Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

: KEP.29/MEN/III/2010 tanggal  5 Maret 2010 tentang Penetapan Rancangan

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pertanian Bidang

Penyuluhan Pertanian menjadi Standard Kompetensi Kerja Nasional

Indonesia, dinyatakan bahwa SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan/atau sikap kerja yang relevan

dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Disisi lain terlepas dari Penetapan Rancangan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian

Nomor: 5/Permentan/KP .120/7/ 2007 tertanggal 25 Juli 2007. Penyuluh yang

memiliki peran mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan

kesejahteraan, seharusnya memiliki kompetensi individu dalam

mengorganisir kelompok tani yang akan dihadapi.

Kompetensi penyuluh pertanian adalah kemampuan yang harus dimiliki

oleh penyuluh pertanian agar dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya

dapat berhasil. Penyuluh pertanian juga harus memiliki motivasi kerja yang

tinggi, sikap kemandirian dalam melakukan tugas dan perannya, tingkat

pendidikan, umur dan pengalaman yang cukup dalam menyuluh petani.


2

Penetapan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Penyuluhan Pertanian

dimaksudkan untuk memberikan acuan standarisasi kompetensi bagi

pelaksana dan motivasi kepada Penyuluh Pertanian untuk lebih meningkatkan

kinerjanya dalam penyelenggaraan penyuluhan pertanian.

Penyuluhan pertanian memegang peranan penting dalam upaya

meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena penyuluhan

merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama agar mereka mau, mampu

menolong, dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,

teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya.  Upaya ini dapat

meningkatkan produktivitas, efesiensi usaha, pendapatan, dan

kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup.

Pembinaan dan pengembangan kelompok tani dan gabungan kelompok

tani di Kabupaten Mamuju diserahkan kepada Badan Pelaksana Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Mamuju, sedangkan

di tingkat kecamatan sebagai perpanjangan tangan tugas tersebut dipegang

oleh Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K). 

Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan adalah aparat pemerintah

sebagai pegawai negeri sipil (PNS) yang membina kelompok tani / gabungan

kelompok tani di wilayah binaannya (WIBI) dan dibantu oleh kontak tani. 

Selain penyuluh pertanian PNS juga terdapat penyuluh pertanian Tenaga

Harian Lepas (THL-TB) dan penyuluh swadaya.


3

Untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan jumlah kelompok tani

di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju. PadaTabel. 1 dapat dilihat bahwa

jumlah keseluruhan kelompok tani di Kecamatan Mamuju sebanyak 29

kelompok.

Tabel 1. Wilayah Kerja, Jabatan Penyuluh Pertanian, dan Kelompok Tani di


Kecamatan Mamuju KabupatenMamuju, 2013
Jumlah
Wilayah Kerja
No Jabatan PP Gol Kelompok
Desa / Kel
Tani
1. Karema PP.PENYELIA 3D -
2. Rimuku PP.MUDA 3C -
3. Tadui PP.PERTAMA 3B 4
PP.PELAKSANA
4. Batu Pannu 2A 3
PEMULA
5. Mamunyu PP.MUDA 3C 15
6. Binanga PP.PERTAMA 3B -
PP.PELAKSANA
7. Bambu 2A 7
PEMULA
TOTAL 29
Sumber : Balai Penyuluhan Pertanian (BP2K) Kecamatan. Mamuju
KabupatenMamuju, 2014

Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa penyebaran kelompok tani di

Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju tidak merata di tiap desa, terlihat

bahwa 3 desa diantaranya tidak memiliki kelompok tani.Adapunobservasi

awal yang telah dilakukan peneliti dibeberapa kelompok tani di Kecamatan

Mamuju Kabupaten Mamuju mengenai persepsi kelompok tani terhadap

peran penyuluh. Diketahui bahwa dinamika kinerja penyuluh pertanian dalam

melakukan intensitas pendampingan dan sosialisasi mengenai pengembangan

usaha pertanian kepada masyarakat tani sangat minim dan fungsi penyuluh

yang tidak berjalan sesuai yang diharapkan oleh masyarakat tani.


4

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dilakukanlah penelitian

mengenai Pengaruh Kompetensi Individu Terhadap Kinerja Penyuluh

Pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan yang ada di

Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju yang telah dikemukakan sebelumnya

melalui data dan informasi yang dikumpulkan, maka fokus permasalahan

dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah kompetensi individu yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan,

dan kemampuan individu (motivasi) berpengaruh terhadap kinerja

penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

2. Variabel manakah dari ketiga variabel yang paling dominan berpengaruh

terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan mamuju Kabupaten

Mamuju.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicpaai dari penelitian inisebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh kompetensi individu (pengetahuan, keterampilan

berusaha, dan kemampuan individu/motivasi) terhadap kinerja penyuluh

pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

2. Menganalisis variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kinerja

penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.


5

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah:

1. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan pertimbangan dan masukan terhadap pemerintah mengenai

pengaruh kompetansi individu terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di

KecamatanMamuju Kabupaten Mamuju.

2. Bagi Peneliti

Dapat menambah khasanah pengetahuan tentang pengaruh kompetensi

individu terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju.

3. Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi dan kajian bagi masyarakat yang berkepentingan

untuk mengetahui pengaruh kompetensi individu terhadap Kinerja

PenyuluhPertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

4. Bagi Penyuluh

Agar dapat melakukan introspeksi dan selanjutnya memberikan masukan

dan pertimbangan kepada pemerintah di daerah ini tentang kinerja

penyuluh pertanian dalam pengembangan usaha pertanian di

KecamatanMamuju Kabupaten Mamuju.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Kompetensi

Kinerja organisasi jelas mencakup kinerja anggota organisasi, oleh

karena itu kesuksesan kerja pada masing-masing anggota organisasi menjadi

penting bagi tercapainya keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan-

tujuan tertentu.Dalam konteks ini, David McClelland dalam Martin

(2002:151) mengatakan ada sesuatu karakteristik dasar yang lebih penting

dalam memprediksikan kesuksesan kerja.Sesuatu itu, lebih berharga daripada

kecerdasan akademik.Dan, sesuatu itu dapat ditentukan dengan akurat, dapat

menjadi titik penentu (critical factor) pembeda antara seorang star performer

dan seorang dead wood. Menurut McClelland, sesuatu itulah yang disebut

dengan kompetensi.

Dari pemikiran McClealland itu jelas dikemukakan bahwa kompetensi

merupakan salah satu faktor yang membedakan seseorang yang mampu

menunjukkan kinerja yang optimal dengan seseorang yang tidak mampu

menunjukan kinerja yang optimal.Kompetensi merupakan kumpulan sumber

daya manusia yang secara dinamis menunjukkan kapasitas intelektual,

kualitas sikap mental dan kapabilitas sosial seseorang.

Kompetensi merupakan gabungan pelatihan (pengetahuan), pendidikan

(keahlian) dan pengalaman kerja yang dimiliki oleh sumber daya manusia

dalam melaksanakan tugas. Dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan, aspek


7

kompetensi merupakan prasyarat penting untuk mencapai misi dan objektif

suatu posisi pekerjaan. Peningkatan beban kerja dan persaingan dalam tugas

memerlukan pegawai berkemampuan dan cakap dalam memikul

tanggungjawab kerja yang diberikan.

Kompetensi terlihat dan tersembunyi, mengilustrasikan bahwa

ada kompetensi yang terlihat dan tersembunyi.Pengetahuan, lebih terlihat,

dapat dikenali oleh banyak organisasi dalam mencocokan

orang terhadap pekerjaan. Keterampilan, walaupun sebagian dapat terlihat

seperti keterampilan dalam membuat lembar pekerjaan keuangan, sebagian

lain seperti keterampilan negoisasi dapat kurang teridentifikasi. Akan tetapi

kompetensi tersembunyi berupa kecakapan, yang mungkin lebih berharga,

yang dapat meningkatkan kinerja.Sebagai contoh, kompetensi untuk membuat

konsep hubungan strategis dan untuk mengatasi konflik interpersonal, lebih

sulit diidentifikasi dan dinilai.

Kompetensi yang ditetapkan di organisasi merupakan basis dari

berbagai aspek pengembangan sumber daya yang dimiliki, yang dikondisikan

sebagai upaya pendukung dalam pencapaian kinerja organsiasi, dengan

keunggulan kinerja merupakan modal penting untuk mengantar organisaasi

mencapai tingkat keunggulan bersaing yang optimal dan efisien.

2.2 Pengertian Kompetensi

Aparatur pemerintah merupakan tenaga professional yang seharusnya

berperan dalam membentuk sumber daya aparatur yang potensial di bidang


8

pengembangan kompetensi.Aparatur pemerintah seyogyanya memahami hal-

hal yang bersifat filosofis dan konseptual, juga paham dan mampu

melaksanakan hal-hal yang bersifat teknis di bidang tugas-tugas

pemerintahan.Kemampuan seseorang atau beberapa orang aparatur

pemerintah yang bersumber dari kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan

menjadi suatu harapan bagi organisasi pemerintahan.

Pengertian kompetensi menurut Suyar Dharma yang dikutip oleh

Makmur (2013:237) adalah sebagai keahlian-keahlian yang harus

dikembangkan oleh staf bila ia ingin menunjukkan kinerja yang memenuhi

standar secara sepenuhnya memuaskan pekerjaan mereka. Pembentukan

kompetensi aparatur pemerintah bukan muncul dengan sendirinya tetapi

melalui suatu proses yang cukup panjang dan menggunakan waktu cukup

lama, karena memang secara teoritik kompetensi atau kemampuan itu

terbentuk dalam kecerdasan aparatur pemerintah yang diaplikasikan melalui

pemikiran dan tindakan tepat serta menguntungkan.

Aparatur pemerintah sebagai manusia harus mampu berbuat menurut

kodratnya yaitu selalu berbuat yang terbaik pada dirinya maupun pada diri

orang lain, sehingga potensi dalam diri aparatur pemerintah dapat melahirkan

kompetensi untuk dipergunakan bagi kepentingan organisasi pemerintahan.

Kalau aparatur pemerintah mengerti bagaimana itu menjadi manusia,

tentunya harus mengerti pula bagaimana perbuatan aparatur pemerintah itu

dilaksanakan menurut kodratnya yang menghasilkan kompetensi dalam


9

rangka mengembangkan organisasi pemerintahan di mana salah satu

anggotanya adalah diri kita sendiri.

Secara kenyataan tidak ada aparatur pemerintah yang bisa membantah

bahwa manusia sebagai bagian integral aparatur pemerintah senantiasa terus

menerus mengejar sesuatu yang baik dan benar menurut ukuran masing-

masing yang telah ditentukan oleh organisasi pemerintahan

bersangkutan.Terwujudnya kehidupan yang baik, layak dan benar sangat

dipengaruhi oleh sentuhan kualitas kompetensi yang dimiliki aparatur

pemerintah yang melaksanakan tugas pemerintahan itu.Buruknya kompetensi

yang dimiliki oleh aparatur pemerintah tidak bisa dihindari juga bahwa hasil

yang dicapai itu pasti mengalami kualitas yang rendah.Oleh sebab itu menjadi

kewajiban pimpinan aparatur pemerintah tidak bisa dihindari juga bahwa

hasil yang dicapai itu pasti mengalami kualitas yang rendah. Oleh sebab itu

menjadi kewajiban pimpinan aparatur pemerintah berusaha untuk

meningkatkan kualitas kompetensi aparatur pemerintah yang dipimpinnya itu

sehingga kualitas kerja yang disumbangkan kepada organisasi pemerintahan

semakin baik, layak dan benar, karena pekerjaan aparatur pemerintah dengan

sentuhan kompetensi yang rendah, maka kualitas pekerjaanpun akan rendah

dan akhirnya kerugian semakin meningkat.

Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disajikan pengertian kompetensi

sebagaimana dikemukakan oleh Hutapea, dkk (2008 : 4) bahwa : “kompetensi

merupakan kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang

tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu
10

organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang

diharapkan”.

Suparno (2008:24) bahwa : “Kompetensi mengandung aspek- aspek

pengetahuan, ketrampilan (keahlian) dan kemampuan ataupun karakteristik

kepribadian yang mempengaruhi kinerja”.

