Anda di halaman 1dari 24

COVEER

I
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengatur alam
semesta, baik alam yang dapat manusia lihat dengan panca
indra maupun tidak, demikian pula atas segala rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan sebuah buku yang
berjudul “ Sang Pembatik Di Bumi Muda Sedia” dengan baik.
Buku ini penulis persembahkan kepada SMKN 1 KARANG
BARU dan Teman-teman literatur seluruh Indonesia serta seluruh
teman seperjuangan di Festival Literasi Siswa. Semoga buku ini
dapat memotivasi kita semua untuk sadar akan penting nya
pengetahuan mengenai tokoh vokasinj
Penulis berharap dengan terselesaikannya buku ini,
semoga dapat membantu menyadarkan dan memberikan solusi
bagaimana seharusnya peran pelajar sebagai pelopor Literasi
dalam membantu menekan angka minat baca di indonesia.
Dengan kepastian hukum yang saling berkorelasi dengan
kebijakan atau peran pihak lain. Sehingga dapat menjadikan
generasi penerus bangsa yang cerdas, disiplin, berpendidikan
dengan menyelamatkan budaya baca di daerah masing-masing.

II
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan buku ini.
Terutama kepada orang tua yang selalu mendoakan agar
mendapat hasil yang terbaik kepada Bapak/Ibu guru SMK Negeri
1 Karang Baru yang telah memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini
dengan baik. Serta ucapan terima kasih kepada Bu Dewi
Samsinar yang telah bersedia membagikan pengalaman
hidupnya kepada penulis

Aceh Tamiang, 13 Maret 2020

Contents
No table of contents entries found.

KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................
DAFTAR GAMBAR DAN VIDEO...............................................................
Biografi Sang Pembatik Di Bumi Muda Sedia..........................................
A. Profil Dewi Samsinar...................................................................
B. Mendapat Skil Membatik.............................................................
III
C. Ide Mendirikan UMKM Sanggar Batik...........................................
D. Prestasi Kreasi Membatik............................................................
E. Mendirikan Sekolah Taman Kanak (TK) .......................................
F. Ikut aktif Membantu Korban Konflik Aceh Tamiang.......................
PENUTUP.............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
Biografi Penulis....................................................................................
 Biografi Rizki Ananda Mustafa.....................................................
 Biografi Rahmat Tanoga.............................................................

DAFTAR GAMBAR
Gambar : 1 Foto piala UMKM naik kelas.................................................

Gambar : 2 Foto piala UMKM naik kelas.................................................

Gambar : 3 Foto koleksi piala................................................................

IV
Gambar : 4 Rizki Ananda Mustafa..........................................................

Gambar : 5 Rahmat Tanoga..................................................................

V
1
Biografi Sang
Pembatik Di Tanah
Melayu

A. Profile Dewi Samsinar

Tokoh vokasi yang penulis angkat adalah seorang


Pengrajin Batik. Dewi Samsinar, 51 tahun yang lalu tepatnya hari
Rabu tanggal 7 Oktober 1969 di Bandar Khalifah, Kec. Bendahara
Kab. Aceh Tamiang beliau dilahirkan dari pasangan Bapak
Rustam Safari dan Ibu Asmara Murni.

Pada tahun 1975 Dewi menempuh pendidikan dasar di


SD Negeri Upah Kec.Bendahara Kab.Aceh Tamiang. Setelah
menyelesaikan pendidikan dasar, ayahnya yang seorang tentara
ditugaskan sebagai DANYON (Komandan Batalyon) Laskar
Rajawali Bukit Barisan, tepatnya di Kota Bireun. Dewi kecil pun
ikut pindah bersama orang tuanya, dan melanjutkan Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Bireun. Selanjutnya
pada tahun 1984, Dewi melanjutkan pendidikan di SMEA

2
(Sekolah Menengah Pertama) dan menjadi lulusan tebaik pada
saat itu.

Setelah Tamat dari SMEA, Dewi bercita-cita untuk


melanjutkan pendidikan ke Universitas Syiah Kuala. Tetapi
keinginannya gagal karena pada saat itu sedang terjadi Konflik
Darurat Militer di Aceh. Dewi merasa sedih, tetapi sang ibu
memberikan harapan bahwa nanti setelah masa konflik berakhir
ia dapat melajutkan pendidikannya di Universitas Syah Kuala.

