Anda di halaman 1dari 18

Merupakan Salah Satu Tugas Mata Kuliah

MANAJEMEN KEUANGAN INTERNASIONAL

Dosen Pengampu:
Dr. H. Enas. SE., M.M

Oleh :

Julia Prihartini Syarifah


NIM. 82301920010
1. PASAR MATA UANG ASING (VALUTA ASING)

Valas atau valuta asing merupakan nilai mata uang yang mengalami pertukaran
di setiap negara. Pertukaran mata uang dilakukan di pasar valuta asing. Pasar valas atau
yang biasa dikenal dengan pasar forex menyediakan pasar sarana fisik, untuk melakukan
perdagangan mata uang, menerapkan manajemen dan menentukan nilai tukar mata uang
asing tersebut. Foreign Exchange atau yang disingkat forex, digunakan banyak orang
sebagai produk investasi dalam mengatur perencanaan finansial mereka.
Di dunia yang perkembangan teknologinya semakin maju, menjadikan hal
tersebut sebagai sarana dalam pencarian dana tambahan dan pengelolaan finansial
mereka. Internet dimanfaatkan sebagai sarana perdagangan online, khususnya
perdagangan forex. Perdagangan yang dilakukan di pasar finansial ini merupakan
perdagangan dengan transaksi yang sangat banyak dari seluruh belahan dunia.
Penyebab pasar valuta asing tumbuh dengan pesat antara lain:

 Nilai valuta asing mengalami pergerakan yang cukup signifikan, sehingga menarik
investor untuk menanamkan modalnya di pasar forex.
 Investasi nilai mata uang semakin mendunia. Menghadapi persaingan bisnis yang
semakin sengit, orang-orang mulai mencari sumber pemasukan baru dengan modal
sesuai kebutuhan sebagai perencanaan finansial mereka. Selain itu bisnis investasi
forex tersebar di seluruh dunia, yang makin memudahkan investor untuk
mempelajari dan menjalankannya.
 Kemudahan komunikasi oleh para pelaku pasar karena didukung perkembangan
telekomunikasi yang semakin modern seperti sarana telepon, fax, dan internet
sehingga makin memudahkan proses transaksi.
 Investasi di pasar forex menjanjikan keuntungan yang relatif besar sehingga
menarik perhatian berbagai pihak untuk memperoleh profit dari pergerakan mata
uang.
 Tersedianya program atau aplikasi yang langsung pakai, sehingga para investor
dapat dengan mudah bertransaksi dan melihat untung dan ruginya secara langsung.
 Adanya broker yang membantu proses transaksi bagi investor yang kurang
memahami.
 Berinvestasi di forex memperoleh pengetahuan tentang memanajemen risiko yang
baik, sehingga risiko dapat diantispasi dan perencanaan finansial semakin mudah
diatur.
 Faktor-faktor tersebut semakin menambah rasa ingin tahu masyarakat tentang dunia
pasar uang terutama perdagangan mata uang dunia. Sehingga banyak yang mulai
mempelajari dan mencari informasi di internet atau mengikuti lembaga kursus
forex. Namun apa saja fungsi pasar uang tersebut:
 Sebagai sarana pilihan khususnya perusahan non keuangan, lembaga keuangan, dan
peserta yang ingin memenuhi kebutuhan dana jangka panjang maupun jangka
pendek dalam rangka perencanaan finansial terhadap kelebihan keuangannya.
 Melakukan pertukaran atau transfer mata uang antar negara, sehingga dapat
dipergunakan di masing-masing negara tersebut.
 Menyediakan atau mendapatkan pinjaman sebagai biaya transaksi perdagangan
internasional
 Merupakan sarana untuk memperkecil atau menekan risiko terhadap perubahan kurs
atau nilai mata uang.