Berbeda dengan Fogg (2004:90) yang membagi Kompetensi

kompetensi menjadi 2 (dua) kategori yaitu : 1. Kompetensi dasar dan yang

membedakan kompetensi dasar (Threshold) dan 2. Kompetensi pembeda

(differentiating) menurut kriteria yang digunakan untuk memprediksi kinerja

suatu pekerjaan. Kompetensi dasar (Threshold competencies) adalah

karakteristik utama, yang biasanya berupa pengetahuan atau keahlian dasar

seperti kemampuan untuk membaca, sedangkan kompetensi differentiating

adalah kompetensi yang membuat seseorang berbeda dari yang lain.

Dharma (2005 : 52) Kemampuan identik dengan kompetensiyang

dimiliki yang mengacu kepada dimensi prilaku dari sebuah peran perilaku

yang diperlukan seseorang untuk dapat melaksanakan pekerjaannya secara

memuaskan. Terdapat beberapa daftar kompetensi dalam manajemen kinerja

yaitu :

1. Pengetahuan kerja dan profesional.

2. Kesadaran organisasi/konsumen.

3. Komunikasi.

4. Keahlian interpersonal.

5. Kerjasama tim.
11

6. Inisiatif.

7. Keahlian Analitis.

8. Produktifitas.

9. Kualitas.

10. Manajemen/pengawas.

11. Kepemimpinan.

Selanjutnya pengertian kompetensi menurut Sedarmayanti (2008:126)

mengemukakan bahwa :Kompetensi adalah karakteristik mendasar yang

dimiliki seseorang yang berpengaruh langsung terhadap, atau dapat

memprediksikan kinerja yang sangat baik. Dengan kata lain, kompetensi

adalah apa yang oustanding performers lakukan lebih sering, pada lebih

banyak situasi, dengan hasil yang lebih baik daripada apa yang dilakukan

penilai kebijakan. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah perilaku.

Sedangkan pengertian kompetensi menurut Keputusan Kepala Badan

Kepegawaian Negeri Nomor: 46A tahun 2003, adalah sebagai berikut

:Kompetensi kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai

Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang

diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil

tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien

(Anonim, 2003).

Dari uraian pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kompetensi yaitu sifat dasar yang dimiliki atau bagian kepribadian yang

mendalam dan melekat kepada seseorang serta perilaku yang dapat diprediksi
12

pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan sebagai dorongan untuk

mempunyai prestasi dan keinginan berusaha agar melaksanakan tugas dengan

efektif.Ketidaksesuaian dalam kompetensi-kompetensi inilah yang

membedakan seorang pelaku unggul dari pelaku yang berprestasi

terbatas.Kompetensi terbatas dan kompetensi istimewa untuk suatu pekerjaan

tertentu merupakan pola atau pedoman dalam pemilihan karyawan (personal

selection), perencanaan pengalihan tugas (succession planning), penilaian kerja

(performance appraisal) dan pengembangan (development).

Dengan kata lain, kompetensi adalah penguasaan terhadap seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, nilai nilai dan sikap yang mengarah kepada kinerja

dan direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan

profesinya. Selanjutnya Wibowo (2007:86) mendefinisikan bahwa :

“Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan

pengetahuan kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut“.

Dengan demikian kompetensi menunjukkan keterampilan atau

pengetahuan yang dicirikan oleh profesionalisme dalam suatu bidang tertentu

sebagai suatu yang terpenting.Kompetensi sebagai karakteristik seseorang

berhubungan dengan kinerja yang efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi.

Dari pengertian kompetensi tersebut di atas, terlihat bahwa fokus

kompetensi adalah untuk memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilan kerja

guna mencapai kinerja optimal.Dengan demikian kompetensi adalah segala

sesuatu yang dimiliki oleh seseorang berupa pengetahuan ketrampilan dan


13

faktor-faktor internal individu lainnya untuk dapat mengerjakan sesuatu

pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi adalah kemampuan melaksanakan

tugas berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki setiap individu.

Moeheriono (2009:3) memberikan pengertian kompetensi sebagai

berikut :Kompetensi merupakan karakteristik yang mendasari seseorang

berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau

karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai

sebab-akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja

prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu.

Berdasarkan dari definisi ini, maka beberapa makna yang terkandung di

dalamnya sebagai berikut:

a. Karakteristik dasar (underlying characteristic), kompetensi adalah bagian

dari kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang serta

mempunyai perilaku yang mendalam dan melekat pada seseorang serta

mempunyai perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan tugas

pekerjaan.

b. Hubungan kausal (causally related), berarti kompetensi dapat

menyebabkan atau digunakan untuk memprediksikan kinerja seseorang,

artinya jika mempunyai kompetensi yang tinggi, maka akan mempunyai

kinerja yang tinggi pula (sebagai akibat).

c. Kriteria (criterian referenced), yang dijadikan sebagai acuan, bahwa

kompetensi secara nyata akan memprediksikan seseorang dapat bekerja

dengan baik, harus terukur dan spesifik atau terstandar.


14

Kompetensi berdasarkan penjelasan tersebut merupakan sebuah

karakteristik dasar seseorang yang mengindikasikan cara berpikir, bersikap,

dan bertindak serta menarik kesimpulan yang dapat dilakukan dan

dipertahankan oleh seseorang pada waktu periode tertentu. Dari karakteristik

dasar tesebut tampak tujuan penentuan tingkat kompetensi atau standar

kompetensi yang dapat mengetahui tingkat kinerja yang diharapkan dan

mengkategorikan tingkat tinggi atau di bawah rata-rata.

Malthis dan Jackson (2006:219) bahwa : “Kompetensi adalah

karakteristik-karakteristik dasar yang dapat dihubungkan dengan kinerja yang

meningkat dari individu-individu atau tim.Ada semakin banyak organisasi

yang menggunakan beberapa segi analisis kompetensi” .

Tiga alasan utama organisasi menggunakan pendekatan kompetensi

adalah : 1. Untuk mengomunikasikan perilaku yang dihargai di seluruh

organisasi, 2. Untuk meningkatkan tingkat kompetensi di organisasi tersebut,

3. Untuk menekankan kapabilitas karyawan guna meningkatkan keunggulan

kompetitif organisasional.

Memiliki sumber daya manusia yang kompeten adalah keharusan bagi

perusahaan. Mengelola sumber daya manusia berdasarkan kompetensi

diyakini bisa lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan. Sebagian besar

perusahaan memakai kompetensi sebagai dasar dalam memilih orang,

mengelola kinerja, pelatihan dan pengembangan serta pemberian kompensasi.

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat

yang memuaskan di tempat kerja, termasuk di antaranya kemampuan


15

seseorang untuk mentransfer dan mengaplikasikan keterampilan dan

pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru dan meningkatkan manfaat

yang disepakati.

Proses rekrutmen dan seleksi diarahkan untuk mencari orang

yang mendekati kompetensinya, demikian pula halnya untuk pengembangan

kinerja dan karier pegawai. Setiap kali diadakan uji kompetensi (assessment)

untuk mencocokkan apakah pegawai bisa memenuhi model kompetensinya

atau tidak. Bila terjadi kekurangan maka pegawai tersebut harus dilatih dan

dibina lebih lanjut. Kelalaian atau mengabaikan pelatihan bisa berakibat

pegawai menjadi tidak kompeten sehingga kinerja tidak maksimal.

Menurut Suryana (2004:4) kompetensi meliputi tiga hal pokok, yaitu:

(1) bekal pengetahuan (knowledge), (2) keterampilan (skill), dan (3) memiliki

kualitas individu/ kemampuan (ability).

1. Pengetahuan (Knowledge)

Bekal ilmu pengetahuan meliputi: pengetahuan tentang bidang

organisasi yang akan dimasuki dan lingkungan kerja yang ada di

sekitarnya, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, serta

pengetahuan tentang manajemen dan organisasi. Indikator yang

digunakan untuk mengukur pengetahuan adalah pendidikan formal dan

pengalaman berusaha. Pendidikan formal dan pengalaman merupakan

faktor yang melekat pada diri individu dan menentukan tingkat

pengetahuan sesorang.
16

Menurut Benedicta (2003:23-28) bahwa pendidikan memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap kompetensi sesorang untuk

melahirkan sesuatu yang baru,karena pendidikan memberikan bekal

pengetahuan yang dibutuhkan. Penelitian yang dilakukan menunjukkan

bahwa 86 persen wirausaha yang berhasil berpendidikan tinggi. Seorang

wirausaha yang berpendidikan tinggi cenderung lebih berhasil daripada

wirausaha yang berpendidikan lebih rendah. Hal ini disebabkan karena

melalui pendidikan akan membekali mereka dengan pengetahuan dan

teknik manajemen modern.

Selanjutnya hasil penelitian Nurliani (2007:44-45) juga

menemukan bahwa lamanya seseorang menjalankan usaha ada kaitannya

dengan kompetensi wirausaha, karena faktor tersebut menggambarkan

pengalaman berusaha.Namun, hasil ini tidak sejalan dengan hasil

penelitian Nurliani (2006:50-53) terhadap pedagang sayuran di pasar

Terong Kota Makassar.Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa faktor

pengalaman usaha berpengaruh signifikan terhadap keuntungan usaha,

tetapi faktor pendidikan tidak signifikan pengaruhnya terhadap

keuntungan usaha.Hal ini disebabkan variabel pendidikan formal bukan

merupakan faktor penentu keberhasilan berusaha di sektor informal.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli dan hasil penelitian

dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor yang

dapat menunjang keberhasilan usaha kecil, dengan asumsi bahwa

pendidikan yang lebih baik akan memberikan pengetahuan yang lebih


17

baik dalam mengelola suatu usaha. Pengetahuan yang diperoleh dari

pendidikan formal memberikan dasar yang baik dalam pengembangan

usaha.

2. Keterampilan Berusaha (Skill).

Memiliki bekal pengetahuan saja belum cukup menentukan

kompetensi sesorang oleh karena itu harus dilengkapi dengan

keterampilan.Sebagian besar seseorang akan berhasil cenderung memiliki

tingkat keterampilan yang cukup. Menurut Buchari Alma (2004:8-11)

beberapa keterampilan yang perlu dimiliki adalah (1) keterampilan

konseptual dalam mengatur strategi, (2) keterampilan kreatif

dalam menciptakan nilai tambah, (3) keterampilan memimpin dan

mengelola, (4) keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi, dan (5)

keterampilan teknik sesuai bidang usaha.

Selanjutnya menurut Ronald J Ebert (dalam Suryana, 2004: 67-

68) bahwa efektivitas pekerjaan tergantung pada keterampilan, dimana

keterampilan dasar manajemen (basic management skill) meliputi:

(1) Technicall skill, yaitu keterampilan dalam melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan bidang usaha, (2) Human relations skill, yaitu

keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain,

(3) Conceptual skill, yaitu kemampuan mendiagnosis dan menganalisis

situasi, (4) Decision making skill, yaitu keterampilan merumuskan

masalah dan memilih cara bertindak, dan (5) Time management skill,

yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur waktu.


18

3. Kemampuan (Ability)

Kemampuan individu diartikan sebagai ciri-ciri atau sifat pribadi

yang menonjol pada diri seseorang yang memotivasi seseorang

melakukan sesuatu.

Terdapat beberapa sifat dasar dan kemampuan yang terdapat pada

diri seorang pekerja atau kariawan. Sukardi (1997) menemukan sembilan

karakteristik yang paling sering ditemukan, yaitu; (1) sifat instrumental

sebagai karakteristik seseorang menunjukkan bahwa selalu memanfaatkan

segala sesuatu yang ada di lingkungannya untuk mencapai tujuan dalam

berusaha, (2) sifat prestatif menunjukkan bahwa kariawandalam berbagai

situasi selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil

yang dicapai sebelumnya, (3) sifat keluwesan bergaul menunjukkan

bahwa wirausaha selalu berusaha cepat menyesuaikan diri dalam berbagai

situasi hubungan antar manusia, (4) sifat kerja keras menunjukkan bahwa

wirausaha selalu mengutamakan kerja dan mengisi waktu dengan

perbuatan yang nyata, (5) sifat keyakinan diri menunjukkan bahwa

seorang kariawan selalu percaya pada kemampuan diri, tidak ragu dalam

bertindak, (6) sifat pengambilan resiko menunmjukkan bahwa seorang

selalu memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam

melaksanakan kegiatan unutk mencapai tujuan berusaha, (7) sifat swa-

kendali menunjukkan bahwa dalam menghadapi berbagai situasi selalu

mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi dan batas-batas


19

kemampuan dalam berusaha, (8) sifat inovatif menunjukkan bahwa dalam

berusaha selalu menemukan cara-cara baru, gagasan, dan pandangan baru

yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerjanya, dan (9) sifat

kemandirian menunjukkan bahwa setiap perbuatan wirausaha merupakan

tanggung jawab pribadi, keberhasilan dan kegagalan merupakan

konsukuensi pribadi wirausaha.

2.3Penyuluh Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah

ditujukan kepada para petani dan keluarganya yang berlangsung terus-

menerus agar mereka mau dan mampu meningkatkan jumlah dan mutu

produksi usaha mereka dan diharapkan dapat menaikan taraf hidupnya

dengan serta-merta menjaga kelestarian lingkungannya.Karena sifatnya yang

demikian, maka penyuluhan bisa juga disebut pendidikan nonformal.

Menurut Depatemen Pertanian (2009), penyuluhan pertanian adalah

suatu pandangan hidup atau landasan pemikiran yang bersumber pada

kebijakan moral tentang segala sesuatu yang akan dan harus diterapkan dalam

perilaku atau praktek kehidupan sehari-hari. Penyuluhan Pertanian harus

berpijak kepada pengembangan individu bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.Oleh karena itu “Penyuluhan Pertanian sebagai “upaya membantu

masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan

harkatnya sebagai manusia”.

Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang

kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang


20

menjadi dinamis serta mampun untuk memperbaiki kehidupan dan

penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong

dirinya sendiri Soeharto, N.P.(2005).

Selanjutkan dikatakan oleh Salim,F. (2005), Bahwa penyuluhan

pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta

masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal

dibidang pertanian ,agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang

ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraan mereka dapat dicapai.

Pengertian penyuluhan dalam arti umum menurut Setiana L, (2005)

adalah ilmu social yang mempelajari system dan proses perubahan pada

individu serta masyarakat agar dapat terwujud perubahan yang lebih baik

sesuai dengan yang diharapkan.

Mardikanto, (2009).Pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan

dikenal sebagai agricultural extension (penyuluhan pertanian), terutama di

beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan

penggunaannya berkembang di bidang-bidang lain, maka berubah namanya

menjadi extension education, dan di beberapa negara lain disebut

development communication (Slamet, 2003).

Selanjutnya menurut Asngari (2003), bahwa penyuluhan adalah

kegiatan mendidik orang (kegiatan pendidikan) dengan tujuan mengubah

perilaku klien sesuai dengan yang direncanakan/dikehendaki yakni orang


21

semakin modern.Ini merupakan usaha mengembangkan (memberdayakan)

potensi individu klien agar lebih berdaya secara mandiri.

Menurut Mardikanto (2009), pengertian penyuluhan diartikan menjadi

berbagai pemahaman, sebagai berikut :

1. Penyuluhan sebagai proses penyebarluasan informasi

Sebagai terjemahan dari kata “extension”, penyuluhan dapat diartikan

sebagai proses penyebarluasan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang

dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis.

Maksudnya adalah :

a. Sebagai agen penyebaran informasi, penyuluh tidak boleh menunggu

aliran informasi dari sumber-sumber informasi seperti : peneliti, pusat

informasi, institusi pemerintah, dan lain-lain melainkan harus secara aktif

berburu informasi yang bermanfaat dan dibutuhkan oleh masyarakat.

b. Penyuluh harus aktif menyaring informasi yang diberikan atau diperoleh

kliennya dari sumber-sumber yang lain, baik yang menyangkut kebijakan,

produk, metoda, nilai, perilaku, dll.

c. Penyuluh perlu lebih memperhatikan informasi dari “dalam” baik yang

berupa “kearifan tradisional’ maupun “endegenous technology”.

d. Penyuluh perlu lebih memperhatikan pentingnya informasi yang

menyangkut hak-hak politik masyarakat, disamping inovasi teknologi,

kebijakan, manajemen, dll.

2. Penyuluhan sebagai proses penerangan/penjelasan


22

Berasal dari kata “suluh” atau “obor” dapat diartikan sebagai kegiatan

penerangan atau memberikan terang bagi mereka yang berada dalam

kegelapan.

3. Penyuluhan sebagai proses pendidikan non formal (luar sekolah)

Penyuluhan pertanian merupakan bagian dari sistem pembangunan

pertanian yang merupakan sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non

formal) bagi petani beserta keluarganya, dan anggota masyarakat lainnya

yang terlibat dalam pembangunan pertanian.

Menurut Directorate of Agricultural Extension of India (1960), filosofi

dasar dari penyuluhan adalah mempengaruhi pengambilan keputusan

seseorang dalam mengadopsi suatu inovasi. Hal tersebut tidak dapat

dilakukan dengan pemaksaan karena tidak akan bertahan lama. Salah satu

cara yang bisa dilakukan adalah melalui proses pendidikan, yang bertujuan

untuk mempengaruhi sikap, cara berpikir, dan bertindak.

4. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku

Penyuluhan adalah proses aktif yang memerlukan interaksi antara

penyuluh dan yang disuluh agar terbangun perubahan perilaku yang

merupakan perwujudan dari : pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, seseorang

yang dapat diamati oleh orang/pihak lain, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

5. Penyuluhan sebagai proses rekayasa sosial

Merupakan segala upaya yang dilakukan untuk menyiapkan sumber

daya manusia agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan peran sesuai
23

dengan tugas pokok dan fungsinya dalam sistem sosialnya masing-masing.

Karena rekaya sosial dilakukan oleh pihak luar maka rekayasa sosial

bertujuan untuk terwujudnya proses perubahan sosial demi terciptanya

kondisi sosial yang diinginkan pihak luar (perekayasa).

6. Penyuluhan sebagai proses pemasaran sosial (sosial marketing)

Pemasaran sosial adalah penerapan konsep dan atau teori-

teoripemasaran dalam proses perubahan sosial. Berbeda dengan rekayasa

sosial yang lebih berkonotasiuntuk“membentuk” (to do to) atau menjadikan

masyarakat sesuatu yang “baru” sesuai yang dikehendaki oleh perekayasa

proses pemasaran sosial yang dimaksudkan untuk “menawarkan” (to dofor)

sesuatu kepada masyarakat.

7. Penyuluhan sebagai proses perubahan sosial

SDC dalam Mardikanto (2009) menyatakan bahwa penyuluhan tidak

sekedar merupakan proses perubahan perilaku pada diri seseorang, tetapi

merupakan proses perubahan sosial yang mencakup banyak aspek, termasuk

politik dan ekonomi yang dalam jangka panjang secara bertahap mampu

diandalkan menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan

masyarakatnya.

8. Penyuluhan sebagai proses penguatan kapasitas (capacity strengthening)

Penguatan kapasitas adalah penguatan kemampuan yang dimiliki oleh

setiap individu (dalam masyarakat) kelembagaan, maupun hubungan atau

jejaring antar individu, kelompok organisasi sosial, serta pihak lain di luar

sistem masyarakatnya sampai di arus global.


24

Dalam Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan

Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K), pengertian penyuluhan adalah

“proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mau dan

mampu menolong dan mengorganisasikan dalam mengakses informasi

informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai

upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi

lingkungan hidup”.

Sistem penyuluhan seharusnya berorientasi pada kegiatan mendalami

dan mengembangkan perubahan perilaku masyarakat dan merupakan proses

pendidikan berkelanjutan yang dilakukan dengan cara persuasif atau

membujuk. Namun, hingga saat ini tidak jarang berubah bentuk menjadi

proses instruksi dengan cara paksaan. Hal ini terjadi karena kegiatan

penyuluhan dilakukan dengan cara berorientasi pada kepentingan sektoral

atau target pembangunan tertentu tanpa memikirkan kepentingan dan

kesiapan khalayak dalam menerima berbagai tawaran perubahan tersebut.

Sistem penyuluhan yang berorientasi pada keterpaduan dengan

mengutamakan kepentingan khalayak sasaran seharusnya dijadikan tolak ukur

dalam merancang suatu program penyuluhan.

Slamet (2001) menegaskan bahwa inti dari kegiatan penyuluhan adalah

untuk memberdayakan masyarakat.Memberdayakan berarti memberi daya

kepada yang tidak berdaya dan atau mengembangkan daya yang sudah

dimiliki menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat bagi masyarakat yang


25

bersangkutan.Arahnya adalah terwujudnya masyarakat madani (yang

beradab) dan mandiri (dapat mengambil keputusan yang terbaik) bagi

kesejahteraannya.Deptan (2002) mendefinisikan penyuluhan pertanian

sebagai pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku

agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal di bidang pertanian agar

mereka mampu menolong dirinya sendiri baik di bidang ekonomi, sosial

maupun politik sehingga peningkatan pendapatan dan kesejahteraan mereka

dapat dicapai.

Penyuluhan pertanian sebagai proses pemberdayaan masyarakat,

memiliki tujuan utama yang tidak terbatas pada terciptanya “better farming,

better business, dan better living”, tetapi untuk memfasilitasi masyarakat

dalam mengadopsi teknik produksi dan pemasaran demi meningkatkan

pendapatannya. Di samping itu, melalui penyuluhan, masyarakat difasilitasi

agar memiliki posisi tawar yang semakin membaik dalam pengambilan

keputusan dan konsistensi implementasi kebijakan yang berpihak kepada

petani dan masyarakat lapisan bawah lainnya (Mardikanto, 2009).

Terkait dengan peran penyuluhan sebagai proses pemberdayaan

masyarakat untuk meningkatkan kapasitas individu, entitas, dan jejaring,

Mardikanto (2009), mengemukakan beragam peran/tugas penyuluhan dalam

satu kata, yaitu edfikasi, yang merupakan akronim dari: edukasi, diseminasi

informasi/inovasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, pemantaun dan evaluasi :


26

1) Edukasi, yaitu untuk memfasilitasi proses belajar yang dilakukan oleh para

penerima manfaat penyuluhan dan stakeholders pembangunan yang

lainnya.

2) Diseminasi informasi/inovasi, yaitu penyebarluasan informasi/inovasi dari

sumber informasi dan atau penggunanya.

3) Fasilitasi atau pendampingan, yang lebih bersifat melayani kebutuhan-

kebutuhan yang dirasakan oleh kliennya.

4) Konsultasi, yaitu membantu memecahkan masalah atau sekedar

memberikan alternatif-alternatif pemecahan masalah.

5) Supervisi atau pembinaan, merupakan upaya untuk bersama-sama klien

melakukan penilaian, untuk kemudian memberikan saran alternatif

perbaikan atau pemecahan masalah yang dihadapi.

6) Pemantauan, yaitu kegiatan evaluasi yang dilakukan selama proses

kegiatan sedang berlangsung.

7) Evaluasi, yaitu kegiatan pengukuran dan penilaian yang dapat dilakukan

pada sebelum (formatif), selama (on-going) dan setelah kegiatan selesai

dilakukan (ex-post).

2.4Pengertian Kinerja Penyuluh

Disahkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang

SistemPenyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disatu sisi

memberikan kepastian hukum tentang peran penyuluhan diberbagai bidang

(pertanian, perikanan dan kehutanan),tetapi disisi lain juga


27

menyisakanpermasalahan mendasar seperti penyiapan sumberdaya manusia

penyuluh. Sumberdaya manusia yang handal akan mampu meningkatkan

kinerja pelayanan kepada masyarakat. Sumberdaya manusia merupakan salah

satu faktor kunci dalam reformasi ekonomi, yaitu menciptakan sumberdaya

manusia yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing

tinggi dalam menghadapi persaingan global yang selama ini terabaikan.

Dalam kaitan itu ada dua hal yang penting yang menyangkut

kondisisumberdaya manusia pertanian di daerah yang perlu mendapatkan

perhatian yaitu sumberdaya petugas dan sumberdaya petani.Kedua

sumberdaya tersebut merupakan pelaku dan pelaksana yang mensukseskan

program pembangunan pertanian.

