Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS

Dosen Pembimbinge : Suko Pranowo M. Kep


Disusun oleh :
Yahya Yoga Permana (106118021)

PRODI DIII KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN 2020
KONSEP DASAR MEDIS

Defenisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi,
tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di
sekeliling jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas (Brunner dan
suddarth, 2001).

Osteomielitis adalah infeksi entukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling


jaringan tulang mati) (Smeltzer, Suzanne C,  2002).

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan sumsum tulang yang dapat disebabkan oleh
bakteri, virus atau proses spesifik (Mansjoer, 2000)

Etiologi

Staphylococcus aureus hemolyticus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang


oleh Streptococcus hemolyticus

Haemophilus influenzae (5-50%) pada usia di bawah 4 tahun

Organisme lain seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis,


Brucella, dan bakteri anaerob yaitu Bacterioides fragilis.

Osteomyelitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free encyclopedia, 2000) yaitu:

Aliran darah

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (misalnya tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa
membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Pada anak-anak, infeksi
biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya
terjadi pada tulang belakang dan panggul. Osteomyelitis akibat penyebaran hematogen
biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.

Penyebaran langsung

Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang
menembus tulang.

Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya

Osteomyelitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak Infeksi pada


jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu.
Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi
penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan
darah(misalnya ulkus dekubitus yang terinfeksi).

Patofisiologi

Patologi yang terjadi pada ostemielitis hematogen akut tergantung pada usia, daya tahan
klien, lokasi infeksi, dan virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui saluran darah dari focus
ditempat lain dalam tubuh pada fase bakteremia dan dapat menimbulkan septikimia. Embulus
infeksi kemudian masuk ke dalam juksta empifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya adalah tejadi hyperemia dan edema di daerah metafisis di sertai dengan
pembentukan pus. Terbentuknya pus ketika jaringan tulang tidak dapat bersekpensi,
menyebabkan tekanan dalam tulang meningkat. Peningkatan tekanan dalam tulang
menyebabkan terjadinya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah tulng dan
akhirnya menyebabkan nekrosis tulang. Disamping proses yang di sebutkan di atas,
pembentukan tulang baru yang ektensif terjadi pada dalam poreosteus sepanjang deafisis
(terutam pada anak-anak) sehingga terbebtuk suatu lingkuangan tulang seperti peti mayat
dengan jaringan sekuestrum di dalamnya. proses ini terlihat jelas pada akhir minggu ke dua.
Apabila pus menembus tulang ,terjadi pengalian pus (discharge) keluar melalui lubang yang
di sebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya,
penyakit osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselus, infeksi dapat terlokalisasi serta
diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk abses tulang kronis (Smeltzer, Suzanne
C, 2002).

Manifestasi Klinis

Panas tinggi, anoreksia, malaise (adanya proses septikemia)

Nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggunakan anggota bersangkutan, pembengkakan
lokal (tanda-tanda radang akut : rubor, dolor, kalor, tumor, fungsi larsa) dan nyeri tekan
Pada osteomielitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena nanah
dan bengkak

LAB : Leukositosis, anemia, LED meningkat

Penatalaksanaan Medis

Beberapa prinsip penataalaksanaan klien osteomielitis yang perlu diketahui perawat dalam
melaksanakan asuhan keperwatan agar mampu melaksanakan tindakan kolaboratif adalah
sebagai berikut ;

Istirahat dan memberikan analgesic untuk menghilangkan nyeri

Pemberian cairan intravena dan kalau perlu tranfusi darah

Istirahat local dengan bidai dan traksi

Pemberian antibiotic secepatnya sesuai dengan penyebab utama yaitustaphylococcus


aureus  sambil menunggu biakan kuman.Antibiotik diberikan selama 3-6 minggu dengan
melihat keadaan umum dan endap darah klien.Antibiotik tetap diberikan hingga 2minggu
setelah endap darah normal.

Drainase bedah

Apabila setelah 24 jam pengobatan local dan sistemik antibiotic gagal (tidak ada perbaikan
keadaan umum),dapat dipertimbangkan drainase bedah.Pada draenase bedah, pus periosteal
di evakuasi untuk mengurangi tekanan intra-useus.Disamping itu , pus jg di gunakan untuk
biakan kuman.Draenase dilakukan selama beberapa hari dan menggunakan NaCL dan
antibiotic.

