Disusun Oleh :
2019
PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT NEGARA INDONESIA
1
1. Pancasila memiliki potensi menampung keadaan pluralistik yang
dialami oleh bangsa Indonesia, ditinjau dari keanekaragaman agama,
suku bangsa, adat budaya, ras, golongan dan sebagainya. Sila pertama
dalam suatu kesatuan bangsa dengan tetap menghormati sifat masing-
masing seperti apa adanya.
2. Pancasila memberikan jaminan terealisasinya kehidupan yang
pluralistik, dengan menjunjung tinggi dan menghargai manusia sesuai
dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan secara
berkeadilan, disesuaikan dengan kemampuan dan hasil usahanya. Hal
ini ditunjukkan oleh sila kedua yaitu Kemanusiaan Yang Adil Dan
Beradab.
3. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke,
yang terdiri atas ribuan pulau. Sila ketiga Persatuan Indonesia
memberikan jaminan bersatunya bangsa Indonesia.
4. Pancasila memberikan jaminan berlangsungnya demokrasi dan hak
asasi manusia sesuai dengan budaya bangsa. Hal ini dijamin oleh sila
keempat Pancasila yakni Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
5. Pancasila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera.
Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
acuan dalam mencapai tujuan tersebut.
6. Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan bagi warganegara
untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya. Sementara
itu Sila ketiga persatuan Indonesia, mengikat keanekaragaman
tersebut.
2
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia, dapat ditemukan
dalam beberapa dokumen historis dan di dalam perundang-undangan negara
Indonesia seperti di bawah ini :
1. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pidato Tanggal 1
Juni 1945 Oleh Ir. Soekarno
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945 untuk
pertamakalinya mengusulkan falsafah negara Indonesia dengan
perumusan dan tata urutannya sebagai berikut :
Kebangsaan Indonesia.
Internasionalisme atau Prikemanusiaan.
Mufakat atau Demokrasi.
Kesejahteraan sosial.
Ketuhanan.
3
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan sidangnya
yang pertama dengan mengambil keputusan penting :
a. Mensahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945.
b. Mensahkan dan menetapkan UUD 1945.
c. Memilih dan mengangkat Ketua dan Wakil Ketua PPKI yaitu Ir.
Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta, masing-masing sebagai
Presiden RI dan Wakil Presiden RI.
Dalam Pembukaan UUD Proklamasi 1945 alinea IV yang
disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 itulah Pancasila
dicantumkan secara resmi, autentik dan sah menurut hukum sebagai dasar
falsafah negara RI, dengan perumusan dan tata urutan sebagai berikut :
Ketuhanan yang maha esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah
Konstitusi RIS 1949
Pada tanggal 23 Agustus di Kota Scheveningen (Netherland)
disusun Konstitusi RIS yang mulai berlaku pada tanggal 27 Desember
1949. Walaupun bentuk negara Indonesia telah berubah dari negara
Kesatuan RI menjadi negara serikat RIS dan Konstitusi RIS telah disusun
di negeri Belanda jauh dari tanah air kita, namun demikian Pancasila tetap
tercantum sebagai dasar falsafah negara di dalam Mukadimah pada alinea
IV Konstitusi RIS 1949, dengan perumusan dan tata urutan sebagai
berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
4
Prikemanusiaan.
Kebangsaan.
Kerakyatan.
Keadilan Sosial.
5. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Mukadimah UUD
Sementara RI (UUDS-RI 1950)
Perubahan bentuk negara dan konstitusi RIS tidak
mempengaruhi dasar falsafah Pancasila, sehingga tetap tercantum dalam
Mukadimah UUDS-RI 1950, alinea IV dengan perumusan dan tata urutan
yang sama dalam Mukadimah Konstitusi RIS yaitu :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Prikemanusiaan.
Kebangsaan.
Kerakyatan.
Keadilan Sosial.
6. Pancasila Sebagai Dasar Falsafah Negara Dalam Pembukaan UUD
1945 Setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Dengan kegagalan konstituante untuk membentuk UUD
pengganti UUD 1950 tersebut, maka pada tanggal 5 Juli 1950 Presiden RI
mengeluarkan sebuah Dekrit yang pada pokoknya berisi pernyatan :
a. Pembubaran Konstuante.
b. Berlakunya kembali UUD 1945.
c. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950.
d. Akan dibentuknya dalam waktu singkat MPRS dan DPAS.
Dengan berlakunya kembali UUD 1945, secara yuridis,
Pancasila tetap menjadi dasar falsafah negara yang tercantum dalam
5
Pembukaan UUD 1945 alinea IV dengan perumusan dan tata urutan
seperti berikut :
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
6
nasionalisasi dalam Negara kesatuan republik Indonesia. Persatuan Indonesia
sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap keanekaragaman
yang dimiliki bangsa Indonesia. Adanya perbedaan bukan sebagai sebab
perselisihan tetapi justru dapat menciptakan kebersamaan. Kesadaran ini
tercipta dengan baik bila sesanti “Bhinneka Tunggal Ika” sungguh-sungguh
dihayati.
d. Bentuk implementasi sila keempat pada kehidupan sehari-hari antara
lain yaitu: pemerintah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Berdasarkan nilai
ini, diakui paham demokrasi yang lebih mengutamakan pengambilan
keputusan melalui musyawarah mufakat.
e. Bentuk implementasi sila kelima pada kehidupan sehari-hari antara lain
yaitu: sebagai dasar sekaligus tujuan yaitu tercapainya masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur secara lahiriah maupun batiniah. Berdasar pada nilai
ini, keadilan adalah nilai yang amat mendasar yang diharapkan oleh seluruh
bangsa. Negara Indonesia yang diharapkan adalah Negara Indonesia yang
berkeadilan
7
KESIMPULAN
8
A
Abstrak : tidak jelas
Autentik : dapat dipercaya
D
Dekrit : perintah yang dikeluarkan oleh kepala Negara maupun pemerintahan dan
memiliki kekuatan hukum
Demokrasi : bentuk pemerintahan dimana warganya memiliki hak setara dalam
pengambilan keputusan
Diskriminasi : perlakuan tidak adil terhadap individu
DPAS : dewan pertimbangan agung sementara
F
Filosofi : daya fikir orang filsafat
H
Hak : sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaanya tergantung kepada
kita sendiri
Historis : berkenaan dengan sejarah atau ada hubungannya dengan masa lampau
I
Implementasi : pelaksanaan atau penerapan
K
Kearifan : kebijaksanaan
Kritis : tajam dalam menganalisa
Konstitusi : undang-undang dasar atau norma system politik dan hokum bentukan
pada pemerintahan negara biasanya dalam bentuk dokumen tertulis
ii
M
Motivator : pemberi motivasi atau dukungan
Mukadimah : pendahuluan atau pembukaan
MPRS : majelis permusyawaratan rakyat sementara
N
Normatif : berpegangan teguh pada norma aturan dan ketentuan yang berlaku
P
Pluralistik : banyak
PPKI : panitia persiapan kemerdekaan Indonesia
R
Refleksi : aktivitas pembelajaran berupa penilaian atau umpan balik peserta didik
terhadap guru setelah mengikuti serangkaian proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu
Ras : sistem klasifikasi manusia
Realistik : cara berfikir yang penuh perhitungan dan sesuai dengan kemampuan,
sehingga gagasan adalah sebuah kenyataan
RIS : republik Indonesia serikat
iii