Namun Kesedihan yang dirasakan Dewi berlanjut, ketika


sang ayah yang sangat dicintainya dipanggil oleh Sang Maha
Pencipta. Tepatnya pada tahun 2004 dalam sebuah
pertempuran. Sehingga kesedihan yang dirasakannya semakin
dalam.
Setelah ayahnya meninggal, keadaan di Aceh semakin
memanas hampir setiap hari terdengar suara tembakan. Hal ini
membuat sang ibu merasa resah dan takut. Akhirnya sang ibu
memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Aceh
Tamiang.
Pupuslah semua harapan Dewi untuk melanjutkan kuliah
setelah masa konflik usai. Keinginannya untuk dapat kuliah di
Unversitas Syiah Kuala takkan pernah terwujud.

3
B. Perjalanan Mendapatkan Skill
Membatik

Pada tahun 2005 Dewi Samsinar mengikuti workshop atau


seminar selama seminggu. Dimulai dari tanggal 5-12 Oktober
yang digelar oleh Pemerintah Aceh yang di sponsori oleh
Australia. Dalam kegiatan yang diselenggarakan di kampus Syiah
Kuala, mereka diberi pengetahuan berupa keterampilan serta
bantuan dana untuk mengembangkan usaha.

Informasi kegiatan workshop ini diperoleh Dewi dari Harian


“Serambi”. Kegitan itu diselenggarakan untuk masyarakat korban
konflik. Setelah mendapatkan surat keterangan dari kepala desa
yang menjelaskan tentang dirinya sebagai salah seorang korban
konflik. Maka pada tanggal tanggal 4 Oktober 2005 beliau
berangkat ke banda Aceh dengan 150 peserta lainnya.

4
Ada sebuah pengalaman menarik yang dialami oleh Dewi
dalam perjalanannya menuju Kota Banda Aceh. Saat itu, Dewi
melihat seorang gadis kecil yang sedang mabuk perjalanan. Dewi
sangat kasihan melihatnya dan ternyata gadis tersebut baru
pertama kalinya bepergian dengan jarak yang sangat jauh, tanpa
ditemani orang tua ataupun saudara. Dewi pun menolong gadis
tersebut dengan memberikan minyak aromaterapi kepadanya.

Gadis itu bernama Siti, ia tinggal bersama neneknya di


Matang Seping Kec. Sungai Iyu. Orang tua dan saudaranya
hilang dan tak tahu dimana rimbanya. Sekilas terlintas dipikiran
Dewi bahwa kesedihan yang dialaminya selama ini, ternyata
tidak ada apa-apanya dibandingkan penderitaan yang dialami
oleh gadis malang itu.

Mendengar kisah tentang Siti yang hidup tanpa orang tua


dan saudara, serta rela bepergian jauh demi merubah nasibnya,
membuat Dewi bangkit dari kesedihannya. Di dalam hatinya, dia
berjanji merubah kesedihan menjadi sebuah kebahagian, dengan
berusaha semaksimal mungkin.

Ternyata bukan hanya Dewi dan Siti saja yang mengalami


nasib pahit menjadi korban konflik. Ada puluhan bahkan ratusan
5
wanita usia remaja yang terpaksa menjalani hidup penuh dengan
penderitaan serta kesedihan bahkan mereka mengalami trauma
yang berkepanjangan. Hal inilah yang menguatkan tekad Dewi
untuk mengikuti pelatihan selama sepekan dengan sungguh-
sungguh.

Setelah pulang dari Banda Aceh, beliau bercerita kepada


sang ibu bagaimana pengalamannya ketika mendapatkan
pelatihan membatik, menata rias, menjahit, serta pengetahuan
dasar-dasar ilmu ekonomi. Selain itu Dewi juga menceritakan
pengalamannya saat perjalanan menuju Kota Banda Aceh.

Mendengar hal tersebut sang ibu pun berinisiatif untuk


membelikan alat-alat menjahit dan alat tata rias untuk anaknya.
Sontak Dewi sangat senang karena memang kala itu ia belum
juga mendapatkan pekerjaan selain membantu ibunya di sawah.

