Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

DIABETES MELLITUS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah
serta karunianya sehingga masih diberi kesempatan untuk bekerja menyelesaikan makalah
kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan Diabetes Mellitus”. Makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 1.

Tidak lupa kami ucapkan banyak terimakasih kepada dosen pengajar kami, dan
teman-teman yang telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan kami yang masih terbatas. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak kami harapkan.

Krikilan, 29 Agustus 2019

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Batasan Masalah........................................................................................................................1
C. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
D. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................3
A. Konsep Penyakit........................................................................................................................3
1. Definisi..................................................................................................................................3
2. Etiologi..................................................................................................................................3
3. Tanda dan Gejala...................................................................................................................4
4. Patofisiologi...........................................................................................................................4
5. Klasifikasi..............................................................................................................................7
6. Komplikasi............................................................................................................................7
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................................13
1. Pengkajian...........................................................................................................................13
2. Diagnosa keperawatan.........................................................................................................18
3. Intervensi.............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada
dewasa yang membutuhkan pengawasan medis berkelanjutan dan edukasi perawatan
mandiri pada pasien. Diabetes Mellitus ini ditandai dengan ketidaktepatan
hiperglikemia yang disebabkan oleh kekurangan insulin relatif atau absolut atau oleh
resistensi selular terhadap kinerja insulin. DM diklasifikasikan menjadi 2, yaitu DM
tipe 1 dan tipe 2. DM Tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel isler pankreas dan
kekurangan sirkulasi insulin total. DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin dengan
kelainan pada sekresi insulin kompensasi. [ CITATION Pri12 \l 1057 ]
DM merupakan penyebab kematian keenam terbanyak akibat penyakit di
Amerika serikat, khususnya karena penyebaran efek kardiovaskular yang
menyebabkan ateroslerosis, penyakit arteri koroner, dan stroke.
Penyandang DM dua hingga empat kali lebih mungkin menderita penyakit
jantung dan dua hingga empat kali lebih mungkin menderita stroke dibanding orang
yang tidak menyandang DM. DM merupakan penyebab utama kebutaan baru yang
didiagnosis pada orang berusia 20-74 tahun. DM juga merupakan penyebab terbanyak
amputasi nontraumatik, dengan perkiraan 71.000 amputasi tiap tahun pada
penyandang DM.
B. Batasan Masalah
Masalah pada kasus ini dibatasi pada konsep penyakit dan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus.
C. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diabetes Mellitus ?
2. Apa etiologi dari Diabetes Mellitus ?
3. Apa tanda dan gejala Diabetes Mellitus?
4. Bagaimana Patofisiologi dari Diabetes Mellitus?
5. Apa klasifikasi dari Diabetes Mellitus?
6. Apa saja komplikasi dari Diabetes Mellitus?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien dengan Diabetes Mellitus?

1
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami asuhan keperawatan
pada pasien dengan penyakit diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang definisi, etiologi, tanda dan
gejala, patofisiologi, klasifikasi, dan komplikasi dari penyakit diabetes
mellitus.
b. Mahasiswa diharapkan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin.[CITATION
Ami13 \l 1057 ]
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang disebabkan karena
ketiadaan absolut insulin [CITATION Cor09 \l 1057 ]
Insulin dalam tubuh digunakan untuk menghantarkan masuknya glukosa ke
dalam sel agar dapat berfungsi untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Jumlah
insulin yang berkurang mengakibatkan glukosa menumpuk dalam darah dan
apabila dibiarkan terjadi peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi),
sehingga kebutuhan glukosa yang diperlukan sel untuk melangsungkan fungsinya
menjadi terganggu (Tarwoto, 2012, p. 151).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diabetes Mellitus adalah penyakit yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah yang disebabkan oleh
produksi insulin yang menurun atau tidak adanya insulin.
2. Etiologi
a. DM tipe 1
Diabetes tipe 1 banyak diderita oleh anak-anak dapat disebabkan oleh faktor
genetik. Faktor lingkungan seperti virus juga bisa memicu proses autoimun yang
merusak sel beta pankreas. Diabetes melitus ini ditandai dengan destruksi sel beta
pankreas, mengakibatkan defisiensi insulin absolut.
b. DM tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe DM yang paling banyak terjadi. Tipe ini disebabkan
karena faktor genetik maupun faktor lingkungan. Obesitas adalah faktor utama
85% dari seluruh orang dengan DM tipe 2. Pada umumnya DM tipe 2 biasanya
terdiagnosis setelah berusia 40 tahun dan lebih sering dialami oleh golongan
dewasa tua, dewasa obesitas, dan beberapa populasi etnik dan ras tertentu.

3
c. Diabetes mellitus gestasional
Diabetes mellitus ini dialami pada saat kehamilan, dapat dideteksi dengan
menggunakan test toleransi glukosa, dengan prakiraan kira-kira 24 minggu
kehamilan. Seseorang dengan DM gestasional umumnya akan berkembang
menjadi DM (Black, 2014).

