Anda di halaman 1dari 23

Tugas Bencana Geologi Dan Mitigasi

Marwan manaki / 4112200002


POTENSI BENCANA GEOLOGI DAERAH PARIAMAN DAN
SEKITANYA
Pendahuluan
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwaatau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan ataufaktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dandampak psikologis. Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana,
kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian.
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:
1. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir,kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
2. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa
non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah
penyakit.
3. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan,
kerugian materi, maupun korban manusia (Kamadhis UGM, 2007).
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana geologis,
klimatologis dan ekstra-terestrial.
Bencana geologi, yaitu bencana yang berkaitan dengan proses atau gaya geologi. Bencana yang
termasuk kedalam bencana geologi yaitu letusan gunungapi, gempabumi, tsunami, dan longsoran
ataugerakan tanah.
Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana). Kegiatan mitigasi bencana di antaranya :
 Pengenalan dan pemantauan risiko bencana.
 Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; pengembangan budaya sadar bencana.
 Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana.
 Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana.
 Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;
 Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi.
 Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
 Kegiatan mitigasi bencana lainnya.
Lokasih
Lokasi pembahasan meliputi derah Kota Pariman dan Kab. Padang Pariman yang
merupakan bagian dari Provinsi Sumatra Barat. Kota Pariaman merupakan hamparan dataran
rendah yang landai terletak di pantai barat Sumatra dengan ketinggian antara 2 sampai dengan 35
meter di atas permukaan laut dengan luas daratan 73,36 km² dengan panjang pantai ± 12,7 km
serta luas perairan laut 282,69 km² dengan 6 buah pulau-pulau kecil di antaranya Pulau Bando,
Pulau Gosong, Pulau Ujung, Pulau Tangah, Pulau Angso dan Pulau Kasiak.
Posisi astronomis Kabupaten Padang Pariaman yang terletak antara 0°11' – 0°49' Lintang
Selatan dan 98°36' – 100°28' Bujur Timur, dengan luas wilayah sekitar 1.328,79 km² dan panjang
garis pantai 60,50 km². Luas daratan daerah ini setara dengan 3,15 persen dari luas daratan wilayah
Provinsi Sumatra Barat.

Topografi wilayah Kabupaten Padang Pariaman termasuk iklim tropis besar yang memiliki
musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu
udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan September.

Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari wilayah daratan
pada daratan Pulau Sumatra dan 6 pulau-pulau kecil, dengan 40 % daratan rendah yaitu pada
bagian barat yang mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat disebelah barat yang
terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0 – 10 meter di atas permukaan laut, serta
60% daerah bagian timur yang merupakan daerah bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah
bukit bergelombang terdapat disebelah timur dengan ketinggian 10 – 1000 meter di atas
permukaan laut.

Gambar . Peta lokasi pembahasan


Geologi Reional Dan Potensi Bencana

Gambar. Peta geologi regional (Kastowo Gerhard W. Leo, S Gafoer Dan T.C Amin, 1996)
Potensi Bencana Geologi
Berdasarkan pengamatan geologi regional wilayah Pariaman dan sekitarnya
berpontensi terjadi bencana geologi di karenakan merupakan wilayahyang terletak
di pesisir selatan pulau Sumatra yang berdekatan dengan zona subdaksi anatara
Lempang Indo-Australia dengn Lempeng Eurasia.
Setidaknya ada 3 jenis potensi bencana yang dapat di amati yaitu :
 Pontensi bencana akibat Gempa dan Sunami.
 Potensi bencana akibat gerakan tanah
 Potensi bencana akibat proses vulkanisme atau letusan gunung api.

Gamabar. Zona subdaksi antara Lempeng Indo-Australia denga Eurasia


G. TANDIKAT
G. MARAPI

KOTA
PARIAMAN DAN
DAN
SEKITARNYA

Gambar. Sumber potensi bencana (magma.vsi.esdm.go.id/ Pusat Vulkanologi dan Mitigasi


Bencana Geologi, 2020).
Potensi Bencana Gempa dan Sunami
Kondisi topografi di Pariaman memiliki ketinggian wilayah pada kisaran 0-15meter dari
permukaan laut. Kondisi topografi kota Pariaman yang cukup landai ini juga dapat menambah
tingkat bahaya kota Pariaman terhadap bencana tsunami. Meningkatnya tingkat bahaya tsunami
ini meningkatkan keterpaparan elemen berisiko bencana, salah satunya yaitu permukiman.

Permukiman sebagai salah satu elemen berisiko bencana merupakan aset penting yang harus
dijaga. Permukiman di Kota Pariaman pada umumnya berada di dekat pantai karena pusat kotanya
yang hanya berjarak ±346meter dari pantai. Permukiman yang berada di pinggir pantai tersebut
tentunya dapat meningkatkan besarnya kemungkinan permukiman tersebut terpapar oleh tsunami.

Tingkat bahaya tsunami dapat ditentukan oleh beberapa parameter seperti jarak dari garis pantai,
wilayah ketinggian, wilayah lereng, serta jarak dari sungai. Berikut beberapa peta tematik
yang dapat di amati.

a b

Gambar. (a)Peta Jarak dari Garis Pantai dan (b) Peta Wilayah Ketinggian (Fakhri Hadi dan
Astrid Damayanti, 2017).
c d

Gambar. (c)Peta Wilaya Lereng dan (d) Peta jarak dari Sungai (Fakhri Hadi dan Astrid
Damayanti, 2017).

Potensi Bencana Gerakan Tanah


Potensi bencana dapat di amati dalam laporan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi
untuk provinsi Sumatra barat butahun 2020. Berikut ini adalah tabel potensi bencana Gerakan
tanah:

Tabel 1. Kota Padang, Bulan Oktober, 2020.

Tabel 2. Kota Padang, Bulan Desember, 2020.


Table 3. Padang Pariaman, Bulan Oktober, 2020.

Tabel 4. Padang Pariaman, Bulan Oktober, 2020.


Gamabar . Peta perkiraan potensi gerakan tanah Prov. Sumatra barat bulan Oktober, 2020
Gamabar . Peta perkiraan potensi gerakan tanah Prov. Sumatra barat bulan
Desember, 2020
Potensi Bencana G. Api

 Kawasan Rawan Bencan Gunung Api Tandikat


Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi adalah peta petunjuk tingkat kerawanan
bencana suatu daerah apabila terjadi letusan/kegiatan gunungapi. Peta ini menjelaskan tentang
jenis dan sifat bahaya gunungapi, daerah rawan bencana, arah/jalur penyelamatan diri, lokasi
pengungsian dan Pos Penanggulangan Bencana. Peta ini disusun berdasarkan geomorfologi,
geologi, sejarah kegiatan, sebaran jenis produk erupsi terdahulu, dan studi lapangan. Peta Kawasan
Rawan Bencana Gunungapi Tandikat dibagi dalam tiga tingkat kerawanan dari rendah ke tinggi
yaitu Kawasan Rawan Bencana III, Kawasan Rawan Bencana II dan Kawasan Rawan Bencana I.
1. Kawasan Rawan Bencana III
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 13-4689-1998) Kawasan Rawan Bencana
III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar),
dan gas racun. Kawasan rawan bencana III adalah kawasan yang letaknya terdekat dengan sumber
erupsi atau daerah puncak dan sekitarnya. Kawasan ini diberlakukan untuk semua gunungapi aktif
tipe A sehubungan dengan perkembangan yang terjadi belakangan ini di beberapa gunungapi
kawasan puncak digunakan untuk bangunan dan atau hunian tetap/permanen ataupun kegiatan lain
yang bersifat komersial. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselamatan pengunjung dari bahaya
letusan gunungapi di Kawasan Rawan Bencana III.
2. Kawasan Rawan Bencana III terdiri atas dua bagian, yaitu:
a. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda aliran massa berupa: lava, kemungkinan
awan panas dan atau gas racun.
b. Kawasan Rawan Bencana III yang sering terlanda material lontaran: berupa bom vulkanik
dan lontaran batu lainnya, serta jatuhan piroklastik (hujan abu lebat).
3. Kawasan Rawan Bencana II
Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang berpotensi terlanda aliran lava, lahar, hujan abu
lebat, lontaran batu (pijar) dan kemungkinan aliran piroklastik (awan panas) atau gas racun.
Kawasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kawasan rawan bencana terhadap aliran massa berupa lava, lahar, kemungkinan awan
panas dan atau gas beracun.
2. Kawasan rawan bencana terhadap lontaran batu (pijar), dan hujan abu lebat.
4. Kawasan Rawan Bencana I
Kawasan Rawan Bencana I terdiri atas dua bagian yaitu kawasan yang berpotensi terlanda oleh
aliran massa berupa lahar dan lontaran, seperti: hujan abu dan kemungkinan lontaran batu (pijar).
Gambar. Peta Rawan Bencana Gunung Api Tandikat
GUNUNG API SEKITAR
Di di sekitar lokasi pembahasan terdapat dua Gunung api yaitu G.Marapi dan G.
Tandikat.

Gamabar. Hubungan antara lokasi pembahasan dengan gunung api.

GUNUNG API TANDIKAT

Keterangan Umum
Nama Lain : Tandikai, Tandike
Nama Kawah : A. B dan K
Lokasi
 Geografi : 0°25'57" LS, 100°19'01,69" BT
 Administrasi : Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Agam
Provinsi Sumatera Barat
Ketinggian : 2438 m dml, 1740 m dari Kota Padang
Kota Terdekat : Padang, Bukittinggi, Padang Panjang
Tipe Gunungapi : Strato Volcano
Pos Pengamatan : Desa Ganting, Kec.Sepuluh Koto, Kab. Tanah Datar,
Sumatera Barat.
Elevasi : 1247mdpl.
Geologi
G. Tandikat adalah gunungapi kembar dengan G. Singgalang, yang tumbuh diatas granit
tua, sekis dan batu gamping dari Bukit Barisan. Hasil letusan lampau dari gunung Kembar ini
menutupi daerah seluas 247 km2, dan 143 km2 adalah bahan letusan G. Tandikat (Neuman Van
Padang 1951). Bahan letusan yang dikeluarkan gunung Kembar menempati bidang datar seluas
210 km2, dan 120 km 2 hasil letusan G. Tandikat dan 90 km2 dari G. Singgalang, (Kemmerling
1921).
Endapan hasil letusan G. Tandikat ini tersebar ke arah selatan-baratdaya yaitu ke Dataran
Pariaman, dan ke arah timur terbatas sampai Batang Air Singgalang Kecil dan Batang Air Anai,
ke barat sampai Batang Air Mangui, sedangkan ke bagian utara terhalang oleh G. Singalang.
Kegiatan letusan berpindah-pindah kearah selatanbaratdaya. Di daerah puncaknya terdapat Kawah
A yang besar dengan diameter 1125 – 1250 m, kelilingnya 3925 m. Kawah ini terbuka kearah
Batang Air Paraman Sani dan Batang Air Singgalang kecil. Terdapatnya bukaan ini karena
pematang kawah tersebut roboh, dan yang terbesar kearah selatan dengan terbentuknya jurang
yang dalam. (Verbeek 1883). Didalam kawah besar ini tumbuh kerucut baru dengan kawah B agak
eksentris, berbentuk corong dengan garis tengah 405 – 365 m, kelilingnya 1209 m, dengan
kemiringan tebing kawah mencapai 40 –50 oC dengan kedalaman mencapai 150m. Selain Kawah
A dan B, terdapat pula 9 lubang bekas letusan kecil (buah dalam kawah B dan 6 buah pada lereng
kerucut B), dengan garis tengah antara 10 – 70 m dan kedalaman antara 4 – 30 m.