Penyuluh adalah salah satu unsur penting yang diakui peranannya

dalam memajukan pertanian di Indonesia.Penyuluh yang siap dan memiliki

kemampuan dengan sendirinya berpengaruh pada kinerjanya Marius

(2006).Kinerja adalah prestasi yang dicapai karyawan dalam melaksanakan

suatupekerjaan dalam suatu organisasi.

Kinerja seorang penyuluh dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu:

a. Bahwa kinerja merupakan fungsi dari karakteristik individu, karakteristik

tersebut merupakan variabel penting yang mempengaruhi perilaku

seseorangtermasuk penyuluh pertanian; dan

b. Bahwa kinerja penyuluh pertanian merupakan pengaruh dari situasional di

antaranya terjadi perbedaan pengelolaan dan penyelenggaraan penyuluhan

pertanian di setiap kabupaten yang menyangkut beragamnya aspek


28

kelembagaan, ketenagaan, program penyelenggaraan dan pembiayaan

(Jahi dan Leilani, 2006).

Menurut Berlo (1980) ada empat kualifikasi yang harus dimiliki setiap

penyuluh pertanian untuk meningkatkan kinerjanya, yaitu: (a) kemampuan

untuk berkomunikasi yaitu kemampuan dan keterampilan penyuluh untuk

berempati dan berinteraksi dengan masyarakat sasarannya; (b) sikap penyuluh

antara lain sikap menghayati dan bangga terhadap profesinya, sikap bahwa

inovasi yang disampaikan benar-benar merupakan kebutuhan nyata

sasarannya, dan sikap menyukai dan mencintai sasarannya dalam artian selalu

siap memberi bantuan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan demi adanya

perubahan-perubahanpada sasaran; (c) kemampuan pengetahuan penyuluh,

yang terdiri dari isi, fungsi,manfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam

inovasi yang disampaikan, latar belakang keadaan sasaran; dan (d)

karakteristik sosial budaya penyuluh.

Departemen Pertanian (2009), merinci standar kinerja seorang

penyuluhdapat diukur berdasarkan 9 (sembilan) indikator keberhasilan yakni:

(a)tersusunnya program penyuluhan pertanian; (b) tersusunnya rencana kerja

tahunanpenyuluh pertanian; (c) tersusunnya data peta wilayah untuk

pengembanganteknologi spesifik lokasi; (d) terdesiminasinya informasi

teknologi pertaniansecara merata; (e) tumbuh kembangnya keberdayaan dan

kemandirian pelaku utama dan pelaku usaha; (f) terwujudnya kemitraan

pelaku utama dan pelakuusaha yang menguntungkan; (g) terwujudnya akses

pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan, informasi, dansarana

produksi; (h) meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di


29

wilayahnya; dan (i) meningkatnyapendapatan dan kesejahteraan pelaku

utama.

Berdasarkan pada berbagai pendapat dan teori tentang kinerja penyuluh

tersebut, maka disimpulkan bahwa kinerja penyuluh adalah prestasi kerja

yang dicapai seorang penyuluh sesuai dengan tugas pokok dan fungsi

penyuluh.

2.5KerangkaPikir Penelitian

Kompetensi individu adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan

atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas pengetahuan

keterampilan dan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh

pekerjaan. Menurut Suryana (2004:) kompetensi seseorang meliputi tiga hal

pokok, yaitu: (1) bekal pengetahuan (knowledge), (2) keterampilan berusaha

(skill), dan (3) memiliki kualitas individu/kemampuan (ability). Menurut

Gibson et al. (1996) keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan

dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang pada waktu

yang tepat. Bekal ilmu pengetahuan meliputi: pengetahuan tentang kegiatan

yang akan dilakukan dan, pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab,

serta pengetahuan tentang manajemen dan organisasi. Keterampilan seorang

karyawan diperolah melalui pendidikan dan latihan. Kemampuan individu

untuk beraktivitas dipengaruhi oleh motivasi untuk melakukan sesuatu yaitu

motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar diri individu Menurut Marius,

et, al (2006) kinerja adalah prestasi yang dicapai karyawan dalam


30

melaksanakan suatu pekerjaan dalam suatu organisasi, dalam hal ini penyuluh

pertanian.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dalam penelitian ini yang dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Kinerja Penyuluh Pertanian


- Pendidikan (Y)
Pengetahuan - Pengalaman - Tersusunnya program
(X1) penyuluhan pertanian
- Tersusunnya rencana kerja
- Technical skill tahunan penyuluhan
- Human pertanian
relations skill - Tersusunnya data peta
Kompetensi Keterampilan - Conceptual wilayah untuk
Individu (X2) skill pengembangan teknologi
- Time
- Terdesiminasinya informasi
management
skill teknologi pertanian secara
merata
Kemampuan - Tumbuh kembangnya
Individu ) keberdayaan dan
(X3) kemandirian pelaku utama
dan pelaku usaha
- Terwujudnya kemitraan
- Terwujudunya akses pelaku
utama dan pelaku usaha
- Meningkatnya
produktivitas
arbisniskomiditas unggulan
- Meningkatnya pendapataan
dan kesejahteraan pelaku
31

2.6 Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian

pustaka, serta kerangka pikir yang telah dijelaskan sebelumnya, maka

hipotesis yang diajukan adalah :Diduga bahwa kompetensi individu yang

terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan berpengaruh secara

signifiakan terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju.
32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Mamuju Kecamatan

Mamuju.Sedangkan waktu penelitian direncanakan mulai dari bulan

Julisampai dengan bulan Agustus tahun 2015.

3.2 Populasi dan sampel

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya.MenurutWiratnaSujarweni (2014), dimana yang menjadi

populasi dalam penelitian ini adalah semua penyuluh pertanian yang terdapat

di Kecamatan Mamju, Kabupaten Mamuju berjumlah 30 orang.Sedangkan

sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

yang digunakan untuk penelitian.Mengacu dari teori tersebut maka jumlah

sampel ditentukan sebanyak 30 orang dengan menggunakan metode sensus

dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

3.3Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data kualitatif, yaitu data yang berupa hasil penyebaran kuesioner

kepada responden.
33

b. Data kuantitatif, yaitu data yang berupa besarnya jumlah penyuluh

pertanian.

2. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian melalui observasi dan wawancara dari kuesioner yang

disebarkan. Data terserbut berupa tanggapan penyuluh pertanian

terhadap kinerja penyuluh pertanian yang meliputi

variabelpengetahuan, keterampilan, dan kemampuan.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari

objek penelitian berupa dokumen atau laporan–laporan. berupa

gambaran umum lokasi penelitian. Dan data lainnya yang relevan

dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menyebarkan

sejumlah angket atau pertanyaan-pertanyaan kepada sejumlah responden

yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dalam hal ini adalah jumlah

keseluruhan kelompok tani di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

2. Observasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan secara

langsung aktivitas atau kegiatan yang dilakukan di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju.
34

3. Dokumentasi yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan

dokumen-dokumen dan arsip yang ada kaitannya dengan masalah yang

akan diteliti.

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka metode analisis yang digunakan adalah :

1. Metode Deskriptif Kualitatif yaitu metode pemecahan masalah yang

didasarkan oleh fakta atau data kualitatif dalam proses analisis dan

didukung oleh teori yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan variabel pengetahuan

(pendidikan dan pngalaman), keterampilan dan kemampuan penyuluh.

2. Metode Kuantitatif merupakan metode analisis dengan menggunakan

suatu peralatan analisis tertentu. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan alat analisis statistik yaitu Regresi Linear Berganda

dikemukakan oleh Sunyoto, (2012 : 83), dengan formulasi :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana:

Y = Kinerja Penyuluh pertanian

X1 = Pengetahuan

X2 = Keterampilan

X3 = Kemampuan individu / Motivasi

a= Konstanta

b1 – b3 = Koefisien Regresi

e = Batas kesalahan
35

3. Pengujian Hipotesis

a. Jika F- hitung > F- tabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05),

maka terbukti bahwa variabel kompetensi individu secara nyata

(signifikan), mempengaruhi kinerja penyuluhan. Dengan demikian

hipotesis alternatif (H1) diterima dan hipotesis awal (Ho) ditolak. Jika

F- hitung < F- tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( α = 0,05 ), maka

terbukti bahwa ketiga variabelsecara nyata (signifikan), tidak

mempengaruhi kinerjapenyuluh pertanian. Dengan demikian hipotesis

alternatif(H1) ditolak dan hipotesis awal (Ho) diterima.

b. Jika t- hitung < t- tabel pada tingkat kepercayaan 95% ( α = 0,05 ),

maka terbukti bahwa ketiga variabel kompetensi individu secara nyata

(signifikan), tidak mempengaruhi kinerja penyuluhan pertanian.

3.6 Konsep Operasional

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tiga

variabel dependen dan satu variabel independenyaitu :

1. Kompetensi Individu adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas pengetahuan

keterampilan dan kemampuan penyuluh

2. Pengetahuan adalah pengetahuan tentang bidang pekerjaan usaha,

pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab, serta pengetahuan

tentang manajemen dan organisasi bisnis, diukur mengunakan dua

indicator yaitu: indicator formal dan pengalaman sebagai penyuluh.


36

3. Keterampilan yaitu kemampuan seseorang menerapkan pengetahuan

kedalam bentuk tindakan atau kecakapan yang berhubungan dengan tugas

yang dimiliki dan dipergunakan oleh seseorang  pada waktu yang tepat.

a. Technical skill adalah keterampilan dalam melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan penyuluhan.

b. Human relations skill adalah keterampilan berkomunikasi dan

berinteraksi dengan orang lain.

c. Conceptual skill adalah kemampuan mendiagnosis dan menganalisis

situasi.

d. Decision making skill adalah kemampuan merumuskan masalah dan

memilih cara bertindak.

e. Time management skill adalah keterampilan dalam menggunakan dan

mengatur waktu.

4 Kemampuan individu diukur melalui motivasi seseorang melakukan seseuatu

aktivitas yaitu:

a Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari diri sendiri.

Untuk melakukan seseuatu

b Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar individu

yaitu upah/balasjasah yang diterima dan ketersediaan saran

penyuluhan

5 Kinerja penyuluh adalah hasil kerja yang dicapai penyuluh pertanian sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam rangka  pencapaian

tujuan penyuluhan pertanian yang telah ditetapkan.Penilaian tingkat kinerja


37

penyuluh pertanian adalahpenilaian hasil kerja yang dicapai penyuluh

pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju dengan indikator

sebagai berikut :

a. Tersusunnya program penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan

petani.

b. Tersusunnya rencana kerja tahunan penyuluh pertanian di wilayah kerja

masing-masing.

c. Tersusunnya data peta wilayah untuk pengembangan teknologi spesifik

lokasi sesuai dengan pengwilayahan komoditas unggulan.

d. Terdediminasinya informasi teknologi pertanian secara merata dan sesuai

dengan kebutuhan petani.

e. Tumbuh kembangnya keberdayaan dan kemandirian pelaku utama dan

pelaku usaha

f. Terwujudnya kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha yang

menguntungkan

g. Terwujudnya akses pelaku utama dan pelaku usaha ke lembaga keuangan,

informasi dan sarana produksi pertanian dan pemasaran

h. Meningkatnya produktivitas agribisnis komoditas unggulan di wilayahnya

i. Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani di masing-masing

wilayah kerja.
38

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Letak dan Keadaan Geografis

Kecamatan Mamuju merupakan salah satu kecamatan yang masuk

dalam wilayah administratif Kabupaten Mamuju Propinsi Sulawesi Barat.

Luas Wilayah Kecamatan Mamuju secara keseluruhan ± 206,64 Km2 dengan

persentase luas wilayah 2,60. Kecamatan Mamuju merupakan daerah yang

terdiri dari 4 kelurahan, 3desa, 27 lingkungan dan 20 dusun.

Adapun batas – batas Wilayah administrasi Kecamatan Mamuju

adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Makassar

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kalukku

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tapalang

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simboro dan Kepulauan

Secara garis besar Kecamatan Mamuju mempunyai iklim tropis yang

terbagi menjadi 2 (dua) musim, yaitu ; musim hujan dan musim kemarau.