Selain sebagai pemenuhan kebutuhan dana, pasar uang memang memegang


peranan penting terhadap perekonomian suatu negara. Bahkan pergerakan mata uang
negara-negara lain berdampak jelas terhadap nilai mata uang dalam negeri (Rupiah),
padahal mata uang Indonesia tidak ikut diperdagangkan di dunia.
Mata uang dunia yang diperdagangkan antara lain : Dolar Amerika (USD), Euro
Dolar (EUR), Australian Dolar (AUD), Poundsterling Inggris (GBP), Japanese Yen
(JPY), Swiss Franc (CHF), dan Canadian Dolar (CAD). Ketujuh mata uang tersebut
biasa diperdagangkan di dunia dan mengalami fluktuasi pergerakan yang sangat cepat.
2. SISTEM NILAI TUKAR MATA UANG
Sistem Nilai Tukar dapat dikategorikan dalam beberapa jenis berdasarkan pada
seberapa kuat tingkat pengawasan pemerintah pada nilai tukar. Secara umum nilai
tukar dapat dibagi menjadi :
1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed)
2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating)
3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (managed floating)
4. Sistem Nilai Tukar terikat (pegged)

Masing-masing sistem akan dibahas berikut ini :

1. Sistem Nilai Tukar Tetap (fixed)


Kurs tetap merupakan sistem nilai tukar dimana pemegang otoritas moneter
tertinggi suatu negara (Central Bank) menetapkan nilai tukar dalam negeri
terhadap negara lain yang ditetapkan pada tingkat tertentu tanpa melihat
aktivitas penawaran dan permintaan di pasar uang. Jika dalam perjalanannya
penetapan kurs tetap mengalami masalah, misalnya terjadi fluktuasi penawaran
maupun permintaan yang cukup tinggi maka pemerintah bisa mengendalikannya
dengan membeli atau menjual kurs mata uang yang berada dalam devisa negara
untuk menjaga agar nilai tukar stabil dan kembali ke kurs tetap nya. Dalam kurs
tetap ini, bank sentral melakukan intervensi aktif di pasar valas dalam penetapan
nilai tukar.

 Keuntungan Sistem Nilai Tukar Tetap


Pada kondisi di mana nilai tukar dibuat tetap, sebuah perusahaan
internasional dapat melakukan kegiatan bisnisnya tanpa perlu khawatir terhadap
perubahan nilai mata uang di kemudian hari. Oleh karena itu, tugas seorang
manajer keuangan menjadi lebih mudah.
 Kegiatan spekulasi di pasar uang semakin sempit
 Intervensi aktif pemerintah dalam mengatur nilai tukar
 Pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi
devisa
 Kepastian nilai tukar, sehingga perencanaan produksi sesuai dengan
hasilnya

 Kelemahan Sistem Nilai Tukar Tetap


Salah satu kerugian dari sistem tetap adalah adanya risiko bahwa
pemerintah akan melakukan perubahan nilai mata uang secara mendadak.
Walaupun pada sistem ini perusahaan internasional tidak terkena risiko
perubahan yang secara terus-menerus terhadap nilai mata uang, perusahaan
tetap terkena risiko penyesuaian nilai dari pemerintah.
Kerugian lain adalah dilihat dari sudut pandang makro, sistem nilai tukar
tetap dapat membuat kondisi ekonomi suatu negara menjadi sangat bergantung
dari kondisi ekonomi negara lain.

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Bebas (freely floating)


Kurs mengambang bebas merupakan suatu sistem ekonomi yang ditujukan
bagi suatu negara yang sistem perekonomiannya sudah mapan. Sistem nilai
tukar ini akan menyerahkan seluruhnya kepada pasar untuk mencapai kondisi
equilibrium yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Jadi dalam sistem
nilai tukar ini hampir tidak ada campur tangan pemerintah. 
Nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari
pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai
tukar, pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas
secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan
disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan
permintaan dari mata uang tersebut.

 Keuntungan Sistem Mengambang Bebas


Salah satu keuntungan dari sistem ini adalah kondisi ekonomi suatu
negara akan lebih terlindungi dari kondisi ekonomi di negara lain yang berarti
Kondisi ekonomi negara lain tidak akan berpengaruh besar terhadap kondisi
ekonomi dalam negeri dan cadangan devisa lebih aman.
 Kelemaham Sistem Mengambang Bebas
 Praktik spekulasi semakin bebas.
 Penerapan sistem ini terbatas pada negara yang sistim perekonomiannya
mapan, masih kurang teapt untuk negara berkembang.
 Tidak adanya intervensi pemerintah untuk menjaga harga.

3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (managed floating)


Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta.
Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi
moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari
penawaran dan permintaan uang.
Bank-bank sentral dengan demikian bebas menyesuaikan sasaran nilai tukar
mereka pada saat lingkungan berubah. Terkadang mereka membiarkan nilai
tukar bebas bergerak, dan diwaktu lain mereka melakukan campur tangan secara
aktif untuk mengubah nilai tukar dari nilai yang ditentukan oleh pasar terbuka.

 Keuntungan Sistem Mengambang Terkendali


 Mampu menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca
pembayaran suatu negara.
 Adanya aktifitas permintaan dan penawaran dalam pasar valuta
berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan
lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi.
 Devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap.
 Mampu memadukan sistem tetap dan mengambang.

 Kelemahan Sistem Mengambang Terkendali


 Devisa harus selalu tersedia dan siap diguankan sewaktu-waktu.
 Persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekulan dalam
memprediksi dan menetapkan kurs.
 Tidak selamanya mampu mengatasi neraca pembayaran.
 Selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa
karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.

4. Sistem Nilai Tukar terikat (pegged)


Beberapa negara menggunakan nilai tukar terikat (pegged exchange
rate), dimana mata uang lokal mereka dikaitkan nilainya pada sebuah valuta
asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan
mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut.
Beberapa negara asia seperti Malaysia dan Thailand telah mengikatkan
nilai mata uangnya pada dolar AS. Walaupun demikian, pada saat terjadi krisis
Asia mereka tidak mampu menjaga pengikatan tersebut dan akhirnya
membiarkan nilai mata uangnya mengambang terhadap dolar AS.
 Pembentukan Perjanjian Ular Eropa. Salah satu pengaturan sistem nilai
tukar terikat yang paling terkenal adalah yang dilakukan beberapa negara
Eropa pada tahun 1972. Tujuan mereka saat itu adalah untuk
mempertahankan nilai tukar mata uang mereka untuk tetap berada dala
kisaran tertentu. Perjanjian ini kemudian disebut sebagai Perjanjian Ular
(Snake Arrangement) karena begitu sulitnya untuk mencari titik temu.
Perjanjian ini begitu sulit dipertahankan karena pengaruh pasar
menyebabkan tekanan pada mata uang para negara tersebut untuk
berfluktuasi di luar batas yang ditentukan. Akhirnya, negara-negara
penandatangan perjanjian tersebut mengundurkan diri dan melakukan
penyesuaian pada nilai mata uangnya.

 Pembentukan Sistem Moneter Eropa. Akibat dari sulitnya memenuhi


perjanjian ular, maka digunakan sistem moneter Eropa (European
Monetary System-EMS) pada bulan maret 1979. Konsep sistem ini serupa
dengan perjanjian ular tetapi memiliki beberapa sifat khusus. Pada sistem
EMS, mata uang dari negara Eropa (European Currency Unit-ECU). Nilai
ECU adalah hasil rata-rata tertimbang dari nilai mata uang para negara
anggota. Bobot didasarkan pada besarnya GNP dan nilai penjualan semua
negara anggota di Eropa. Mata uang negara anggota hanya diperbolehkan
berfluktuasi sebesar 2,5 persen dari nilai awalnya.

Metode mempersatukan nilai mata uang Eropa dengan ECU ini disebut
sebagai mekanisme nilai tukar (Exchange Rate Mechanism-ERM).
Pemerintah dapat melakukan intervensi pada dasarnya masing-masing
untuk menjaga nilai tukar berada pada kisaran yang ditetapkan oleh ERM.

 Pudarnya Sistem Moneter Eropa. Pada musim gugur 1992, ERM mengalami
permasalahan serius, akibat semakin berbedanya kondisi dan tujuan ekonomi
masing-masing negara. Jerman sangat khawatir dengan inflasi karena kondisi
ekonominya sedang menguat. Pemerintahnya meningkatkan suku bunga bank untuk
menghindari inflasi dan konsumsi yang berlebihan. Sementara negara-negara Eropa
lain yang lebih berkeinginan untuk menstimulasi ekonominya guna menurunkan
tingkat pengangguran, ingin menurunkan suku bunga bank. Pada bulan Oktober
1992, Pemerintah Inggris dan Italia mengundurkan diri dari ERM karena mereka
tidak dapat mencapai tujuan ekonominya dalam kondisi suku bunga yang sangat
dipengaruhi oleh suku bunga Jerman. Pudarnya ERM menyadarkan negara-negara
Eropa bahwa sistem terikat hanya dapat efektif bila dilakukan dalam suatu sistem
yang permanen.