Morfologi
Morfologi G. Tandikat sangat dipengaruhi bukan hanya oleh aktivitas gunung apinya,
tetapi dipengaruhi pula oleh susunan batuan dan aktivitas gunungapi disekitarnya,seperti batuan
dasar tersier Tua, aktivitas vulkanik Maninjau dan gunungapi Singgalang.Didaerah G. Tandikat
ini terbagi menjadi beberapa kel ompok morfologi, yaitu :
Satuan Morfologi Perbukitan Tua
Satuan ini menempati daerah sekeliling G. Tandikat, yang dicirikan oleh bentukperbukitan
berelief kasar sampai sedang dengan lembah-lembah yang relatif dalam dan terjal, serta banyak
ditemui jeram-jeram dengan garis ketingian berkisar antara 200 –1200meter diatas muka laut.
Kelompok ini mempunyai beberapa pu ncak-puncak bukit antaralain : Bt. Karikih, Bt. Tjantjang
Baning, Bt. Birah Tingi, Bt. Up ang-upang, Bt. Djadjaran, Bt. Batu Barong, Bt. Ubang Badar, Bt.
Padang Satoempak, Bt. Tilaboeng. Pada bagian barat satuan ini terdapat sungai B. Air Manggu
yang berlembah sangat terjal dan dalam,tersusun oleh batuan lava, aliran piroklastik dan jatuhan
piroklastik tua produk Kaldera Maninjau. Seperti di bagaian tenggara terdapat Bt. Karikih yang
berrelief kasar dengan lereng yang sangat erjal. Daerah ini disusun oleh batuan beku granit dan
batuan metamorf yang mempunyai tingkat pelapukan relatif tingi yang dipengaruhi oleh sesar
normal, sehingga di sekitar lembah anai sering terjadi longsoran-longsoran. Sedangkan di bagian
timur–timurlaut terdapat Bt. Tilaboeng dan Bt. Padang Satoempak yang berelief kasar-sedang
dengan lereng relatif terjal. Satuan ini tersusun oleh lava, aliran piroklastik produk G. Singgalang.
Satuan Morfologi Kerucut G. Tandikat, terbagi menjadi 4 sub satuan yaitu :
 Satuan Morfologi Puncak dan Kawah, terdapat di sekitar puncak
 Satuan Morfologi Tubuh, terdapat pada tubuh G. Tandikat
 Satuan Morfologi Lereng dan Kaki, terdapat pada bagian bawah kerucut
 Satuan Morfologi Dataran, terdapat pada bagian kaki kerucut Tandikat.

G. TANDIKAT

Gamabr. Kenampakan Morfologi G. Tandikat (Cita google Earth, 2020)


Stratigrafi
Batuan di G. Tandikat dan sekitarnya dikelompokan kedalam beberapa Kelompok satuan
batuan dengan urutan dari tua ke muda, antara lain :
 Satuan Batuan Tua merupakan batuan dasar yang terbentuk sebelum pembentukan
G.Tandikat , penyebarannya terdapat disekeliling G. Tandikat tersebut, terdiri dari Satuan
Batuan Dasar yang tersusun dari batuan granit dan batuan metamorf, yangterdapat di
sebelah tenggara yaitu di sekitar lembah Anai dan Bt. Karikih.