Musim hujan yang dipengaruhi oleh angin barat yang jatuh pada bulan

Oktober s/d Maret dan musim kemarau dipengaruhi oleh angin timur yang

jatuh pada bulan April s/d September.

4.2. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk merupakan suatu gambaran tentang kependudukan

pada suatu wilayah baik secara kuantitaif maupun kualitatif, guna dijadikan
39

dasar pengembangan wilayah dalam konteks pembangunan agar tepat sasaran,

sehingga mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat pada wilayah tersebut

dan pada akhirnya akan mewujudkan masyarakat sejahtera dan mandiri.

Keadaan penduduk meliputi jumlah penduduk yang didasarkan pada

perbedaan jenis kelamin (gender), penggolongan penduduk kedalam tingkatan

umur, dan jenis pekerjaan. Untuk jumlah Penduduk di Kecamatan Mamuju

Kab. Mamuju pada tahun 2014 yaitu 49.789 jiwa.

Adapun jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kecamatan

Mamuju Kab. Mamuju dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Mamuju


Kabupaten Mamuju

No Kelurahan/Desa Jenis Kelamin Jumlah Persentase


Laki-Laki Perempuan (Jiwa)
(Jiwa) (Jiwa)
1. K. Binanga 8.879 9.108 17.987 36,1
2. K. Mamunyu 2.209 2.150 4.359 8,7
3. K. Rimuku 5.360 5.030 10.390 20,8
4. K. Karema 3.393 3.848 7.241 14,5
5. Desa Bambu 1.771 1.725 3.496 7,0
6. Desa Tadui 1.595 1.499 3.094 6,2
7. Desa Batu Pannu 1.528 1.694 3.222 6,7

Jumlah 24.735 25.054 49.789 100,00

Sumber : Kecamatan Mamuju Dalam Angka, 2014

Pada Tabel 2, terlihat bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Mamuju

Kab. Mamuju. Sebanyak 49.789 jiwa yang terdiri atas 24.735 jiwa laki-laki

dan 25.054 jiwa perempuan. Sedangkan untuk kelurahan/desa dengan jumlah

penduduk terbesar yaitu pada Kelurahan Binanga sebanyak 17.987 jiwa


40

dengan persentase sebesar 36,1 %, dan yang terkecil adalah pada Desa Tadui

dengan jumlah penduduk sebanyak 3.094 jiwa atau sekitar 6,2 %.

Selanjutnya untuk mengetahui keadaaan penduduk berdasarkan jenis

pekerjaan di Kecamatan Mamuju Kab. Mamuju dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Kecamatan


Mamuju Kabupaten Mamuju

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)


1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 239 3,9
2. Wiraswasta 1.213 20,0
3. Petani-Peternak 3.301 54,24
4. Nelayan 1.254 20,6
5. TNI/POLRI 78 1,26
Jumlah 6.085 100,00
Sumber : Kecamatan Mamuju Dalam Angka, 2014.

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa penduduk Kecamatan Mamuju

Kab. Mamuju memiliki jenis pekerjaan yang berbeda-beda, yang terdiri atas

pegawai negeri sipil, swasta, petani TNI/Polri dan lainnya. Adapun jenis

pekerjaan penduduk dengan jumlah terbesar di Kecamatan Mamuju Kab.

Mamuju adalah lainnya sebanyak 3.301 jiwa atau sekitar 54,24%, Sedangkan

penduduk dengan jenis pekerjaan terkecil yaitu TNI/POLRI yang berjumlah

78 jiwa atau sekitar 1,26%.

4.3 Pemanfaatan Lahan

Kecamatan Mamuju merupakan salah satu daerah penghasil

perkebunan terbesar yang memenuhi kebutuhan masyarakat kota mamuju

karena letak geografis yang strategis dan dekat dengan jantung ibu kota

kabupaten mamuju. Selain hasil perkebunan sebagai komoditas andalan,


41

kecamatan mamuju juga memiliki potensial penghasil komoditi tanaman

pangan yang berupa, ubi kayu, ubi jalar, dan kacang-kacangan (Kec.Mamuju

Dalam Angka, 2014 ; 6,7

8). Keberhasilan Kecamatan Mamuju sebagai salah satu daerah

penghasil perkebunan dan tanaman pangan di Kabupaten Mamuju tentunya

akan memberikan peluang akan pengembangan usaha pertanian (pertanian

terpadu). Untuk mengetahui pemanfaatan lahan di Kecamatan Mamuju dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Pemanfaatan Lahan di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

No Jenis Pemanfaatan Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%)


1. Perkebunan 5.218 44,2
2. Tegal/kebun (ladang) 1.718 14,5
3. Padang Rumput 87 0,7
4. pekarangan 1.277 10,8
5. Empang 194 1,6
6. Hutan Rakyat 3.307 28,2
Jumlah 11.800 100,00
Sumber : Kecamatan Mamuju Dalam Angka, 2014.

Pada Tabel 4, terlihat bahwa pemanfaatan lahan di Kecamatan

Mamuju Kab. Mamuju berbeda-beda yang terdiri atas perkebunan, tanah

pekarangan, tegal/kebun, padang rumput, empang, dan hutan rakyat. Untuk

pemafaatan lahan yang terbesar yaitu perkebunan seluas 5.218,0 Ha atau

sekitar 44,2%, dan yang terkecil yaitu padang rumput seluas 87 Ha atau 0,7%.

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


42

5.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi ini maka diharapkan akan memberikan gambaran secara

menyeluruh tentang aspek-aspek penting yang mencerminkan variabel yang diuji

yaitu pengaruh kompetensi individu terhadap kinerja penyuluh pertanian di

Kecamatan Mamuju Kabuaten Mamuju. Kemudian pada bagian terakhir akan

disajikan analisis hubungan dari masing-masing variabel tersebut.

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penyuluh pertanian yang

terdapat di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju yang berjumlah sebanyak 30

orang. Sedangkan sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian.Mengacu dari teori tersebut maka

jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan sebanyak 30 orang dengan

menggunakan metode sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Data dikumpulkan melalui hasil wawancara dengan bantuan kuesioner

masing-masing responden. Deskripsi identitas responden dapat digolongkan atas

pengelompokkan responden berdasarkan: jenis kelamin, umur, status penyuluh,

kelompok binaan, komoditi unggulan WKPP, pendidikan dan pengalaman. Untuk

lebih jelasnya hasil distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin dapat

terlihat pada tabel berikut ini :


43

Tabel 5. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin


Frekuensi
No. Jenis Kelamin
Orang %
1. Laki-laki 12 40,0
2. Perempuan 18 60,0
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015

Tabel 5 yakni karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin yang

menunjukkan bahwa dari 30 orang responden yang menjadi sampel dalam

penelitian ini, nampak didominasi oleh responden yang berjenis kelamin

perempuan yakni sebanyak 18 orang (60%), sedangkan sisanya sebanyak 12

orang (40%) adalah laki-laki hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penyuluh

pertanian yang terdapat di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah

perempuan.

Kemudian akan disajikan karakteristik responden berdasarkan umur yang

dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 6. Karakteristik Responden berdasarkan Umur


Umur Frekuensi
No. Orang %
(Tahun)
1. 31-35 4 13,3
2. 36-39 9 30,0
3. 40-45 12 40,0
3. ≥ 46 5 16,7
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015

Data tersebut di atas menunjukkan bahwa kelompok umur responden yang

terbesar dalam penelitian ini adalah umur antara 40-45 tahun dengan jumlah

responden sebanyak 12 orang (40%), diikuti oleh responden yang berumur antara

36-39 tahun dengan jumlah responden sebanyak 9 orang (30%), hal ini
44

menunjukkan bahwa rata-rata penyuluh pertanian yang terdapat di Kecamatan

Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah berusia produktif yakni berumur antara 40-

45 tahun.

Karakteristik responden berdasarkan status penyuluh, dapat disajikan

melalui tabel berikut ini :

Tabel 7. Karakteristik Responden berdasarkan Status Penyuluh


Frekuensi
No. Status Penyuluh
Orang %
1. PNS 25 83,3
2. THL-TBPP 5 16,7
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015

Dari data karakteristik responden berdasarkan status penyuluh, dari 30

responden yang diteliti maka didominasi oleh responden yang mempunyai status

penyuluh sebagai PNS dengan jumlah responden sebanyak 25 orang (83,3%),

sedangkan sisanya sebanyak 5 orang (16,7%) adalah penyuluh yang berstatus

THL-TBPP, sehingga dapat dikatakan bahwa rata-rata penyuluh pertanian yang

terdapat di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah berstatus PNS.

Selanjutnya akan disajikan karakteristik responden berdasarkan

kelompok binaan, dimana hasil selengkapnya dapat disajikan melalui tabel berikut

ini :

Tabel 8. Karakteristik Responden berdasarkan Kelompok Binaan


Frekuensi
No. Kelompok Binaan
Orang %
1. 1-2 7 23,3
2. 3-4 20 66,7
3. ≥5 3 10,0
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015
45

Tabel 8 yakni karakteristik responden berdasarkan kelompok binaan, maka

didominasi oleh kelompok binaan antara 3-4 dengan jumlah responden sebanyak

20 orang (66,7%), diikuti oleh kelompok binaan antara 1-2 dengan jumlah

responden sebanyak 7 orang (23,3%), sedangkan sisanya sebanyak 3 orang adalah

mempunyai kelompok binaan di atas 5, sehingga dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar penyuluh pertanian yang terdapat di Kecamatan Mamuju,

Kabupaten Mamuju adalah mempunyai kelompok binaan antara 3-4 kelompok

binaan.

Selanjutnya akan disajikan karakteristik responden berdasarkan komoditi

unggulan WKPP, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :


46

Tabel 9. Karakteristik Responden berdasarkan Komoditi Unggulan WKPP


Frekuensi
No. Komoditi Unggulan WKPP
Orang %
1. Padi 10 33,3
2. Jagung 5 16,7
3. Kakao 13 43,3
4. Cengkeh 2 6,7
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015

Dari data karakteristik responden berdasarkan komoditi unggulan WKPP,

maka dari 30 responden yang diteliti didominasi oleh komoditi unggulan padi

dengan jumlah responden sebanyak 10 orang (33,3%), diikuti oleh komoditi

unggulan kakao dengan jumlah responden sebanyak 9 orang (30%), hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata penyuluh pertanian yang terdapat di Kecamatan

Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah mempunyai komoditi unggulan WKPP

adalah padi.

5.2. Deskripsi Variabel Penelitian

Analisis deskripsi ini merupakan analisa terhadap variabel pengetahuan,

keterampilan penyuluh dan kemampuan individu, dimana untuk melakukan

analisa akan dilakukan berdasarkan hasil pernyataan responden dari masing-

masing pernyataan di setiap variabel. Menurut Husein (2006), analisa dilakukan

dengan menggunakan skala pengukuran yang digunakan untuk menilai

pernyataan-pernyataan yang ada dalam daftar pertanyaan yang telah ditetapkan

mengenai tingkat kebaikan atau kebutuhan yang mengacu pada indikator-

indikator dari masing-masing variabel dan dapat digolongkan kedalam kategori

berdasarkan skoring.
47

Kompetensi Individu adalah merupakan suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas

pengetahuan, keterampilan serta kemampuan seorang individu.Ketiga variabel ini

berpengaruh terhadap kinerja penyuluh pertanian adalah penilaian hasil kerjayang

dicapai penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

1. Variabel Pengetahuan (X1)

Pengetahuan adalah kemampuan teoritik yang dimiliki oleh masing-

masing pegawai melalui lembaga pendidikan baik formal maupun pengalaman

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari sebagai penyuluh pertanian, dimana

dengan adanya pengetahuan yang dimiliki oleh penyuluh pertanian maka akan

berpengaruh terhadap peningkatan kinerja penyuluh pertanian khususnya di

Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju.

Kemudian akan disajikan variabel pendidikan formal yang dapat disajikan

melalui tabel berikut ini :

Tabel 10. Variabel Pendidikan Formal Responden (X1.1) dan Nilai Skoring

Nilai Skoring Frekuensi


No. Pendidikan
Orang %
1. SLTA 1 8 26,7
2. D3 2 15 50,0
3. S1 3 7 23,3

Total responden 30 100,0

Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan tabel variabel pendidikan responden, terlihat didominasi oleh

responden yang mempunyai pendidikan atau lulusan Pendidikan Diploma (D3),

dengan jumlah responden sebanyak 15 orang (50,30), diikuti oleh responden yang
48

lulusan SMA dengan jumlah responden sebanyak 8 orang (26,7%), dan yang

terakhir adalah responden yang lulusan Sarjana (S1) dengan jumlah responden

sebanyak 7 orang (23,3%), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah

mempunyai pendidikan atau Diploma (D3).

Sedangkan variabel berdasarkan pengalaman, hasil selengkapnya dapat

disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Variabel Pengalaman Responden (X1.2) dan Nilai Skoring


No Pengalaman Frekuensi
Nilai Skoring Orang %
. (Tahun)
1. 1-5 1 2 6,7
2. 6-10 2 14 46,7
3. > 10 3 14 46,7
Total responden 30 100,0
Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan data variabel pengalaman responden, maka didominasi oleh

responden yang mempunyai pengalaman 60-10 dan di atas 10 tahun, dengan

maisng-masing jumlah responden sebanyak 14 orang (46,7%), dan diikuti oleh

responden yang mempunyai pengalaman antara 1-5 tahun dengan jumlah

responden sebanyak 2 orang (6,7%), hal ini berarti bahwa sebagian besar

penyuluh pertanian yang ada di Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju adalah

rata-rata sudah berpengalaman karena mempunyai pengalaman di atasdari 10

tahun.

2. Variabel Keterampilan (X2)

Keterampilan adalah suatu ilmu yang diberikan kepada manusia,

kemampuan manusia dalam mengembangkan keterampilan yang dipunyai

memang tidak mudah, perlu mempelajari, perlu menggali agar lebih


49

terampil.Keterampilan merupakan ilmu yang secara lahiriah ada didalam diri

manusia dan perlunya dipelajari secara mendalam dengan mengembangkan

keterampilan yang dimiliki.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan tanggapan responden mengenai

penguasaan teknik penyuluhan menyusun rencana kegiatan (RDKK) yang dapat

disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 12.Penguasaan Teknik Penyuluhan (Menyusun RDKK) (X2.1)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Setiap tahun 3 17 56,7
2. Kadang-kadang 2 12 40,0
3. Tidak pernah 1 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan hasil tanggapan responden mengenai sebelum melakukan

penyuluhan, apakah bapak/ibu menyusun rencana kegiatan (RDKK), maka

sebagian besar responden memberikan jawaban setiap tahun dengan jumlah

responden sebanyak 17 orang (56,7%), diikuti oleh responden yang menjawab

kadang-kadang yakni sebanyak 12 orang (40%), sehingga dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar penyuluh pertanian melakukan penyuluhan dan setiap tahun

menyusun rencana di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

Kemudian tanggapan responden dengan pernyataan keterampilan penyuluh

mengatur waktu, yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 13.Keterampilan Penyuluh Mengatur Waktu(X2.2)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Selalu tepat waktu 3 20 66,7
2. Kadang-kadang tepat waktu 2 5 16,7
50

3. Tidak tepat waktu 1 5 16,7


Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai keterampilan penyuluh

mengatur waktu, maka sebagian besar responden memberikan jawaban selalu

tepat waktu dengan jumlah responden sebanyak 20 orang (66,7%), diikuti oleh

responden bahwa rencana kegiatan kadang-kadang tepat waktu dan tidak tepat

waktu yakni masing-masing sebanyak 5 orang (16,7%), sehingga dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar rencana kegiatan yang dilaksanakan selalu

tepat waktu.

Kemudian tanggapan responden mengenai penyuluh menguasai

konsep/materi, dimana dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 14.Keterampilan Penyuluh Menguasai Konsep / Materi (X2.3)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Selalu/menguasai 3 18 60,0
2. Kadang-kadang/kurang 2 11 36,7
menuasai
3. Tidak menguasai 1 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan hasil tanggapan responden bahwa keterampilan penyuluh

menguasai konsep / materi pelatihan, menunjukkan bahwa rata-rata responden

memberikan jawaban selalu dengan jumlah responden sebanyak 18 orang (60%),

diikuti oleh responden yang menjawab kadang-kadang yakni sebanyak 11 orang

(36,7%), sehingga dapat disimpulkan bahwa bapak/ibu selalu menyiapkan materi

pelatihan.

Kemudian akan disajikan tanggapan responden mengenai materi


51

penyuluhan sesuai kebutuhan petani, hal ini dapat dilihat melalui hasil tanggapan

responden sebagai berikut :

Tabel 15.Materi Penyuluhan Sesuai Kebutuhan Petani (X2.4)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Selalu sesuai 3 18 60,0
2. Kadang-kadang 2 11 36,7
3. Tidak sesuai 1 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani, maka sebagian besar responden memberikan jawaban selalu

atau sesuai yakni sebanyak 18 orang (60%), hal ini berarti bahwa materi yang

diajarkan oleh penyuluh pertanian yang terdapat di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju sudah sesuai dengan kebutuhan petani yang berkaitan dengan

aktivitas pertanian.

Kemudian akan disajikan tanggapan responden mengenai bagaimana

metode penyuluhan yang sering bapak/ibu terapkan, yang dapat disajikan melalui

tabel berikut ini :

Tabel 16.Metode Penyuluhan Yang Diterapkan (X2.5)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Kunjungan rumah/lokasi 3 8 26,7
usaha dan berdiskusi
2. Demonstrasi, pertemuan 2 17 56,7
kelompok
3. Membagi brosur/bahan, 1 5 16,7
pemutaran film/slide
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015
52

Berdasarkan tanggapan responden mengenai metode penyuluhan yang

sering bapak/ibu terapkan, maka jawaban terbanyak responden adalah melalui

demonstrasi atau pertemuan kelompok dengan jumlah responden sebanyak 17

orang (56,7%), sehingga dapat disimpulkan bahwa metode penyuluhan yang

sering digunakan oleh penyuluh pertanian adalah melluidemontrasi dan pertemuan

kelompok.

Selanjutnya akan disajikan tanggapan responden mengenai materi

penyuluhan yang sering bapak/ibu berikan pada kegiatan penyuluhan adalah

melalui tabel berikut ini :


53

Tabel 17.Metode Penyuluhan (X2.6)

Persentase
No. Uraian Skor Frekuensi
(%)
1. Demonstrasi cara (misalnya 1 10 33,3
cara pemupukan, cara
penggunaan alat dan lain-lain)

2. Demonstrasi hasil (misalnya 2 13 43,3


peragaan hasil varietas unggul,
hasil penggunaan alat)

3. Demonstrasi cara dan hasil 3 7 23,3


(misalnya gabungan peragaan
cara dan hasil)
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai materi penyuluhan yang

sering bapak/ibu berikan pada kegiatan penyuluhan, maka didominasi jawaban

terbanyak responden adalah melalui demonstrasi hasil dengan jumlah responden

sebanyak 13 orang (43,3%), sehingga dapat dikatakan bahwa materi penyuluhan

yang digunakan adalah melalui demonstrasi hasil.

3. Kemampuan Penyuluh (X3)

Kemampuan individu (motivasi) adalah ciri-ciri atau sifat pribadi yang

menonjol pada diri seseorang yang disebabkan oleh motivasi untuk bertindak,

motivasi untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan berkaitan dengan ketersediaan

sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan, motivasi melakukan kegiatan

penyuluhan serta jenis upah/gaji/biaya sebagai tenaga penyuluh.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan tanggapan responden mengenai

ketersediaan sarana/prasarana kegiatan penyuluhan yang dapat disajikan melalui

tabel berikut ini :


54

Tabel 18. Ketersediaan Sarana/Prasarana Kegiatan Penyuluhan (X3.1)

Persentase
No. Sarana Penunjang Penyuluhan Skor Frekuensi
(%)
1. Buku panduan, mesin ketik 1 9 30,0
2. Komputer, printer (+ 1) 2 14 46,7
3. LCD Projector &wirles, alat peraga, 3 7 23,3
DVD(+1+2)
Jumlah 30 100
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai adanya ketersediaan sarana

dan prasarana kegiatan penyuluhan, maka didominasi jawaban terbanyak

responden adalah ketersediaan LCD projector, wireless, dan alat peraga dengan

jumlah responden sebanyak 14 orang (46,7%), disusul ketersediaan komputer,

printer, dan mesin ketik dengan jumlah responden sebanyak 9 orang (30%), dan

yang terakhir adalah tersedianya buku, jurnal, dan DVD, dengan jumlah

responden sebanyak 7 orang (23,3%).

Kemudian tanggapan responden mengenai motivasi bagi bapak/ibu

dalam melakukan kegiatan penyuluhan, dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 19. Motivasi Penyuluh Melakukan Kegiatan Penyuluhan (X3.2)

No. Uraian Skor Frekuensi Persentase (%)


1. Keinginan sendiri 3 16 53,3
2. Status social 2 11 36,7
55

3. Kebutuhan 1 3 10,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Dari Tabel 19, menunjukkan bahwa motivasi bagi bapak/ibu melakukan

kegiatan penyuluhan, maka jawaban terbanyak responden adalah karena

kebutuhan dengan jumlah responden sebanyak 16 orang (53,2%), diikuti oleh

kegiatan penyuluhan karena status sosial yakni sebanyak 11 orang (36,7%),

sedangkan yang terakhir adalah disebabkan karena keinginan sendiri yakni

sebanyak 3 orang (10%), sehingga dapat dikatakan bahwa tenaga penyuluh

melakukan kegiatan penyuluhan karena adanya kebutuhan.

Sedangkan tanggapan responden mengenai jenis upah/gaji/biaya yang

bapak/ibu peroleh sebagai tenaga penyuluh karena :

Tabel 20. Jenis Upah/Gaji/Biaya Penyuluh Peroleh Sebagai Tenaga Penyuluh(X3.3)

No. Uraian Skor Frekuensi Persentase (%)


1. Gaji/honor setiap bulan 1 2 6,7
2. Gaji + Biaya operasional 2 10 33,3
3. Gaji + Biaya operasional 3 18 60,0
+ Biaya tunjangan
profesi penyuluh
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai jenis/upah/gaji biaya yang

bapak/ibu peroleh sebagai tenaga penyuluh, maka jawaban terbanyak responden

adalah gaji + biaya operasional + biaya tunjangan profesi penyuluhan yakni

sebanyak 18 orang (60%), diikuti oleh gaji + biaya operasional yakni sebanyak 10

orang (33,3%), dan yang terakhir adalah gaji/honor setiap bulan dengan jumlah

responden sebanyak 2 orang (6,7%), hal ini menunjukkan bahwa gaji yang

diperoleh tenaga penyuluh adalah biaya tunjangan profesi penyuluh.


56

4. Kinerja Penyuluh Pertanian

Kinerja penyuluh adalah hasil kerja yang dicapai penyuluh pertanian

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan penyuluhan pertanian yang telah ditetapkan.Penilaian tingkat

kinerja penyuluh pertanian adalah penilaian hasil kerja yang dicapai penyuluh

pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju.

Untuk lebih jelasnya akan disajikan tanggapan responden mengenai

pembuatan data potensi wilayah, melalui tabel berikut ini :

Tabel 21. Kinerja Responden Berdasarkan Pembuatan Data Potensi Wilayah (Y.1)

Persentase
No. Uraian Frekuensi
(%)
1. Peta wilayah kerja 8 26,7
2. Peta potensi wilayah kerja 5 16,7
3. Monografi wilayah kerja 8 26,7
4. Rencana kegiatan penyuluhan desa (RKPD) 9 30,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Dari tabel 21, terlihat bahwa jawaban terbanyak responden adalah rencana

kegiatan penyuluhan desa (RKPD) yakni sebanyak 9 orang (30%), diikuti oleh

jawaban responden mengenai peta wilayah kerja dan monografi wilayah kerja

yakni masing-masing sebanyak 8 orang (26,7%), sehingga dapat dikatakan bahwa

tenaga penyuluh selalu melakukan rencana kegiatan penyuluhan desa (RKPD).