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala diabetes mellitus meliputi :
a. Poliuria dan podipsia yang disebabkan oleh osmolaritas serum yang tinggi
akibat kadar glukosa serum yang tinggi
b. Anoreksia (sering terjadi) atau polifagia (kadang-kadang terjadi)
c. Penurunan berat badan (biasanya sebesar 10% hingga 30%; penyandang
diabetes tipe 1 secara khas tidak memiliki lemak pada tubuhnya saat diagnosis
ditegakkan) karena tidak terdapat metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
yang normal akibat fungsi insulin yang rusak atau tidak ada.
d. Sakit kepala, rasa cepat lelah, mengantuk, tenaga yang berkurang, dan
gangguan pada kinerja sekolah serta pekerjaan; yang disebabkan oleh kadar
glukosa intrasel yang rendah
e. Kram otot, iritabilitas, dan emosi yang labil akibat ketidakseimbangan
elektrolit
f. Gangguan penglihatan, seperti penglihatan kabur, akibat pembengkakan
mikrovaskuler yang disebabkan glukosa
g. Patirasa (baal) dan kesemutan akibat kerusakan jaringan saraf
h. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen akibat neuropati otonom
yang menimbulkan gastroparesis dan konstipasi
i. Mual, diare, atau konstipasi yang diakibatkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit ataupun neuropati otonom
j. Infeksi atau luka pada kulit yang lambat sembuhnya; rasa gatal pada kulit
k. Infeksi kandida yang rekuren pada vagina atau anus. [ CITATION Jen11 \l 1057 ]
4. Patofisiologi
Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel beta pankreas sehingga
mengakibatkan insulin tidak diproduksi lagi. DM tipe 1 biasanya disebabkan oleh
genetik, virus, autoimun dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). 90% kasus
4
DM tipe 1 diperantara imun. Penyakit ini dimulai dengan insulitis, suatu proses
inflamatrik kronik yang terjadi sebagai respon terhadap kerusakan autoimun sel
islet. Destruksi sel beta yang diakibatkan menyebabkan penurunan sekresi insulin
dan akhirnya kekurangan hormon insulin. Kekurangan insulin mengakibatkan
keadaan hiperglikemia, peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme
protein. Proses ini terjadi ketika 90% fungsi sel beta rusak.
Pada Diabetes mellitus tipe 2, pankreas biasanya menghasilkan insulin tetapi
tubuh resisten terhadap insulin atau terdapat ketidakadekuatan respon sekresi
insulin (tubuh menghasilkan insulin tetapi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh). Resistensi ini ditingkatkan oleh kegemukan, tidak beraktivitas,
penyakit, obat-obatan, dan pertambahan usia. Pada kegemukan insulin mengalami
penurunan kemampuan karena pankreas bekerja setiap waktu untuk menghasilkan
insulin untuk memengaruhi absorbsi dan metabolisme glukosa oleh hati, otot
rangka, dan jaringan adiposa. Hiperglikemia meningkat secara perlahan dan dapat
berlangsung lama sebelum DM didiagnosis. Diabetes gestasional disebabkan oleh
hormon yang dihasilkan selama kehamilan. Hormon itulah yang mencegah insulin
bermetabolisme menjadi energi. Hal ini menyebabkan tingkat gula darah
meningkat, dan risiko diabetes pun ikut meningkat.
DM tipe 1 maupun tipe 2 ditandai dengan hiperglikemia yaitu kenaikan kadar
glukosa dalam darah. Hiperglikemia menyebabkan hiperosmolaritas serum, yang
menarik air dari ruang intraselular ke dalam sirkulasi umum. Peningkatan volume
darah meningkatkan aliran darah ginjal dan hiperglikemia bertindak sebagai
diuretik osmosis. Diuretik osmosis yang dihasilkan meningkatkan haluaran urine.
Kondisi ini disebut poliuria. Ketika kadar glukosa darah melebihi ambang batas
glukosa—biasanya sekitar 180 mg/dL–- glukosa diekskresikan ke dalam urine,
suatu kondisi yang disebut glukosuria. Penurunan volume intraselular dan
peningkatan haluaran urine menyebabkan dehidrasi. Mulut menjadi kering dan
sensor haus diaktifkan, yang menyebabkan orang tersebut minum jumlah air yang
banyak (polidipsia). Karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel tanpa insulin,
produksi energi menurun. Penurunan energi ini menstimulasi rasa lapar dan orang
makan lebih banyak (polifagia). Meski asupan makanan meningkat, berat badan
orang tersebut turun saat tubuh kehilangan air dan memecah protein dan lemak
sebagai upaya memulihkan sumber energi. Malaise dan keletihan menyertai

5
penurunan energi. Penglihatan yang buram juga umum terjadi, akibat pengaruh
osmotik yang menyebabkan pembengkakan lensa mata.

6
PATHWAY Kerusakan sel β dan α
pankreas

Gagal produksi insulin &/ Produksi glukagon


resistansi insulin berlebihan Keton

Peningkatan osmolaritas Gula Darah Produksi glukagon dari


akibat glukosa simpanan protein dan Asidosis
lemak

Napas keton
Polidipsia Poliuria Polifagia Peningkatan gula Pemakaian berlebih
darah kronis massa lemak tubuh Kelelahan

BB turun
BB turun
Penumpukkan
glikoprotein dinding sel

Percepatan Fungsi imun


Neuropati Penyakit Retinopati
aterosklerosis terganggu
diabetik perdarahan kecil diabetik