 Batuan Produk Kaldera Maninjau, merupakan satuan yang menyebar di sebelah barat dan
selatan. Satuan batuan disebelah barat membentuk tebing-tebing yang curam dan dalam,
merupakan dinding luar kaldera maninjau. Pada bagian selatan umumnya membentuk
bukit-bukit yang relatif terjal, seperti di sepanjang jalan raya Sitjintjin, Sungai Durian dan
Kampung Tandikat. Satuan batuan ini didominasi oleh aliran pikoklastik dan jatuhan
piroklastik, yang terdiri dari fragmen batu apung yang berukuran maksimum 20 cm,
serabut-serabut gelas, litik bertekstur andesitik berukuran pasir – kerikil, mineral mafik,
berwarna putih sampai kekuningan, dan lepas-lepas sampai agak kompak. Setempat-
setempat terdapat lapisan-lapisan batu pasir kasar yang kaya akan kuarsa. Batuan ini
mencerminkan produk suatu letusan ‘Besar” di masa lalu.

Batuan Produk G. Tandikat


Satuan Batuan produk Gunungapi Tandikat dibentuk oleh dua titik erupsi, yaitu Kawah A dan
Kawah B. Dari Kawah A dihasilkan 24 aliran lava (Tl 1 – Tl 24) dan 4 aliranpiroklastik (Tap 1-
Tap 4), sedangkan dari Kawah B dihasilkan satu aliran lava (Tl 25). Satuan-satuan batuan tersebut
adalah terdiri dari :
 Aliran Piroklastik Tandikat
Satuan batuan ini menyebar memanjang membentuk sebuah punggungan terjal dengan dinding
lembah yang curam seperti di sekitar S. Malancar dan Kampung Malancar, di bagian barat
menutupi produk kaldera Maninjau. Terdapat pula aliran piroklastik lainnya yang membentuk
morfologi kipas di bagian selatan, seperti terdapat di sekitar Bt. Silasung, Bt. Bulaan, Kandang
Ampek dan Perkampungan Bungakaju.
Satuan batuan ini secara umum mudah runtuh (tidak kompak), berwarna abu-abu, coklat, tersusun
oleh fragmen litik, mengambang dalam matriks berukuran pasir kasar terpilah buruk, kemas
terbuka bentuk fragmen menyudut- menyudut tanggung, sangat padat. Dengan fragmen dari
batuan andesitik berwarna abu-abu, tekstur fanerik, kristalin, subhedral – anhedral, ukuran fenokris
maksimum 0.4 cm, porfiritik dengan fenokris plagioklas dan piroksen, tertanam dalam masa dasar
mikrolit plagioklas dan mineral mafik. Satuan aliran piroklastik ini terbagi menjadi empat satuan
dari muda ke tua adalah : aliran piroklastik 1 sampai aliran piroklastik 4, dengan nama Tap 1 –Tap
4, (peta Geologi G. Tandikat).
 Aliran Lava Tandikat
Satuan batuan lava Tandikat ini mempunyai kenampakan dilapangan terkadang berupa bukit, atau
berupa punggungan dengan ujung-ujung lava membentuk bukit atau tersebar berupa umpulan
bongkah batuan atau tersingkap di lembah sungai, yang umumnya terkekarkan. Untuk satuan
batuan lava ini terurai menjadi beberapa satuan lava yang terpisah karena umurnya tidak sama dan
jenis lavanya agak berbeda. Namun secara umun lava ini terdiri dari batuan lava andesitik yang
berwarna abu-abu terang sampai gelap, terkadang tampak mempunyai textur porfiritik, dengan
fenokris dari plagioklas dan piroksen dengan masa dasar halus, ada yang bervesikuler ada yang
tidak. Berdasarkan hasil pemetaan geologi gunungapi terbagi menjadi 25 satuan lava Tandikat
yang tersusun mulai dari Lava Tandikat 1 (Tl 1 ) sampai dengan Lava Tandikat 25 ( Tl 25 ).
 Lahar Tandikat
Satuan lahar ini secara umum tersebar dibagian kaki G. Tandikat, pada daerah morfologi dataran
yang dicirikan oleh aliran sungai yang landai. Satuan Batuan ini merupakan satuan batuan hasil
rombakan batuan yang lebih tua dengan ciri-ciri, warna kecoklatan, kadang terlihat adanya
perlapisan dengan struktur sedimen, atau berupa breksi batuan lahar, sortasi buruk, kemas terbuka,
bentuk bongkah-bongkah batuan bersudut mengambang dalam masa dasar berukuran pasir sampai
abu dan cukup kompak.
 Satuan Aluvial
Satuan ini merupakan satuan batuan termuda yang tersebar pada aliran sungai yang datar dan
berkelok, berupa hasil endapan batuan yang berlangsung terus sampai kini.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah penyelidikan ditafsirkan berdasarkan pengamatan di
lapangan, ditunjang dengan penafsiran foto udara dan peta topografi. Berdasarkan ciri-ciri gejala
struktur yang dapat diamati di lapangan maka dapat disimpulkan bahwa G. Tandikat merupakan
daerah yang mengalami penurunan, ini dibuktikan dengan adanya sesar normal di sebelah timur,
sebelah barat dan utara, yang pembentukannya sangat dipengaruhi oleh sistim Sesar semangko
