oleh
Iswari Afala
4183540001
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya mengenai pengaruh lama perendaman bola bekel di dalam
minyak tanah terhadap daya pantul dan massa bola
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Fisika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Permainan bekel berasal dari budaya Belanda. Kata bekel sendiri berasal dari kata bikkel
dalam bahasa Belanda. Menurut Wikipedia, awalnya permainan ini dilakukan menggunakan
gumpalan bahan keras yang biasa terbuat dari logam atau berasal dari tulang. Gumpalan ini
disebut bikkel. Awalnya yang dipakai adalah tulang-tulang talus (Latin astralagoi) kaki
kambing atau domba. Di Indonesia sendiri, permainan bekel biasanya menggunakan bola
yang terbuat dari karet dan juga biji bekel yang terbuat dari kuningan. Bola yang digunakan
biasanya berdiameter 3 cm hingga 5 cm. Ukuran yang kecil tersebut membuat bola kurang
nyaman ketika digunakan saat bermain. Untuk menyiasati hal itu, kebanyakan anak-anak
merendam bola bekel kedalam minyak tanah. Perendaman tersebut biasanya dibiarkan
selama semalam atau bias berhari-hari, hingga bola itu bertambah besar.
Membesarnya bola bekel saat direndam dalam minyak tanah merupakan salah satu
peristiwa yang menggunakan prinsip like dissolve like yaitu pelarut cenderung melarutkan
zat terlarut yang memiliki sifat sama, senyawa polar akan cenderung larut dalam pelarut
senyawa polar, dan senyawa non polar akan terlarut dalam pelarut senyawa non polar (Elyta,
2018). Hal ini sama saja saat kita tengah menanak nasi atau memasak mie. Dalam beras dan
mie mengandung amilum yang sifatnya polar, begitu pula air yang digunakan untuk
memasak bersifat polar, sehingga air bisa masuk kedalam butiran beras dan untaian mie
mengembang.
Dalam kasus bola bekel yang direndam di dalam minyak tanah, bola yang terbuat dari
karet bersifat non polar begitu pula minyak tanah yang digunakan untuk merendam bersifat
non polar. Sehingga bola bekel akan bertambah besar karena minyak tanah bisa masuk ke
dalam struktur karet.
Koefisien restitusi (e) adalah sebuah nilai konstanta yang menyatakan kelentingan suatu
tumbukan. Jika sebuah bola dijatuhkan pada ketinggian h dan terjadi tumbukan pertama
antara bola dengan lantai, maka tinggi yang diperoleh adalah h1 dan terjadi tumbukan lagi
yang tingginya menjadi h2, dan seterusnya, sehingga besarnya koefisien restitusi untuk
pantulan bola dapat menggunakan persamaan sebagai berikut (Sunard & Gamayel, 2019):
√ √
Dimana:
e = koefisien restitusi
h = ketinggian bola mula-
mula h1 = tinggi pantulan ke-1
h2 = tinggi pantulan ke-2
Dalam suatu tumbukan koefisien restitusi menunjukkan jenis tumbukan. Ada tiga jenis
tumbukan, yaitu tumbukan lenting sempurna dengan koefisien restitusi (e=1), tumbukan
lenting sebagian dengan koefisien restitusi lebih kecil dari satu dan lebih besar dari nol
(0<e<1), kemudian tumbukan tidak lenting sama sekali dengan koefisien restitusi sama
dengan nol (e=0).
Peristiwa memantulnya bola bekel saat digunakan bermain bekel merupakan salah satu
tumbukan lenting sebagian dan memiliki hubungan dengan hukum kekekalan momentum.
Momentum merupakan kecenderungan untuk melanjutkan gerak dengan kelajuan konstan
dari suatu benda yang bergerak. Momentum salah satu besaran vektor yang searan dengan
kecepatan benda. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
P = Momentum (kg.m/s)
m = Massa (kg)
v = Kecepatan (m/s)
Kecepatan benda sebelum dan sesudah tumbukan sangat mempengaruhi koefisien
restitusi. Pada kasus benda jatuh bebas seperti saat bola bekel yang di jatuhkan dari
ketinggian tertentu, koefisien restitusinya bergantung pada ketinggian benda tersebut ketika
dijatuhkan. Hal itu dikarenakan kecepatan benda yang jatuh bebas sangat dipengaruhi oleh
ketinggian benda, dan juga percepatan gravitasi bumi. Semakin tinggi suatu benda
dijatuhkan maka semakin besar pula kecepatan benda yang dihasilkan.
Dalam penentuan koefisien restitusi suatu benda, umumnya dilakukan pengamatan
parameter gerak masih dilakukan secara manual. Diperlukan kecermatan bagi pengamat
untuk menganalisis tinggi pantulan dengan menggunakan mistar.Proses tersebut rentan akan
kesalahan berupa ketelitian alat ukur sertab subjektivitas pengamat terutama saat data yang
dikumpulkan lebih dari satu pantulan (Silvia,dkk,2020). Untuk meminimalisir hal tersebut
ialah dengan menggunakan aplikasi teknologi analisis video dengan aplikasi Tracker.
Tracker adalah perangkat lunak aplikasi analisis video dan pemodelan. Tracker
dikembangkan oleh Open Source Physicsb(OSP) menggunakan kerangka kerja Java. Fitur
yang tersedia termasuk pelacakan objek dengan posisi, kecepatan, dan percepatan
(Wijayanto & Susilawati,2013).
BAB III
METODOLOGI