Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemilihan supplier sangat penting dilakukan oleh suatu usaha untuk dapat
meningkatkan rantai pasok yang baik dan mendapatkan kualitas mutu produk yang baik
pula. Permasalahan pada pihak supplier selama ini adalah semua supplier belum
mampu memenuhi semua kriteria yang ditetapkan pihak perusahaan. Adakalanya
supplier mempunyai kinerja yang baik hanya dalam satu sisi kriteria sedangkan di sisi
lain belum memenuhi dan kurang dalam hal sisi lainnya. Di sisi lain perusahaan dan
industri manufaktur selalu menginginkan performansi kriteria supplier dapat memenuhi
standar nilai kriteria yang ditargetkan perusahaan tersebut. Standar nilai tersebut
dibutuhkan sehingga terjadi keseimbangan rantai pasok yang diharapkan menjadi mitra
bisnis yang saling menguntungkan.

Universitas Mulawarman, disingkat UNMUL adalah perguruan tinggi negeri yang


terletak di Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia berdiri sejak 27 September 1962.
UNMUL saat ini membuat suatu badan usaha yang bergerak dalam bidang
merchandise yang bernama M-Merchandise. M-Merchandise adalah sebuah usaha
perdagangan yang menjual aneka souvenir khas UNMUL, M-Merchandise merupakan
usaha yang diluncurkan oleh Badan Pengelola Usaha (BPU) UNMUL bersamaan
dengan 9 usaha lain yang diluncurkan pada 30 September 2018. Persoalan yang menjadi
masalah bagi produk-produk merchandise ini adalah penyuplai merchandise belum
dilakukan pemilihan dengan metode apapun. Sehingga M-Merchandise perlu untuk
dilakukan penyeleksian supplier guna mendapatkan supplier yang terbaik.

Pengambilan keputusan untuk memilih supplier salah satu hal yang paling penting di
dalam kegiatan yang bersifat manufaktur, pada perusahaan pembelian adalah sesuatu
yang memiliki nilai yang terpenting karena pembelian komponen, bahan baku, produk
setengah jadi, produk jadi, dan persediaan akan mempengaruhi sangat besar terhadap

1
produk akhir. M-Merchandise saat ini memerlukan supplier yang dapat memenuhi
kebutuhannya yaitu berupa produk yang telah di design oleh pihak M-Merchandise dan
dapat dibuat oleh supplier sesuai dengan design tersebut. Penyeleksian calon supplier
perlu dilakukan secara teliti untuk menemukan supplier terbaik. Terdapat beberapa
metode pemilihan supplier di antaranya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP)
dan TOPSIS.

Metode AHP dipilih karena mampu memecahkan masalah yang multi obyektif dan
multi kriteria berdasarkan perbandingan preferensi dari setiap elemen hierarki. AHP
merupakan metode pengambilan keputusan yang mampu melakukan pembobotan
kriteria berdasarkan matriks keputusan. Metode TOPSIS merupakan suatu metode yang
digunakan untuk menghasilkan alternatif terbaik dari banyak alternatif. Metode TOPSIS
menggunakan jarak terdekat dengan solusi ideal positif dan jarak terjauh dengan
menggunakan solusi ideal negatif. Solusi ideal positif ini didefinisikan sebagai jumlah
dari seluruh nilai terbaik yang dapat dicapai untuk setiap atribut, sedangkan solusi
negatif ideal terdiri dari seluruh nilai terburuk yang dicapai untuk setiap atribut. Solusi
ideal positif diperoleh dengan memaksimisasi kriteria benefit dan meminimisasi biaya.
Adapun solusi ideal negatif diperoleh dengan memaksimalkan biaya dan meminimalkan
kriteria benefit. Metode AHP banyak digunakan untuk menyelesaikan strategi yang
bersifat kompleks. Metode AHP mempunyai kekurangan pada prinsip perbandingan
berpasangan, membutuhkan waktu, dan terpenuhinya indeks konsistensi. Kekurangan
tersebut menyulitkan penyelesaian yang membutuhkan pilihan alternatif yang banyak.
Metode TOPSIS dapat digunakan untuk menentukan keputusan yang praktis. Bobot
yang telah didapat dari perhitungan AHP, digunakan sebagai input dalam perhitungan
metode TOPSIS.

Dari uraian latar belakang tersebut, maka penelitian ini membahas tentang penerapan
pemilihan supplier menggunakan metode AHP dan TOPSIS. Dengan menggunakan
metode AHP dan diperkuat dengan metode TOPSIS, M-Merchandise dapat menyeleksi
dan mengevaluasi supplier sehingga pihak M-Merchandise dapat menentukan kriteria
dan alternatif supplier yang paling potensial dalam memasok merchandise ke pihak M-

2
Merchandise. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat membantu pihak BPU UNMUL
khususnya M-Merchandise.

1.2 Rumusan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa saja kriteria-kriteria yang terdapat dalam pemilihan supplier merchandise dan
berapa bobot untuk setiap kriteria di M-Merchandise?
2. Calon supplier manakah yang memberikan hasil optimal dan layak dipilih menjadi
supplier M-Merchandise?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kriteria-kriteria yang terdapat dalam pemilihan supplier merchandise
dan berapa bobot untuk setiap kriteria di M-Merchandise, dan
2. Mengetahui calon supplier manakah yang memberikan hasil optimal dan
layak dipilih menjadi supplier M-Merchandise.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan peneliti dapat berguna untuk peneliti maupun
pihak M-Merchandise adalah sebagai berikut:
1. Mendapat banyak pengalaman tentang penelitian yang baik, pengetahuan
yang lebih luas, serta mengembangkan kemampuan peneliti, dan
2. Memberikan bahan pertimbangan bagi M-Merchandise dalam memilih
pemasok yang tepat dengan mempertimbangkan berbagai macam kriteria
yang ditentukan oleh pihak M-Merchandise.