Komplikasi

Dini :

Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)

Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh

Atritis septik

Lanjut :

Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan  fungsi tubuh yang
terkena

Fraktur patologis
Kontraktur sendi

Gangguan pertumbuhan

Prognosa

Dari penelitian yang dilakukan Riise et al total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis pada
anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi pada anak dibawah 3
tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis
adalah baik. Jika ada penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi
kerusakan yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus
pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat kesembuhan
sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Riwayat Keperawatan
a. Identifikasi klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b. Riwayat keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya
(bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran
kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan
tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.Riwayat
4) Psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
6) Pola nutrisi      : anoreksia, mual, muntah.
7) Pola eliminasi  : adakah retensi urin dan konstipasi
8) Pola aktivitas   : pola kebiasaan

2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan


a. Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b. Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c. Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d. Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya
cairan purulen.
e. Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f. Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek
bila di palpasi.
3. Diagnostik Test
Pemeriksaan diagnostik menurut Brunner dan suddarth (2001) yaitu :
a.  Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah
b. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
c. Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
d. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri  salmonella
e. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan
untuk  serangkaian tes.
f. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi
g. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan
radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang
bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang baru.
h. Pemeriksaan tambahan :
1) Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
2) MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang terang pada
T2, maka kemungkinan besar adalah osteomielitis.
4. Pathways
5. Diagnosa Keperawatan menurut NANDA
Diagnosa pre-operasi
a. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik ( inflamasi
dan pembengkakan
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
c. infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang
d. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang
berkurang.
e. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.
f. Kecemasan berhubungan dengan tindakan pembedahan dan kemungkinan
dilakukannya amputasi.
g. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi.
h. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau ulserasi.

Diagnosa post-operasi

a) Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (pembedahan)


b) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post pembedahan,luka post
pembedahan.
c) Gangguan gambaran diri berhubungan dengan pembedahan (amputasi).
6. Intervensi Keperawatan (NANDA, NIC, NOC)
Pre-operasi
Dx 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
pembengkakan.
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang

Kriteria Hasil:
a. Ekspresi nyeri lisan / pada wajah
b. Kegelisahan / ketegangan otot
c. Posisi tubuh melindungi
d. Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-
analgesik secara tepat.

NIC: Penatalaksanaan Nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi,


karakteristik, durasi/awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10,
10= nyeri berat, 0=tidak ada nyeri dapat juga dengan gambar alur nyeri
untuk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka
yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi,
distraksi, terapi bermain) sebelum, setelah dan jika memungkinkan
semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri terjadi / meningkat
dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi non
farmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan nyari.

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi, dan


keterbatasan menahan beban berat badan.

NOC: Tingkat Mobilitas

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3


x 24 jam diharapkan mobilitas pasien adeku

Kriteria Hasil:

a. Penampilan seimbang
b. Pergerakan sendi dan otot
c. Melakukan perpindahan
d. Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas

NIC: Perubahan Posisi

1. Pantau ketepatan pemasangan traksi


2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung
amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika
diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.

Dx III : Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses


tulang.

NOC: Pengendalian Resiko

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengendalian infeksi


selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil:

a. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


b. Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat
c. Menghindari penjalaran terhadap ancaman kesehatan

NIC: Pengendalian Infeksi

1. Pantau tanda/gejala infeksi (,isalnya suhu tubuh, denyut jantung,


penampilan luka, sekresi urin, suhu kulit, lesi kulit, keletihan, malaise).
2. Berikan terapi antibiotik, bila diperlukan.
3. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
4. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya ke pusat kesehatan.
5. Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan.

Dx IV : Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatan tulang yang


berkurang.

NOC: Pengendalian Resiko

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan mencegah jatuh selama 3 x


24 jam diharapkan cedera tidak terjadi

Kriteria hasil:

 Menghindari cedera fisik.


 Pasien dan keluarga memilih permainan yang aman.
 Pasien dan keluarga mampu mengidentifikasi risiko yang meningkatkan
kerentanan terhadap cedera.
 Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko.

NIC: Mencegah Jatuh

1. Identifikasi faktor yang mempengaruhi kebutuhan keamanan, misal :


defisit motorik / sensorik (berjalan dan keseimbangan).
2. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko jatuh (lantai
licin, karpetyang sobek, anak tangga berlubang).
3. Persiapakan lingkungan yang aman (misalnya meniadakan
ketidakteraturan dan tumpahan penempatan pegangan tangan,
penggunaan tikar karet, pegangan tangan dikamar mandi).
4. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memilih permainan yang aman.
5. Naikkan penghalang tidur bila perawat berada disamping anak.
Dx V : Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi.

