PERNAFASAN (TUBERCULOSIS)
Disusun oleh :
Nama : Santi Anggiyani
NIM : 1911020021
Kelas : 3A/ Keperawatan S1
A. PENGERTIAN
➢ Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-paru yang secara khas
ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini
bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).
➢ Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Myobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. (Depkes RI, 2007).
➢ Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru
Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, termasuk meningens, ginjal,
tulang, dan nodus limfe. (Suzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare, 2002 ).
➢ Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan mycobacterium
tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri
ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka
pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang yang
terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia A.price, 2015) M. tuberculosis merupakan organisme
bentuk batang kecil dan relatif tumbuh lambat serta cepat asam dengan kapsul luar
berlilin, yang meningkat resistensinya untuk hancur. Meskipun paru biasanya terkena,
dan TB dapat melibatkan organ lain juga. Ditularkan oleh droplet nuclei, droplet yang
ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang bersin, bicara, atau bernyanyi. Droplet
kecil sekali dapat tetap beredar di udara selama beberapa jam.Infeksi dapat terjadi ketika
pejamu yang rentan bernapas di udara yang mengandung droplet nuclei dan partikel
terkontaminasi menghindari pertahanan normal saluran napas atas untuk mencapai
alveoli. (LeMone Priscilla, 2016)
➢ Kesimpulan dari definisi TB paru sendiri adalah penyakit yang menular yang di sebabkan
oleh Mycobacterium Tuberculosisyang bisa menyerang di saluran pernapasan dan sangat
berbahaya bagi tubuh itu sendiri jika tidak diobati dengan cepat dan tepat.
B. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN
Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
✓ Tuberkulosis paru.
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru.tidak
termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
✓ Tuberkulosis ekstra paru.
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput
otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
✓ Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
✓ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan
gambaran tuberkulosis.
✓ 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
✓ 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
✓ Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
✓ Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
✓ Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
✓ Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
✓ TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto
toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far
advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
✓ TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
o TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa
unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.
o TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis, peritonitis,
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan
alat kelamin.
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa
tipe pasien yaitu:
✓ Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 minggu).
✓ Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberculosis
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA
positif (apusan atau kultur).
✓ Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA
positif.
✓ Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
✓ Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
✓ Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan.
C. ETIOLOGI
Penyebab tuberkulosis adalah Myobacterium tuberculosae, sejenis kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1-4/Um dan tebal 0,3-0,6/Um. Tergolong dalam
kuman Myobacterium tuberculosae complex adalah :
1. M. Tuberculosae
2. Varian Asian
3. Varian African I
4. Varian African II
5. M. bovis.
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA)
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada
udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es).
Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant, tertidur lama selama bertahun-tahun dan dapat
bangkit kembali menjadikan tuberkulosis aktif lagi. Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai
parasit intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi
malah kemudian disenanginya karena banyak mengandung lipid (Asril Bahar,2001).
Cara penularan TB (Depkes, 2006)
• Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
• Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
• Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
• Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan
dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut.
• Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
D. PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon ini disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti
keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan
jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast, menimbulkan
respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru
dinamakan fokus Gohn dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi
primer dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke bagian lain dari paru-paru, atau
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat
menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan
mereda lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat
perbatasan rongga bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip
dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang lolos
dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran
limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu
fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam sistem
vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
Pathway
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam
hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar. 2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang dapat mencapai 40-
41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul
kembali. Begitulah seterusnya sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari demam
influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk-produk
radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja
batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah berupa batuk darah
karena terdapat pembuluh darah yang pecah. Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis
terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke
pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa
anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
meriang, nyeri otot, dan keringat pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin
lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis TB menurut Depkes (2006):
1. Diagnosis TB paru
• Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).
• Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB
(BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak
mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan
dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai
dengan indikasinya.
• Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja.
Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga
sering terjadi overdiagnosis.
• Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
• Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
v. Leher
1) Vena Jugularis : Tidak ada pembesaran
2) Arteri Karotis : Teraba
3) Pembesaran Tiroid : Tidak ada
4) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada
vi. Dada ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi Perkusi)
1) Bentuk dada : Simetris
2) Pergerakan Pernafasan : Cepat
3) Pola Nafas : Batuk kering
4) Sputum : Kental
5) Bunyi nafas tambahan : Ronchi
vii. Abdomen
1) Bentuk : Normal
2) Pembesaran Hepar : Tidak ada
3) Bunyi Usus : Normal
4) Kandung kemih : Tidak ada kelainan
viii. Pemeriksaan Neurologis
1) Tingkat Kesadaran : Sadar
2) Koordinasi : Baik
3) Memori : Baik
4) Kelumpuhan Motorik : Tidak ada
h.Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 23 Oktober 2020
Foto Thorax :
Hasil : TB paru Aktif
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret kental dalam rongga beruncus
yang ditandai dengan:
• DS : Pasien mengatakan
- Batuk dengan dahak susah dikeluarkan
- Sesak bila beraktivitas
- Keringat dingin pada malam hari
- Dada terasa sakit pada saat batuk
• DO :
- Sputum kental
- Takipnea
- Ronchi (+)
- Foto Thorax: Hasil : TB paru Aktif (Kesan proses spesifik)
- Respirasi : 26x/menit
2) Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
• DS : Pasien mengatakan
- Badan Lemas
- Mulut kering
- Kurang nafsu makan
• DO :
- BB tidak ideal (Kurang 5kg dari BBI)
- K/U Lemah
- Porsi makan yang dihabiskan ½ porsi
- Keadaan rongga mulut kering
3) Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
• DS : Pasien mengatakan
- Khawatir akan kondisinya serta bertanya tentang penyakit yang dialaminya
• DO:
- Ekspresi wajah gelisah
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d penumpukan secret kental dalam rongga beruncus
2) Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia yang ditandai dengan
3) Kurang Pengetahuan b/d kurang informasi yang cukup tentang penyakitnya
4) Resiko tinggi penyebaran b/d kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan
pathogen
2. Perubahan Nutrisi Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi 1. Kaji pola makan . Sebagai bahan inforasi
dengan criteria sebagai berikut : dan tanyakan tentang jumlah intake dan
Kurang dari
- nafsu makan meningkat tentang makanan sebagai patokan untuk
kebutuhan tubuh b/d
- Porsi makan dihabiskan kesukaan paien dan intervensi selanjutnya
Anoreksia yang makanan yang
- K/U baik
ditandai dengan tidak disukai oleh -Untuk mengetahui status
- BB normal (54 kg)
pasien. perkembangan nutrisi
Definisi : Intake
2. timbang BB protein.
nutrisi tidak cukup
untuk keperluan setiap hari
metabolisme tubuh. 3. kolaborasi - Diet yang tepat
dengan tim gizi mempercepat proses
• DS : Pasien
dalam pemberian penyembuhan.
mengatakan
diet yang tepat.
-Badan Lemas
-Mulut kering
-Kurang nafsu makan
• DO :
-BB tidak ideal
(Kurang 5kg dari
BBI)
-K/U Lemah
-Porsi makan yang
dihabiskan ½ porsi
-Keadaan rongga
mulut kering
3. Kurang Pengetahuan Kurang pengetahuan dapat teratasi 1.Kaji tingkat -Dapat menimbulkan
dengan kriteria sebagai beikut : pemahaman klien perbaikan partisipasi pada
b/d kurang informasi
· Pasien tidak khawatir tentang rencana pengobatan
yang cukup tentang
· Pasien tidak bertanya-tanya penyakitnya
penyakitnya lagi tentang penyakitnya. 2. Anjurkan -Orang yang dikenal dan
• DS : Pasien · Expresi wajah ceria keluarga/ 0rang dipercaya baik oleh pasien
mengatakan terdekat untuk sehingga dapat dipastikan
-Khawatir akan menjadi PMO pasien betul minum
kondisinya serta 3. Beri HE obatnya dan sembuh pada
bertanya tentang kepada pasien. akhir pengobatan.
penyakit yang
-Menambah pengetahuan
dialaminya
dan informasi yang
• DO:
lengkap tentng penyakit
-Ekspresi wajah yang diderita oleh paisen
gelisah
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif M: Kapita Selekta Kedokteran UI, jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius, 2000.
Silvia A. Price & Lorraine M. Wilson: Patofisiologi, Vol 2. Jakarta: EGC, 2006
Suddarth & Brunner: Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC 2002.
Www. Geoogle. Com
Depkes RI.2011.TBC Masalah Kesehatan Dunia. www.bppsdmk.depkes.go.id. Tanggal diakses :
20 Maret 2011.
Doenges, Marilynn E, et al. 2005. Nursing diagnosis manual: Planning, individualizing, and
documenting client care. Philadelphia : F.A. Davis Company.