3
1.5 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada kasus saat ini adalah sebagai berikut:
1. Merchandise dalam penelitian hanya diambil satu jenis saja yaitu produk
yang memiliki supplier paling banyak,
2. Penelitian ini hanya sebatas masukan kepada pihak M-Merchandise, dan
3. Tidak terjadi perubahan proses bisnis.

1.6 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah di mana penelitian tersebut
akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil lokasi di M-
Merchandise BPU Unmul di Samarinda.

1.7 Sistematika Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang utuh mengenai penulisan skripsi ini, maka dalam
penulisannya dibagi menjadi lima bab, antara lain:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang berhubungan dengan penulisan skripsi dan
penelitian terdahulu.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metode penelitian, design penelitian, prosedur penelitian
4. BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas hasil dan menganalisis pengolahan data.

4
5. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini memuat kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian sesuai dengan tujuan
yang telah ditentukan dan pemberian saran untuk pengembangan lebih lanjut terhadap
penelitian.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi. Proses itu untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan
memerlukan satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah. Dapat saja langkah-
langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir
sistematis. Dalam dunia manajemen atau dalam kehidupan organisasi, baik swasta
maupun pemerintahan, proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam
berbagai diskusi (Salusu, 2004).

Menurut Gardner, dkk (2002) pengambilan keputusan adalah kegiatan pokok para
manajer. Kadang-kadang keputusan hanya didasarkan pada ketajaman intuisi atau
“perasaan”; kadang-kadang itu memang bisa diterima. Tetapi secara umum, keputusan
harus dibuat berdasarkan pendekatan formal tertentu yang akan tercakup dalam buku
ini. Yang lebih sering lagi, keputusan didasarkan pada intuisi sekaligus pendekatan
formal. Seorang manajer akan berhasil memanfaatkan pendekatan kualitatif bila:
1. Persoalannya kompleks dan melibatkan sejumlah variabel,
2. Tersedia data yang menggambarkan situasinya,
3. Tujuan dari pemecahan persoalan dapat dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, dan
4. Tersedia model yang dapat digunakan situasi tersebut.

Menurut Gardner, dkk (2002) meskipun definisi baku sistem penunjang keputusan
(SPK) belum disepakati sampai saat ini, keunikannya terletak pada dimungkinkannya
intuisi dan penilaian pribadi pengambil keputusan untuk turut dijadikan dasar
pengambilan keputusan. SPK dirancang secara khusus untuk mendukung seorang yang
harus mengambil keputusan tertentu. Berikut ini adalah beberapa karakteristik SPK:

6
1. Kapabilitas interaktif: SPK memberi pengambil keputusan akses cepat ke data
informasi yang dibutuhkan
2. Fleksibilitas: SPK dapat menunjang para manajer pembuat keputusan di
berbagai bidang fungsional (keuangan, pemasaran, operasi-operasi) tanpa revisi
terlalu banyak.
3. Kemampuan mengintegrasikan model: SPK memungkinkan para pembuat
keputusan berinteraksi dengan model-model IM/OR, termasuk memanipulasikan
model tersebut sesuai dengan kebutuhan
4. Fleksibilitas Output: SPK mendukung para pembuat keputusan dengan
menyediakan berbagai macam format output, termasuk kemampuan grafik
menyeluruh atas pernyataan-pernyataan pengandaian.

Menurut Adair (1994) para manajer harus memperhitungkan suatu jajaran luas akibat-
akibat dari suatu tindakan yang mungkin diambil ketimbang hanya memperhitungkan
teori-teori manajemen yang telah dipelajari sebelumnya. Seorang peneliti Amerika
bernama Nicholas Nicholaidis menganalisis 332 keputusan administratif yang diambil
oleh para pejabat di sektor publik (perusahaan umum). Jauh dari kesan bahwa
keputusan-keputusan itu diambil berdasarkan alasan yang semata-mata logis, ia
menemukan pembauran antara dorongan emosi yang kuat, politik kekuasaan, pengaruh
orang lain dan nilai-nilai pribadi dari para pengambil keputusan itu sendiri. Selain itu,
para pengambil keputusan itu jarang menempatkan yang terbaik atau pemecahan
masalah secara optimum seperti direkomendasikan oleh buku-buku teks manajemen,
yang cenderung mencari suatu kompromi yang memuaskan di antara dua atau lebih cara
untuk memecahkan masalah, yaitu salah satu dari:
1. Sepakat, paling tidak sampai batas tertentu, dengan kepentingan, nilai-nilai dan
kebutuhan pribadi mereka
2. Memenuhi standar nilai para penyelia atau supervisor mereka dapat diterima baik
oleh mereka yang akan dipengaruhi keputusan itu maupun mereka yang harus
melaksanakan
3. Mempertimbangkan secara masuk akal sesuai dengan konteksnya
4. Berisi suatu pembenaran siap pakai built in sesuai dengan yang akan menghapus
setiap bentuk pemaafan excuse, dan mungkin suatu kemunduran, yang akan