(Sesar Sumatera) yang berarahkan barat laut – tenggara. Berikut ini uraian singkat dari beberapa
struktur geologi yang berkembang disekitar G. Tandikat.
 Sesar Batang Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah
utara – selatan, memanjang 11.5 km dimana blok bagian timur relatif naik dibandingkan blok
bagian barat. Sesar ini merupakan pembahas antara batuan dasar dan produk G. tandikat,
sedangkan batuan yangt tersesarkan adalah batuan dasar. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain
kelurusan aliran sungai dan gawir-gawir yang dalam dan curam serta memanjang.
 Sesar Lembah Anai
Struktur sesar ini terdapat di bagian tenggara daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah
timur laut – barat daya, blok bagian tenggara relatif naik terhadap blok bagian barat laut. Sesar ini
mempunyai panjang 4 km dan merupakan penyebab terbentuknya Lembah Anai dan diperkirakan
pembentukannya akibat adanya ketidakstabilan setelah akhir pembentukan Sesar Batang Anai.
Ciri-ciri sesar inin di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam
dan memanjang, zone hancuran di sepanjang jalan raya Lembah Anai pada musim hujan, serta
“shear joint” yang kedudukannya berkisar N 125oE/75o dan N 330oE/46o, sedangkan batuan yang
tersesarkan adalah batuan dasar.
 Sesar Batang Air Manggu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal bararah
hampir utara – selatan, memanjang sepanjang 8 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan
blok bagian timur. Sesar ini merupakan penyebab terbentuknya lembah yang sangat dalam dan
terjal di sebelah barat yang dilalui Batang Air manggu, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah
batuan vulkanik produk kaldera Manijau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran
sungai, gawir – gawir yang dalam, curam dan memanjang, adanya “ triangular facet” yang terdapat
pada dinding luar sebelah timur Kaldera Maninjau.
 Sesar Rimba Piatu
Struktur sesar ini terdapat di bagian barat daerah penelitian, merupakan sesar normal berarah
sejajar dengan Sesar Batang Air Manggu, panjangnya 10 km, blok bagian barat relatif naik
dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini merupakan pembatas antara produk kaidera maninjau
dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk
kaldera Maninjau. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan berupa bukit yang antara
lain Bt. Rimba Piatu dan G. Sanggul.
 Sesar Batang Air Singgalang Bukit
Struktur sesar ini terdapat disebelah timur daerah penelitian, merupakan sesar normalberarah
hampir barat laut - tenggara sepanjang 4 km, blok bagian barat daya relative turun dibandingkan
blok bagian timur laut. Sesar ini merupakan pembatas produk G. Singggalang dan produk G.
Tandikat sebelah timur, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik produk G.
Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan aliran sungai, gawir-gawir yang
dalam, curam dan memanjang.
 Sesar Kampung Lalo
Struktur sesar ini terdapat di bagian timur laut daerah penelitian, merupakan sesar normal,
memanjang hampir barat – timur sepanjang 5 km, blok bagian selatan relatif turun dibandingkan
blok bagian utara. Sesar in melalui Kampung Lalo dan merupakan pembatas antara poduk G.
Singggalang dan produk G. Tandikat, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah batuan vulkanik
produk G. Singgalang. Ciri-ciri sesar ini di lapangan antara lain kelurusan lembah yang sempit dan
aliran sungai, gawir-gawir yang dalam, curam dan memanjang.
 Sesar Puncak G. Tandikat
Struktur sesar ini terdapat di puncak G. Tandikat, merupakan sesar normal berarah utara – selatan,
panjang 3.5 km, blok bagian barat relatif naik dibandingkan blok bagian timur. Sesar ini penyebab
terbentuknya rekahan dinding kawah A kearah selatan, sedangkan batuan yang tersesarkan adalah
batuan vulkanik G. Tandikat sendiri, yaitu aliran lava Tandikat 11 dan 19 (Tl 11 dan Tl 19). Ciri-
ciri sesar ini lapangan antara lain adanya lembah yang sempit dan memanjang, adanya gawir-gawir
yang dalam, curam dan memanjang. Keberadaan Struktur di daerah ini menunjukan bahwa
komplek G. Tandikat sangat terpengaruh oleh Struktur Sesar Semangko, menunjukan pula daerah
G. Tandikat berada pada daerah yang relatif lemah.