Setelah mendapatkan mesin jahit dan alat-alat kosmetik


dari sang ibu, Dewi memberanikan diri untuk memulai usahanya.
Usaha yang dilakukannya tidaklah semudah membalikkan telapak
tangan, banyak tantangan yang harus dilaluinya. Namun Dewi
tak pernah menyerah dan terus berusaha.

6
Akhirnya, hari demi hari bulan demi bulan berlalu, Dewi
yang awalnya hanya mendapatkan pelatihan sepekan, menjadi
terkenal dikampungnya sebagai peñata rias terbaik. Serta sering
diundang untuk merias pengantin dan anak-anak tari.

Diawal tahun 2006 ia memutuskan bekerja di sebuah


butik milik Ibu Ros yang berada di Desa Pahlawan Kec. Karang
Baru, di sana ia bekerja sebagai seorang penjahit. Karena
kemampuan menjahitnya bagus, masyarakat sangat menyukai
hasil jahitannya. Khususnya, ibu-ibu arisan Desa Pahlawan yang
sangat puas dengan hasil jahitan baju kebaya dan kain
songketnya.

C. Ide Mendirikan UMKM Sanggar Batik


dan Kecantikan.

Pada tahun 2010, Dewi mendirikan lembaga kursus


membatik dan kecantikan. Beliau berusaha memperkenalkan seni

7
batik kepada masyarakat Aceh Tamiang dan sekitarnya.
Lembaga kursus membatik dan kecantikan ini diberi nama
“Lembaga Saqina”. Lembaga Saqinah ini terletak sekitar 35
kilometer dari ibukota Kabupaten Aceh Tamiang.

Diawali dengan modal pas-pasan, Dewi berusaha


mengembangkan lembaga kursus batik miliknya. Dan pada saat
ini Lembaga Saqina beranggotakan 20 orang perempuan.
Kebanyakan dari mereka adalah wanita-wanita korban konflik.

Demi untuk mengembangkan usahanya Dewi bekerjasama


dengan Lembaga Logika di Pekalongan. Tepatnya pada bulan
Januari 2013 LKP Saqina dan Logika menggelar pelatihan seni
batik cap dengan mendatangkan guru membatik dari
Pekalongan. Acara pelatihannya dilaksanakan selama sembilan
hari di Kota Banda Aceh dan empat hari di Desa Bandar Khalifah
Aceh Tamiang.

Usaha yang ditempuh Dewi tidak berjalan mulus, setelah


beberapa tahun beroperasi, Dewi masih mengalami kesulitan
dalam memasarkan produksi batiknya. Ini dikarenakan banyak
masyarakat yang belum mengetahui batik hasil produksi Dewi.
Padahal batik milik Dewi sering diikiutsertakan dalam ajang
perlombaan.

8
f. Bahan Baku dan Proses Pembuatan Batik

Bahan baku yang digunakan Dewi dalam produksi


batiknya masih didatangkan dari Pekalongan, seperti kain dan
campuran pewarna tekstil. Sedangkan alat cap atau cetakan,
Dewi mendesainnya sendiri tapi tetap ditempah ke Pekalongan.

Untuk proses pembuatan batik cap berukuran standar,


Dewi membutuhkan waktu selama dua hari. Pertama-tama kain
putih direndam dengan tipol, kemudian dijemur, setelah kain
mengering baru dicap dan dilakukan proses pewarnaan.

Selanjutnya kain direndam dengan air biasa selama satu


malam. Lalu keesokan harinya dilakukan perebusan selama lima
menit. Setelah kain-kain yang sudah dicap itu direbus, direndam
kembali selama satu malam dan keesokan harinya ditiriskan
sampai kering.

Ukuran batik yang tersedia mulai dari 2, 10 dan 3,10


meter. Harga batik cetak buatan tangan kelompok ini pun sangat
terjangkau, berkisar Rp 50.000 sampai paling mahal Rp
160.000/meter tergantung mutu kain. Selain menjual kain batik,
9
LKP Saqina juga menyediakan baju batik yang sudah jadi,
dengan bandrol Rp 100.000/potong.

Lembaga Saqina saat ini memiliki 20 motif batik cap dan


12 corak batik tulis khas Aceh Tamiang, diantaranya motif pucuk
rebung, pintu Aceh, motif bunga selanga dan motif lain. " Yang
banyak diproduksi adalah motif pintu Aceh dan pucuk rebung
bambu, karena kedua motif itu banyak dipesan orang", terang
Dewi yang didampingi karyawanya Yusnawati.  

LKP Saqina dalam sepekan mampu menghasilkan 50 meter


batik cap. Untuk gaji pekerja Dewi memberikan upah sebanyak
Rp10.000/meter, sementara keuntungan dari sepotong kain yang
sudah siap dibatik sepanjang 2,10 meter Rp 25.000. "Ya lumayan
juga, keuntungan dari bahan yang terjual selama ini bisa untuk
membangun butik kecil-kecilan", ujar Dewi sambil tersenyum.

G. Partisipasi Pemerintah dalam pengembangan


Lembaga Saqina

Pada bulan Juni 2013, Istri Bupati Aceh Tamiang, Ibu Iris
Atika berkunjung ke Lembaga Saqina di Bandar Khalifah. Iris
Atika yang datang dengan kapasitas sebagai ketua PKK

10
kabupaten Aceh Tamiang memuji hasil kerajinan tangan
Kelompok Saqina dan berjanji untuk mempromosikan usaha batik
milik Dewi tersebut ke luar daerah.

Sementara Sekretaris Daerah Aceh Tamiang Razuardi MT


dalam kunjunganya di Kecamatan Bendahara, berjanji
membangun rumah batik di Desa Bandar Khalifah. "Sekda
sempat menanyakan sebidang tanah kepada saya untuk lahan
mengembangkan usaha batik di desa ini", ungkap Dewi.  

Selain itu Dewi juga berharap kepada pemerintah agar


dapat memberikan bantuan berupa mesin pembuatan batik, agar
dapat memproduksi batik jenis printing sehingga mampu
menyerab tenaga kerja lebih banyak lagi. “Sejauh ini proses
pembuatan batik masih secara manual. Mungkin bila ada
pesanan dalam skala besar kami belum mampu menerimanya.
Apalagi penguasa pasar batik saat ini adalah batik cetak mesin
(printing). Di Aceh Tamiang kami satu-satunya yang
mengembangkan usaha seni membatik, sehingga wajar bila kami
perlu mesin membatik yang harganya mencapai RP 200 juta “,
ujarnya.

Kepala Dinas Koprindag Aceh Tamiang Abdul Hadi melalui


Kasi UKM Arfan mengaku siap membantu untuk mempromosikan

11
batik tersebut. Mengenai keperluan alat-alat seperti mesin yang
menyangkut bidang industri, kepada yang bersangkutan bisa
mengusulkan proposal ke Dinas untuk ditindaklanjuti apakah itu
masuk rana UKM atau IKM.

Untuk pemasaran, sesuai ketersediaan anggaran bidang


UKM Diskoperindag akan membantu mempromasikan seni
tersebut lewat ajang pameran yang akan digelar di
kabupaten/kota lainnya.

E. Prestasi Kreasi Membatik Dewi

12
E. Mendirikan Sekolah Taman Kanak (TK)

Ternyata selain memiliki usaha membatik, Dewi juga


memiliki sebuah Taman Kanak-Kanak. Keinginan Dewi untuk
menjadi seorang guru dan ikut memajukan pendidikan di
daerahnya sangatlah besar. Ini terbukti dengan berdirinya
sebuah Taman Kanak-Kanak pada tanggal 02 januari 2018 yang
lokasinya tidak jauh dari Lembaga Saqina miliknya.

Ada beberapa alasan yang mendorong Dewi untuk terjun


ke dunia pendidikan sebagaimana yang diungkapkan oleh Dewi.
“Mengapa saya ingin menjadi seorang Guru? Alasannya adalah
karena saya ingin berbagi ilmu yang saya miliki” ujar Dewi.
“Selain itu ketika saya melihat kepolosan, ketakutan,
kebingungan, keceriaan dan kebahagiaan anak-anak, saya
merasakan kebahagiaan yang luar biasa”, terang Dewi.