7
memberikan hasil yang berbeda sama sekali dengan apa yang telah diantisipasi
dalam pengambilan keputusannya

Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai
alternatif tindakan yang mungkin dipilih yang prosesnya melalui mekanisme tertentu,
dengan harapan akan menghasilkan sebuah keputusan yang terbaik. Penyusunan model
keputusan adalah suatu cara untuk mengembangkan hubungan matematis, yang
mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor-faktor yang terlibat. Pada
umumnya para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan
(choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Pengambilan keputusan hampir
tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah tetapi justru yang sering
terjadi ialah pilihan antara yang hampir benar dan yang mungkin salah. Keputusan yang
diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keputusan
tersebut adalah keputusan terbaik. Selain itu keputusan dapat dilihat pada kaitannya
dengan proses, yaitu bahwa suatu keputusan ialah keadaan akhir dari suatu proses yang
lebih dinamis yang diberi label pengambilan keputusan (Hayadi, dkk, 2012)

2.2 Kriteria Pemilihan Supplier

Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier tersebut akan
memasok item yang kritis atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier
penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal penting dalam pemilihan supplier.
Kriteria yang digunakan tentunya harus mencerminkan strategi supply chain maupun
karakteristik dari item yang akan dipasok (Pujawan, dkk, 2017).

Secara umum banyak perusahaan menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas


barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Namun, sering kali
pemilihan supplier membutuhkan berbagai kriteria lain yang diangap penting oleh
perusahaan. Penelitian yang dilakukan Dickson hampir 40 tahun yang lalu menunjukkan
bahwa kriteria pemilihan supplier bisa sangat beragam. Pada tabel 2.1 menunjukkan 22
kriteria yang diidentifikasikan oleh Dikson. Angka pada kolom kedua menunjukkan
tingkat kepentingan dari masing-masing kriteria berdasarkan kumpulan jawaban dari

8
survei yang direspons oleh 170 manajer pembelian di Amerika Serikat. Responden
diminta memilih angka 0-4 pada skala likert, 4 berarti sangat penting. Jadi, tabel
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata responden melihat kualitas sebagai aspek
terpenting dalam memilih supplier. Harga ternyata hanya menempati urutan 5 dan
memiliki skor yang secara signifikan lebih rendah dari kualitas dan aspek pengiriman
(delivery) (Pujawan, dkk, 2017).

Tabel 2.1 Kriteria Pemilihan/ Evaluasi Supplier


Kriteria Skor
Kualitas 3.5
Delivery 3.4
Performance history 3.0
Warranties and claim policies 2.8
Price 2.8
Technical capability 2.8
Financial position 2.5
Prosedural compliance 2.5
Communication system 2.5
Reputation and position in industry 2.4
Desire for business 2.4
Management and organization 2.3
Operating controls 2.2
Repair service 2.1
Impression 2.1
Packaging ability 2.0
Labor relations records 2.0
Geographical location 1.9
Amount of past business 1.6
Traning aids 1.5
Reciprocal arrangements 0.6

Namun, tentu saja tiap perusahaan harus menentukan sendiri kriteria-kriteria yang akan
digunakan dalam memilih supplier. Belasan tahun yang lalu Kodak Coperation
merancang ulang sistem pengadaan untuk operasi global mereka. Mengingat Kodak
adalah perusahaan yang bergerak pada industri yang cukup inovatif, mereka memilih
supplier yang memiliki kemampuan untuk mendukung strategi inovasi. Berikut adalah
kriteria yang digunakan untuk pemilihan supplier-supplier baru mereka:
1. Banyaknya Technical supports yang akan diberikan,
2. Banyaknya ide-ide inovatif,
3. Kemampuan supplier untuk berkomunikasi secara efektif untuk isu-isu penting,

9
4. Fleksibilitas yang ditunjukan oleh supplier,
5. Cycle time dan kecepatan respons,
6. Kemiripan tujuan antara kodak dengan supplier,
7. Tingkat kepercayaan yang ada antara perusahaan dengan supplier, dan
8. Kekuatan hubungan pada berbagai dimensi (Pujawan, dkk, 2017).

2.2.1 Teknik Mengurutkan/ Memilih Supplier

Setelah kriteria ditetapkan dan beberapa kandidat supplier diperoleh, maka perusahaan
harus melakukan pemilihan. Perusahaan mungkin harus melakukan perangkingan untuk
menentukan mana supplier yang akan dipilih atau mana yang akan dijadikan supplier
utama dan mana yang akan dijadikan supplier cadangan. Pada pemilihan supplier,
prosesnya bisa diringkas sebagai berikut:
1. Tentukan kriteria-kriteria pemilihan,
2. Tentukan bobot masing-masing kriteria,
3. Identifikasi alternatif (supplier) yang akan dievaluasi,
4. Evaluasi masing-masing alternatif dengan kriteria di atas,
5. Hutang nilai berbobot masing-masing supplier, dan
6. Urutkan supplier berdasarkan nilai bobot tersebut (Pujawan, dkk 2017).

