Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang


paling sering terjadi. Sekitar 10% orang yang datang ke unit gawat darurat pada
pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri di daerah epigastrium. Hal ini
mengarahkan para dokter kepada suatu diagnosa gastritis, dimana untuk
memastikannya dibutuhkan suatu pemeriksaan penunjang lainnya seperti
endoscopy (Anonim, 2010). WHO, insiden kejadian gastritis didunia sekitar 1,8-2,1
juta dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Insiden terjadinya penyakit gastritis di
Asia Tenggara berkisar 583. 635 dari jumlah penduduk setiap tahun nya, seperti
China 31%, Kanada 35%, Perancis 29,5%, Inggris 22%, Jepang 14,5%. Sedangkan
di Indonesia pada tahun 2007 angka kejadian penyakit gastritis menempati urutan
ke-9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di seluruh rumah sakit di Indonesia
dengan jumlah kasus 218.500 (Margareth, 2014). Dari penelitian yang dilakukan
oleh Departemen Kesehatan RI angka kejadian gastritis di beberapa kota seperti di
kota Medan mencapai 91,6%, Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%,
Bandung 32,5%, Palembang 35,3%, Aceh 31,7%, Pontianak 31,2% (Duwi et al,
2015). Di Jawa Tengah tahun 2013 angka kejadian infeksi cukup tinggi mencapai
79,6% (Rikesdas, 2013). Beradasarkan catatan rekam medis di Rumah sakit pada
Januari 2016- Februari 2017 angka kejadian gastritis sebanyak 1354 orang (Rekam
Medis , 2017).

Biasanya organisme ini menyerang pada antrum tetapi kadang-kadang juga


menyerang pada korpus lambung (Rudolph, 2014). Patogen termasuk Proteus,
Haemophilus, Helicobacter Pylori, Escherrichia Coli, Streptokokus dan
Stafilokokus. Hal ini memicu terjadinya inflamasi dan nekrosis berakibat pada
infeksi sehingga terdapat luka mukosa lambung diikuti dengan edema, perdarahan,
bahkan ulkus.Pada gastritis kronis mulanya lapisan lambung mengalami penebalan
dan eritematosa kemudian menipis dan atrofi. Deteriorasi dan atrofi yang
berkelanjutan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi kelenjar lambung yang berisi
sel parietal. Pada saat sekresi asam menurun, maka sumber faktor intrinsik juga
akan hilang (Black, 2014). Masalah utama yang perlu ditangani pada penderita
gastritis adalah pemenuhan kebutuhan cairan, karena pada penderita gastritis akan
mengalami, mual, muntah dan anoreksia yang berakibat pada tidak terpenuhinya
cairan sehingga menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung dan memicu
timbulnya perdarahan pada lambung, dan mengalami dehidrasi dari ringan, sedang,
sampai berat yang bisa menyebabkan pada kematian, maka dari itu dengan
memenuhi kebutuhan cairan penderita gastritis, produksi asam lambung akan
terkontrol dan dapat mencegah timbulnya perdarahan saluran cerna (Black, 2014).

Dari data tersebut penulis mengangkat masalah upaya pemenuhan cairan pada
pasien dengan gastritis, karena menurut teori diatas jika gastritis tidak segera
ditangani akan mengakibatkan komplikasi yang berakibat pada terjadinya
perdarahan lambung bahkan komplikasi yang lebih lanjut dan juga sampai kepada
kematian, maka dari itu penulis berupaya untuk memenuhi asupan cairan pada
penderita dengan gastritis, sehingga produksi asam lambung dapat terkontrol
diharapkan komplikasi yang telah dipaparkan diatas dapat di cegah. Survey awal
yang dilakukan di RSAD DR. R ISMOYO diperoleh data mengenai jumlah
penderita gastritis sebagai berikut; pada tahun 2015 penderita gastritis berjumlah
148 jiwa, pada tahun 2016 penderita gastritis berjumlah 200 jiwa, pada tahun 2017
penderita gastritis berjumlah 94 jiwa.