NOC : Knowledge: Proses Penyakit

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengetahuan proses


penyakit selama 1 x 24 jam diharapkan pasien dan keluarganya dapat
mengerti / lebih paham mengenai proses penyakit dan pengobatannya

Kriteria Hasil :

 Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi perawatan anak


 Menjelaskan proses penyakit
 Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
 Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya

NIC : Pengatahuan Proses Penyakit

1. Cek keakuratan umpan balik untuk memastikan pasien memahami


penanganan yang dianjurkan dan informasi yang relevan lainya
2. Tentukan kebutuhan pengajaran pasien dan keluarga
3. Lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan keluarga dan pahami
isinya (misal : pengetahuan atas prosedur / penanganan yang dianjurkan)
4. Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari informasi-informasi yang
khusus (contoh : mempercayai kesehatan, ketidakpatuhan, pengalaman
buru dengan perawatan kesehatan)
5. Mengikutsertakan keluarga/anggota keluarga jika memungkinkan
6. Merencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama pasien dan dikter
untuk menfasilitasi kemampuan pasien mengikuti penangann yang
dianjurkan.

Dx VI : Kecemasan berhubungan dengan kemungkinan tindakan dalam pembedahan


dan kemungkinan dilakukannya amputasi.

NOC : Kontrol Cemas


Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama
3 x 24 jam diharapkan kecemasan pasien berkurang atau hilang

Kriteria hasil :

 Ansietas berkurang
 Melaporkan tak ada manifestasi kecemasan secara fisik
 Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
 Tidak menuhjukkan perilaku agresif

NIC : Pengurangan Cemas

1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan


prognosis.
2. Tetap damping pasien untuk menjaga keselamatan pasien dan mengurangi
ansietas
3. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Dx VII : Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi

NOC : Perfusi jaringan : Perifer

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan perfusi


jaringan selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi jaringan dalam batas
normal

Kriteria hasil :

 Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris


 Tingkat sensasi normal
 Fungsi otot utuh
 Kulit utuh, warna normal
 Suhu ekstremitas hangat
 Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi
NIC : Pengurangan Cemas

1. Melakukan sirkulasi perifer secara komprehensif (misal : periksa nadi


perifer, edema, pengisian kapiler, warna dan suhu ekstremitas)
2. Kaji tingkat rasa tidak nyaman / nyeri
3. Memberikan pengobatan antitrombosit / antikoagulan, jika diperlukan
4. Rendahkan ekstremitas untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat
5. Anjurkan latihan rentang gerak aktif/pasif selama tirah baring, jika
diperlukan.

Dx VIII : Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi, luka, atau


ulserasi.

NOC : Intergritas Jaringan

Tujuan : Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perawatan luka selama 3


x 24 jam diharapkan integritas jaringan kulit klien baik dengan sering
menunjukkan prilaku mengendalikan

Kriteria hasil :

 Suhu, elastisitas, hidrasi, pigmentasi, dan warna jaringan dalam rentang


yang diharapkan
 Terbebas dari adanya lesi jaringan
 Keutuhan kulit

NIC : Perawatan Luka

1. Inspeksi luka pada setiap penggantian balutan.


a. Lokasi, luas, dan kedalaman luka.
b. Karakteristik serta adanya eksudat, termasuk kekentalan, warna dan
bau.
c. Ada tidaknya jaringan nekrotik.
d. Ada tidaknya tanda-tanda infeksi luka local (misal nyeri palpasi,
edema, prurutus, indurasi, hangat, bau busuk, dan eksudat).
e. Catat karakteristik luka meliputi :
f. Ajarkan pasien atau keluarga tentang prosedur perawatan luka
g. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein,
mineral, kalori, dan vitamin.
2. Lakukan perawatan luka / kulit secara rutin meliputi tindakan berikut :
a. Miringkan dan atur posisi kembali pasien secara sering.
b. Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban
yang berlebihan.
c. Lindungi pasien dari luka lain dan ekskresi selang drain.

