GASTROENTERITIS
MENGETAHUI
CI INSTITUSI CI LAHAN
1. Pengetian Gastroenteritis
Gastroenteritis Adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gelaja
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu
tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah
yang melebii 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah dan
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar
frekuensi, konsistensi feses yang lebih cair, feses dengan kandungan air yang banyak,
dan feses bisa disertai dengan darah atau lendir (Mutaqqin & Sari, 2011).
2. Etiologi Gastroenteritis
a. Infeksi oleh bakteri dan virus. Bakteri penyebab diare di Indonesia adalah shigella,
juga disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC).
d. Penyakit pada pasien seperti gangguan metabolic dan endokrin, gangguan nutrisi dan
3. Patofisiologi Gastroenteritis
Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi
bakteri, malabsorpsi, atau sebab yang lain. Faktor infeksi, proses diawali dengan
berkembang biak dalam lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam
lambung dan usus memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion
menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat
makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus
tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari diare dapat menyebabkan
kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri
c. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil dari pada outputnya.
Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata cekung, lidah
kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, dan suara serak.
d. Frekuensi nafas lebih cepat dalam terjadi bila syok berlanjut dan terdapat asidosis.
Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan
pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat pernafasan agar bekerja
e. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan neksrosis tubulus ginjal
akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien berisiko menderita gagal ginjal akut.
5. Pemeriksaan Diagnostik Gastroenteritis
1. Pemeriksaan tinja
kalium, klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap perlu
tidak membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi (Mutaqqin & Sari,2011).
6. Komplikasi Gastroenteritis
1. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock hipovolemik dan kehilangan
elektrolit seperti hipokalemia (kalium <3 meq.Liter) dan sidosis metabolik. Pada
mengantuk.
2. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.
3. Sindrom guillan-barre
4. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena
7. Penatalaksanaan Gastroenteritis
a. Rehidrasi oral dilakukan pada semua pasien yang masih mampu minum pada diare
akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. Rehidrasi oral terdiri dari
3,5 g Natrium Klorida, dan 2,5 g Natrium Bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g
glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendri oleh pasien dengan
1 1
menambahkan sendok the garam, sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan
2 2
gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti
b. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. NaCl atau laktat ringer harus
2. Pemberian antibiotic
a. Pengobatan antibiotic pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora
normal usus dan menyebabkan diare menjadi lebih buruk. Pada diare akut infeksi,
40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.
Pemberian antibiotic diindikasikan pada pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses. Metronidazole merupakan
obat yang efektif dan aman untuk glardia lamblia dan bakteri anaerob yang sering
terdapat pada blind loop syndrome. Terapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan
b. Pengobatan dengan obat anti diare tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin,
pectin, difenoksilat karena dapat memperlambat motilitas usus sehingga enteritis akan
memanjang.
kerja usus, tidak merangsang produksi asam lambung dan dapat diberikan dalam