Data yang di peroleh dan data hasil survey awal yang dilakukan, menunjukan
jumlah penderita gastritis yang cukup tinggi khususnya di ruang perawatan RSAD
DR. R ISMOYO, sehingga menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Asuhan keperawatan pasien gastritis dalam pemenuhan kebutuhan
cairan di ruang perawatan RSAD DR. R ISMOYO”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah bagaimana


gambaran asuhan keperawatan pasien gastritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan?

1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam studi kasus ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pasien gastritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan.
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan umum dalam studi kasus ini adalah untuk mengetahui bagaimana
asuhan keperawatan pasien gastritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan
a. Untuk mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada pasien gastritis
dalam pemenuhan kebutuhan cairan
b. Untuk mengetahui diagnosa asuhan keperawatan pada pasien gastritis dalam
pemenuhan kebutuhan cairan
c. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan pada pasien gastritis dalam
pemenuhan kebutuhan cairan
d. Untuk mengetahui implementasi asuhan keperawatan pada pasien gastritis
dalam pemenuhan kebutuhan cairan
e. Untuk mengetahui evaluasi asuhan keperawatan pada pasien gastritis dalam
pemenuhan kebutuhan cairan

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi
Gastritis merupakan suatu keadaan peradangan atau pendarahan mukosa lambung
yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang terjadi
adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronik (price & wilson , 2006)

2.2. Etiologi
Gastritis disebabkan oleh infeksi kuman helicobacter pylori dan pada awal infeksi
mukosa lambung menunjukan respon inflamasi akut dan jika di abaikan akan
menjadi kronik (Sudoyo Aru, Dkk 2009).

2.3. Patofisiologi
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami
strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus
mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi
mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena penurunan
sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Lapisan mukosa
gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini ditimbulkan oleh
karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat
penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan. Pengelupasan sel mukosa
gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya pendarahan. Pendarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena
proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah
pendarahan (Price dan Wilson, 2000).
Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mukosa yang diakibatkan oleh
kuman helicobacter pylori , mengonsumsi obat – obatan yang bisa memicu
peradangan pada lambung dan jika hal ini terus berlanjut maka akan terjadi
peningkatan sekresi asam lambung. Keadaan demikian dapat menyebabkan iritasi
yang lebih parah pada mukosa lambung akibat hipersekresi dari asam lambung.

2.4. Manifestasi Klinis


1. Gastritis akut: nyeri epigastrium, mual, muntah, dan pendarahan terselubung
maupun nyata. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udem,
mungkin juga di temukan erosi dan pendarahan aktif.
2. Gastritis kronik : kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan
dengan kompilikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi,
dan karsinoma lambung

2.5. Pathway
2.6. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah, tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori
dalam darah.
2. Pemeriksaan feces. Tes ini memeriksa apakah terdapat Hpylori dalam feces atau
tidak. Hasil yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi pemeriksaan

2.7. Penatalaksanaan
A. Pengobatan pada gastritis meliputi:
1. Antikoagulan: bila ada pendarahan pada lambung
2. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
3. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam
lambung dan kemudian menurunkan iritasi lambung.
4. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara
menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkan iritas
5. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi,
Gastrojejunuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. (Dermawan,
2010)
B. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:
Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara
parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur
yang dilakukan untuk hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan
oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
1. Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium
hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau cuka
encer .
2. Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena bahaya
perforasi.
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan
intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau
amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap
faktor instrinsik.
C. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi:
1. Tirah baring
2. Mengurangi stress
3. Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada interval yang
sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding, agar-agar dan sup, biasanya
dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan kemudian makanan-makanan berikutnya
ditambahkan secara bertahap. Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya
berespon terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu banyak atau
berminyak. (Dermawan, 2010)

2.8. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi pada gastritis menurut Dermawan ( 2010)
adalah:
1. Perdarahan saluran cerna bagian atas
2. Ulkus peptikum, perforasi dan anemia karena gangguan absorbsi vitamain B12.