Kemudian pernyataan mengenai bapak/ibu memandu merumuskan

penyusunan RDKK, yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 22. Kinerja Responden Berdasarkan Memandu Merumuskan Penyusunan


RDKK (Y.2)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Penyusunan RUK/RUB 5 16,7
57

2. Penyusunan RDK 6 20,0


3. Penyusunan RDKK 11 36,7
4. Penyusunan RDKK pupuk 8 26,7
bersubsidi sesuai kebutuhan petani
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Tabel 22 menunjukkan bahwa apakah bapak/ibu memandu merumuskan

penyusunan RDKK, maka jawaban terbanyak responden adalah penyusunan

RDKK dengan jumlah responden sebanyak 11 orang (36,7%).

Kemudian tanggapan mengenai keterlibatan dalam penyusunan program

penyuluhan pertanian desa, dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 23.Kinerja Responden Berdasarkan Dalam Penyusunan Program


Penyuluhan Pertanian Desa (Y.3)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Penyusunan program penyuluhan pertanian 10 33,3
desa/kelurahan
2. Rekapitulasi program desa/kelurahan 10 33,3
3. Membuat draf program 8 26,7
4. Sinronisasi kegiatan penyuluhan 2 6,7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai keterlibatan dalam

penyusunan program penyuluhan pertanian desa, maka dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 24. Kinerja Responden Berdasarkan Rencana Kerja Tahunan Penyuluh


Pertanian (RKTPP) (Y.4)
58

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Membuat keadaan wilayah 7 23,3
2. Membuat penetapan tujuan 9 30,0
3. Membuat rencana kegiatan 14 46,7
dalam bentuk matriks
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Data di atas menunjukkan bahwa bapak/ibu dalam membuat Rencana

Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP), maka didominasi jawaban

terbanyak responden adalah membuat rencana kegiatan dalam bentuk matriks

dengan jumlah responden sebanyak 14 orang (46,7%), diikuti dengan rencana

kerja dalam membuat penetapan tujuan yakni sebanyak 9 orang (30%), sehingga

dapat dikatakan bahwa bapak/ibu membuat rencana kerja tahunan penyuluh

pertanian (RKTPP) dalam bentuk matriks.

Sedangkan pernyataan responden mengenai berapa kali (dalam setahun)

bapak/ibu menyebar materi penyuluhan sesuai kebutuhan petani, hasil

selengkapnya dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 25. Kinerja Responden Berdasarkan Menyebar Materi Penyuluhan Sesuai


Kebutuhan Petani dalam setahun (Y.5)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Menyebarkan > 12 judul/topic 3 10,0
2. Menyebarkan 8-12 judul/topik 8 26,7
3. Menyebarkan 5-7 judul/topic 12 40,0
4. Menyebarkan 2-4 judul/topic 7 23,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Tanggapan responden mengenai menyebar materi penyuluhan sesuai

kebutuhan petani, maka didominasi jawaban terbanyak responden adalah

menyebarkan 5-7 judul/topik yakni sebanyak 12 orang (40%), diikuti dengan

menyebarkan 8-12 judul/topik yakni sebanyak 8 orang (26,7%).


59

Kemudian pernyataan mengenai berapa kali (dalam setahun) bapak/ibu

menerapkan metode penyuluhan pertanian dalam bentuk kunjungan/tatap muka

(perorangan/kelompok/massal) yang dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 26. Kinerja Responden Berdasarkan Metode Penyuluhan Pertanian Dalam


Bentuk Kunjungan/tatap muka (perorangan/kelompok/massal) dalam
setahun (Y.6)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. > 60 kali 4 13,3
2. 45 s/d 59 8 26,7
3. 30 s/d 44 11 36,7
4. < 15 7 23,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan Tabel 26 yakni tanggapan responden menerapkan metode

penyuluhan pertanian dalam bentuk kunjungan/tatap muka (perorangan/

kelompok/massal), maka jawaban terbanyak responden adalah antara 30 s/d 44

kali.

Tanggapan responden mengenai berapa kali (dalam setahun) bapak/ibu

menerapkan metoda penyuluhan pertanian dalam bentuk demonstrasi/SL yang

dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 27. Kinerja Responden Berdasarkan Metode Penyuluhan Pertanian Dalam


Bentuk Demonstrasi/SL dalam satu tahun terakhir (Y.7)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. ≥ 3 kali 7 23,3
2. 2 kali 11 36,7
3. 1 kali 12 40,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Tanggapan responden mengenai penerapan metode penyuluhan pertanian

dalam bentuk demonstrasi/SL, maka jawaban terbanyak responden adalah 1 kali


60

dengan jumlah responden sebanyak 12 orang (40%), sehingga dapat dikatakan

bahwa metode penyuluhan pertanian dalam bentuk demonstrasi/SL dalam 1 kali.

Kemudian tanggapan responden mengenai menerapkan metoda

penyuluhan pertanian dalam bentuk temu lapang, temuawicara, temu teknis, temu

karya dan temu usaha, dapat disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 28. Kinerja Responden Berdasarkan Menerapkan metoda penyuluhan


pertanian dalam bentuk temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu
karya dan temu usaha (Y.8)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. ≥ 3 kali 12 40,0
2 2 kali 11 36,7
3. 1 kali 7 23,7
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tabel 28 yakni penerapan metode penyuluhan pertanian dalam

bentuk temu lapang, temu wicara, temu teknis, temu karya dan temu usaha maka

jawaban terbanyak responden adalah sebanyak 3 kali dengan jumlah responden

sebanyak 12 orang (40%).

Pernyataan mengenai berapa kali (dalam setahun) bapak/ibu menerapkan

metoda penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus, yang dapat disajikan melalui

tabel berikut ini :

Tabel 29. Kinerja Responden Berdasarkan Menerapkan Metoda Penyuluhan


Pertanian Dalam Bentuk Kursus (Y.9)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. ≥ 3 kali 6 20,0
2. 2 kali 15 50,0
3. 1 kali 9 30,0
Jumlah 30 100,0
61

Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai penerapan metoda

penyuluhan pertanian dalam bentuk kursus, maka jawaban terbanyak responden

adalah sudah 2 kali dengan jumlah responden sebanyak 15 orang (50%).

Kemudian tanggapan responden mengenai apakah bapak/ibu memberikan

akses informasi dalam mengembangkan usaha tani, yang dapat disajikan pada

Tabel berikut ini :

Tabel 30. Kinerja Responden Berdasarkan Peningkatan Kapasitas Petani Terhadap


Akses Informasi Dalam Mengembangkan Usahatani (Y.10)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Memberi dan menunjukkan sumber 11 36,7
informasi

2. Membangun jejaring kerja antar petani 10 33,3


3. Membangun kemitraan 5 16,7
4. Memandu membuat proposal kegiatan 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan Tabel 30 yakni tanggapan responden mengenai memberikan

akses informasi dalam mengembangkan usahatani, dari 30 responden yang

diteliti maka jawaban terbanyak responden memberi dan menunjukkan sumber

informasi dengan jumlah responden sebanyak 11 orang (36,7%).

Pernyataan responden mengenai apakah bapak/ibu menumbuhkan

kelompok tani/gapoktan dari aspek kualitas dan kuantitas, yang dapat dilihat pada

tabel berikut ini :


62

Tabel 31. Kinerja Responden Berdasarkan Menumbuhkan Kelompok


Tani/Gapoktan Dari Aspek Kualitas dan Kuantitas (Y.11)

No. Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)


1. 2 kelompok tani dan 1 8 26,7
Gapoktan
2. 1 Gapoktan 7 23,3
3. 1 kelompok tani 8 26,7
4. Tidak ada penumbuhan 7 23,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Dari Tabel 31 mengenai menumbuhkan kelompok tani/Gapoktan dari

aspek kualitas dan kuantitas, maka jawaban terbanyak responden adalah 2

kelompok tani dan 1 kelompok tani dengan jumlah responden masing-masing

sebanyak 8 orang (26,7%), diikuti oleh 1 gapoktan dan tidak ada perubahan

dengan jumlah masing-masing sebanyak 7 orang (23,3%).

Kemudian akan disajikan tanggapan responden mengenai meningkatkan kelas


kelompok tani dari aspek kualitas dan kuantitas, melalui tabel berikut ini :

Tabel 32. Kinerja Responden Berdasarkan Meningkatkan kelas kelompok tani


dari aspek kualitas dan kuantitas (Y.12)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Lebih dari 3 kelompok tani 2 6,7

2. 3 kelompok tani 12 40,0


3. 2 kelompok tani 10 33,3
4. 1 kelompok tani 5 16,7
5. Tidak ada peningkatan 1 3,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tabel 32 mengenai pertanyaan meningkatkan kelas kelompok

tani dari aspek kualitas dan kuantitas, maka dari 30 responden yang diteliti
63

didominasi oleh 3 kelompok tani, dengan jumlah responden sebanyak 12 orang

(40%).

Tanggapan responden mengenai apakah bapak/ibu menumbuhkan dan

mengembangkan kelembagaan ekonomi petani dari aspek jumlah kualitas, yang

dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 33. Kinerja Responden Berdasarkan Menumbuhkan dan Mengembangkan


Kelembagaan Ekonomi Petani dari Aspek Jumlah dan Kualitas (Y.13)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. BUMP berbentuk PT dan sudah 1 3,3
berbadan hukum

2. BUMP berbentuk PT dan belum 12 40,0


berbadan hukum

3. BUMP berbentuk koperasi tani dan 13 43,3


sudah berbadan hukum

4. BUMP berbentuk koperasi tani dan 4 13,3


belum berbadan hukum
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Tanggapan responden mengenai menumbuhkan dan mengembangkan

kelembagaan ekonomi petani dari aspek jumlah dan kualitas, maka didominasi

jawaban terbanyak responden adalah BUMP berbentuk koperasi tani dan sudah

berbadan hukum, dengan jumlah responden sebanyak 13 orang (43,3%).

Kemudian akan disajikan tanggapan responden mengenai apakah bapak/

ibu dapat meningkatkan produksi komoditi unggulan di WKPP dibandingkan

produksi sebelumnya, melalui tabel berikut ini :

Tabel 34. Kinerja Responden Berdasarkan Meningkatkan Produksi Komoditi


Unggulan di WKPP (Y.14)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


64

1. 5% atau lebih 3 10,0


2. 4% s/d < 5% 9 30,0
3. 3% s/d < 4% 14 46,7
4. 2% s/d < 3% 4 13,3
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan Tabel 34 yakni mengenai apakah bapak/ibu dapat

meningkatkan produksi komoditi di WKPP dibanding produksi sebelumnya, maka

didominasi jawaban terbanyak responden adalah antara 3% s/d < 4% dengan

jumlah responden sebanyak 14 orang (46,7%).

Kemudian akan disajikan tanggapan responden mengenai apakah bapak/

ibu melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan, yang dapat dilihat pada

tabel berikut ini :


65

Tabel 35. Kinerja Responden Berdasarkan Melakukan Evaluasi Pelaksanaan


Kegiatan Penyuluhan (Y.15)

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Lebih dari 4 kali 5 16,7
2. Sebanyak 4 kali 5 16,7
3. Sebanyak 3 kali 14 46,7
4. Sebanyak ≤2 kali ≤2 6 20,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai apakah bapak/ibu melakukan

evaluasi pelaksanaan kegiatan penyuluhan, maka dari 30 responden yang diteliti

maka didominasi oleh responden yang melakukan penyuluhan sebanyak 3 kali

dengan jumlah responden sebanyak 14 orang (46,7%), diikuti oleh responden

yang melakukan kegiatan penyuluhan sebanyak 2 kali yakni sebanyak 6 orang

atau sebesar 20%.

Kemudian tanggapan responden mengenai apakah bapak/ibu membuat

laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian, yang dapat disajikan pada tabel

berikut ini :

Tabel 36. Kinerja Responden Berdasarkan Membuat Laporan Pelaksanaan


Penyuluhan Pertanian (Y.16

No. Uraian Frekuensi Persentase (%)


1. Laporan Setiap bulan 5 16,7
2. Laporan Setiap Tri wulan 5 16,7
3. Laporan Setiap semester 14 46,7
4. Laporan Setiap Tahun 6 20,0
Jumlah 30 100,0
Sumber : Data primer, 2015

Berdasarkan tanggapan responden mengenai apakah bapak/ibu membuat

laporan pelaksanaan penyuluhan pertanian, maka sebagian besar responden


66

memberikan jawaban membuat laporan setiap bulan, dengan jumlah responden

sebanyak 19 orang (63,3%), hal ini berarti bahwa bapak/ibu yang melakukan

penyuluhan pertanian membuat laporan setiap bulan.