Post-operasi
Dx I : Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan post pembedahan

NOC: Perilaku Mengendalikan Nyeri

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan penatalaksanaan nyeri selama 3 x


24 jam diharapkan nyeri berkura

Kriteria Hasil:

 Ekspresi nyeri lisan / pada wajah


 Kegelisahan / ketegangan otot
 Poisis tubuh melindungi
 Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-
analgesik secara tepat.
 Mempertahankan tingkat nyeri pada skala 5 atau kurang

NIC: Penatalaksanaan Nyeri

1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensifmeliputi lokasi,


karakteristik, durasi/awitan, frekuensi, kualitas, intensitas, atau
keparahan nyeri dan faktor presipitasinya.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri / ketidaknyamanan pada skala 0-10,
10=nyeri berat, 0= tidak ada nyeri yang sangat-sangat dapat juga dengan
gambar alur nyeri untk anak-anak.
3. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal khususnya pada mereka
yang tidak mampu mengkomunikasikannya secara efektif.
4. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (contoh : relaksasi,
distraksi, terapi bermain) sebelum, setelah dan jika memungkinkan
semala aktivitas yang menyakitkan sebelum nyeri terjadi / meningkat
dan selama penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain.
5. Pastikan pemberian analgesika prapenanganan dan atasi strategi non
farmakologis sebelum dilakukan prosedur yang menimbulkan nyeri

Dx II : Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post pembedahan,luka


post pembedahan.

NOC: Tingkat Mobilitas

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan perubahan posisi selama 3 x


24 jam diharapkan mobilitas pasien adekuat

Kriteria Hasil:

 Penampilan seimbang
 Pergerakan sendi dan otot
 Melakukan perpindahan
 Meminta bantuan untuk aktivitas mobilitas, jika diperlukan

NIC: Perubahan Posisi

1. Pantau ketepatan pemasangan traksi


2. Letakkan matras / tempat tidur terapeutik dengan benar
3. Atur posisi pasien dengan postur tubuh yang benar
4. Letakkan pada posisi terapeutik ( misal ; hindari penempatan puntung
amputasi pada posisi fleksi, tinggikan baian tubh yang terkena, jika
diperlukan, imobilisasi / sangga bagi tubuh yang terkena).
5. Dukung latihan ROM aktif.

Dx III: Gangguan gambaran diri berhubungan dengan penanganan pembedahan


(amputasi).

NOC : Resolusi Berduka

Tujuan: Setelah dilakukkan tindakan keperawatan pencapaian citra tubuh selama 3 x


24 jam diharapkan citra tubuh pasien adekuat

Kriteria hasil :

 Gangguan citra tubuh berkurang ditunjukkan dnegan tidak ada keterlambatan


dalam perkembangan anak.
 Kongruen antara realitas tubuh, ideal tubuh, dan wujud tubuh.
 Pengakuan terhadap dampak dari situasi pada hubungan antara keberadaan
personal dan gaya hidup.
 Pengukuran terhadap perubahan actual pada penampilan tubuh.

NIC : Pencapaian Citra Tubuh

1. Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal pasien tentang tubuh
pasien
2. Tentukan bagaimana respon anak terjadap reaksi orang tua sesuai dengan
kebutuhan.
3. Tentukan harapan pasien tentang gambaran tubuh berdasarkan tahap
perkembangan.
4. Ajarkan orang tua tentang pentingnya respon mereka terhadap perubahan tubuh
anak dan penyesuaian dikemudian hari, sesuai dengan kebutuhan.
5. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian
terhadap perawatan, kemajuan dan prognosis.
6. Beri dorongan pada pasien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan dan
untuk berduka.
7. Berikan perawatan dengan cara tidak menghakimi, pelihara privasi dan
martabat pasien.
8. Fasilitasi kontak dengan individu sebagai suatu mekanisme untuk
mengevaluasi persepsi citra tubuh anak.
9. Gunakan lukisan gambaran diri sebagai mekanisme untuk mengungkapkan
evaluasi persepsi citra tubuh pada anak.
10. Instruksikan anak tentang fungsi dari bermacam-macam bagian tubuh sesuai
dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8


Volume 3, EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculaapius FKUI :


Jakarta.

NANDA, 2005. Diagnosa Keperawatan: Defini & Klasifikasi 2005-2006. NANDA


International : Philadelphia.

NANDA, 2012-2014. NIC fifth edition. NOC fifth edition : Nyeri akut b/d agen
injuri fisik,Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas
tulang,Gangguan integritass kulit b/d imobilitas fisik,Ansietas b/d stasus
kesehatan,Resiko infeksi b/d pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
Smeltzer , Suzanne C, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah. EGC :
Jakarta.

Yatim, Faisal, 2006. PENYAKIT TULANG & PERSENDIAN. Pustaka Populer


Obor : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai