Resume Kel Bab V
Resume Kel Bab V
Tugas Terstruktur
Disusun untuk Memenuhi Tugas Materi Report
Oleh :
Kelompok 1
Dimas Satriawan (1807210058)
Kayla Alif Mariska S (1807210059)
Rizki Maulidinia (1807210168)
Muhammad Rafly (1807210169)
Nila Ardiyah (1807210074)
Muhammad Akbar Athallasyah (1807210085)
Reza Hariadi (1807210098)
Fachri Ferdiansyah (1807210099)
Putri Suci Amalia (1807210111)
Fahri Tanjung 1807210114)
Bersyukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat
disiapkan dalam rangkaian proses pemenuhan tugas mandiri materi report. Penulis memperoleh
pengalaman yang sangat berarti dan berkesan. Begitu juga, dengan kerendahan hati penulis ingin
berterima kasih kepada bapak Ardiansyah, S.H, M.Kn. selaku dosen mata kuliah Pancasila yang
memberikan tugas ini untuk pengembangan mahasiswa dalam memahami materi pembelajaran.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah turut membantu
dalam penyelesaiannya. Penulis berharap kiranya makalah ini dapat bermanfaat sebagai bahan
Medan, 2019
Penulis,
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu etika.
2. Untuk mengetahui aliran-aliran yang terdapat dalam etika.
3. Untuk mengetahui tentang etika pancasila.
4. Untuk mengetahui apa itu pancasila sebagai solusi persoalan bangsa dan Negara dalam
studi kasus korupsi.
5. Untuk mengetahui apa itu normal, nilai dan moral
6. Untuk mengetahui apa hubungan norma, nilai dan moral
BAB II
PEMBAHASAN
a. Egoisme etnis memandang bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang berakibat
baik untuk pelakunya. Secara moral setiap orang dibenarkan mengejar kebahagiaan untuk
dirinya dan dianggap salah atau buruk apabila membiarkan dirinya sengsara dan
dirugikan.
b. Utilitarianisme menilai bahwa baik buruknya suatu perbuatan tergantung bagaimana
akibatnya terhadap banyak orang. Tindakan dikatakan baik apabila mendatangkan
kemanfaatan yang besar dan memberikan kemanfaatan bagi banyak orang. Etika
utilitarianisme lebih bersifat realistis,terbuka terhadap beragam alternatif tindakan dan
berorientasi pada kemanfaatan yang besar dan yang menguntungkan banyak orang.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang mendiami
seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah membedakan suku,
agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia adalah satu yakni satu
bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara. Menumbuhkan rasa senasib dan
sepenanggungan.
5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud bahwa setiap
penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai dengan amanat UUD
1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil terhadap sesama, menghormati
dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat. Seluruh
kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi kepentingan bersama menurut potensi masing-
masing. Segala usaha diarahkan kepada potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan
kualitas rakyat, sehingga kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya
hak untuk hidup, akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan. Apabila nilai-
nilai yang terkandung dalam butir-butir Pancasila di terapkan di dalam kehidupan sehari-hari
maka tidak akan ada lagi kita temukan di Negara kita yang namanya ketidak adilan, terorisme,
koruptor, serta kemiskinan. Karena di dalam Pancasila sudah tercemin semua norma-norma yang
menjadi dasar dan ideologi bangsa dan Negara. Sehingga tercapailah cita-cita sang perumus
Pancasila yaitu menjadikan Pancasila menjadi jalan keluar dalam menuntaskan permasalahan
bangsa dan Negara.
2.4 Pancasila Sebagai Solusi Persoalan Bangsa dan Negara Dalam Studi Kasus Korupsi
Moralitas individu dan sosial memiliki hubungan sangat erat bahkan saling tarik-menarik
dan mempengaruhi. Moralitas individu dapat dipengaruhi moralitas sosial, demikian pula
sebaliknya. Seseorang yang moralitas individunya baik ketika hidup dilingkungan masyarakat
yang bermoral buruk bisa saja dapat terpengaruh. Kenyataan seperti ini seringkali terjadi pada
lingkungan pekerjaan. Ketika lingkungan pekerjaan berisi orang-orang yang bermoral buruk,
maka orang yang bermoral baik akan dikucilkan atau diperlakukan tidak adil. Seorang yang
moral individunya lemah akan terpengaruh untuk menyesuaikan diri dan mengikuti. Namun
sebaliknya, seseorang yang memiliki moralitas individu baik akan tidak terpengaruh bahkan
dapat mempengaruhi lingkungan yang bermoral buruk tersebut.
Nilai-nilai pancasila apabila betul-betul dipahami, dihayati, dan diamalkan tentu mampu
menurunkan angka korupsi. Penanaman satu sila saja, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, apabila
bangsa Indonesia menyadari jati dirinya sebagai makhluk Tuhan, tentu tidak akan mudah
menjatuhkan martabat dirinya ke dalam kehinaan dengan melakukan korupsi. Perbuatan korupsi
terjadi karena hilangnya kontrol diri dan ketidakmampuan untuk menahan diri melakukan
kejahatan. Kebahagiaan material dianggap segala-galanya dibanding kebahagiaan spiritual yang
lebih agung, mendalam, dan jangka panjang. Keinginan mendapatkan kekayaan dan kedudukan
secara cepat menjadikan nilai-nilai agama dikesampingkan. Manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan yang paling sempurna tentu tidak akan merendahkan dirinya diperhamba oleh harta,
namun akan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan. Buah dari pemahaman dan penghayatan
nilai ketuhanan ini adalah kerelaan untuk diatur Tuhan, melakukan yang diperintahkan, dan
meninggalkan yang dilarang-Nya.
Penanaman satu nilai tentunya tidak cukup dan memang tidak bisa dalam konteks
Pancasila, karena nilai-nilai Pancasila merupakan kesatuan organis yang tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Dengan demikian, akan menjadi kekuatan moral besar manakala
keseluruhan nilai Pancasila yang meliputi nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
dan keadilan dijadikan landasan moril dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara,
terutama dalam pemberantasan korupsi.
Penanaman nilai pancasila tersebut paling efektif adalah melalui pendidikan dan media.
Pendidikan informal di keluarga harus menjadi landasan utama dan kemudian didukung oleh
pendidikan formal di sekolah dan non-formal di masyarakat. Peran media juga sangat penting
karena memiliki daya jangkau dan daya pengaruh yang sangat kuat bagi masyarakat. Media
harus memiliki visi dan misi mendidik bangsa dan membangun karakter masyarakat yang maju
namun tetap berkepribadian Indonesia.
2.5 Pengertian Nilai, Norma, dan Moral
Secara etimologi, nilai berasal dari kata value (Inggris) yang berasal dari kata valere
(Latin) yang berarti : kuat, baik, berharga. Dengan demikian secara sederhana, nilai adalah
sesuatu yang berguna.
Nilai bersifat abstrak, seperti sebuah ide, dalam arti tidak dapat ditangkap melalui indra,
yang dapat ditangkap adalah objek yang memiliki nilai. Nilai juga mengandung harapan akan
sesuatu yang diinginkan. Jadi, nilai bersifat normative, suatu keharusan (das sollen) yang
menuntut diwujudkan dalam tingkah laku. Nilai menjadi pendorong / motivator hidup manusia.
Tindakan manusia digerakkan oleh nilai.
Di dalam Dictionary of Sosciology and Related Science dikemukakan bahwa nilai
adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia. Jadi,
nilai itu pada hakikatnya adalah sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek, bukan objek
itu sendiri. Sesuatu itu mengandung nilai artinya ada sifat atau kualitas yang melekat pada
sesuati itu. dengan demikian maka nilai itu sebenarnya adalah suatu kenyataan yang
“tersembunyi” di balik kenyataan-kenyataan lainnya. ada nilai itu karena adanya kenyataan-
kenyataan lain sebagai pembawa nilai (wartrager).
Dalam filsafat pancasila, juga disebutkan bahwa ada tiga tingkatan nilai, yaitu:
a) Nilai Dasar
Nilai yang mendasari nilai instrumental. Nilai dasar ( dalam bahasa ilmiahnya disebut dasar
onotologis), yaitu merupakan hakikat, esensi, intisari atau makana terdalam dari nilai-nilai
tersebut. Nilai dasar ini bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala
sesuatu, misalnya: hakikat Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
b) Nilai Instrumental
Nilai instrumental merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan dapat diarahkan. Nilai
instrumental juga merupakan pelaksanaan umum dari nilai dasar. Umumnya berbentuk norma
social dan norma hokum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme
lembaga-lembaga negara.
c) Nilai Praksis
Nilai praksis pada hakikatnya merupakan penjabaran dari nilai instrumental dalam suatu
kehidupan yang nyata. Nilai praksis sesungguhnya menjadi batu ujian, apakah nilai dasar dan
nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat Indonesia.
Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai
Kemanusiaan Yang adil dan beradab, nilai persatuan Indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan nilai keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
Norma atau kaidah adalah aturan pedoman bagi manusia dalam berperilaku sebagai
perwujudan dari nilai yaitu perwujudan martabat manusia sebagai mahluk budaya, moral, religi,
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai
untuk dipatuhi.
Norma yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari ada empat, yaitu :
1. Norma agama
Norma ini disebut juga dengan norma religi atau kepercayaan. Norma ini ditunjukkan
kepada kehidupan beriman yaitu kewajiban manusia kepada Tuhan dan dirinya sendiri.
2. Norma Etik atau Moral
Norma ini disebut juga dengan norma kesusilaan atau etika atau budi pekerti. Norma
moral atau etik adalah norma yang paling dasar. Norma ini menentukan bagaimana kita
menilai seseorang, karena norma ini berkaitan dengan tingkah laku manusia. Norma
kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan
pribadi.
3. Norma kesopanan
Norma ini disebut juaga norma adat, sopan santun, tata karma atau norma fatsoen. Norma
ini didasarkan atas kebiasaan, kepatuhan atau kepantasan yang berlaku dalam
masyarakat.
4. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang
memaksakan kepada kita.
Moral berasal dari kata mos (mores) yang hampir sama dengan kesusilaan, kelakuan.
Moral adalah suatu ajaran-ajaran atau wejangan-wejangan, patokan-patokan, kumpulan
peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia.
2.7 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental bagi Bangsa dan Negara Republik
Indonesia
1. Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu
dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis dan
sistematis.
Dasar pemikiran filosofis dari sila-sila Pancasila sebagai dasar filsafat negara sebagai
berikut. Pancasila sebai filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia, mengandung makna
bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus
berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan , Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak, karena merupakan
suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia dan mungking juga pada bangsa lain baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan,
kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara sehingga merupakan
suatu sumber hukum positif di Indonesia.
3.2 Saran
1. Etika yang terdapat dalam Pancasila harus senantiasa di terapkan dalam bersikap dan
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, sehingga terwujud perilaku yang sesuai dengan adat,
budaya dan karakter bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila senantiasa harus diamalkan dalam setiap kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Agar tercipta persatuan dan kesatuan antar warga Indonesia.