Kemudian untuk variabel keterampilan dengan jumlah item pertanyaan

sebanyak 6, maka terlihat bahwa semua item pertanyaan yang diuji memiliki nilai

corrected item total correlation di atas 0,30. Untuk variabel kemampuan individu

dengan 3 item pertanyaan maka dari 3 item pertanyaan yang diuji validitasnya

maka semua item pertanyaan yang diuji memiliki nilai corrected item total

correlationdiatas 0,30. Sedangkan untuk variabel kinerja penyuluh pertanian

dengan 16 item pertanyaan, maka semua item pertanyaan yang telah diuji

memiliki nilai keabsahan di atas dari 0,30 karena memiliki nilai corrected item

total correlation di atas dari 0,30.

5.3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi bertujuan untuk dapat mengukur seberapa besar pengaruh

antara variabel independent yang terdiri dari : pengetahuan, keterampilan

penyuluh pertanian dan kemampuan individu terhadap variabel dependen yakni

kinerja penyuluh pertanian dengan menggunakan analisis regresi linear berganda

dengan bantuan sistema komputerisasi program SPSS versi 21, dimana hasil

selengkapnya dapat disajikan melalui tabel berikut ini :

Tabel 39. Hasil Olahan Data Mengenai Regresi dengan SPSS 21

Model Unstandardized Standardized t Sig.


Coefficients Coefficients
67

B Std. Error Beta

(Constant) 1,241 4,037 0,307 0,761


Pengetahuan 3,182 1,066 0,419 2,986 0,006
Ketrampilan
0,912 0,431 0,251 2,116 0,044
penyuluh
Kemampuan
1.738 0,805 0,333 2,159 0,040
individu
a. Dependent Variable: Kinerja penyuluh
Sumber : Lampiran SPSS

Sesuai dengan Tabel 39 yakni hasil olahan data regresi, maka persamaan

regresi yaitu sebagai berikut :

Y = 1,241 b0 + 3,182X1 + 0,912X2 + 1,738X3

Berdasarkan hasil persamaan regresi yang dijabarkan maka dapat

diberikan penjelasan regresi sebagai berikut :

b0 = 1,241 merupakan nilai konstanta.

b1 = 3,182 dan bertanda positif, berarti jika pengetahuan penyuluh pertanian

meningkat, maka kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju akan meningkat.

b2 = 0,912 dan bertanda positif berarti jika X2 keterampilan yang dimiliki

penyuluh meningkat, maka kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan

Mamuju Kabupaten Mamuju meningkat.

b3 = 1,738 dan bertanda positif berarti jika X 3kemampuan individu

ditingkatkan, maka kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju meningkat.


68

Kemudian akan disajikan hasil olahan data korelasi yang hasilnya dapat

dilihat melalui tabel berikut ini :

Tabel 40. Hasil Olahan Data Korelasi

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 0,903a 0,815 0,794 4,002

a. Predictors: (Constant), Kemampuan individu, Ketrampilan penyuluh,


Pengetahuan
Sumber : Lampiran SPSS

Dari tabel tersebut di atas maka diperoleh nilai R = 0,903, yang

menunjukkan bahwa korelasi antara ketiga variabel yang diteliti (pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan individu) dapat dikatakan mempunyai hubungan

yang kuat sebab memiliki nilai R yang mendekati 1 dan positif. Hal ini dapat

dikatakan bahwa dengan adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan individu tenaga penyuluh pertanian, maka akan secara langsung

meningkatkan kinerja penyuluh pertanian.

Selanjutnya nilai R2 = 0,815 yang menunjukkan bahwa variasi variabel

kinerja penyuluh pertanian ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan penyuluh

dan kemampuan individu, sedangkan sisanya sebesar 10,5% ditentukan oleh

variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

5.5. Pengujian Hipotesis

5.5.1. Uji Serempak (Uji F)

Untuk melakukan pengujian hipotesis maka digunakan uji serempak (Uji

F) dimana dapat diperoleh dengan cara membandingkan antara nilai


69

Fhitungdan Ftabel. Dari hasil olahan pengujian secara serempak maka diperoleh nilai

Fhitung = 38,195 dan Ftabel = 2,975, hal ini berarti bahwa secara keseluruhan ketiga

variabel yakni pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu secara

bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang serempak terhadap

peningkatan kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten

Mamuju.

5.5.2. Uji Parsial (Uji t)

Untuk menguji pengaruh masing-masing variabel maka digunakan

pengujian secara parsial (Uji t) mengenai pengaruh dari masing-masing variabel

yakni pengetahuan, keterampilan dan kemampuan individu terhadap kinerja

penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju, maka dapat

dilakukan dengan membandingkan antara nilai thitung dan ttabel, serta

membandingkan antara nilai probabilitas dan nilai standar. Apabila nilai t hitung

lebih besar dari nilai ttabel, maka memberikan pengaruh secara signifikan terhadap

variabel dependent, yang dapat diuraikan satu persatu sebagai berikut :

1. Uji signifikan pengetahuan terhadap kinerja penyuluh pertanian

Dalam uji signifikan pengaruh pengetahuan (X1) terhadap kinerja penyuluh

pertanian maka diperoleh nilai thitung = 2,986> ttabel = 1,706, serta memiliki nilai

value 0,006< 0,05, hal ini berarti bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju.
70

2. Uji signifikan keterampilan penyuluh terhadap kinerja penyuluh pertanian

Dalam uji signifikan pengaruh keterampilan penyuluh (X 2) terhadap kinerja

penyuluh pertanian maka diperoleh nilai thitung = 2,116> ttabel = 1,706, serta

memiliki nilai value 0,044< 0,05,berarti keterampilan penyuluh mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan

Mamuju Kabupaten Mamuju.

3. Uji signifikan kemampuan individu terhadap kinerja penyuluh pertanian

Dalam uji signifikan pengaruh kemampuan individu (X3) terhadap kinerja

penyuluh pertanian maka diperoleh nilai thitung = 2,159> ttabel = 1,706, serta

memiliki nilai value 0,040< 0,05, berarti kemampuan individu mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan

Mamuju Kabupaten Mamuju.


71

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

kompetensi individu terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju

Kabupaten Mamuju maka dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil analisis

yaitu sebagai berikut :

1. Kompetensi Individu, Yaitu: pengetahuan, keterampilan kerja dan

kemampuan individu mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap kinerja penyuluh pertanian di Kecamatan Mamuju Kabupaten

Mamuju.

2. Variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian di

Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju adalah keterampilan penyuluh,

alasannya karena memiliki nilai standardized coefficient yang terbesar serta

memiliki nilai probabilitas yang terkecil jika dibandingkan dengan variabel

pengetahuan dan kemampuan penyuluh pertanian.

6.2. Saran-saran

Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan

yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sehubungan dengan

hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut :


72

1. Disarankan untuk lebih meningkatkan kinerja penyuluh pertanian, maka setiap

penyuluh pertanian harus memiliki kompetensi yang tinggi melalui :

pengetahuan yang dimiliki terkait dengan pertanian, keterampilan penyuluh

pertanian serta kemampuan penyuluh pertanian dalam meningkatkan kinerja

penyuluh pertanian,

2. Disarankan agar setiap penyuluh pertanian sebaiknya diberikan pelatihan-

pelatihan dan pendidikan khusus terkait dengan produksi dan produktivitas

hasil pertanian.
73

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negeri Nomor: 46A Tahun 2003

Asngari, P.S. 2003.“Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan


dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat, dalam Membentuk Pola
Perilaku Manusia Pembangunan”.Diedit Oleh AdjatSudrajat dan Ida
Yusnita.Bogor : IPB.

Benedicta, Prihatin Dwi. 2003. Kewirausahaan Dari Sudut Pandang. Pskilogi


Kepribadian. Jakarta: Grasindo

Buchori, Alma. 2004. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Bandung:


Alfabeta

Departemen Pertanian. 2000. Kebijakan Nasional Penyelenggaraan Penyuluhan


Pertanian. Jakarta : Deptan.

Directorate of Agricultural Extension of India. 1980. Extension Education In


Community Development. India - New Delhi : Directorate of Extension,
Ministry of Food and Agriculture Government of India.

Dharma, 2005, Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia,edisi pertama,


cetakan kedua, Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Fogg, Milton, 2004, The Greatest Networker in the Workd, the ThreeRivers Press,
New York

Gibson, 1996. Organisasi, Perilaku,Struktur, dan Proses. Jakarta: Bina Rupa


Aksara.

Hutapea, Parulian dan Nurianna Thoha, 2008, Kompetensi Plus : Teori, Desain,
Kasus dan Penerapan untuk HR dan Organisasi yang Dinamis,Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Jahi, Leilani. 2006. Kinerja Penyuluh Pertanian di Beberapa Kabupaten,


Provinsi Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol. 2 No.2

Lambing, Peggy and Khuel, Charles R. 2000. Enterpreneurship, New Jersey:


Prentice Hal Inc.

Makmur, 2013, Teori Manajemen Stratejik (Dalam Pemerintahan dan


Pembangunan), cetakan kedua, penerbit : RefikaAditama, Bandung.
74

Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta:


LembagaPengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan
danPencetakanUNS (UNS Press)
Marius J.A, Sumardjo, SlametMargono, Pang S Asngari. 2006.Pengaruh
FaktorInternal dan Eksternal Penyuluh Terhadap Kompetensi Penyuluh di
NusaTenggara Timur. Jurnal Penyuluhan. Edisi September.ISSN-
2664.Vol.3No. Bogor: Institut Pertanian Bogor

Martin, E. Wainright. 2002. Managing Information Technology. 4th


Edition. Prentice Hall , New Jersey

Meredith, Geoffrey G. 1996. Kewirausahaan; Teori dan Praktek. Jakarta: PPM

Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi.Penerbit : Ghalia


Indonesia, Jakarta.

Nurliani.1996. Pengaruh Kompetensi Wirausaha dan Strategi Bersaing Terhadap


Keberhasilan Usaha Industri Kecil di Kota Makassar.

Salim, F. 2005. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian (Materi Dalam Diklat Dasar-


Dasar FungsionalPenyuluh).

SantosoSinggih, 2006, Statistik Non Parametrik, Penerbit : Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta

Sedarmayanti, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kedua,


Penerbit : Mandar Maju, Bandung

Setiana. L. 2005. Teknik Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat.

Slamet, Margono. 2001. Menata Sistem Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi


Daerah. Bogor. IPB.
_______. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor : IPB.

Soeharto,N.P. 2005. Progama Penyuluhan Pertanian (Materi dalam DiklatDasar –


Dasar Funsional Penyuluh).

Sujaweni Wiratna, 2014. Metodologi Penelitian Lengkap, Praktis dan Mudah


Dipahami, cetakan pertama, Penerbit : Pustakabarupres, Yogyakarta

Sukardi.1997. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya.


Jakarta: Bumi Aksara

SunyotoDanang, 2012, Analisis Validitas dan Asumsi Klasik, cetakan pertama,


Penerbit : Gava Media, Yogyakarta
75

Suparno, Edi. 2008. Pengaruh Kompetensi, Motivasi Kerja, dan Kecerdasan


Emosional terhadap Kinerjahttp://etd.eprints.ums.ac.id. Diakses Tanggal 5
Juni 2010.

Suryana, A, 2004.Kewirausahaan Pedoman Praktis: Kiat dan Proses Menuju


Sukses. Bandung: Salemba Empat

Undang-undang No. 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,


Perikanan dan Kehutanan

Wibowo, 2007.Manajemen Kinerja. Penerbit : Rajagrafindo Persada. Jakarta

Zimmerer, Thomas dan Norman M. Scarborough.1998. Pengantar Kewirausahaan


dan Manajemen Bisnis Kecil, Jakarta: PT. Prenhallindo

Anda mungkin juga menyukai