Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA GANGGUAN SISTEM

PERNAFASAN (TUBERCULOSIS)

Disusun oleh :
Nama : Santi Anggiyani
NIM : 1911020021
Kelas : 3A/ Keperawatan S1

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020
TUBERCULOSIS

A. PENGERTIAN
➢ Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
➢ Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
➢ Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
➢ Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri
ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka
pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price, 2015) M. tuberculosis merupakan organisme
bentuk batang kecil dan relatif tumbuh lambat serta cepat asam dengan kapsul luar
berlilin, yang meningkat resistensinya untuk hancur. Meskipun paru biasanya terkena,
dan TB dapat melibatkan organ lain juga. Ditularkan oleh droplet nuclei, droplet yang
ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang bersin, bicara, atau bernyanyi. Droplet
kecil sekali dapat tetap beredar di udara selama beberapa jam.Infeksi dapat terjadi ketika
pejamu yang rentan bernapas di udara yang mengandung droplet nuclei dan partikel
terkontaminasi menghindari pertahanan normal saluran napas atas untuk mencapai
alveoli. (LeMone Priscilla, 2016)
➢ Kesimpulan dari definisi TB paru sendiri adalah penyakit yang menular yang di sebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosisyang bisa menyerang di saluran pernapasan dan sangat
berbahaya bagi tubuh itu sendiri jika tidak diobati dengan cepat dan tepat.
B. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
✓ Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
✓ Tuberkulosis ekstra paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
✓ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
✓ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
✓ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
✓ 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
✓ Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
✓ Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
✓ Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
✓ Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
✓ TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
✓ TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
o TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
o TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa
tipe pasien yaitu:
✓ Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).
✓ Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
✓ Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
✓ Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
✓ Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
✓ Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi
malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
• Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
• Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
• Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
• Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.

Pathway TBC (Tuberkulosis)

Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-
41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
• Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.

2. Diagnosis TB ekstra paru.


• Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lainlainnya.
• Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung pada metode
pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji
mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.
H. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.
2. Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
a. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal (monoterapi) .Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT – KDT) lebih
menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung
(DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
c. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

1) Tahap awal (intensif)


- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2
bulan.
2) Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka
waktu yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
3. Jenis, sifat dan dosis OAT

4. Paduan OAT yang digunakan di Indonesia


• Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Penanggulangan Tuberkulosis di
Indonesia:
o Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.
o Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.
Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)
o Kategori Anak: 2HRZ/4HR
• Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat
kombinasi dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan
dalam bentuk OAT kombipak.
• Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet.
Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien.Paduan ini dikemas dalam satu paket
untuk satu pasien.
• Paket Kombipak.
Terdiri dari obat lepas yang dikemas dalam satu paket, yaitu Isoniasid, Rifampisin,
Pirazinamid dan Etambutol.Paduan OAT ini disediakan program untuk mengatasi pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk memudahkan
pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai.Satu (1)
paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa pengobatan.
a. KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin efektifitas obat dan
mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya resistensi obat
ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi sederhana
dan meningkatkan kepatuhan pasien
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas klien
Nama : Nn. Emilia Dwi S
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Dk. Pekaleran Rt01/Rw01 , Kel. Sridadi, Kec. Sirampog ,Kab. Brebes
52272
b. Riwayat penyakit sekarang
P: Sesak nafas
Q: Nyeri saat batuk
R: Dibagian dada
S: Skala Nyeri 4
T: Nyeri dirasakan saat bernafas dan batuk
c. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien memiliki riwayat penyakit gastritis pada usia 12 tahun , namun sekarang
sudah sembuh dan tidak kambuh. Klien juga batuk berdahak sejak 4 bulan yang lalu.Klien
tidak memiliki alergi terhadap obat atau makanan tertentu
d. Riwayat penyakit keluarga
Pada keluarga klien sebelumnya tidak pernah ada yang mengalami penyakit Tbc , namun
terdapat keluarga yang menderita hipertensi dan Reumatik
e. Riwayat psikososial
Hubungan klien dengan keluarga dan lingkungan baik . Klien juga ikut aktif dalam organisasi
di kampus , dan mengikuti kegiatan di kemasyarakatan desanya
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Klien tinggal didaerah Pegunungan , dengan udara yang cukup sejuk dan pemukiman warga
yang tidak terlalu padat , namun jarak Kampus dengan rumah yang cukup jauh membuat
klien harus ke kampus mengendarai motor dengan melewati jalan yang banyak polusi.
Didaerah klien cenderung memiliki udara yang dingin dan jarang terkena sinar matahari
2) Pola nutrisi dan metabolik
Nafsu makan klien berkurang porsi dan tidak ada gairah untuk makan. Klien lebih sering
makan snack dan ciki-ciki
3) Pola eliminasi
BAK : 3X/Hari, warna kuning jernih
BAB : Tidak teratur , warna kuning, bau khas
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Jam tidur klien tidak teratur , karena sering mengalami ins
omnia. Klien bisa tidur jika sudah diatas jam 12
6) Pola hubungan dan peran
Klien merasa cemas dan malu , adanya perasaan takut dijauhi oleh teman dan lingkungan
sekitarnya
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan pendengaran) tidak ada
gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Pasien tidak emosional , pasien khawatirdengan kondisinya serta seringbertanya tentang
penyakit yang dialaminya
(9) Pola penanggulangan stress
Lebih sering menghabiskan waktu dirumah bermain hp dan jarang keluar rumah
(10) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien tetap menjalankan ibadah sholat , namun saat sholat shubuh klien mengeluhkan sulit
untuk terbangun
g. Pemeriksaan fisik
i. Pengamatan Umum
1. Keadaan Umum : Lemah
2. Keadaan Sakit : Sedang
3. Tingkat Kesadaran : Sadar
4. Ekspresi wajah : Tampak gelisah
ii. Pengukuran Geometri
1. Berat Badan : 49kg
2. Tinggi Badan : 160cm
3. BBI : 54Kg
4. Kesimpulan : BB tidak ideal (kurang 5kg dari BBI)
iii. Tanda-Tanda Vital
1. Suhu : 36 C
2. Nadi : 100x/menit
3. Respirasi : 26x/menit
4. Tekanan darah : 120/70 mmHg
iv. Pemeriksaan ( Kepala, mata,hidung, dan Tenggorokan)
1. Kepala
a. Bentuk : Bulat
b. Keluhan : Pusing
2. Mata
a. Ukuran Pupil : Normal
b. Reaksi terhadap Cahaya : Mengecil
c. Akomodasi : Baik
d. Konjungtiva : Pucat
e. Fungsi Penglihatan : Berkurang
f. Menggunakan alat bantu : Kacamata
g. Keluhan : Pandangan Kabur
3. Hidung
a. Reaksi Alergi : Tidak ada
b. Bentuk hidung : Normal
c. Fungsi Penciuman ; Baik
d. Peradangan ; Tidak ada
e. Menggunakan alat : Tidak ada
bantu
f. Keluhan : Tidak ada

