Anda di halaman 1dari 2

PENDEKATAN MANAJEMEN KONFLIK

Menurut Rusdiana dalam (Kustriyani, 2016) pengendalian konflik dilakukan melalui pendekatan
musyawarah, campur tangan pihak ketiga, konfrontasi, tawar menawar (bergaining), dan
kompromi.

a. Musyawarah
Musyawarah bertujuan agar masing-masing pihak yang berkonflik mendapatkan apa yang
diinginkan sehingga kedua belah pihak tidak ada yang dikalahkan. Musyawarah merupakan
metode yang paling sehat dalam memecahkan konflik antar kelompok dalam organisasi.
Dalam musyawarah, pihak-pihak yang berkonflik untuk saling bertemu dan mencari
penyebab yang menjadi dasar dari konflik dan bertanggung jawab bersama untuk
keberhasilan resolusinya.
b. Campur Tangan Pihak Ketiga
Pengendalian konflik melalui campur tangan orang ketiga diperlukan apabila pihak-pihak
yang bertentangan tidak ingin berunding atau telah mencapai jalan buntu. Pihak ketiga
adalah orang yang memiliki pengaruh yang lebih besar daripada pihak-pihak yang sedang
berkonflik.
c. Konfrontasi
Konfrontasi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan konflik.
Konfrontasi dilakukan dengan mempertemukan pihak-pihak yang sedang berkonflik untuk
diminta pendapatnya secara langsung dalam rapat atau sidang, dan pimpinan bertindak
sebagai moderator.
d. Tawar Menawar (bargaining)
Tawar menawar (bergaining) adalah pengendalian konflik melalui proses pertukaran
persetujuan dengan maksud mencapai keuntungan kedua belah pihak yang sedang
berkonflik (win-win solution). Dalam proses tawar-menawar masing-masing pihak tidak
mendapatkan secara penuh apa yang diinginkan, akan tetapi tujuan dapat tercapai dengan
mengorbankan sedikit kepentingannya. Inti dari tawar-menawar adalah tidak mengharuskan
pihak-pihak yang berkonflik untuk menyerahkan sesuatu yang dianggap penting bagi
kelompoknya.
e. Kompromi
Pendekatan kompromi dilakukan untuk mengatasi konflik dengan cara mencari jalan tengah
yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang bertentangan. Sikap yang diperlukan agar dapat
melaksanakan kompromi adalah salah satu pihak harus bersedia mengerti dan merasakan
keadaan pihak lain. Kedua belah pihak tidak ada yang menang maupun kalah, masing-
masing memberikan kelonggaran dan konsesi.

SUMBER:

Kustriyani, M. (2016). Pelaksanaan Manajemen Konflik Interdisiplin oleh Case Manager di


Ruang Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang  (Doctoral dissertation, tesis Magister,
Universitas Diponegoro, Semarang). 88.

Anda mungkin juga menyukai