Hipertensi Infeksi
Neuropati Nefropati diabetik Kebutaan
autonom
Kadar ldl naik Penyembuhan
Ulkus kaki
Gagal ginjal luka lambat
diabetik 7
tahap akhir
5. Klasifikasi
Diabetes mellitus digolongkan meliputi Tipe 1, tipe 2, gestasional atau Tipe DM
Spesifik lainnya.
a. Tipe 1 : diabetes mellitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes
Mellitus/IDDM)
Disebabkan oleh kerusakan sel-sel β pulau langerhans akibat proses autoimun.
Kerusakan sel β ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, immunologik atau
faktor lingkungan (misalnya: virus). Hal ini menyebabkan diabetes tipe 1
memiliki karakteristik yaitu ketiadaan insulin absolut dalam tubuh. Sehingga
penderita diabetes tipe 1 harus mendapat insulin pengganti untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya. [ CITATION Ren14 \l 1057 ]
b. Tipe 2 : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes mellitus/NIDDM)
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin karena tubuh
tidak menggunakan hormon insulin secara normal. Resistensi ini berarti suatu
keadaan dimana tubuh tidak bisa banyak menyerap glukosa dalam darah
sehingga kadar glukosa dalam darah menjadi tinggi. (Amin & Hardhi, 2013).
c. Diabetes mellitus gestasional (Gestational Diabetes Mellitus/GDM)
Adalah Diabetes Mellitus yang timbul selama kehamilan. Hal itu disebabkan
oleh hormon yang diekskresikan plasenta dan menghambat kerja insulin.
GDM dapat didiagnosis menggunakan tes toleran glukosa, terjadi pada kira-
kira 24-28 minggu kehamilan. Pada umumnya individu dengan Diabetes
Mellitus Gestasional 30-40% akan berkembang menjadi DM (biasanya tipe 2).
[ CITATION Ren14 \l 1057 ]
6. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus meliputi :
Pasien dengan DM mengakibatkan komplikasi yang besifat akut maupun kronis.
a. Komplikasi akut Diabetes Mellitus
1) Hiperglikema
Hiperglikemia terjadi akibat glukosa tidak mampu diangkut ke
dalam sel. Tanpa adanya karbohidrat untuk bahan bakar sel, hati
mengubah simpanan glikogennya kembali ke glukosa (glikogenolisis) dan
meningkatkan biosintesis glukosa. Namun respon ini malah meningkatkan
kadar glukosa dalam darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Pada DM Tipe 1 kebutuhan akan energi semakin meningkat,
kemudian tubuh menggunakan cadangan energi berupa lemak dan protein
untuk dipakai sebagai energi. Selanjutnya asam lemak dikeluarkan dari sel
jaringan adipose dan ditransport ke hati. Hati akan memetabolisme lemak

8
dan meningkatkan produksi keton (ketogenesis). Keton yang terlalu
banyak di dalam darah akan dikeluarkan dalam urine (ketonuria). (Black,
2014, p. 661).
2) Ketoasidosis diabetic
Asidosis metabolic merupakan perkembangan dari pengaruh asam
(pH rendah) akibat keton asetaoasetat dan hidrokisibutirat beta. Keadaan
ini disebut ketoasidosis diabetic. Asidosis tahap berat dapat menyebabkan
klien mengalami kehilangan kesadaran (koma diabetikum). Ketoasidosis
diabetic umumnya dianggap sebagai kegawatdaruratan medis yang
membutuhkan penanganan medis segera. Ketoasidosis diabetic adalah
penyakit metabolic paling serius yang sering terjadi pada DM Tipe 1 dan
sering menyebabkan klien menjalani rawat inap RS. (Black, 2014, p. 661).
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah ciri umum dari DM tipe 1 dan juga dijumpai di dalam
klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat oral. Kadar
glukosa darah yang tepat pada klien mempunyai gejala hipoglikemia
bervariasi, tetapi gejala itu tidak terjadi sampai kadar glukosa darah < 50-
60 mg/dl. (Black, 2014, p. 668)
b. Komplikasi kronis Dibetes Mellitus
Komplikasi terkait diabetes diklasifikasikan sebagai satu dari dua tipe.
1. Komplikasi makrovaskular
Penyakit makrovaskular ini lebih sering terjadi pada penderita DM
dan umur yang lebih awal. Penyakit makrovaskular menimbulkan
penumpukan lemak di daerah dinding pembuluh darah. Resiko
berkembangnya komplikasi makrovaskular lebih tinggi pada DM Tipe 1
dibandingkan tipe 2. Jenis-jenis komplikasi yang mengarah pada
komplikasi makrovaskular diantaranya.
a. Penyakit arteri coroner
Pasien dengan DM memiliki kemungkinan 2 – 4 kali lebih sering
dibandingkan klien tanpa DM untuk meninggal karena penyakit arteri
coroner, dan factor risiko relative untuk penyakit jantung pembuluh
pada perempuan dengan DM tipe 2 adalad 3-4 kali lebih besar.
Biasanya yang terjadi pada pasien dengan DM, kejadian mikrovaskular
atau proses seperti penyakit arteri coroner bersifat atipikal atau diam,
Sering dipersepsikan seperti gangguan pencernaan atau gangguan
jantung tidak dapat di jelaskan, dipsnea pada aktivitas berat dan nyeri
pada epigastric.

9
Klien Diabetes Mellitus yang memiliki riwayat infark miokard
cenderung lebih beresiko mengalami komplikasi atau Infark Miokard
kedua, daripada klien riwayat Infark Miokard namun tidak mengalami
riwayat diabetes mellitus . Setelah Infark Miokard, klien dengan
Diabetes Mellitus juga mengalami prognosis lebih tinggi dibandingkan
gagal jantung, syok dan disritmia (Black, 2014, p. 676).
b. Penyakit serebrovaskular
Penyakit serebrovaskular, seperti infark aterotromboembolik
ditandai dengan serangan iskemik transien dan cerebrovascular attack
(stroke), lebih sering terjadi pada klien dengan DM. Konisi ini lebih
tinggi pada perempuan dengan angka kejadian pada usia 50 atau 60 an,
dan lebih tinggi terjadi pada pasien dengan hipertensi. Pada klien
dengan penyakit DM, stroke menyumbang angka kematian lebih tinggi
khususnya pada klien dengan DM tipe 2 (Black, 2014, p. 676).
c. Hipertensi
Populasi diabetic tercatat mengalami laju peningkatan sebesar
40% dengan kasus hipertensi. Hipertensi merupakan faktor risiko
terbesar untuk stroke dan nefropati. Hipertensi yang diatasi secara tidak
adekuat akan menyebabkan meningkatnya laju perkembangan
nefropati (Black, 2014, p. 676).
d. Penyakit Pembuluh darah perifer
Pada klien dengan Diabetes Mellitus, insidensi dan prevalensi
bunyi abnormal atau murmur, tidak terdapat denyut pedal (kaki), dan
gangren iskemik meningkat. Hampir lebih dari separuh kejadian
amputasi tungkai bawah nontraumatik berkaitan dengan perubahan
diabetik, misalnya neuropati sensoris dan motoric, penyakit pembuluh
darah perifer, peningkatan resiko dan laju infeksi, dan buruknya
penyembuhan . Rangkaian peristiwa ini yang mungkin mengarah
kepada amputasi (Black, 2014, p. 677).
e. Infeksi
Klien dengan DM mudah terserang bermacam-macam tipe
infeksi. Daerah terinfeksi sembuh secara pelan dan bertahap akibat
kerusakan system pembuluh darah yang tidak dapat membawa oksigen,
sel darah putih, zat gizi dan antibody yang cukup ke area luka. Infeksi
menyebabkan peningkatan kebutuhan insulin. Tipe infeksi yang sering
memengaruhi klien adalah infeksi saluran kemih khususnya pada
perempuan. Salah satu factor mungkin dihalang leukosit PMN ketika
glukosa ada. Glukosaria berkaitan erat dengan hiperglikemia. Adanya

10
perkembangan kandung kemih neurogenic sebagai hasil dari
pengosongan yang tidak lengkap dan retensi urine, mungkin juga
menjadi pendukung terhadap resiko infeksi saluran kencing. Kondisi
infeksi kaki diabetic sering terjadi. Kondisi kaki diabetik secara
langsung terkait tiga factor di atas dan hiperglikemia. Sekitar 40%
klien dengan infeksi kaki diabetik mungkin membutuhkan amputasi,
kemudian 5-10% akan meninggal meskipun telah dilakukan amputasi
di daerah yang terkena. Intervensi dini dan edukasi dapat membantu
infeksi kaki diabetic hilang secara perlahan dengan langkah-langkah
yang tepat waktu. Melakukan perawatan kaki secara efektif dapat
menghentikan infeksi yang berakibat pada amputasi (Black, 2014, pp.
674-677).
2. Komplikasi Mikrovaskular
Mikroangiopati menekankan pada perubahan yang terjadi di area
retina, ginjal dan kapiler perifer pada klien dengan DM. Uji komplikasi
dan kontrol diabetes telah membuat hal ini jelas bahwa control glikemik
ketat dan konsisten mungkin mencegah atau menghentikan perubahan
mikrovaskular.
a. Retinopati diabetik
Retinopati diabetik adalah penyebab utama kebutaan pada klien
dengan DM; sekitar 80% bentuk retinopati muncul 15 tahun setelah
diagnosis. Penyebab retinopati tidak diketahui secara jelas tapi
kemungkinan berhubungan dengan glikosilasis protein, iskemik dan
mekanisme hemodinamik. Peningkatan viskositas darah akibat stress
adalah sebuah mekanisme hemodinamik yang meningkatkan
permeabilitas sekaligus menurunkan elastisitas kapiler. Retina
merupakan struktur paling vital pada mata, memiliki nilai tertinggi
konsumsi oksigen dari jaringan dalam tubuh. Akibatnya, jika retina
kehilangan suplai darah pembawa oksigen sekunder untuk kerusakan
kapilernya, maka anoksia jaringan berkembang secara cepat (Black,
2014, p. 677).
b. Nefropati
Nefropati diabetic merupakan penyebab utama paling sering pada
penyakit ginjal kronis tahap 5, atau disebut sebagai penyakit ginjal
tahap akhir. sekitar 35-45 % klien dengan DM tipe 1 diketahui
memiliki nefropati antara 15-20 tahun setelah diagnosis. Sedangkan
sekitar 20% klien dengan DM tipe 2 diketahui mengalami nefropati 5-
10 tahun setelah diagnosis. Beberapa efek dari mikroangiopati,

11
nefropati mengakibatkan timbulnya kerusakan terhadap dan akhirnya
kehilangan kapiler yang menyuplai glomelurus ginjal. Kerusakan ini
menjurus kepada perubahan dan gejala pathologis kompleks
diantaranya glomerulosklerosis antar kapiler, nephrosis, gross
albuminuria, dan hipertensi) (Black, 2014, p. 677).
c. Neuropati
Neuropati adalah komplikasi kronis yang sering terjadi akibat
dari DM. Berkisar 60% klien dengan DM mengalami hal tersebut.
Karena serabut saraf tidak memiliki cukup suplai darah sendiri,
sehingga saraf bergantung pada difusi zat gizi dan oksigen lintas
membrane. Saat dendrit dan akson tidak memperoleh zat gizi
menyebabkan penumpukan sorbitol di jaringan saraf, kemudian
mengurangi status fungsi sensoris dan motoris. Kedua masalah
neurologis baik bersifat permanen ataupun sementara mungkin
berkembang pada klien dengan DM selama proses penyakit.
Klien dengan peningkatan kadar glukosa darah rentan mengalami
nyeri pada sarafnya. Namun nyeri ini berbeda dengan sensasi nyeri
jenis lain seperti nyeri otot atau sendi keseleo. Nyeri saraf ini dirasakan
seperti mati rasa, menusuk, kesemutan, atau terbakar yang
mengakibatkan klien terganggu pola tidurnya dan terhambat untuk
melakukan pekerjaan harian (Black, 2014, pp. 677-680).

12
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada seseorang yang anggota keluarganya
memiliki riwayat diabetes. DM tipe 1 biasanya mulai terdeteksi sebelum usia
30 tahun. Diabetes tipe 2 adalah tipe DM yang paling umum yang sering
terdiagnosis setelah usia 40 tahun dan lebih khas pada dewasa tua, dan
biasanya disertai obesitas. Sedangkan diabetes gestasional merupakan tipe DM
yang sering ditemukan pada wanita hamil dengan intoleransi glukosa atau
ditemukan pertama kali selama kehamilan.
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh-sembuh dan berbau, adanya nyeri dan
luka. (bararah, 2013, p.39)
2) Alasan masuk rumah sakit
Penderita dengan diabetes mellitus biasanya akan ke rumah sakit dengan
berbagai komplikasi yang dideritanya seperti gangren, hipoglikemia,
hipertensi, stroke, penyakit jantung. (bararah, 2013, p.39)
3) Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang dilakukan penderita untuk mengobatinya. (bararah, 2013, p.39)
c. Riwayat kesehatan terdahulu
1) Riwayat penyakit sebelumnya
Terdapat riwayat penyakit Diabetes Mellitus atau penyakit – penyakit lain
yang mendukung terjadinya defisiensi insulin seperti penyakit pancreas.
Terdapat riwayat penyakit penunjang seperti jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah diterapkan maupun obat –
obatan yang biasa digunakan oleh penderita (Bararah, 2013, p. 39).
2) Riwayat penyakit keluarga
Dilihat dari data genogram atau silsilah keluarga, umumnya ada salah satu
anggota keluarga yang juga menderita Diabetes Mellitus atau penyakit
keturunan yang menyebabkan terjadinya defisiensi insulin. Contohnya
adalah hipertensi, jantung (Bararah, 2013, p. 39).
3) Riwayat pengobatan
Penderita diabetes mellitus biasanya bergantung pada pemberian insulin
eksogen harian atau obat antidiabetes oral untuk mengendalikan kadar gula
darahnya.

13
d. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum
a) Kesadaran
Klien datang ke Rumah Sakit dalam keadaan composmentis (kesadaran
penuh) dan terjadi hipoglikemia akut karena ketidaktepatan dalam
pemakaian insulin eksogen. Pasien umumnya juga mengalami tremor,
pucat, gelisah dan peningkatan denyut nadi (Takikardia) (Tarwoto,
2012, p. 33).
b) Tanda-tanda vital
Tanda vital yaitu meliputi pernapasan, suhu, tekanan darah dan nadi
dengan karakteristik tekanan darah tinggi apabila disertai hipertensi.
Respiration rate (RR) dalam batas yaitu normal 15-20 kali/menit,
pernapasan dalam atau dangkal, Denyut nadi kuat atau lemah. Dan
terjadi peningkatan suhu tubuh ketika infeksi (Bararah, 2013, p. 40).
b. Body system
a) System pernafasan
Terdapat sputum, batuk, nyeri pada dada, sesak nafas dan adanya suara
tambahan. Pada klien dengan Diabetes Mellitus rentan mengalami
infeksi yang menganggu system pernafasannya (Bararah, 2013, p. 40).
b) System kardiovaskular
Keefektifan perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau
berkurang, takikardi atau brakikardi, hipertensi atau hipotensi, aritmia
dan kardiomegalis(pembesaran jantung) (Bararah, 2013, p. 40).
c) System persarafan
Adanya penurunan pada sensoris, terasa paresthesia (kesemutan),
karena gula darah yang tinggi dapat merusak saraf yang mengirim
sinyal dari tangan dan kaki, letargi, mengantuk, respon reflek
melambat dan disorientasi karena kerusakan syaraf di cerebral.
(Bararah, 2013, p. 40).

d) System perkemihan
Adanya Poliuri(urin berlebihan) disebabkan kadar gula darah yang
berlebihan sehingga merangsang tubuh untuk mengeluarkannya
melalui urine, retensi urine yang disebabkan karena gangguan syaraf
yang mengatur keluaran urine akibat kadar gula darah yang tinggi, rasa
panas disertai sakit saat berkemih jika terdapat infeksi saluran kemih
(Bararah, 2013, p. 40).

14
e) System pencernaan
Adanya polifagi (makan berlebihan) yang disebabkan berkurangnya
energi dalam tubuh karena tubuh yang tidak bisa mengolah glukosa,
peningkatan rasa haus (polidipsi) akibat tubuh berusaha menghindari
kekurangan cairan, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, berat
badan menurun, dan terjadi peningkatan angka lingkar abdomen,
obesitas (Bararah, 2013, p. 41).
f) System integument
Turgor pada kulit menurun akibat dehidrasi, terdapat ulkus atau
menimbulkan kehitaman bekas luka akibat infeksi yang lambat
disembuhkan, kelembaban dan suhu kulit di area sekitar ulkus dan
gangrene teraba hangat, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
rambut dan kuku (Bararah, 2013, p. 40).
g) System muskuloskletal
Terdapat penyebaran lemak yang berkurang akibat metabolisme lemak,
penyebaran massa otot, cepat lemah, lelah akibat penurunan energi,
nyeri adanya gangrene di ekstremitas (Bararah, 2013, p. 41).
h) System endokrin
Pada DM terjadi defisiensi insulin diakibatkan oleh destruksi sel beta
pancreas dan juga terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin (resistensi insulin) (Bararah, 2013).
i) System reproduksi
system pembuluh darah di organ reproduksi terjadi angiopati sehingga
menyebabkan gangguan fungsi potensi seks, gangguan kualitas dan
ereksi, serta memberi dampak pada ejakulasi serta orgasme (Bararah,
2013, p. 38).
j) System penginderaan
Pada klien dengan diabetes mellitus biasanya memiliki gangguan pada
penglihatannya dengan pandangan kabur akibat dari kelainan kadar
glukosa darah tinggi.
k) System imun
Pasien dengan diabetes mellitus mudah terserah berbagai infeksi.
Infeksi yang paling sering yaitu infeksi saluran kemih dan infeksi kaki
diabetik.

e. Pemeriksaan penunjang
1. Kadar Glukosa Darah

15
Tabel acuan kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode
enzimatik sebagai pedoman

Kadar Glukosa Sewaktu (mg/dL)


Kadar glukosa Darah DM Belum pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa
Kadar glukosa Darah DM Belum pasti DM
Sewaktu
Plasma vena .>120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
2. Kriteria diagnostic WHO pada diabetes mellitus yaitu sedikitnya 2 kali
pemeriksaan
a. Glukosa plasma sewaktu berkisar >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa berkisar >140/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma diambil dari sampel ketika 2 jam sesudah
mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prantdial (pp) > 200
mg/dl)
3. Tes Laboratorium DM
a. Tes saring
Tes – tes saring pada DM diantaranya adalah
1. GDP (Gula Darah Puasa) dan GDS(Gula Darah Sewaktu)
2. Tes glukosa urin dibagi menjadi dua yaitu
a. Tes konvensional (suatu metode benedict atau reduksi)
b. Tes carik celup (suatu metode glucose oxidase/hexokinase)
b. Tes – tes diagnostic yang diberikan pada klien dengan Diabetes
Mellitus adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam Post
Pradinal), Glukosa jam ke-2 TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
c. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Tes – tes untuk mendeteksi komplikasi diantaranya adalah
1) Mikroalbuminaria : urin
2) Ureum, kreatinin, asam urat
3) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
4) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
5) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
6) Trigliserida : plasma vena (puasa)
Hasil pemeriksaan gula darah 2 jam postprandial dikelompokkan menjadi 3
yaitu :
1. <140 mg/dL : normal

16
2. 140-<200 mg/dL : toleransi glukosa terganggu
3. ≥200 mg/dL : diabetes (Nurarif, 2016, p. 167).
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis bagi penderita DM dengan cara mengembalikan
dan memulihkan kadar glukosa darah senormal mungkin dengan cara
penggunaan obat hipoglikemik oral (OHO), diet yang tepat dan juga
olahraga. Intervensi harus bersifat individual terhadap tujuan kilen,
kebutuhan nutrisi, usia, gaya hidup, aktivitas, maturasi, pekerjaan, tipe
DM, dan kemampuan melakukan keterampilan sesuai rencana
penatalaksanaan.
1) Mempertimbangkan nutrisi yang tepat
2) Latihan fisik yang teratur
3) Obat-obatan penurun gula darah
4) Pendidikan kesehatan
5) Monitoring kadar gula darah
Selain itu, untuk menunjang peningkatan derajat kesehatan pada
pasien Diabetes mellitus sebaiknya mengikuti pedoman 3J (Jumlah, jenis
dan jadwal) diantaranya : (Sutedjo, 2010)
a. J1 (Jumlah) adalah kuantitas kalori yang harus tercapai dan dihabiskan
karena sudah diperhitungkan dengan kebutuhan kalori pasien DM
dengan mempertimbangkan kondisi fisik, kondisi kesehatan, usia dan
diabetes secara umum.
b. J2 (waktu) adalah jadwal diet yang diberikan dalam jangka waktu
setiap 3 jam. Misalnya dengan cara mengkonsumsi tiga kali makanan
utama dan tiga kali makanan selingan dengan interval waktu 3 jam.
c. J3 (Jenis) adalah jenis makanan juga akan mempengaruhi kadar
glukosa darah pada klien DM. Penderita DM harus memilih dengan
tepat jenis makanan yang akan dikonsumsinya. Hal ini dengan cara
menghindari makanan yang indeksi glikemiknya tinggi seperti gula,
cokelat, buah yang indeks glikemiknya tinggi.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut PPNI (2016) diagnosa keperawatan diabetes mellitus yang muncul antara
lain :
a. Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Definisi : variasi kadar glukosa darah naik/turun dari rentang normal
Penyebab :
1) Hiperglikemia : disfungsi pankreas. Resistensi insulin, gangguan
toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa

17
2) Hiperglikemia : Penggunaan insulin atau obat oral glikemik oral,
hiperinsulinemia (mis. Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan
adrenal atau pituitari), disfungsi hati, disfungsi ginjal kronis, efek agen
farmakologis, tindakan pembedahan neoplasma, gangguan metabolik
bawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia,
gangguan penyimpanan glikogen)
Gejala dan tanda mayor :
1) Subjektif : Hipolgikemia : mengantuk, pusing
Hiperglikemia : lelah dan lesu
2) Objektif : Hipoglikemia : gangguan koordinasi, kadar glukosa dalam
darah/urin rendah
Hiperglikemia : kadar glukosa dalam darah/urin tinggi
Gejala dan tanda minor :
1) Subjektif : Hipoglikemia : palpitasi, mengeluh lapar
Hiperglikemia : mulut kering, haus meningkat
2) Obejektif : Hipoglikemia : gemetar, kesadaran menurun, perilaku aneh,
sulit bicara, berkeringat
Hiperglikemia : Jumlah urin meningkat
Kondisi klinis terkait : Diabetes Melitus, ketoasidosis diabetik, hipoglikemia,
hiperglikemia, diabetes gestasional, penggunaan kortikosteroid, nutrisi
parenteral total (TPN)
b. Defisit nutrisi
Definisi :
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism
1) Penyebab
a) Ketidakmampuan menelan makanan
b) Ketidakmampuan mencerna makanan
c) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
d) Peningkatan kebutuhan metabolism
e) Faktor ekononi (mis. Finansial tidak mencukupi)
f) Faktor psikologis (mis. Stress, keenggangan untuk makan)
2) Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : -
Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
3) Gejala dan tanda minor
Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram atau nyeri abdomen,
Nafsu makan menurun

18
Objektif : Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menalan
lemah, Membrane mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin menurun,
Rambut rontok berlebihan, Diare
4) Kondisi Klinis Terkait : Stroke, Parkinson, Mobius syndrome, Cerebral
palsy, Cleft lip, Clef palate, Amyotropic lateral sclerosis, Kerusakan
neurovascular, Luka bakar, Infeksi, Kanker, AIDS, Penyakit crohn’s

b. Risiko infeksi
Definisi : beresiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik.
Faktor risiko
1) Penyakit kronis (misal. Diabetes mellitus)
2) Efek prosedur invasif
3) Malnutrisi
4) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
5) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : gangguan peristaltik,
kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, penurunan kerja
siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
merokok, statis cairan tubuh.
6) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan
hemoglobin, imunosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi,
vaksinasi tidak adekuat.

Kondisi klinis terkait : AIDS, luka bakar, penyakit paru obstruktif kronis,
diabetes melitus, tindakan invasif, kondisi penggunaan terapi steroid,
penyalahgunaan obat, ketuban pecaah sebelum waktunya (KPSW), Kanker,
Gagal ginjal, Imunosupresi, Lymphedema, Leukositopenia, gangguan fungsi
hati.

c. Gangguan Integritas Jaringan atau kulit


Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan atau ligament)
Penyebab : Perubahan sirkulasi, Perubahan status nutrisi ( kelebihan atau
kekurangan), Kekurangan atau kelebihan volume cairan, Penurunan
mobilitas, Bahan kimia iritatif, Suhu lingkungan yang eksteme, Faktor
mekanis (mis. Penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau faktor elektris
(elektrodiatermi, energy listrik bertegangan tinggi), Efek samping terapi

19
radiasi, Kelembaban, Proses penuaan, Neuropati perifer, Perubahan
pigmentasi, Perubahan humoral, Kurang terpapar informasi tentang upaya
mempertahankan atau melindungi integritas jaringan.
Gejala dan Tanda Mayor
1) Subyektif : -
2) Obyektif : Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit
Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : tidak tersedia
2) Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, Hematoma
Kondisi Klinis terkait : Imobilisasi, Gagal jantung kogestif, Gagal ginjal,
Diabetes mellitus, Imunodefisiensi (contoh AIDS)
(PPNI, 2017, p. 282).

3. Intervensi
a. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
1) Tujuan :
Kadar glukosa darah stabil yang dibuktikan oleh kadar glukosa hemoglobin
glikosolasi, glukosa urine, dan keton urine.
Faktor risiko terkendali, dibuktikan oleh managemen mandiri diabetes yang
diterapkan secara konsisten, pengetahuan: managemen diabetes yang
mendalam, dan tidak ada penyimpangan kadar glukosa darah.
Pasien akan menunjukkan prosedur yang benar untuk memeriksa kadar
glukosa darah, mematuhi regimen yang diprogramkan untuk pemantauan
glukosa darah, mematuhi rekomendasi diet dan latihan fisik,
memperlihatkan prosedur yang benar yang digunakan untuk pemberian obat
secara mandiri serta menguraikan gejala hipoglikemia dan juga
hiperglikemia.
2) Kriteria hasil
a) tingkat pemeliharaan kadar glukosa di dalam plasma dan urine dalam
rentang normal
b) tindakan individu untuk managemen diabetes melitus dan mencegah
penyakit menjadi makin parah
c) tingkat pemahaman yang ditunjukkan mengenai diabetes mellitus dan
pencegahan komplikasi.
3) Intervensi
Asuhan keperawatan
a) Mencegah dan menangani kadar glukosa darah di atas nilai normal
b) Mencegah dan menangani kadar glukosa yang rendah

20
c) Mengumpulkan, mengintrepetasi, dan menyintesis data pasien secara
terarah dan kontinue untuk mengambil keputusan klinis

Penyuluhan

a) Proses penyakit : membantu pasien untuk memahami informasi yang


berhubungan dengan proses penyakit tertentu.
b) Individual : merencanakan, melakukan, implementasi, dan evaluasi
program penyuluhan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan
khusus pasien
c) Program diet : mempersiapkan pasien untuk mengikuti dengan benar
program diet
d) Obat resep : mempersiapkan pasien untuk menerima program medikasi
secara aman dan memantau efek pada pasien
e) Keterampilan psikomotor : mempersiapkan pasien untuk melakukan
keterampilan psikomotor.

b. Defisit nutrisi

1) Tujuan :
Memperlihatkan status gizi berupa asupan makanan dan cairan, yang
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut :
a) Makanan oral, pemberian makanan lewat selang, / nutrisi parenteral
total
b) Asupan cairan oral / IV
2) Kriteria hasil
a) Selera makan : pasien memiliki keinginan untuk makan saat dalam
keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan
b) Status gizi : tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan
metabolik.
c) Status gizi : pengukuran biokimia komponen dan kimia cairan tubuh
yang mengindikasikan status nutrisi
d) Status gizi asupan makanan dan cairan : jumlah makanan dan cairan
yang dikonsumsi tubuh selama 24 jam
e) Status gizi asupan gizi : keadekuatan pola asupan zat gizi yang
biasanya
f) Perawatan diri makan : pasien mampu untuk mempersiapkan dan
mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa
alat bantu
g) Berat badan massa tubuh : tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan
lemak, dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin, dan usia.
21
3) Intervensi