4. Mulut dan Tenggorokan


a) Keadaan Rongga mulut : Kering
b) Problem menelan : Tidak ada
c) Gangguan bicara : Tidak ada
d) Fungsi Mengunyah ; Baik/Tidak ada kelainan

v. Leher
1) Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran
2) Arteri Karotis : Teraba
3) Pembesaran Tiroid : Tidak ada
4) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada
vi. Dada ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi Perkusi)
1) Bentuk dada : Simetris
2) Pergerakan Pernafasan : Cepat
3) Pola Nafas : Batuk kering
4) Sputum : Kental
5) Bunyi nafas tambahan : Ronchi
vii. Abdomen
1) Bentuk : Normal
2) Pembesaran Hepar : Tidak ada
3) Bunyi Usus : Normal
4) Kandung kemih : Tidak ada kelainan
viii. Pemeriksaan Neurologis
1) Tingkat Kesadaran : Sadar
2) Koordinasi : Baik
3) Memori : Baik
4) Kelumpuhan Motorik : Tidak ada
h.Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 23 Oktober 2020
Foto Thorax :
Hasil : TB paru Aktif

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret kental dalam rongga beruncus
yang ditandai dengan:
• DS : Pasien mengatakan
- Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
- Sesak bila beraktivitas
- Keringat dingin pada malam hari
- Dada terasa sakit pada saat batuk
• DO :
- Sputum kental
- Takipnea
- Ronchi (+)
- Foto Thorax: Hasil : TB paru Aktif (Kesan proses spesifik)
- Respirasi : 26x/menit
2) Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
• DS : Pasien mengatakan
- Badan Lemas
- Mulut kering
- Kurang nafsu makan
• DO :
- BB tidak ideal (Kurang 5kg dari BBI)
- K/U Lemah
- Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
- Keadaan rongga mulut kering
3) Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
• DS : Pasien mengatakan
- Khawatir akan kondisinya serta bertanya tentang penyakit yang dialaminya
• DO:
- Ekspresi wajah gelisah

4) Resiko tinggi penyebaran b/d kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan


pathogen DS dan DO tidak dibuktikan
K. PRIORITAS MASALAH

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret kental dalam rongga beruncus
2) Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
3) Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
4) Resiko tinggi penyebaran b/d kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen

L. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA


DIAGNOSA INTERVENSI
NO HASIL RASIONAL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas Bersihan jalan nafas efektif 1. Kaji pola nafas, -Sebagai tindakan lanjut
tidak Efektif dengan kriteria : frekuensi, irama untuk mengetahui pola
✓ Batuk hilang dan kedalaman nafas pasien.
Definisi : ✓ Dada sakit saat batuk 2. Catat
Ketidakmampuan hilang -sputum yang berdarah
kemampuan untuk
untuk membersihkan ✓ Sesak hilang
mengeluarkan dan kental diakibatkan
sekresi atau obstruksi ✓ Ronchi hilang
dari saluran ✓ Sputum(-) sputum dan oleh kerusakan paru atau
pernafasan untuk ✓ Leukosit normal karakter sputum. luka bronchial
mempertahankan 3. Atur posisi
kebersihan jalan semi fowler -posisi memaksimalkan
nafas. terhadap pasien ekspensi paru dan
• DS : 4. Ajar latihan menurunkan upaya
Pasien batuk efektif. pernapasan
mengatakan 5. Pertahankan
masukan cairan -Untuk memudahkan
-Batuk dengan dahak
sedikitnya pengeluaran lender atau
susah dikeluarkan
2500ml/hari secret.
-Sesak bila
kecuali kontra
beraktivitas indikasikan -Membantu
-Keringat dingin mengencerkan secret
pada malam hari sehingga mudah
-Dada terasa sakit dikeluarkan
pada saat batuk
• DO :
-Sputum kental
-Takipnea
-Ronchi (+)
-Foto Thorax: Hasil :
TB paru Aktif (Kesan
proses spesifik)
-Respirasi :
26x/menit

2. Perubahan Nutrisi Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi 1. Kaji pola makan . Sebagai bahan inforasi
dengan criteria sebagai berikut : dan tanyakan tentang jumlah intake dan
Kurang dari
- nafsu makan meningkat tentang makanan sebagai patokan untuk
kebutuhan tubuh b/d
- Porsi makan dihabiskan kesukaan paien dan intervensi selanjutnya
Anoreksia yang makanan yang
- K/U baik
ditandai dengan tidak disukai oleh -Untuk mengetahui status
- BB normal (54 kg)
pasien. perkembangan nutrisi
Definisi : Intake
2. timbang BB protein.
nutrisi tidak cukup
untuk keperluan setiap hari
metabolisme tubuh. 3. kolaborasi - Diet yang tepat
dengan tim gizi mempercepat proses
• DS : Pasien
dalam pemberian penyembuhan.
mengatakan
diet yang tepat.
-Badan Lemas
-Mulut kering
-Kurang nafsu makan
• DO :
-BB tidak ideal
(Kurang 5kg dari
BBI)
-K/U Lemah
-Porsi makan yang
dihabiskan ½ porsi
-Keadaan rongga
mulut kering
3. Kurang Pengetahuan Kurang pengetahuan dapat teratasi 1.Kaji tingkat -Dapat menimbulkan
dengan kriteria sebagai beikut : pemahaman klien perbaikan partisipasi pada
b/d kurang informasi
· Pasien tidak khawatir tentang rencana pengobatan
yang cukup tentang
· Pasien tidak bertanya-tanya penyakitnya
penyakitnya lagi tentang penyakitnya. 2. Anjurkan -Orang yang dikenal dan
• DS : Pasien · Expresi wajah ceria keluarga/ 0rang dipercaya baik oleh pasien
mengatakan terdekat untuk sehingga dapat dipastikan
-Khawatir akan menjadi PMO pasien betul minum
kondisinya serta 3. Beri HE obatnya dan sembuh pada
bertanya tentang kepada pasien. akhir pengobatan.
penyakit yang
-Menambah pengetahuan
dialaminya
dan informasi yang
• DO:
lengkap tentng penyakit
-Ekspresi wajah yang diderita oleh paisen
gelisah

4 Resiko tinggi Mencegah resiko tinggi 1.Identifikasi -Orang-orang yang


penyebaran dengan criteria: orang-orang yang beresiko perlu program
penyebaran b/d
· Keadaan ventilasi harus beresiko terkena terapi untuk mencegah
kurang pengetahuan
terbuka infeksi penyebaran terjadinya penyebaran
untuk menghindari · Buat batas waktu kunjungan 2. Anjurkan pasien infeksi
pemajanan pathogen · Isolasi penderita untuk menutup
· Pisahkan alat-alat makan dan mulut dan -Kebiasaan ini untuk
minum pasien. membuang sputum mencegah terjadinya
· Minum obat pencegahan pada tempat penularan infeksi
(INH tablet) penampungan yang
tertutup jika batuk. -Menurunkan potensial
3. Batasi terpajan pada penyakit
kunjungan dan infeksius
penggunaan
masker
memberikan
kesempatan
kepada pasien
untuk beristirahat
dan mencegah
terjadi resiko
penularan melalui
udara

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. Com
Depkes RI.2011.TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal diakses :
20 Maret 2011.
Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and
documenting client care. Philadelphia : F.A. Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai