Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PENGANTAR VEKTOR

“TUNGAU”

Dosen Pengampu : Awaluddin Hidayat Ramli Inaku, SKM., M.KL

Disusun oleh :
Kelompok 3
1. Farrelito Ardhaffa Putra (1805015287)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
2020
A. DEFINISI

Tungau adalah arachnida yang memiliki suatu gnathosoma (suatu


kapitulum anterior mulut) yang mudah dibedakan dari arachnida lain, karena tidak
adanya pembagian yang jelas antara cephalothorax (prosoma) dan perut
(opisthosoma).Tungau merupakan hewan bertubuh kecil sampai mikroskopis dan
umumnya berukuran 1 mm atau kurang.

Tungau merupakan spesies yang melimpah diperkirakan terdiri atas


20.000 spesies dengan memiliki habitat antara lain tanah, humus, air tawar, air
laut, dan tumbuhan, serta bersifat parasit pada hewan dan tanaman. Beberapa dari
mereka memakan tumbuhan dan hewan yang masih hidup maupun yang sudah
mati, sedangkan yang lain menghisap cairan tumbuhan. Selain itu beberapa dari
mereka memiliki kebiasaan berada di kulit, darah atau jaringan dari vertebrata
darat.

B. MORFOLOGI

Tungau merupakan binatang yang berukuran sangat kecil, yakni 250-300


mikron berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata.Tungau
memiliki ciri umum memiliki tubuh tersegmentasi dengan segmen disusun dalam
dua tagmata: sebuah prosoma (cephalothorax) dan opisthosoma (perut). Namun,
hanya jejak-jejak samar segmentasi utama tetap di tungau, sedangkan prosoma
dan opisthosoma menyatu.

Tungau dewasa memiliki empat pasang kaki, seperti arachnida lain, tetapi
beberapa memiliki kaki lebih sedikit.Beberapa tungau parasit hanya memiliki satu
atau tiga pasang kaki dalam tahap dewasa. Tungau dewasa dengan hanya tiga
pasang kaki dapat disebut 'larviform'.

2
Tungau bernapas melalui tracheae, stigmata (lubang kecil pada kulit),
usus dan kulit. Kebanyakan tungau tidak memiliki mata. Mata pusat arachnida
selalu hilang, atau mereka menyatu menjadi satu mata.Panjang tungau dewasa
hanya 0,3-0,4 milimeter. Tungau memiliki tubuh semitransparan memanjang yang
terdiri dari dua segmen menyatu. Tungau memiliki delapan kakipendek, kaki yang
tersegmentasi melekat pada segmen tubuh pertama. Tubuh ditutupi dengan sisik
untuk penahan dirinya dalam folikel rambut, dan tungau memiliki pin (seperti
mulut) yaitu bagian untuk makan sel-sel kulit dan minyak (sebum) yang
menumpuk di folikel rambut. Tungau dapat meninggalkan folikel rambut dan
perlahan-lahan berjalan-jalan pada kulit, dengan kecepatan 8-16 mm per jam,
terutama pada malam hari, ketika mereka mencoba untuk menghindari cahaya.

3
Keterangan:
a. Gnatosoma
Gnatosoma terletak di bagian anterior tubuh merupakan alat mulut
yang terdiri atas kelisera dan pedipalpi. Pada gnatosoma terdapat
stigmata, peritrema dan alat sensori. Stigmata dan peritrema berfungsi
sebagai alat pernapasan. Kelisera berfungsi sebagai alat untuk
menusuk, menghisap dan mengunyah sedang pedipalpi berfungsi
sebagai alat bantu makan.
b. Kapitulum
Gnatosoma merupakan bagian dari kapitulum
c. Podosoma
Terdapat empat pasang tungkai yang terletak pada podosoma.
d. Opistosoma
Opistosoma merupakan bagian posterior dari tubuh tungau yang terdiri
dari organ sekresi dan organ genital.
e. idiosoma
Idiosoma pada tungau adalah podosoma dan opistosoma yang menyatu.
 T1, T2, T3, T4 = tungkai ke-1 hingga ke-4

C. BIOLOGI TUNGAU
1. Siklus Hidup
Daur hidup tungau ada 4 fase, yaitu : telur→ larva→nimfa →tungau
dewasa. Siklus hidup tungau mulai dari telur sampai dewasa memerlukan
waktu selama 8-12 hari. (Hamzah, 2007)

4
1. Fase telur
Pada tungau betina yang dewasa biasanya bertelur setiap hari.
Sehari rata-rata menghasilkan telur 5 butir.
2. Fase larva
Setelah 3-4 hari telur menetas menjadi larva. Larva tungau hidup
dan makan selama 4 hari kemudian beristirahat selama 24 jam. Selama
masa istirahat tersebut terjadi pergantian kulit (molting) menuju tahap
berikutnya.
3. Fase nimfa
Pada tahap ini bentuk tungau sudah seperti bentuk dewasanya
dengan 4 pasang kaki. Bentuk  nimfa ini terdiri dari dua fase yaitu

5
protonimfa dan deutonimfa. Masing-masing fase nimfa makan selama 3-5
hari, istirahat , kemudian molting menuju tahap berikutnya.
4. Fase tungau dewasa
Tungau dewasa berukuran ± 0,4 mm, berwarna putih-krem atau
kecoklatan dan dapat dilihat oleh mata telanjang atau kaca pembesar.
Tungau dewasa dapat hidup dan mencapai umur 2 bulan. Pada tungau
dewasa setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang
jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang telah dibuahi
mempunyai kemampuan untuk membuat terowongan pada kulit sampai
diperbatasan stratum korneum dan startum granulosum dengan
kecepatan0,5-5 mm per hari. Di dalam terowongan ini tungau betina akan
bertelur sebanyak 2-3 butir setiap hari. Seekor tungau betina akan bertelur
sebanyak 40- 50 butir semasa siklus hidupnya yang berlangsung kurang
lebih 30 hari.

Terowongan yang dibuat oleh tungau betina

6
2. Makanan
Makanan kesukaan tungau yakni serpihan kulit mati dari manusia
dan hewan. Serpihan ini biasanya tertinggal pada karpet, sofa, pakaian,
kasur dan bantal. Secara tidak sadar setiap orang membuang serpihan
kulit mati kurang lebih 1,5 gram/hari. Jumlah ini cukup untuk dimakan
oleh satu juta tungau debu.

3. Habitat

Banyak diantara anggotanya yang hidup bebas di daratan, namun ada


anggotanya yang menjadi parasit pada hewan lain (mamalia maupun
serangga). Tungau menyukai tempat – tempat yang lembab dan tempat
yang tidak terkena sinar matahari.

D. KLASIFIKASI

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Arachanida
Ordo : Acarinida
Famili : Demodicidae, Psorergatidae, Tydeidae, dll
Genus : Demodex, Psorergates, Tydeus, dll
Spesies : Demodexbrevis, Psorergatesovis, Tydeusmolestus, dll

1. Demodex brevis

Demodex brevis merupakan salah satu bagian dari Famili Demodicidae.


Demodex brevis merupakan tungau wajah yang menimpa manusia, biasanya
ditemukan dalam kelenjar sebaceous dari tubuh manusia. Dalam kondisi normal
mereka tidak berbahaya, dan diklasifikasikan sebagai commensals (tidak ada

7
kerugian atau keuntungan ke host) dibandingkan dikatakan sebagai parasit (di
mana tuan rumah yang dirugikan), meskipun dalam kondisi wabah (demodicosis)
mereka bisa berbahaya.

Brevis demodex biasanya ditemukan pada manusia. D. brevis tinggal di


kelenjar sebaceous terhubung ke folikel rambut. Dapatditemukan di wajah, dekat
hidung, bulu mata dan alis, dan juga terdapat di tempat lain pada tubuh.

Tungau demodex jantan dan betina memiliki pembukaan genital, dan


pembuahan internal. Perkawinan berlangsung di pembukaan folikel, dan telur
diletakkan di dalam folikel rambut atau kelenjar sebaceous. Larva tungau menetas
setelah tiga sampai empat hari, dan larva berkembang menjadi dewasa dalam
waktu sekitar tujuh hari. Umur total tungau demodex adalah beberapa minggu.
Tungau mati membusuk di dalam folikel rambut atau kelenjar sebaceous.
Penelitian terbaru telah menunjukkan bahwa penyakit kulit yang umum rosacea
dapat disebabkan oleh tungau membusuk.Infestasi pada manusia disebut
demodicosis atau demodex (radang kelopak mata).

2. Dermatophagoides pteronyssinus

Dermatophagoides pteronyssinus (tungau debu rumah /TDR) adalah


tungau debu rumahyang berukuran 0,2 – 1,2 mm, badannya berbulu dan berkaki 4

8
pasang(dewasa). TDR termasuk ordo acari, mengalami metamorfosis tidak
sempurna dan ditemukan pada debu rumah terutama di tempat tidur (sprei, kasur,
bantal), karpet, lantai dan juga ditemukan di luar rumah, misalnya pada sarang
burung, permukaan kulit mamalia dan binatang lainnya. Makanannya adalah
serpihan kulit (skuama) manusia / binatang. Tungau merupakan komponen
alergenik utama dari debu rumah. Bagian TDR yang mengandung alergen adalah
kutikula, organ seks dan saluran cerna. Selain bagian badan, feses TDR juga
mempunyai sifat antigenik. Antigen yang berasal dari tubuh TDR masuk ke dalam
tubuh manusia melalui penetrasi kulit, sedangkan yang berasal dari feses masuk
ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi. Tungau ini diketahui sebagai pemicu
serangan asma dan gejala-gejala alergi di seluruh dunia. Penyebabnya adalah
enzim-enzim (terutama protease) yang keluar dari perut bersama-sama
kotorannya. Tungau debu merupakan alergen hirup sebagai faktor pencetus
timbulnya penyakit alergi seperti dermatitis atopik, asma bronkial dan rinitis.

3. Sarcoptes scabei

Sarcoptes scabiei adalah tungau yang termasuk famili Sarcoptidae, ordo


Acari kelas Arachnida. Badannya transparan, berbentuk oval, pungggungnya
cembung, perutnya rata, dan tidak bermata. Ukurannya,yang  betina antara 300-

9
450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang  jantan lebih kecil, antara 200-240
mikron x 150-200 mikron. Bentuk  dewasa tungau ini memiliki 4 pasang kaki, 2
pasang merupakan pasangan kaki depan dan 2 pasang lainnya kaki belakang.
Pasangan kaki yang pertama berakhir sebagai tabung panjang masing-masing
dengan sebuah alat penghisap berbentuk bel dan dengan kuku. Kaki belakang
berakhir menjadi bulu keras yang panjang kecuali pasangan kaki ke-4 pada jantan
yang mempunyai alat penghisap. Pada permukaan sebelah dorsal terdapat garis-
garis yang berjalan transversal yang mempunyai duri, sisik, dan bulu keras.
Bagian mulutnya terdiri atas selisera yang bergigi, pdipalpi berbentuk kerucut
yang bersegmen tiga dan palp bibir yang menjadi satu dengan hipostoma.
Tungau membuat terowongan pada bagian permukaan kulit tubuh pada
lekukan lutut dan siku berada diantara sela – sela jari dan pergelangan tangan serta
pada daerah sekitar puting payudara wanita dan penis serta kantung zakar pada
laki – laki dan di pantat bagian bawah.
Tungau penyebab penyakit scabies ini distribusinya hampir di seluruh
penjuru dunia namun kebanyakan di beberapa negara berkembang dimana
prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi umum dan cenderung tinggi pada
anak serta orang dewasa. Di Indonesia banyak menyebar di kampung – kampung
yang padat penduduknya, di rumah penjara, asrama, dan panti asuhan yang kurang
terjaga kebersihannya. Terjadi juga pada satu keluarga atau tetangga yang
berdekatan. Infestasi dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi dan keadaan
demografis serta ekologisnya.

10
Siklus hidup Sarcoptes scabiei dari telur hingga dewasa berlangsung
selama satu bulan. Sarcoptes scabei memiliki empat fase kehidupan yaitu telur,
larva nimfa dan dewasa. Berikut ini siklus hidup Sarcoptes scabiei :
1. Betina bertelur pada interval 2-3 hari setelah menembus kulit.
2. Telur berbentuk oval dengan panjang 0,1-0,15 mm
3. Masa inkubasi selama 3-8 hari. Setelah telur menetas, terbentuk larva yang
kemudian bermigrasi ke stratum korneum untuk membuat lubang molting
pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki.
4. Stadium larva terjadi selama 2-3 hari. Setelah stadium larva berakhir,
terbentuklah nimfa yang memiliki 4 pasang kaki.
5. Bentuk ini berubah menjadi nimfa yang lebih besar sebelum berubah menjadi
dewasa. Larva dan nimfa banyak ditemukan di molting pouches atau di
folikel rambut dan bentuknya seperti tungau dewasa tapi ukurannya lebih
kecil. Perkawinanterjadi antara tungau jantan dengan tungau betina dewasa.
6. Tungau betina memperluas molting pouches untuk menyimpan telurnya.
Tungau betina mempenetrasi kulit dan menghabiskan waktu sekitar 2 bulan di
lubang pada permukaan.

11
Tungau pada famili ini melakukan metamarfose tidak sempurna sehingga
larva, nimfa dan imago memiliki bentuk yang sama, dibedakan pada jumlah kaki
dan kelengkapan alat kelamin. Tubuhnya dibagi atas kapitulum, thorax, dan
abdomen yang pembagiannya tidak begitu jelas serta batas – batas segmen yang
tidak jelas. Tungai scabies betina membuat liang yang panjang dalam kulit dan
mereka meletakkan 40 – 50 telur dalam liang. Larva dan nimfa berkembang dan
membuat liang dalam kulit. Siklus hidup mencapai 1 – 3 minggu tergantung dari
kondisi lingkungan. Tungau ini dapat menimbulkan penyakit skabies pada anak –
anak dan orang dewasa.

4. Pyemotes herfsi

Pyemotes herfsi, juga dikenal sebagai kutu daun oak empedu atau tungau
gatal, adalah tungau ectoparasitic diidentifikasi di pusat Eropa pada tahun 1936
dan kemudian ditemukan di India, Australia, dan Amerika Serikat. Tungau yang
nyaris tak terlihat, berukuran sekitar 0,2 mm, potensi besar reproduksi mereka,
ukuran kecil, dan kapasitas tinggi untuk penyebaran oleh angin membuat mereka
sulit untuk mengontrol diri.

Siklus hidup tungau ini diawali dengan perkawinan tungau baru dan
tungau betina lalukemudian menyuntikkan air liur neurotoksin ke dalamhost, yang
melumpuhkan tuan rumah dan memungkinkan tungau betina hamil dan memakan

12
Hemolimf host. Bagian posterior (opisthosoma) membesar sebagai tempat
berkembangnya anak tungau, dan dalam beberapa hari, hingga 250 tungau dewasa
menetas dari tungau betina.

Bruce dan Wrensch (1990) menemukan bahwa keturunan dari tungau gatal
jerami rata-rata 254 anak yang 92% adalah perempuan. Pria muncul sebelum
perempuan, memposisikan diri di sekitar pembukaan genital ibu, dan kawin
dengan perempuan yang muncul. Kemudian, betina dikawinkan untuk
menemukan host baru. Tungau ini sering tersebar oleh angin, dan ketika mereka
mendarat di vertebrata host, mereka mencoba untuk makan dengan menggigit.
Sebuah siklus hidup dapat diselesaikan dalam waktu tujuh hari, dan munculnya
keturunan dapat diperpanjang sampai 15 hari.

13
P. herfsi telah ditemukan di Cekoslovakia, Mesir, Australia, India utara,
dan Amerika Serikat.Tungau ini menimbulkan gigitan pada manusia,
menyebabkan merah, gatal, dan bercak menyakitkan (bekas).

5. Acarus siro

Acarus siro merupakan salah satu anggota dari Famili Acaridae. Tubuh
berwarna agak kemerah – merahan / merah muda, tungkai mempunyai kuku pada
bagian ujung. Tungkai depan lebih besar dibandingkan dengan tungkai belakang
dan mempunyai duri yang tebal pada bagian ventral. Tungau betina dapat
menghasilkan 500 – 800 telur selama hidupnya. Telur menetas menjadi nimfa.
Bentuk nimfa dapat mengalami bentuk yang disebut hypopus (bentuk yang tidak
bergerak) dan sangat resisten terhadap kekeringan. Bentuk hypopus tahan
terhadap insektisida. Siklus hiduponya berlangsung 17 hari. Tungau ini biasa
hidup di gudang – gudang penyimpanan tepung dan biji – bijian. Acarus siro
dapat menyebabkan dermatitis dan alergi.

14
6. Tydeus molestus

Tydeus molestus merupakan salah satu anggota dari Famili Tydeidae.


Tydeidae hidup di tanah, humus, sampah, lumut, jamur, rumput, di pohon (di
kulit, pada daun dan buah-buahan), jerami dan jerami, dalam produk yang
disimpan, dan sarang burung, mamalia, dan lebah stingless (Meliponini). Tungau
yang bersifat kosmopolit, dapat bersifat sebagai predator, pemakan tumbuhan,
tetapi dapat juga mengganggu ketentraman manusia. Tydeus molestus, dapat
menyerang manusia dan hewan, dan menyebabkan iritasi pada permukaan kulit.

7. Trombiculidae scutellaris

Trombiculidae scutellaris merupakan salah satu anggota dari Famili


Trombiculidae. Jenis tungau ini penting dari segi kedokteran. Larva
Trombiculidae yang disebut chigger mite dapat menyerang berbagai jenis
vertebrata. Bentuk larva hampir bulat, tungau dewasa berukuran panjang sekitar 1
mm. Dermatis yang disebabkan oleh tungau chigger disebut trombidiosis dan
merupakan gejala yang sering terdapat pada manusia. T. scutellaris dapat menjadi
vektor demam tsutsugamushi atau scrub typhus (tifus semak).

15
E. DAMPAK BAGI MANUSIA
Tungau dapat memberikan dampak bagi manusia, antara lain:

1. Scabies

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)


Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini
berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat
mikroskopis.

16
Skabies dapat menyebabkan gatal-gatal hebat yang biasanya semakin
memburuk pada malam hari. Lubang tungau tampak sebagai garis
bergelombang dengan panjang sampai 2,5 cm, kadang pada ujungnya terdapat
beruntusan kecil. Lubang atau terowongan tungau dan gatal-gatal paling
sering ditemukan dan dirasakan di sela-sela jari tangan, pada pergelangan
tangan, siku, ketiak, disekitar putting payudara wanita, alat kelamin pria
(penis dan kantung zakar), di sepanjang garis ikat pinggang dan bokong
bagian bawah. Infeksi jarang mengenai wajah, kecuali pada anak-anak yaitu
lesinya muncul sebagai lepuhan berisi air. Lama-lama terowongan ini sulit
untuk dilihat karena tertutup oleh peradangan yang terjadi akibat
penggarukan. (Drs. H Akhsin Zulkoni M Si. Parasitologi.Numed.2010).

Penyakit Scabies sering disebut kutu badan. Penyakit ini juga mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia dan sebaliknya.
Scabies mudah menyebar baik secara langsung melalui sentuhan langsung
dengan penderitamaupun secara tak langsung melalui baju, seprai, handuk,
bantal, air, atau sisir yang pernah digunakan penderita dan belum dibersihkan
dan masih terdapat tungau Sarcoptesnya. Skabies identik dengan penyakit
anak pondok.

17
2. Asma bronkial

Penyakit Asma terdiri dari beberapa jenis asma namun kebanyakan


orang awam lebih mengenal asma pada jenis bronkial karena memang jenis
asma inilah yang paling banyak penderitanya. Asma bronkial sendiri
merupakan asma (sesak nafas) yang muncul akibat penyempitan saluran
pernafasan.Salah satu penyebabnya adalah Dermatophagoides pteronyssinus
(tungau debu rumah).

Penyakit asma bronkial ini merupakan salah satu penyakit


kronik(menahun) dengan pasien terbanyak di dunia. diperkirakan 300 juta
orang di dunia menderita asma jenis ini. Angka ini akan jauh lebih besar jika
kriteria diagnosanya diperlonggar. Bahkan tahun ini paling tidak ada
tambahan sekitar 100 juta pasien asma lagi. Di Indonesia, diperkirakan
sampai 10 persen penduduk (sekitar 12 juta orang ) mengidap dalam berbagai
jenis penyakit asma

3. Tifus Semak (schrub typhus)

Tifus semak adalah jenis penyakit yang ditularkan ke manusia dari


tikus ladang dan tikus besar (rat) melalui gigitan tungau yang hidup pada
hewan – hewan tersebut. Tifus ini disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi
yang hidup dalam Leptotrombidium akamushi (berasal dari Famili
Trombiculidae). Hanya bentuk larva yang dapat menularkan penyakit. Larva
tungau (chigger) melekatkan tubuh mereka ke permukaan kulit dalam proses
untuk mendapatkan makanan. Tungau ini dapat menginfeksi inang atau
menularkan riketsia ke mamalia lain atau tubuh manusia.

Tifus ini sering disebut penyakit tsutsugamushi atau tifus tropis


karena hanya terbatas di daerah tropis Asia Tenggara, India, Australia Utara
dan pulau – pulau di sekitarnya. Infeksi disebut tifus semak karena penyakit

18
ini biasanya terjadi sesudah orang mengunjungi semak. Namun telah
ditemukan juga bahwa penyakit ini dapat terjadi juga di area – area seperti
pantai berpasir, hutan hujan di katulistiwa.

4. Demodicosis

Demodicosis disebabkan oleh Demodex brevis. Orang tua lebih rentan


untuk terkena tungau. Sekitar sepertiga dari anak-anak dan remaja, setengah
dari orang dewasa, dan dua-pertiga dari orang tua diperkirakan membawa
tungau. Tingkat intensitas tungau untuk menyerang lebih rendah anak-anak
disebabkan karena anak-anak memproduksi sebum lebih sedikit. Tungau
ditransfer antara host melalui kontak rambut, alis dan kelenjar sebaceous pada
hidung.

5. Rosacea

Penyebab dari rosacea adalah Demodex follicularum, yang


merupakan jenis tungau rumah. Tungau rumah adalah relatif mikroskopis
yang biasanya berada di kulit sehat dan feed pada sebum, minyak
disekresikan oleh kulit. Hal ini biasanya melihat pertama di bawah bulu mata.
Seseorang dengan tungau bawah mata mereka menderita dari mata terbakar,

19
mata lengket dan gatal. Tungau mikroskopis juga tinggal pada wajah, pipi,
dahi, pada saluran telinga eksternal dan di mana saja pada anjing.

F. UPAYA PENCEGAHAN

1. Dengan menjaga kebersihan diri (personal hygiene). Pergantian seprai


tempat tidur dan melakukan pembersihan karpet lebih sering. Bila perlu,
karpet dikeluarkan, dijemur, dan dibersihkan. Dengan menurunkan
kelembapan akan mengurangi populasi tungau.
2. Menghindari kontak dengan penderita serta menghindari saling meminjam
pakaian atau handuk.
3. Memakai pakaian yang lengkap untuk memproteksi dari gigitan tungau.
4. Menggunakan zat penolak tungau yang mengandung dibuthyl phthalate,
benzil benzoat, diethyl toluamide, dan senyawa lainnya untuk menggosok
kulit dan pakaian untuk menghindari dari gigitan larva tungau.

20
DAFTAR PUSTAKA

Zulkoni, Akhsin. 2010. Parasitlogi. Yogyakarta: Nuha Medika.


Safar, Rosdiana. 2010. Parasitologi Kedokteran Protozoologi
Helmintologi Entomologi. Banding: Yrama Widya.
Natadisaitra, Djaemudin dan Ridad Agoes. 2009. Parasitologi Kedoketan
Ditinjau dari Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC
Darwanto, dkk. 2001. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

21

Anda mungkin juga menyukai