaran
lokhea yang tidak lancar disebut “lokhea statis”.
3. Perubahan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.

11
14
4. Perubahan Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak maju. Pada
post partum hari ke-5, perinium sudah mendapatkan kembali sebagian
tonusnya, sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
hamil.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan, kurangnya asupan makan,
hemoroid dan kurangnya aktivitas tubuh.
c. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 jam pertama. Penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih setelah
mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis
selama persalinan berlangsung. Kadar hormon estrogen yang besifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis”.
d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus, pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, sehingga
akan menghentikan perdarahan. Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta
fasia yang
meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-angsur menjadi ciut
dan pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8 minggu
setelah persalinan.

1512
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan, shunt akan hilang tiba-tiba. Volume darah
bertambah, akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum
cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti
sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima
postpartum.
f. Perubahan Tanda-tanda vital
Pada masa nifas,tanda – tanda vital yang harus dikaji antara lain :
1. Suhu badan
Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit
(37,50 –38◦ C) akibat dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan. Apabila dalam keadaan normal, suhu badan
akan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi
karena ada pembentukan Air Susu Ibu (ASI). Bila suhu tidak turun,
kemungkinan adanya infeksi pada endometrium.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.
Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Denyut
nadi yang melebihi 100x/menit, harus waspada kemungkinan
dehidrasi, infeksi atau perdarahan post partum.
3. Tekanan darah
Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan
darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada saat post partum menandakan
terjadinya preeklampsi post partum.

13
16
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran
nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
2.3. Asuhan Keperawatan Plasenta Previa
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas pasien data dari pasien meliputi :nama, umur, pekrjaan,
pendidikan,alamat
2) Keluhan utama
Pengumpulan data Gejala pertama pendarahan pada kehamilan
setelah 28 minggu trimester III
a) Sifat pendarahan tanpa sebab, tanpa nyeri,berulang
b) Sebab pendarahan dan pembuluh darah yang robek,
terbentunya, SBR, terbentuknya osteun, maspulasi
intravaginal/rectal
c) Sedikit banyak pendarahan , tergantung besar atau kecilnya
robekanpembuluh darah dan plasenta.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk menutupinya dengan bermain pola PQRST Keluar tidak
biasa
4) Riwayat kesehatan dahulu
b. Pemeriksaa Fisik Secara Umum
1) Kepala
Kesan wajah (chloasma gravidarum) ada dibagian pipi, kondisi
rambut, kebersihan
2) Mata : anemis
3) Hidung

17
14
4) Leher
5) Buah dada
6) Buah dada/payudara
Peningkatan areola putting susu,bertambahnya ukuran
7) Jantung dan paru-paru
a) Volume darah meningkat
b) Peningkatan frekuensi nadi
c) Penurunan retensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh
darah pulmonal
d) Terjadinya hiperventilasi selama kehamilan
e) Peningkatan volume tidal, penurunan retensi jalan nafas
f) Diafragma meningkat
g) Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada
8) Abdomen
a) Menentukan letak janin
b) Menentukan tinggi fundus uteri
9) Vagina
a) Peningkatan vaskulerisasi yang menimbulkan warna kebiruan
(tanda Chandwick)
b) Hipertropi epithelium
10) System musculoskeletal
Secara Khusus
a) Tinggi fundus uteri
b) Posisi dan persentasi janin
c) Panggul dan janin lahir
d) Denyut jantung janin
2. Diagnosa keperawatan

a. Resiko ketidakseimbangan cairan


Definisi : Beresiko mengalami penurunan, peningkatan atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler, intertisisal atau intraseluler

18
15
Faktor resiko
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Trauma atau perdarahan
3) Luka bakar
4) Aferesis
5) Asites
6) Obstruksi intestinal
7) Peradangan pangkreas
8) Penyakit ginjal dan kelenjar
9) Disfungsi intestinal
Kondisi klinis terkait
1) Prosedur pembedahan mayor
2) Penyakit ginjal dan kelenjar
3) Perdarahan
4) Luka bakar
b. Ansietas

Definsi: Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadapa


objek yang tidak jelas spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman.
Penyebab:
1) Kebutuhan tidak terpenuhi
2) Kekhawatiran mengalami kegagalan
3) Kurang terpapar informasi
4) Faktor keturunan
Gejala dan tanda mayor:
Subjektif
1) Merasa bingung
2) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi

19
16
3) Sulit berkonsentrasi
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Gejala tanda Minor:
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
4) Merasa Tidak berdaya
Objektif
1) Frekuensi napas meningkat
2) Frekuensi nadi meningkat
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaforesis
5) Tremor
6) Muka tampak pucat
7) Suara bergetar
8) Kontak mata buruk
9) Sering berkemih
10) Berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait:
1) Penyakit kronis progesif
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang

20
17
c. Defisit Pengetahuan

Definisi: Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan


dengan topik tertentu
Penyebab
1) Keteratasan kognitif
2) Gangguan fungsi kognitif
3) Kurang terpapar informasi
4) Kurang minat dalam belajar
5) Kurang mampu mengingat
6) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
Gejala tanda mayor
Subjektif:
Menayaka masalah yang dihadapi
Objektif:
1) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
2) Menunjukkanpersepsi yang keliru terdapat masalah
Kondisi klinis terkait:
1) Kondisi klinis yang baru dihadapi klien
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
3. Intervensi Keperawatan

a. Resiko ketidak seimbangan cairan berhubungan dengan


perdarahan
Tujuan
Kekurangan volume cairan akan dicegah yang dibuktikan dengan
keseimbanagan cairan, hidrasi, status nutrisi.
Kriteria Hasil NOC:
1) Keseimbangan cairan : keseimbangan cairan dalam ruang intra sel
dan ekstra sel

21
18
2) Penyembuhan luka bakar : tingkat penyembuhan area luka bakar
3) Hidrasi : jumlah air dalam kompartemen intra sel dan ekstra sel
tubuh yang adekuat
4) Status nutrisi : asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan
cairan yang masuk kedalam tubuh selama periode 24 jam
5) Termoregulasi : keseimbangan antara produksi, peningkatan, dan
kehilangan panas
Intervensi NIC
Pengkajian
a) Minta untuk menjelaskan warna, jumlah, dan frekuensi cairan
yang keluar
b) Kaji dan antisipasi faktor yang dapat mengakibatkan
ketidakseimbangan cairan
c) Timbang berat badan setiap hari
d) Management cairan NIC
Pantau setatus hidrasi
Penyuluhan (KIE)
a) Ajarkan bagaimana memantau setatus hidrasi
b) Ajarkan kbutuhan cairan yang normal untuk lansia dan anak-
anak
c) Ajarkan klien mengenai faktor yang dapat menyebabkan
ketidakseimbangan cairan, dan pentingnya meminum air
sebelum melakukan aktivitas fisik
d) Beri anjuran tentang kebutuhan cairan
Tindakan keperawatan mandiri
a) Bantu, sesuai kebutuhan, untuk membuat perencanaan ingesti
cairan yang edekuat
b) Management cairan NIC
Tingkatkan asupan oral (mis, brikan minuman menggunakan
sedotan, tawarkan cairan diantara waktu makan, ganti air es

22
19
secara rutin, buat es mambo mengunakan jus kegemaran anak,
potong agar-agar menjadi bentuk persegi yang lucu, gunakan
cangkir obat kecil) jika perlu.
Kolaboratif
a) Laporkan dan catat haluaran kurang/lebih dari ....... mL
b) Laporkan abnormalitas elektrolit
b. Ansietas berhubungan dengan keadaan yang dialami
Tujuan:

Menunjukkan Pengendalian diri terhadap Ansietas (sebutkan 1-5: tidak


pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu)
1) Mempertahankan peforma peran
2) Memantau distorsi persepsi sensori
3) Memantau manifestasi perilaku ansietas
4) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan nyeri
Kriteria hasil:
1) Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien
sendiri
2) Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat
3) Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal
Aktifitas keperawatan:
Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi
fisik, setiap 2 jam sekali
2) Kaji untuk faktor budaya (misal, konflik nilai) yang menjadi
penyebab ansietas
3) Gali bersama pasien tentang tekhnk yang berhasil dan tidak berhasil
menurunkan ansietas di masa lalu
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1) Informasikan tentang gejala ansietas

23
20
2) Ajarkan kepada keluarga tentang bagaiman membedakan antara
seangan panik dan gejala penyakit fisik
3) Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi
Aktivitas kolaboratif
Penuruna ansietas: Berikan obat untuk menurunkan ansietas
Aktivitas lain
1) Pada saat ansietas berat dampingi pasien bicara dengan tenang dan
berikan keteangan serta rasa nyaman
2) Dampingi pasien (misal, selama prosedur) untuk meningkatkan
keamanan dan mengurangi rasa takut
3) Berikan pijatan punggung/ pijatan leher, jka perlu
4) Bantu pasien untuk mengidentifikais situasi mencemaskan

c. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


Kriteria hasil
Pengkajian :

1) Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan tentang


program terapi
2) Memperlihatkan kemampuan

Penyuluhan Untuk Pasien/keluarga


1) Tetapkan laporan dengan pasien/keluarga
2) Gunakan berbagai peendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan
berikan umpan balik secara verbal dan tertulis.
Aktivitas kolaborasi
1) Beri informasi tentang sumber-sumber komunikasi yang dapat
menolong pasien dalam mempertahankan program terapi
2) Buat rencana pengajaran multidispliner yang terkoordinasi,
sebutkan perencanaanya

24 21
3) Rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama pasien dan dokter
untuk memfasilitasi kemampuan pasien mengikuti program terapi
Aktivitas Lain
Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak menghakimi untuk
menfasilitasi pembelaajaran

25
22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plasenta previa yaitu keadaan dimana plasenta tertanam pada sigmen bawah
uterus dan terletak di daerah atau didekat ostium internum cervix. Plasenta previa
yaitu suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi abnormal pada sigmen
bawah rahim, menutupi atau tidak menutupi ostium uteri internum, sedangkan
kehamilan tersebut sudah vilable atau mampu hidup di luar rahim (usia
kehamilan 22minggu atau berat janin >500 gram).
3.2 Saran
Keadaan perdarahan sebelum persalinan merupakan keadaan yang dapat
berakibat fatal jika tak mendapatkan penangan intensif, karena itu dalam hal ini
para perawat sebaiknya cermat melihat kondisi pasien misalnya perdarahan pada
placenta previa, agar jika terjadi keadaan darurat dapat segera tertangani.

23
26
DAFTAR PUSTAKA

Arsinah. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta: Salemba


Medika.

Cunningham., W. 2002. Wiliiam Obstetri Vol 2. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. 2002. Buku Panduan Praktis Materna dan Neonatus. Jakarta:


Salemba Medika.

Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Sulistyawati. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan . Yogyakarta: Salemba


Medika.

27

24

Anda mungkin juga menyukai