 Struktur Kawah
Di daerah G. Tandikat terdapat minimal 11 buah kawah. Kawah A terdapat di puncak G. Tandikat
yang merupakan kawah paling besar dengan diameter 112.5 – 1250 meter, terbuka kearah selatan
(Hulu Batang Air Paraman Sari) dan ke arah timur (Hulu Batang Air Singgalang Katjil ). Didalam
Kawah A muncul Kawah B yang letaknya eksentrik berbentuk corong, berbaris tengah 365 – 405
meter, kedalamnan kawahnya sekitar 100 meter. Selain Kawah A dan Kawah B, terdapat pula 9
buah lubang bekas letusan kecil yaitu 3 buah di dalam Kawah B dan pada lereng bagian luarnya
sebanyak 6 buah, berdiameter 10-70 m dan kedalaman antara 4 – 30 m.
Kelurusan Vulkanik
Kelurusan vulkanik dijumpai di puncak G. Tandikat, bearah utara – selatan. Kemungkinan besar
aktifitas G. Singgalang dan G. Tandikat dikontrol oleh kelurusan vulkanik ini. Karena keduanya
merupakan gunungapi kembar dan berdekatan.
Daftar Pustaka
G. Suantika dkk, 1995, Pengamatan Visual dan Pemasangan Seismograf PS 2 dan pengamatan
seismik di G. Tandikat, Sumbar.
G Suantika dkk, 1998, Pengamatan Visual dan Seismik G. Tandikat. Zainuddin dkk, 1996.
Laporan Pemetaan Geologi G. Tandikat, Kab. Padang Pariaman Sumbar.
K. Kusumadinata 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanologi,
Bandung, hal 48 – 57
S. Hamidi. 1970, Laporan Pemeriksaan G. Tandikat dan Daerah Bahayanya Waziel Effendi dkk,
1995, Laporan Pemetaan Geologi Foto G. Tandikat dan Sekitarnya, Kab. Padang Pariaman,
Sumbar.
Gersanandi, Petrus Subardjo, dan Agus Nugroho DS. (2013). Analisa Spasial Kerentanan
Bencana Tsunami di Kabupaten dan Kota Pesisir Provinsi Sumatera Barat. Jurnal Oseanografi,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Pariaman

https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Padang_Pariaman

Anda mungkin juga menyukai