3. PROSES TERJADINYA TRANSAKSI LUAR NEGERI

Dalam pelaksanaan transaksi ekspor impor hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh
pihak-pihak yang terlibat didalamnya meliputi :
1. Kontrak jual beli (sales contract) – oleh eksportir dan importir
2. Pembukaan dan penerusan L/C – oleh importir, bank pembuka dan bank penerus
3. Penelitian syarat-syarat L/C – oleh bank pembuka, bank penerus, dan eksportir
4. Penyiapan dokumen pengapalan – oleh eksportir
5. Pemeriksaan dokumen-dokumen – oleh bank yang menegosiasi wesel, bank
pembuka dan importir
6. Penyerahan dokumenuntuk pembayaran – oleh eksportir, bank yang menegosiasi
wesel
7. Penyelesaian pembayaran – oleh bank yang menegosiasi wesel, bank pembuka dan
importir
Dalam kontrah jual beli antara eksportir dan importir, bank tidak turut terlibatdan
berkepentingan. Bank hanya turut terlibat dalam penanganan dan pengawasan dokumen
L/C transaksi yang bersangkutan.

1. PERSYARATAN UMUM SEBUAH L/C


Syarat umum yang harus dipenuhi oleh penerima L/C, khususnya d Indonesia
adalah sebagai berikut :
1. L/C yng dibuka aadalah Commercial atau Documentary L/C. Dalam hal eksportir
mendapat fasilitas kredit bank, maka L/C yang diterima harus bersifat Irrevocable.
2. dokumen-dokumen pengapalan sekurang-kurangnya harus terdiri dari :
a. Set lengkap dari Bill of Lading
b. Invoice
c. Dokumen Asuransi, dan dokumen-dokumen yang disebutkan dalam draft.
3. Dalam hal impor diatas US$5,000 dan ekspor barang-barang yang memperoleh
setifikat ekspor maka diperlukan dokumen lain yaitu laporan kebenaran
pemeriksaan yang dikeluarkan oleh SGS
4. Dokumen-dokumen pengapalan lain yang sering ditambahakan dalam L/C adalah
a. Packing List
b. Certificate of Inspection
c. Certificate of Origin
d. Weight Note
e. Measurement List
f. Certificate of Analysis
g. Certificate of Quality, dan sebagainya
2. PROSEDUR TRANSAKSI EKSPOR IMPOR
Secara umum pelaksanaan transaksi ekapor dan impor melalui beberapa macap
tahapan, dimana masing-masing tahapan berisi tentang tata cara dan hal-hal yang terlibat
didalamnya. Prosedur tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
5. Importir mengajukan permohonan kepada bank pembuka L/C (issuing/opening
bank) untuk membuka L/C yang ditujuakan kepada eksportir.
6. Bank pembuka L/C yang bersangkutan membuka L/C tersebut kepada bank
koresponden di tempat eksportir (advising bank)
7. Advising bank meneruskan L/C tersebut kepada eksportir.
8. Eksportir menyiapkan dan mengapalkan barang-barang yang akan dikirimkan ke
importir.
9. Atas pemuatan barang-barang di kapal, eksportir menerima dokumen pengapalan
barang (B/L) dari maskapai pelayan.
10. Dokumen-dokumen pengapalan serta wesel kemudian diserahkan oleh eksportir
kepada advising bank yang meminta bertindak sebagai negotiating bank. Yang
menjadi negotianing bank ini boleh juga bank lain, tergantung keinginan eksportir.
11. Advising bank atau negotiating bank menegosiasi wesel yang diajukan oleh
eksportir tersebut.
12. Dokumen-dokumen pengapalan dikirim olrh negotiating bank kepada issuing bank
untuk mendapat ganti pembayaran (reimbursement).
13. Issuing bank akan memeriksa dokumen-dokumen tersebut dan disesuaikan dengan
syarat-syarat yang tercantum pada L/C dan apabila telah sesuai maka meminta
importir menebusnya dengan cara pembayaran yang disyaratkan dalam L/C,
pembayaran pada saat pengajuan dokumen (at sight) atau berjangka (usance).
14. Importir membayar dan meminta issuing bank untuk mendebet rekeningnya pada
bank tersebut.
15. Issuing bank kemudian akan mereimburse negotiating bank dengan mengkredit
rekening negotiating bank pada issuing bank, jika tidak ada bisa pada bank ketiga.
3. PERSIAPAN-PERSIAPAN EKSPORTIR – IMPORTIR