2.3 Merchandise

Menurut Diana, dkk (2014) merchandise adalah produk-produk yang dijual peritel
kepada konsumen dalam gerainya kepada konsumen, sedangkan merchandising dapat
diartikan sebagai upaya pengadaan dan penanganan barang. Merchandise adalah grup
produk yang sangat berhubungan satu sama lain yang ditujukan untuk kegunaan akhir
yang dijual kepada grup konsumen yang sama atau dengan kisaran harga yang hampir
sama. Ada beberapa indikator dalam merchandise antara lain sebagai berikut:
1. Kualitas terbaik secara keseluruhan,
2. Kualitas terbaik dibandingkan dengan toko yang lain,
3. Kualitas terbaik dan sesuai dengan harga yang diberikan,
4. Harga yang lebih rendah dibandingkan dengan toko yang lain,

10
5. Harga yang beralasan dibandingkan terhadap produk,
6. Harga rendah secara keseluruhan terhadap harga produk, dan
7. Ketersediaan terhadap produk baru (produk Fashion) merek yang bervariasi.

2.4 Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP adalah sebuah metode memecah permasalahan yang kompleks/rumit dalam


situasi yang tidak terstruktur menjadi bagian-bagian komponen. Mengatur bagian atau
variabel ini menjadi suatu bentuk susunan hierarki, kemudian memberikan nilai
numerik untuk penilaian subjektif terhadap kepentingan relatif dari setiap variabel dan
menyintesis penilaian untuk variabel mana yang memiliki prioritas tertinggi yang akan
mempengaruhi penyelesaian dari situasi tersebut. AHP menggabungkan pertimbangan
dan penilaian pribadi dengan cara yang logis dan dipengaruhi imajinasi, pengalaman,
dan pengetahuan untuk menyusun hierarki dari suatu masalah yang berdasarkan logika,
intuisi dan juga pengalaman untuk memberikan pertimbangan. AHP merupakan suatu
proses mengidentifikasi, mengerti dan memberikan perkiraan interaksi sistem secara
keseluruhan (Febrina, dkk, 2017).

Menurut Munthafa, dkk (2017) bahwa Analytical Hierarchy Process digunakan sebagai
metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan
berikut:
1. Struktur yang berhierarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai
pada sub kriteria yang paling dalam.
2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi sebagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

Menurut Widanengsih, dkk (2017) bahwa dalam menyelesaikan permasalahan dengan


AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, di antaranya adalah:
1. Membuat hierarki Sistem yang kompleks bisa dipahami dengan memecahnya
menjadi elemen-elemen pendukung, menyusun elemen secara hierarki, dan
menggabungkannya atau menyintesisnya.

11
2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dilakukan dengan
perbandingan berpasangan. Berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala
terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dam definisi pendapat kualitatif
dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan tabel analisis seperti
ditunjukkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kriteria pemilihan supplier


Intensitas Kepentingan Keterangan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan
Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan
Kebalikan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan
dengan i

3. Synthesis of priority (menentukan prioritas)


Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise Comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif dari seluruh alternatif
kriteria bisa disesuaikan dengan judgement yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengan
memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika.
4. Logical Consistency (Konsistensi Logis)
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama, objek-objek yang serupa bisa
dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut
tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Selain itu AHP juga memiliki beberapa prosedur. Prosedur atau langkah-langkah dalam
metode AHP meliputi (Munir, 2016):
1. Menyusun Struktur Hierarki
Penyusunan struktur hierarki diperoleh dari hasil wawancara kepada perusahaan
mengenai kriteria dan supplier mengenai apa saja yang digunakan perusahaan
dalam pemilihan supplier. Pemilihan supplier terbaik sangat penting dalam

12
menyelesaikan kasus pemilihan supplier. Pemilihan supplier terbaik berada pada
level 1, kemudian pada level 2 menjelaskan tentang kriteria spesifik seperti quality,
cost, delivery, service, profile supplier, dan document. Selanjutnya pada level 3
menjelaskan tentang sub kriteria dari kriteria spesifik yang mempunyai tolak ukur
dalam penilaiannya seperti spesifikasi bahan baku, manajemen kualitas, harga
produk, cara pembayaran dan potongan harga dengan tolak ukur harga yang murah
dalam rupiah. Keseluruhan kriteria dan sub kriteria dapat dibandingkan secara
berpasangan karena menatanya secara logis sehingga tingkat itu saling berkaitan
satu sama lain secara wajar.
2. Pengisian matriks perbandingan berpasangan oleh para expert Matriks diisi pada
bagian atas garis diagonal dari kiri ke kanan, angka satu sampai dengan sembilan
digunakan sebagai pembanding.
3. Menghitung matriks normalisasi matriks normalisasi yaitu membagi nilai dari
setiap elemen di dalam matriks berpasangan dengan nilai total dari setiap kolom.
Perhitungan matriks normalisasi dapat dilakukan dengan menggunakan rumus pada
Persamaan 2.1 dan 2.2.
1
aij = a ji ...............................................................................................................

(2.1)
aij
wt = ∑in=1 ....................................................................................................... (2.2)
n
dengan: a = matriks perbandingan berpasangan
i = baris matriks a
j = kolom matriks a
wt = 1, 2, 3, ..., m;
n = 1, 2, 3, ..., n

4. Menghitung nilai eigen vector. Nilai eigen vector yang dimaksud adalah nilai eigen
value maksimum. Perhitungan nilai eigen value maksimum dapat dilakukan dengan
rumus persamaan 2.3, 2.4, dan 2.5
aij =(A)(wT)= (v) (wT).......................................................................................... (2.3)
1 ❑
Wi= ∑ a ) ........................................................................................................(2.4)
n j ij

13
1 n
t = ∑ =1(Elemen ke−i pada ¿ ¿................................................................... (2.5)
n i
dengan: n = banyaknya kriteria
Wi = rata-rata baris ke-i

5. Melakukan pengujian/perhitungan konsistensi logis (CI). Pengujian konsistensi ini


adalah berfungsi untuk mengetahui konsistensi jawaban dari expert terhadap
kuesioner yang diberikan. Perhitungan konsistensi logis dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus Persamaan 2.6 dan 2.7.
t-n
CI = …………………….................................................................................
n-1
(2.6)
dengan: CI = rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi
t = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n
n = ordo matriks

CI
CR= ………………….......................................................................................
RI
(2.7)
dengan: CR = Rasio konsistensi
RI = Indeks Random

6. Menguji konsistensi Apabila rasio konsistensi ≤ 0.1, maka hasil perhitungan data
dapat dibenarkan. Hasil dari metode AHP digunakan sebagai input dalam metode
TOPSIS.