2.9. Asuhan Keperawatan Pada Gastritis


1. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis untuk dikaji
dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien baik
fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan,yaitu pengumpulan data,analisis data,dan penentuanmasalah kesehatan serta
keperawatan (Nursalam,2002).
a. Aktivitas / Istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan Tanda : takikardia,
takipnea / hiperventilasi (respons terhadap aktivitas).
b. Sirkulasi Gejala : kelemahan, berkeringat Tanda : - hipotensi (termasuk
postural) - takikardia, disritmia (hipovolemia / hipoksemia) - nadi perifer
lemah - pengisian kapiler lambat / perlahan (vasokonstriksi) - warna kulit
pucat, sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah) - kelemahan kulit /
membran mukosa, berkeringat (menunjukkan status syok, respons
psikologik)
c. Integritas ego Gejala : faktor stress akut atau kronis (keuangan, hubungan
kerja), perasaan tak berdaya. Tanda : tanda ansietas, misalnya gelisah, pucat,
berkeringat, perhatian menyempit, gemetar, suara gemetar.
d. Eliminasi Gejala : riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena
perdarahan gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE,
misalnya luka peptik atau gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster.
Perubahan pola defekasi/karakteristik feses. Tanda :
1) Nyeri tekan abdomen, distensi
2) Bunyi usus : sering hiperaktif selama perdarahan, hipoaktif setelah
perdarahan.
3) Karakteristik feses : diare, darah warna gelap, kecoklatan atau kadang-
kadang merah cerah, berbusa, bau busuk (steatorea), konstipasi dapat
terjadi (perubahan diet, penggunaan antasida).
4) Haluaran urine : menurun, pekat.
e. Makanan / Cairan Gejala ::
1) Anoreksia, mual, muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi
pilorik bagian luar sehubungan dengan luka duodenal).
2) Masalah menelan : cegukan
3) mual atau muntah Tanda : muntah dengan warna kopi gelap atau merah
cerah, dengan atau tanpa bekuan darah, membran mukosa kering,
penurunan produksi mukosa, turgor kulit buruk (perdarahan kronis).
f. Neurosensi Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar,
kelemahan. Tanda : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung tidur, disorientasi / bingung, sampai pingsan dan koma (tergantung pada
volume sirkulasi / oksigenasi).
g. Nyeri / Kenyamanan Gejala :
1) Nyeri, digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih, nyeri
hebat tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidaknyamanan / distres
samar-samar setelah makan banyak dan hilang dengan makan (gastritis
akut).
2) Nyeri epigastrum kiri sampai tengah / atau menyebar ke punggung terjadi
1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulkus gaster). - nyeri
epigastrum kiri sampai / atau menyebar ke punggung terjadi kurang lebih
4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan makanan
atau antasida (ulkus duodenal).
3) Tak ada nyeri (varises esofegeal atau gastritis).
4) Faktor pencetus : makanan, rokok, alkohol, penggunaan obat- obatan
tertentu (salisilat, reserpin, antibiotik, ibuprofen), stresor psikologis. Tanda
: wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringat,
perhatian menyempit.
h.  Keamanan Gejala : alergi terhadap obat / sensitif misal : ASA Tanda :
peningkatan suhu, spider angioma, eritema palmar (menunjukkan sirosis /
hipertensi portal)
i. Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : adanya penggunaan obat resep / dijual
bebas yang mengandung ASA, alkohol, steroid. NSAID menyebabkan
perdarahan GI. Keluhan saat ini dapat diterima karena (misal : anemia)
atau diagnosa yang tak berhubungan (misal trauma kepala), flu usus, atau episode
muntah berat. Masalah kesehatan yang lama misal : sirosis, alkoholisme,
hepatitis, gangguan makan (Mustaqin A., Gangguan Gastrointestinal ).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan
merubah (Wilson,2000). Diagnosa yag biasa atau kemugkinan muncul pada gastritis
antara lain:
a. Nyeri b/d inflamasi mukosa  lambung.
b. Volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat dan output cairan yang berlebihan (mual dan muntah)
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anorexia
d. Intoleransi aktifitas b/d kelemahan fisik
e. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit
3. Intervensi
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih
dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil
yang di harapkan (Gordon,1994).
No. Diagnosa Intervensi ( NIC) Rasional ( NOC)
1 Nyeriberhubungan 1. Puasakan pasien di 1. Mengurangi
dengan inflamasi 6jam pertama inflamasi pada
mukosa lambung 2. Berikan makanan mukosa lambung
Tujuan: lunak sedikit 2. Dilatasi gaster dapat
Setelah dilakukan demi terjadi bila pemberian
tindakan sedikit dan makanan setelah puasa
keperawatan berikan minuman terlalu cepat
selama 1 x 24 jam hangat 3. Posisi yang tepat dan
Kriteria hasil : 3. Atur posisi yang dirasa nyaman oleh klien
 Nyeri nyaman bagi dapat mengurangi resiko
klien berkurang klien klien terhadap nyeri
atau hilang 4. Ajarkan teknik 4. Dapat membuat klien jadi
 Skala nyeri 0. distraksi dan lebih baik dan melupakan
 Klien reklasasi nyeri
dapat relaks. 5. Kolaborasi 5. Analgetik dapat memblok
 Keadaan dalam reseptor nyeri pada
umum klien pemberian susunan saraf pusat
baik analgetik
2 Volume 1. Penuhi kebutuhan 1. Pertahankan catatan
cairan kurang dari individual. Anjurkan intake dan output yang
kebutuhan tubuh klien untuk minum akurat
berhubungan (dewasa : 40- 60
dengan intake cc/kg/jam) 2. Monitor status
yang tidak 2. Awasi tanda- hidrasi (kelembaban
adekuat dan tanda vital, membran,mukosa,n adi
output cair yang evaluasi turgor kulit, adekuat, tekanan darah
berlebih (mual pengisian kapiler 3. Monitor vital sign pasien
dan muntah) dan 4. Kolaborasikan pemberian
Tujuan : membran mukosa cairan intra vena
Setelah dilakukan 3. Pertahankan tirah 5. Dorong masukan
tindakan baring, mencegah oral
keperawatan muntah dan 6. Dorong keluarga untuk
1x24jam,masalah tegangan pada membantu pasien makan
kekurangan defekasi 7. Tawarkan snack
volume cairan 4. Berikan terapi IV (jus,buah-buah segar)
pasien dapat line sesuai indikasi
teratasi. 5. Kolaborasi
Kriteria Hasil pemberian
: Mempertahankan cimetidine dan
volume ranitidine
cairan adekuat
dengan
dibuktikan oleh
mukosa bibir
lembab, turgor
kulit baik,
pengisian kapiler
berwarna merah
muda, input
beraktivitas tanpa
bantuan,
Skala aktivitas 0- 1