Penggunaan L/C dalam transaksi ekspor impor tidak membedakan adanya sebutan
L/C impor atau L/C ekspor., karena pada hakekatnya yang digunakan adalah satu L/C
saja. Penyebutan yang berbeda tersebut hanya dari sudut mana transaksi L/C tersebut
dilihat, dari importir atau eksportir.
Adanya perbedaan yang nyata adalah dari kegiatan persiapan masing-masing
eksportir dan importir dalam transaksi tersebut dan bank-bank yang membantu di pihak
masing-masing.
Persiapan-persiapan baik secara teknis maupun administrasi dari masing-masing
pelaku perdagangan internasional (ekspor impor) dapat dijelaskan berikut ini :
(2)
BANK L/C BANK PEMBUKA
(8)
KORESPONDEN Dokumen B/L LC/ISSUING/OPENING
ADVISING BANK (11) BANK
Kredit Rekening

D
Debit Rekening Aplikasi
o L/C
Advise L/C k
u Negosiasi Reimburse
Wesel Dokumen
m L/C
e
(10) (1)
n (7)
(6) (9)
B/L
(3) (5) b

EKSPORTIR/SELLER/ IMPORTIR/BUYER/
BENEFICIARY APPLICANT

Barang
Barang
(4)

MASKAPAI
PELAYARAN
B/L

(5) a

Gambar 2.1 Prosedur transaksi ekspor impor


Dari Pihak Eksportir

1. Menerima pesanan (order) dari importir.


2. Menerima L/C dari bank di negara eksportir, yang merupakan advising bank atau
dapat bertindak sebagai confirming (negotiating) bank.
3. Menyiapkan barang-barang ekspor (bila ekspor produsen) atau memesan barang
dari produsen (supplier)
4. Melakukan pengepakan barang ekspor dengan atau tanpa bantuan ekspedisi
(freight forwarder atau EMKL)
5. Memesan ruangan kapal pada maskapai pelayaran.
6. Melakukan pemuatan barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi.( freight
forwarder atau EMKL).
7. Menyiapkan dan mengurus B/L pada maskapai pelayaran.
8. Menutup asuransi tergantung syarat L/C.
9. Menyiapkan faktur dan dokumen-dokumen pengapalan yang disyaratkan dalam
L/C .
10. Menyerahkan dokumen-dokumen dan mengajukan wesel kepada advising atau
negotiating bank untuk memperoleh pembayaran sesuai dengan syarat L/C.
11. Memperoleh pembayaran wesel dari advising atau negotiating bank.
12. Mengirim salinan (copy) dokumen-dokumen pengapalan kepada impotir
(memberitahukan pengapalan kepada importir).
13. Dalam hal akseptasi wesel, meminta bank untuk mendiskonto wesel. Bila
mendapat kredit dari bank,melunasi kredit tersebut dengan pembayaran hasil
transaksi.

Dari Pihak Importir

1. Menyampaikan pesanan (order) pada eksportir.


2. Meminta bank membuka L/C untuk eksportir (opening bank), yang dapat bertindak
sebagai paying bank.
3. Menyelesaikan persyaratan-persyaratan pembukaan L/C pada opening bank.
4. Menerima pemberitahuan tibanya dokumen-dokumen pengapalan dari opening
bank yangndikirim oleh advising atau negotiating bank.
5. Menyelesaikan formulir-formulir impor dan perhitungan-perhitungan asuransi, bea
masuk dan pajak.
6. Melakukan penyetoran pajak, bea masuk, dan lain-lain .
7. menebus dokumen-dokumen pengapalan dengan melakukan pembayaran,
akseptasi wesel kepada opening bank sesuai syarat L/C.
8. Menyerahkan bukti penyelesaian formulir impor dan pelunasan pajak atau bea
masuk yang telah disahkan oleh bank kepada bea cukai untuk memperoleh
delevery order (DO)
9. Menyerahkan DO dan B/L kepada maskapai pelayaran untuk pengeluaran barang-
barang dengan atau tanpa perusahaan ekspedisi (freight forwarder atau EMKL).
10. Mengajjukan klaim ganti rugi kepada eksportir atau kepada maskapai asuransi,
adlam hal terdapat kehilangan atau kerusakan barang.
11. Melunasi wesel pada tanggal jatuh tempo, jika belum diselesaikan dengan bank.
EKSPOR

