Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

GASTROENTERITIS

NAMA : WIDHYA DESRIYANI, S.KEP


KELOMPOK : 1 (SATU)

MENGETAHUI

CI INSTITUSI CI LAHAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS DI FAKULTAS ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MANDALA WALUYA KENDARI
2020
KONSEP DASAR MEDIS

1. Pengetian Gastroenteritis

Gastroenteritis Adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gelaja

diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu

tubuh. Diare yang dimaksudkan adalah buang air besar berkali-kali (dengan jumlah

yang melebii 4 kali, dan bentuk feses yang cair, dapat disertai dengan darah dan

lendir) (Suratun & Lusianah, 2010).

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar

dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi

diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen

( Mutaqqin& Sari, 2011).

Pada situasi gastroenteritis diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan

frekuensi, konsistensi feses yang lebih cair, feses dengan kandungan air yang banyak,

dan feses bisa disertai dengan darah atau lendir (Mutaqqin & Sari, 2011).

2. Etiologi Gastroenteritis

Etiologi Gastroenteritis menurut Mutaqqin & Sari (2011) yaitu :

a. Infeksi oleh bakteri dan virus. Bakteri penyebab diare di Indonesia adalah shigella,

salmonella, campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan entamoeba histolytica.

Disentri berat umumnya disebabkan oleh shigella sysentery, kadang-kadang dapat

juga disebabkan oleh shigella flexneri, salmonella dan enteroinvasive E.coli (EIEC).

Infeksi oleh mikroorganisme ini menyebabkan peningkatan sekresi cairan.


b. Diare juga dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti replacement hormone tiroid,

laksatif, antibiotik, asetaminophen, kemoterapi dan antasida.

c. Pemberian makanan melalui NGT, gangguan motilitas usus seperti diabetic

enteropathy, scleroderma visceral, sindrom karsinoid, vagotomi.

d. Penyakit pada pasien seperti gangguan metabolic dan endokrin, gangguan nutrisi dan

malabsobsi usus, paralitik ileus, dan obstruksi usus.

3. Patofisiologi Gastroenteritis

Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain infeksi

bakteri, malabsorpsi, atau sebab yang lain. Faktor infeksi, proses diawali dengan

adanya mikroorganisme yang masuk kedalam saluran pencernaan, kemudian

berkembang biak dalam lambung dan usus. Mikroorganisme yang masuk dalam

lambung dan usus memproduksi toksin, yang terikat pada mukosa usus dan

menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang diikuti air, ion

karbonat, kation, natrium dan kalium.Infeksi bakteri jenis enteroinvasi seperti :

E.coli, Paratyphi B.Salmonella, Shigella, toksin yang dikeluarkannya dapat

menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi. Diare bersifat

sekretori eksudatif, cairan diare dapat bercampur lendir dan darah.

Faktor malabsorpsi merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi terhadap

makanan atau zat yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus

sehingga terjadi diare.


Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga

timbul diare, sebaliknya jika terdapat hipoperistaltik akan mengakibatkan bakteri

tumbuh berlebihan sehingga terjadi diare. Akibat dari diare dapat menyebabkan

kehilangan air dan elektrolit yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan

nutrisi (Mutaqqin & Sari, 2011).

4. Manifestasi Klinis Gastroenteritis

Manifestasi klinis Gastroenteritis oleh Mutaqqin & Sari (2011) adalah :

a. Muntah-muntah dan/ suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair, tenesmus, hematochezia, nyeri

perut atau kram perut.

c. Tanda-tanda dehidrasi muncul bila intake cairan lebih kecil dari pada outputnya.

Tanda-tanda tersebut adalah perasaan haus, berat badan menurun, mata cekung, lidah

kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, dan suara serak.

d. Frekuensi nafas lebih cepat dalam terjadi bila syok berlanjut dan terdapat asidosis.