Menurut Firdaus dkk (2018) nilai indeks random dapat dicari dengan menggunakan
Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Nilai indeks Random Konsistensi


Matrik 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
s
Nilai R 0 0,58 0,9 1,1 1,24 1,32 1,4 1,45 1,49 1,5 1,48 1,5 1,57
2 1 1 6

2.4.1 Kelebihan dan Kelemahan AHP

14
Menurut Munthafa, dkk (2017) bahwa layaknya sebuah metode analisis, AHP pun
memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem analisisnya. Kelebihan-kelebihan
analisis ini adalah:
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model
yang fleksibel dan mudah dipahami.
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
3. Saling ketergantungan (Interdependence)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4. Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen
sistem ke level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen serupa.
5. Pengukuran (Measurement)
AHP menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6. Sintesis (Synthesis)
AHP mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
7. Trade Off
AHP mempertimbangkan proritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
8. Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil
penilaian yang berbeda.
9. Pengulangan Proses (Process Repetition)
AHP mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.

Menurut Munthafa, dkk (2017) bahwa kelemahan metode AHP adalah sebagai berikut:

15
1. Ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa persepsi
seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas sang ahli. Selain itu,
model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.

2.5 Metode TOPSIS

TOPSIS adalah salah satu metode pengambilan keputusan multikriteria atau alternatif
pilihan yang merupakan alternatif yang mempunyai jarak terkecil dari solusi ideal
positif dan jarak terbesar dari solusi ideal negatif dari sudut pandang geometris dengan
menggunakan jarak Euclidean. Namun, alternatif yang mempunyai jarak terkecil dari
solusi ideal positif, tidak harus mempunyai jarak terbesar dari solusi ideal negatif. Maka
dari itu, TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak terhadap solusi ideal positif dan
jarak terhadap solusi ideal negatif secara bersamaan. Solusi optimal dalam metode
TOPSIS didapat dengan menentukan kedekatan relatif suatu alternatif terhadap solusi
ideal positif. TOPSIS akan merangking alternatif berdasarkan prioritas nilai kedekatan
relatif suatu alternatif terhadap solusi ideal positif. Alternatif-alternatif yang telah di
rangking kemudian dijadikan sebagai referensi bagi pengambil keputusan untuk
memilih solusi terbaik yang diinginkan (Muzzakir 2017).

2.5.1 Kegunaan Metode TOPSIS

TOPSIS telah digunakan dalam banyak aplikasi termasuk keputusan investasi


keuangan, perbandingan performansi dari perusahaan, perbandingan dalam suatu
industri khusus, pemilihan sistem operasi, evaluasi pelanggan, dan perancangan robot
(Muzakkir 2017).

2.5.2 Langkah-langkah Metode TOPSIS

Menurut Irvan Muzakir (2017) adapun langkah-langkah metode TOPSIS dapat


dijabarkan sebagai berikut:

16
1. Membangun sebuah matriks keputusan
Matriks keputusan x mengacu terhadap m alternatif yang akan dievaluasi
berdasarkan n kriteria. Matriks keputusan X dapat dilihat pada Gambar 2.1.

X1 X2 X3 Xn
a1 X11 X12 X13 . . . X1n
a2 X21 X22 X23 . . . X2n
a3 X31 X32 X33 . . . X3n
X= . . . . .
. . . . .
. . . . .
am Xm1 Xm2 Xm3 . . . Xmn
Gambar 2.1 Matriks Keputusan X

dengan: a1 = (i = 1, 2, 3, ..., m) adalah alternatif-alternatif yang mungkin


xj = (j = 1, 2, 3, ..., n) adalah atribut di mana performansi alternatif diukur
xij = performansi alternatif ai dengan acuan atribut xj

2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi,


3. Membuat matriks keputusan ternormalisasi terbobot,
4. Menentukan matriks solusi ideal positif dan solusi ideal negatif,
5. Menghitung separasi,
6. Menghitung kedekatan terhadap solusi ideal positif,
7. Merangking alternatif.

Menurut Chamid (2016) adapun langkah-langkah metode TOPSIS dapat dijabarkan


sebagai berikut:
1. Menentukan matriks keputusan yang ternormalisasi (R) dengan menggunakan
Persamaan 2.8.
x ij
m
rij = ....................................................................................................... (2.8)
√ ∑ x 2ij
i=1

17
dengan: rij = hasil dari normalisasi matriks keputusan R
xij = elemen dari matriks keputusan X
i = 1, 2, 3, ..., m;
j = 1, 2, 3, ..., n

2. Menentukan matriks keputusan yang berbobot (Y), menggunakan Persamaan 2.9.


vij = wj rij ......................................................................................................... (2.9)
dengan: i = 1, 2, 3, ..., m
j = 1, 2, 3, ..., n
vij = elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V
wj = bobot dari kriteria ke-j
rij = elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi R

3. Menentukan matriks solusi ideal positif (A+) dengan menggunakan Persamaan 2.10,
dan matriks ideal negatif (A-) dengan menggunakan Persamaan 2.11.
A+ = {(max vij | j € J), (min vij | j € J’), i = 1, 2, 3, ..., m}
= {v1+, v2+, v3+, ..., vn+} ..................................................................................(2.10)

A- = {(min vij | j € J), (max vij | j € J’), i = 1, 2, 3, ..., m}


= {v1-, v2-, v3-, ..., vn-} …................................................................................(2.11)
dengan: J = (j = 1, 2, 3, ..., n dan J merupakan himpunan kriteria keuntungan)
J’ = (j = 1, 2, 3, ..., n dan J’ merupakan himpunan kriteria biaya)
vij = elemen dari matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot V
v+j = (j = 1, 2, 3, ..., n) elemen matriks solusi ideal positif
v -j = (j = 1, 2, 3, ..., n) elemen matriks solusi ideal negatif

4. Menghitung Alternatif
Penghitungan separasi merupakan pengukuran jarak dari suatu alternatif ke solusi
ideal positif dan solusi ideal negatif. Perhitungan matematis untuk solusi ideal
positif dapat dilihat pada Persamaan 2.12, sedangkan untuk solusi ideal negatif
dapat dilihat pada Persamaan 2.13.
n
di+ =
√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ ...................................................................................(2.12)
j=1

n
di - =
√∑ j=1
¿ ¿ ¿ ¿ ...................................................................................(2.13)

dengan: J = (j = 1, 2, 3, ..., n dan j merupakan himpunan kriteria keuntungan)

18
J’ = (j = 1, 2, 3, ..., n dan j merupakan himpunan kriteria keuntungan)

5. Menentukan nilai preferensi (Ci)


Nilai preferensi merupakan kedekatan suatu alternatif terhadap solusi ideal, dapat
dicari dengan menggunakan Persamaan 2.14.
d -i
Ci = - + ...........................................................................................................
di + di
(2.14)
dengan: 0 < Ci+< 1 dan i = 1, 2, 3, ..., m

2.6 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan topik penelitian yang
dapat dijadikan sebagai acuan atau suatu masukan dalam penelitian ini yang dapat
dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu


Nama Peneliti Judul Penelitian Metode Objek
Firdaus Sistem Pendukung Keputusan Penentuan METODE Perbaikan
Rahman, Prioritas Perbaikan Jalan Menggunakan AHP DAN Jalan
Muhammad Metode AHP-TOPSIS (Studi Kasus: Dinas TOPSIS
Tanzil Furqon, Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
dan Nurudin Kabupaten Ponorogo
Santoso (2018)
Muhamad Pemilihan Supplier Sodium Hiroxide METODE Hidroxide
Munir (2016) Liquid Integrasi Dengan Metode AHP – AHP DAN liquid
Topsis TOPSIS
Gina Sistem Penentuan Supplier Kawat Las METODE Kawat
Ramayanti, & AHP DAN Las
Hidayatul Ulum TOPSIS
(2017)

Pada penelitian Firdaus dkk (2018) Dari penelitian prioritas perbaikan jalan dengan
menggunakan metode AHP-TOPSIS maka diambil beberapa kesimpulan yang pertama
adalah sistem pendukung keputusan penentuan prioritas perbaikan jalan dengan metode

19
AHP-TOPSIS menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: melakukan perhitungan
bobot tiap kriteria yang mempengaruhi prioritas perbaikan jalan menggunakan metode
AHP, melakukan nilai alternatif dengan metode TOPSIS, dan melakukan perangkingan
dengan mengurutkan nilai alternatif mulai dari yang paling besar. Kesimpulan yang
terakhir adalah hasil evaluasi atau pengujian terhadap sistem pendukung keputusan
penentuan prioritas perbaikan jalan dengan metode AHP-TOPSIS didapatkan
kesimpulan bahwa hasil pengujian menghasilkan tingkat akurasi paling tinggi sebesar
49,31% dan tingkat akurasi terendah sebesar 32,87%. Tingkat akurasi yang diperoleh
tidak terlalu tinggi dikarenakan pada pelaksanaan perbaikan jalan, masih terdapat
kepentingan-kepentingan pribadi dialamnya sehingga adanya tidak ketepatan sasaran
dalam penanganan perbaikan jalan.

Pada penelitian Munir (2016) dalam proses pemilihan supplier terkait sodium hidroxide
liquid 48% kriteria yang digunakan berdasarkan kesepakatan peneliti dengan pihak
purchasing, buku Pujawan Supply Chain Management edisi kedua, dan jurnal penelitian
Merry, dkk (2014). Dengan kriteria yang diantara-Nya adalah quality, cost, delivery,
service, profile supplier, dan document. Sedangkan sub kriteria yang digunakan adalah
spesifikasi bahan baku, manajemen kualitas, harga bahan baku, cara pembayaran,
diskon, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, pelayanan setelah
pemesanan, komunikasi, flexibilitas, performance history, list konsumen, performance
history, dan purchase order. Jadi kriteria prioritas yang perlu diperhatikan adalah
quality dengan bobot 0,386515, cost dengan bobot 0,227432 dan delivery dengan bobot
0,172083. Sedangkan untuk sub kriteria prioritas yang perlu diperhatikan adalah
manajemen kualitas, ketepatan waktu pengiriman, dan harga produk. Performansi
keseluruhan dari calon supplier berdasarkan hasil perhitungan metode TOPSIS yaitu
nilai preferensi terbesar menunjukkan hasil solusi alternatif terbaik pada penelitian ini,
hasil dari masing-masing nilai preferensi pada PT. Manunggal Indah mempunyai nilai
preferensi 0,840855, PT .Toya Indo Indah mempunyai nilai preferensi 0,763677,
sedangkan PT. Surya Makmur mempunyai nilai preferensi 0,155801. Dapat
disimpulkan bahwa supplier yang terpilih berdasarkan nilai preferensi adalah PT.
Manunggal Indah.