Aktivitas keperawatan
Pengkajian
a) Beri motivasi pasien untuk mengubah pola makannya
b) Pantau secara ketat nilai uji laboratorium khususnya kadar
transferin, albumin, dan elektrolit
c) Manajemen nutrisi (NIC):
(1) Ketahui makanan kesukaan atau pilihan pasien
(2) Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi
(3) Pantau kandungan nutrisi dan kalori yang tercantum pada
catatan asupan
(4) Timbang klien pada jangka waktu yang tepat
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
a) Ajarkan klien dalam perencanaan makan
b) Ajarkan klien atau keluarga tentang makanan bergizi dan tidak mahal
c) Managemen nutrisi (NIC): Berikan informasi yang tepat dan detail
tentang kebutuhan nutrisi dan cara memenuhinya
Aktivitas kolaboratif
a) Diskusikan dengan ahli gizi dalam penentuan kebutuhan protein yang
diperlukan klien (anoreksia nervosa atau dialysis peritoneal)
b) Diskusikan dengan dokter tentang kebutuhan stimulasi nafsu makan,
makanan pelengkap, pemberian makanan melalui selang,atau nutrisi
parenteral total
c) Rujuk ke dokter untuk menemukan penyebab gangguan nutrisi
d) Rujuk ke program gizi pada komunitas yang tepat, apabila klien tidak
dapat membeli atau menyiapkan makanan atau nutrisi secara adekuat
e) Managemen nutrisi (NIC): dengan melakukan kolaborasi bersama ahli
gizi, apabila di perlukan, tentukan jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
diperlukan untuk mencapai kebutuhan nutrisi
Aktivitas lain
a) Buat perencanaan makan dengan klien yang masuk dalam jadwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketidaksukaan pasien serta
suhu rumah ataua lingkungan
b) Motuvasu anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
dari rumah
c) Bantu pasien untuk merencanakan kemudian menulis tujuan mingguan
yang realitas untuk latihan fisik asupan makanan

22
d) Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latian fisik di
lokasi yang terlihat jelas dan pantau ulang setiap hari
e) Tawarkan makanan dalam porsi besar di siang hari ketika nafsu makan
sedang meningkat
f) Ciptakan lingkungan yang yang kondusif dan nymana untuk makan
(missal dengan cara meletakkan barang-barang dan cairan yang tidak
sedap dipandang di tempat yang jauh dari klien)
g) Hindari prosedur invasif sebelum makan
h) Suapi pasien apabila memang diperlukan
i) Manajemen nutrisi (NIC)
(1) Berikan klien minuman dan makanan bergizi, tinggi kalori tingi
protein yang siap untuk dikonsumsi apabila memungkinkan
(2) Ajarkan pasien tentang langkah-langkah menyusun catatan harian
makanan jika diperlukan (Wilkinson, 2013, p. 503).
c. Resiko infeksi
1) Tujuan
Faktor risiko infeksi akan hilang dibuktikan oleh pengendalian risiko
komunitas : penyakit menular; status imun; keparahan infeksi;
pengendalian risiko.
2) Kriteria hasil
a) Tindakan komunitas : untuk menghilangkan penyebaran agens
infeksius yang berpotensi mengancam kesehatan masyarakat
b) Resistansi alami dan buatan yang bekerja secara tepat terhadap
antigen internal maupun eksternal
c) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait
d) Tingkat keparahan infeksi dan gejala terkait selama 28 hari
pertama kehidupan
e) Tindakan pribadi untuk mencegah, menghilangkan atau
mengurangi perilaku yang beresiko terkena infeksi penyakit
menular seksual
f) Tingkat regenerasi sel dan jaringan setelah penutupan luka secara
sengaja
g) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka

3) Intervensi (nic)

Aktivitas keperawatan

23
a) Pantau tanda dan gejala klinis infeksi (misalnya suhu tubuh, denyut
jantung, drainasie, kualitas luka, sekresi, penampilan urine, suhu tubuh,
lesi kulit, dan malaise)
b) Kaji factor resiko yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap
infeksi (contoh pada usia lanjut, usia kurang dari 1 tahun, luluh imun,
dan malnutrisi)
c) Pantau hasil tes laboratorium (misal hitung darah lengkap, granulosit
absolut, dan hitung jenis, protein serum, dan albumin)
d) Observasi penampilan praktik personal hygiene sebagai perlindungan
terhadap infeksi
Penyuluhan untuk pasien atau keluarga
a) Jelaskan kepada pasien dan keluarga penyebab sakit atau terapi
meningkatkan resiko terhadap infeksi
b) Intruksikan untuk menjaga higine personal dengan tujuan untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi (misalnya mencuci tangan)
c) Jelaskan rasional dan manfaat serta efek samping yang ditimbulkan
dari imunisasi
d) Berikan klien dan keluarga teknik untuk mencatat imunisasi contohnya
Formulir imunisasi, buku catatan harian
e) Pengendalian infeksi (NIC))
(1) Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar dan tepat
(2) Ajarkan kepada pengunjung klien untuk selalu mencuci tangan
ketika akan masuk dan meninggalkan ruangan klien
Aktivitas kolaboratif
a) Ikuti protocol atau aturan institusi untuk melaporkan infeksi yang
diduga atau kultur positif
b) Pengendalian Infeksi (NIC) : berikan terapi antibiotic, jika memang
diperlukan (Wilkinson, 2016, p. 234).
d. Kerusakan integritas kulit
1) Tujuan
a) menunjukkan integritas jaringan: kulit dan membran mukosa, yang
di buktikan oleh indikator berikut
(1) keutuhan kulit
(2) tekstur dan ketebalan jaringan
(3) perfusi jaringan
2) kriteria hasil
a) Parahnya respon imun hipersensitivitas setempat terhadap adanya
antigen lingkungan (eksogen) tertentu

24
b) Tindakan pribadi dalam mempertahankan ostomi untuk eliminasi
c) Tingkat keutuhan struktur dan fungsi fisiologis normal kulit dan
membran mukosa
d) Tingkat regenerasi sel dan jaringan sesudah penutupan yang
dilakukan secara sengaja
e) Tingkat regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas keperawatan
a) Infeki, resiko
b) Membrane mukosa oral, kerusakan
c) Integritas kulit, kerusakan

25
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik. jakarta: buku mahasiswa
kesehatan.

Black, J. M. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Indonesia: CV. Pentasada Media Edukasi.

Corwin E J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: ECG.

Jennifer p. Kowalak, W. W. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.

PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Priscilla LeMone, K. M. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Wilkinson. (2013). Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC.

26

Anda mungkin juga menyukai