Bikarbonat dapat hilang karena muntah dan diare sehingga dapat terjadi penurunan

pH darah. pH darah yang menurun ini merangsang pusat pernafasan agar bekerja

lebih cepat dan meningkat.

e. Anuria karena penurunan perfusi ginjal dan menimbulkan neksrosis tubulus ginjal

akut, dan bila tidak teratasi, klien/pasien berisiko menderita gagal ginjal akut.
5. Pemeriksaan Diagnostik Gastroenteritis

1. Pemeriksaan tinja

a. Makroskopis dan Mikroskopis

b. pH dan kadar gula dalam feses

c. bila perlu diadakan uji bakteri

2. pemeriksaan kimiawi darah ( ureum, kreatinin) kadar elektrolit darah ( natrium,

kalium, klorida, fosfat), analisa gas darah dan pemeriksaan darah lengkap perlu

dilakukan pada kasus diare berat.

3. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi, dan lainnya biasanya

tidak membantu untuk evaluasi diare akut akibat infeksi (Mutaqqin & Sari,2011).

6. Komplikasi Gastroenteritis

1. Kehilangan cairan dan kelainan elektrolit memicu shock hipovolemik dan kehilangan

elektrolit seperti hipokalemia (kalium <3 meq.Liter) dan sidosis metabolik. Pada

hipokalemia, waspadai tanda-tanda penurunan tekanan darah, anoreksia, dan

mengantuk.

2. Tubular nekrosis akut dan gagal ginjal pada dehidrasi yang berkepanjangan.

Perhatikan pengeluaran urin <30 ml/jam selama 2-3 jam berturut-turut.

3. Sindrom guillan-barre

4. Artritis pasca infeksi dapat terjadi beberapa minggu setelah penyakit diare karena

compylobakter, shigella, salmonella, atau Yersinia spp.


5. Distrimia jantung berupa takikardi atrium dan ventrikel, fibrilasi ventrikel dan

kontraksi ventrikel premature akibat gangguan elektrolit terutama oleh karena

hipokalemia (Mutaqqun & Sari, 2011).

7. Penatalaksanaan Gastroenteritis

1. Penggantian cairan dan elektrolit

a. Rehidrasi oral dilakukan pada semua pasien yang masih mampu minum pada diare

akut. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. Rehidrasi oral terdiri dari

3,5 g Natrium Klorida, dan 2,5 g Natrium Bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g

glukosa per liter air. Cairan rehidrasi oral dapat dibuat sendri oleh pasien dengan

1 1
menambahkan sendok the garam, sendok teh baking soda, dan 2-4 sendok makan
2 2

gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti

kalium. Minum cairan sebanyak mungkin atau berikan oralit.

b. Diberikan hidrasi intravena pada kasus diare hebat. NaCl atau laktat ringer harus

diberikan dengan suplementasi kalium.

c. Monitor status hidrasi, tanda-tanda vital dan output urine.

2. Pemberian antibiotic

a. Pengobatan antibiotic pada umumnya tidak dianjurkan karena akan mengubah flora

normal usus dan menyebabkan diare menjadi lebih buruk. Pada diare akut infeksi,

40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian antibiotik.

Pemberian antibiotic diindikasikan pada pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses. Metronidazole merupakan

obat yang efektif dan aman untuk glardia lamblia dan bakteri anaerob yang sering

terdapat pada blind loop syndrome. Terapi antibiotic spesifik diberikan berdasarkan

kultur dan resistensi kuman. Camplydobakter, salmonella/shigella diberikan

ciprofloksasin 500mg oral.

b. Pengobatan dengan obat anti diare tidak perlu diberikan obat anti diare seperti kaolin,

pectin, difenoksilat karena dapat memperlambat motilitas usus sehingga enteritis akan

memanjang.

c. Pemberian nutrisi parental bertujuan untuk mempertahankan sirkulasi, mencukipi dan

mempertahankan keseimbangan air dan elektrolit, mencegah dan mengganti

kehilangan jaringan tubuh dan mengurangi mordibitas dan mortalitas. Meringankan

kerja usus, tidak merangsang produksi asam lambung dan dapat diberikan dalam

jumlah yang tepat (Mutaqqin & Sari, 2011).

Anda mungkin juga menyukai