20
Pada penelitian Ramayanti, dkk (2017) pengolahan data yang dilakukan dapat diambil
kesimpulan bahwa dengan menggunakan AHP, diketahui bahwa terdapat 5 kriteria
prioritas dalam menentukan supplier yaitu untuk yang pertama kualitas dengan nilai
bobot 0.494, waktu pengiriman nilai bobot 0.169, kuantitas nilai bobot 0.136, respons
terhadap klaim 0.129 dan yang terakhir harga dengan nilai bobot 0.105. Berdasarkan
pengolahan TOPSIS, diketahui bahwa supplier PT Cahaya Inti Solusindo menempati
peringkat pertama sebagai supplier prioritas dengan nilai preferensi terbesar yaitu
209.51 dengan keunggulan pada kriteria kualitas, harga, kuantitas, waktu pengiriman,
dan respons terhadap klaim yang cepat dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan
dalam menjalin kerja sama.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu terletak pada objek
penelitiannya di mana penelitian ini meneliti merchandise sedangkan penelitian
terdahulu meneliti perbaikan jalan, Sodium Hiroxide Liquid, dan Kawat Las, selain itu
penelitian ini dilakukan di M-Merchandise BPU Unmul sedangkan penelitian terdahulu
dilakukan di Dinas Pekerjaan umum dan Penataan Ruang Kabupaten Ponorogo, PT.
Eterindo Nusa Graha, dan PT Gunanusa Utama Fabricator.

Alasan peneliti tidak menggunakan AHP saja namun dikombinasikan dengan TOPSIS
karena AHP memiliki kekurangan pada prinsip perbandingan berpasangan,
membutuhkan waktu, dan terpenuhinya indeks konsistensi. Metode TOPSIS dapat
digunakan untuk menentukan keputusan yang praktis, peneliti juga tidak menggunakan
TOPSIS saja namun dibantu dengan AHP karena AHP memiliki kelebihan-kelebihan
yang tidak ada pada TOPSIS. Metode AHP mempunyai kekurangan pada prinsip
perbandingan berpasangan, membutuhkan waktu, dan terpenuhinya indeks konsistensi.
Kekurangan tersebut menyulitkan penyelesaian yang membutuhkan pilihan alternatif
yang banyak. Metode TOPSIS dapat digunakan untuk menentukan keputusan yang
praktis.

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di M-mercandisL yaitu usaha yang menjual merchandise


yang berada di Samarinda, Kalimantan Timur. Bahan riset yang diteliti berupa data
wawancara dengan M-Merchandise dan observasi langsung di lapangan.

3.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 hingga Mei 2019.

3.3 Diagram Alir Kegiatan Penelitian

Berdasarkan tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan, maka dapat dibuat diagram
alir kegiatan penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai

Studi Pendahuluan
Tahap Persiapan

Studi Literatur

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Batasan Masalah

22
1

Data Primer Data Sekunder


Tahap Pengumpulan Data

1. Wawancara faktor penentuan kriteria dan 1. Data perusahaan meliputi gambaran


subkriteria pemilihan supplier, umun, visi dan misi, manajemen pabrik,
2. Data kuesioner berisi perbandingan antar dan struktur organisasi,
kriteria dan subkriteria yang telah 2. Data jumlah supplier
diidentifikasi untuk menentukan pembobotan
prioritas (skala 9 point),
3. Data kuesioner berisi penilaian supplier
berdasarkan kriteria (skala 10 point).
Tahap Pengolahan Data

Metode AHP

struktur hierarki
matriks perbandingan berpasangan
dan uji konsistensi
kriteria prioritas

Metode TOPSIS

1. Membangun matriks keputusan


2. Membangun matriks ternormalisasi dan terbobot
Gambarmatriks
3. Menentukan 3.1 Diagram alirpositif
solusi ideal penelitian
dan matriks solusi ideal
negatif
4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks
solusi ideal positif dan negatif
5. Merangkingkan alternatif
Pembahasan dan Analisis