BANK KORESPONDEN
LUAR NEGRI
IMPORTIR/BUYER/
BANK PEMBUKA L/C
APPLICANT ISSUING BANK/
OPENING BANK

LUAR NEGRI 1
12

DALAM NEGRI
2
BANK DEVISA DALAM
10 NEGRI
EKSPORTIR/SELLER/
PRODUSEN 3 ADVISING BANK/
BENEFICIARY 11 NEGOTIATING BANK
13

8
4,6
9 9
5,7,9

EKSPEDISI PELAYARAN BPEN KEDUTAAN ASURANSI


ASING

Gambar 2.2. Bagan Persiapan eksportir


IMPOR

BANK KORESPONDEN
LUAR NEGRI
EKSPORTIR/SELLER/
ADVISING BANK/
BENEFICIARY NEGOTIATING BANK

LUAR NEGRI

DALAM NEGRI 1
10

2
BANK DEVISA DALAM
3 NEGRI
IMPORTIR/BUYER/ 4 BANK PEMBUKA L/C
APPLICANT ISSUING BANK/
5
OPENING BANK
6,7,11

10
8
9
9

BEA CUKAI PELAYARAN EKSPEDISI ASURANSI

Gambar 2.3. Bagan Persiapan importir


B. FAKTOR-FAKTOR YANG PENTING DIPERHATIKAN OLEH PENJUAL
(EKSPORTIR ) DAN PEMBELI (IMPORTIR)

Sebuah L/C atau kredit berdokumen akan memberikan jaminan baik bagi kepentingan
importir maupun eksportir., yaitu waktu pembayaran barang-baeang dicocokan dengan waktu
penyerahan barang.
Dengan demikian sebiah L/C yang irrevocable merupakan suatu alat pembayaran yang
baik dan meyakinkan bagi eksportir. Begitu juga dengan importir, jika dokumen-dokumen
yang disyaratkan telah lengkap maka L/C tersebut juga merupakan alat yang efektif untuk
menerima penyerahan barang-barang.
Oleh karena itu L/C yang merupakan alat pembayaran yang harus tepat dan tidak
mengandung kesalahan-kesalahan haruslah ditangani oleh semua pihak yang terlibat di
dalamnya dengan teliti dan sempurna. Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan baik oleh
eksportir maupun importir, antara lain :

Bagi Importir

1. Instrusksi kepada issuing bank harus jelas dan tepat dan tidak bertele-tele.
2. Syarat-syarat L/C dan dokumen-dokumen yang dimintakan harus sesuai dengan
kontrak jual beli (sales contract).
3. Setiap pemeriksaan barang sebelum atau pada waktu pengapalan haruslah dibuktikan
dengan sebuah dokumen. Sifat dokumen tersebut dan pihak yang mengeluarkannya
harus ditetapkan dalam L/C.
4. L/C tidak boleh mensyaratkan dokumen-dokumen yang tidak mungkin dapat dipenuhi
oleh eksportir.

Bagi Eksportir

1. Tidak boleh menunda-nunda penelitian L/C dan permintaan akan perubahan-perubahan


yang perlu, walaupun tersedia waktu antara penerimaan L/C dan penggunaannnya.
2. Harus dapat menerima dengan persyaratan dan dokumen yang diminta dan telah sesuai
dengan sales contaract.
3. Menyelesaikan dokumen-dokumen yang diminta sesuai dengan waktunya sebagaimana
disyaratkan dalam L/C.
4. Menyerahkan dokumen-dokumen kepada bank secepat mungkin atau setidak-tidaknya
dalam masa berlakunya L/C, seperti yang ditetapkan dalam L/C.
5. Eksportir harus mengingat bahwa ketidakcocokan L/C dengan syarat-syarat yang
ditetapkan dalam L/C atau ketidaksempurnaan mengikuti syarat-syarat tersebut akan
berakibat bank akan menolak pembayaran.

DAFTAR PUSTAKA

http://academia.edu/19818089/sistem_nilai_tukar

https://www.academia.edu/6494431/Modul_Perdagangan_Internasional

http://best-profit-futures.com/beberapa-penyebab-pasar-valuta-asing-tumbuh-dengan-pesat/

Anda mungkin juga menyukai