13
F. Ikut aktif Membantu Korban Konflik
Aceh Tamiang
Konflik antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh berdampak pada
ekonomi, pendidikan, dan keselamatan masyarakat. Konflik ini
muncul sejak diproklamirkan kemerdekaan Aceh pada 4
Desember 1976 di Pidie. Dan sejak saat itu banyak anak-anak
yang mengalami trauma serta tidak dapat mengenyam
pendidikan.

Karena itu mucullah keinginan Dewi untuk membantu


korban konflik yang membutuhkan pertolongan. Dan itu
diwujudkan Dewi dengan mengumpulkan wanita-wanita korban
konflik dan membuat pelatihan membatik untuk mereka.

Dewi berharap dengan pelatihan yang diberikannya dapat


membantu masyarakat korban konflik sehinnga mereka dapat
membuka usaha sendiri.

14
15
Daftar Pustaka

Adminhantu01, “Cara Menulis Biografi Tokoh” 07 Agustus


2018, http://ghostwriteindonesia.com/cara-menulis-biografitokoh
Casofa, Fachmy, “Panduan Menulis Biografi”, 08 Agustus
2018, http://Pachmycasofa.com/panduan-menulis-biografi/
Widyatama, Bastian, “Cara Membuat Buku”, 07 Agustus
2018, http://penerbitdeeppublish.com/cara-membuat-
bukupenerbit-buku-b12/
Cara mendownload aplikasi 3D PageFlip Profesional
https://www.youtube.com/watch?v=0jF3iA0SiCw

16
Rizki Ananda Mustafa
Rizki Ananda Mustafa lahir di Langsa pada 5 Januari
adalah siswa kelas XI Sekolah
Menengah Kejuruan Negeri 1
KARANG BARU Jurusan
Rekayasa Perangkat Lunak.
Disekolah, rizki dintunjuk dan
dipercaya sebagai Duta Literasi
bidang Cipta Buku Elektronik,
rizki juga termasuk anggota
rohis SMKN 1 Karang Baru,
serta aktif di organisasi siswa
intra sekolah (OSIS). Biasanya sering di panggil rizki, Anak
tunggal dari Ibu berdarah Gayo, Ibu Ratna sari S,E dan Ayah
berdarah Aceh, Bapak Mustafa.
GAMBAR : 4 RIZKI ANANDA MUSTAFA
Bertempat tinggal di desa
Simpang IV Upah bersekolah di SDN Upah (2008-2014) dan
SMPN 2 Karang Baru (2014-2017).

Email : rizkianandamustafa91@gmail.com.
17
Rahmat Tanoga
Rahmat Tanoga lahir di Aceh Tengah pada 30 Juli 2003
adalah siswa kelas XI sekolah menengah kejuruan SMKN 1
KARANG BARU Jurusan Rekayasa Perangkat .Disekolah, Tanoga
dintunjuk dan dipercaya sebagai Duta Literasi bidang Cipta Buku
Elektronik, Tanoga juga termasuk anggota rohis SMKN 1 Karang
Baru, serta aktif di Pencak Silat.
Biasanya sering di panggil toga,
Anak tunggal dari Ibu berdarah
Tamiang, Hajijah dan Ayah
berdarah Gayo, Bapak
Zainuddin Candra. Bertempat
tinggal di Sekerak Kanan
bersekolah di SDN 3 Bintang
(2008-2014) dan MTSN 6 Aceh
Tengah (2014-2017).

Email
:rahmattanoga@gmail.com.

18
GAMBAR : 4 RAHMAT TANOGA

SINOPSIS

Buku yang berjudul “sang pembatik di bumi muda sedia”.


sebuah biografi inspiratif dari “Dewi Samsinar” seorang
pembatik dari desa bandar khalifah. Menceritakan tentang
pengalaman hidup yang akan diceritakan dalam buku ini. beliau
mendirikan lembaga kursus sanggar batik untuk para korban
konflik khusus nya para wanita Sampai Keinginannya yang besar
untuk memajukan pendidikan membuat nya mampu mendirikan
sebuah taman kanak kanak.

19

Anda mungkin juga menyukai