Pembahasan dan Analisis


1.Analisis pembobotan kriteria
2.Analisis pengambilan keputusan
Penutup

Kesimpulan & Saran


Tahap
Tahap

Selesai

23
Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Tahapan kegiatan dalam melakukan penelitian ini dapat dijelaskan secara umum sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pendahuluan, identifikasi masalah, tujuan penelitian dan
batasan masalah yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan langkah awal sebelum tahap pengumpulan data
dengan jalan studi literatur sumber-sumber data informasi yang berhubungan
dengan pembahasan. Sehingga dengan studi pendahuluan ini diperoleh secara
teori mengenai permasalahan yang dibahas.
b. Rumusan Penelitian
Rumusan penelitian merupakan langkah mencari masalah-masalah yang terjadi
pada M-Merchandise dalam hal ini memilih supplier.
c. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah kegiatan peneliti untuk memperoleh jawaban atas
permasalahan penelitian yang diajukan.
d. Batasan Masalah
Batasan masalah adalah ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang
lingkup masalah yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian dapat lebih
fokus untuk dilakukan.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pengambilan data dilakukan dengan memilih secara sengaja responden yang terkait
dengan topik penelitian atau dikenal dengan metode purposive sampling. Hal ini
dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa responden tersebut mempunyai
kompetensi dalam memilih supplier yang mewakili pabrik serta mempunyai
kewenangan dalam memberi informasi mengenai data-data yang dibutuhkan dalsam
penelitian (Merry, Ginting, & Marpaung, 2014). Tahap pengumpulan data terdiri
dari data primer dan data sekunder data primer didapatkan secara langsung melalui
proses wawancara dan pengisian kuesioner kepada pihak M-Merchandise dan
kepada pihak supplier sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur
yang dilakukan.

24
3. Tahap Pengolahan Data
Setelah data primer dan sekunder dikumpulkan, tahap selanjutnya yaitu pengolahan
data. Pengolahan data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian besar yaitu
dengan metode AHP dan TOPSIS. Langkah-langkah pengolahan data yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Metode AHP digunakan untuk menentukan kriteria yang paling berpengaruh
dalam pemilihan supplier dengan langkah-langkah prosedur sebagai berikut:
1) Menyusun struktur hierarki
Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan dengan
membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan umum yang ingin
dicapai. Hierarki level II yaitu kriteria-kriteria yang harus dipenuhi oleh
semua supplier dan kriteria pilihan mana yang paling ideal. Hierarki level
III merupakan subkriteria atau bagian pendukung dari kriteria yang sudah
ditetapkan dalam memilih supplier, dan hierarki level IV merupakan
alternatif atau supplier pilihan penyelesaian masalah. Hasil yang diperoleh
dari struktur hierarki ini yaitu pohon keputusan. Penetapan hierarki adalah
sesuatu yang sangat relatif dan sangat bergantung dari persoalan yang
dihadapi.
2) Membentuk matriks perbandingan berpasangan
Setelah hierarki dibuat, selanjutnya dilakukan penilaian perbandingan
berpasangan (pembobotan) pada tiap-tiap hierarki berdasarkan tingkat
kepentingan relatifnya. Pembobotan dimaksudkan untuk membandingkan
nilai pada masing-masing level untuk mencapai tujuan. Sehingga hasil dari
penilaian akan diperoleh pembobotan tingkat kepentingan masing-masing
level untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3) Normalisasi bobot dan uji konsistensi
Langkah selanjutnya adalah penyusunan matriks perbandingan
berpasangan untuk melakukan normalisasi bobot tingkat kepentingan pada
masing-masing level hierarkinya. Pengerjaannya yaitu dengan membagi
nilai dari setiap elemen di dalam matriks yang berpasangan dengan nilai

25
total dari setiap kolom. Uji konsistensi dilakukan pada masing-masing
matriks perbandingan berpasangan. Apabila nilai rasio matriks lebih kecil
10% (0,1), maka matriks dianggap konsisten dan perhitungannya dapat
diterima dan jika tidak konsisten pengambilan data (preferensi) perlu
diulangi.
4) Penenentuan kriteria prioritas, dilakukan dengan melihat nilai bobot
tertinggi dari masing-masing kriteria yang perlu diperhatikan karena
merupakan prioritas utama.
b. Metode TOPSIS dilakukan untuk menentukan alternatif atau supplier mana
yang paling potensial dalam memasok merchandise dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Membangun matriks keputusan berdasarkan data kuesioner penilaian
pemilihan supplier. Pembobotan dilakukan dengan memberikan penilaian
kinerja terhadap masing-masing supplier berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan pada metode AHP.
2) Membangun matriks keputusan ternormalisasi. Dibuat berdasarkan nilai
dari matriks keputusan, dilakukan untuk memperkecil range data dan
mempermudah dalam melakukan perhitungan.
3) Membangun matriks keputusan ternormalisasi terbobot. Yang dilakukan
dengan cara mengalikan bobot kriteria dengan matriks yang sudah
dinormalisasi
4) Menentukan titik ideal positif dan negatif
Nilai titik ideal positif didapatkan dari nilai maksimal jika kriterianya
kriteria keuntungan dan nilai minimal jika kriterianya kriteria biaya. Nilai
titik ideal negatif didapatkan dari nilai minimal jika kriterianya
keuntungan dan nilai maksimal jika kriterianya merupakan kriteria biaya.
5) Menghitung kedekatan relatif terhadap solusi ideal.
6) Menentukan perankingan alternatif.
4. Tahap Analisis Data dan Pembahasan
Setelah dilakukan tahap pengolahan data selanjutnya adalah tahap pembahasan dan
analisa terhadap data tersebut. Analisa kriteria penilaian utama bagi M-

26
Merchandise terhadap calon supplier dan penentuan calon supplier yang
memberikan hasil optimal dan layak dipilih menjadi supplier M-Merchandise.

5. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan akhir dari analisa data berdasarkan
tujuan penelitian yaitu diketahuinya kriteria penilaian utama bagi M-Merchandise
terhadap calon supplier dan ditentukannya calon supplier yang memberikan hasil
optimal dan layak dipilih menjadi supplier M-Merchandise.

27

Anda mungkin juga menyukai