3 Nutrisi kurang dari 1. Anjurkan pasien untuk 1. Menjaga nutrisi tetap


kebutuhan tubuh makan sedikit terpenuhi dan mencegah
b/d anorexia demisedikit dengan terjadinya mual dan
Tujuan : porsi kecil namun muntah yang berlanjut
Setelah dilakukan sering 2. Untuk mempermudah
tindakan 2. Berikan makanan yang pasien dalam mengunyah
keperawatan 3x24 lunak dan makanan makanan
jam kebutuhan yang di sukai pasien/di 3. kebersihan mulut akan
nutrisi pasien gemari. merangsang nafsu makan
dapat terpenuhi 3. Lakukan oral pasien
Kriteria hasil : higyne 2x sehari 4. Mengetahui status
 Keadaan timbang BB nutrisi pasien
umum cukup 4. pasien setiap hari dan 5. Mempercepat
 Turgor kulit baik pantau turgor kulit, pemenuhan kebutuhan
mukosa bibir dll nutrisi dengan pemberian
 BB meningkat
5. Konsultasi dengan tim menu yang tepat sasaran
 Kesulitan ahli gizi dalam
menelan pemberian menu
berkurang
4 Intoleransi 1. Observasi sejauh 1. Mengetahui aktivitas yang
aktifitas b/d mana kliendapat dapat dilakukan klien
kelemahan fisik melakukan aktivitas 2. Menigkatkan istirahat klien
Tujuan: 2. Berikan lingkungan 3. Membantu bila perlu,
Klien dapat yang tenang harga diri ditingkatkan
beraktivitas. 3. Berikan Bantuan Bila klien melakukan
Kriteria hasil : dalam aktivitas sesuatu sendiri
Klien dapat 4. Jelaskan pentingnya 4. Klien tahu pentingnya
beraktivitas tanpa beraktivitas bagi klien beraktivitas
bantuan, 5. Tingkatkan tirah 5. Tirah baring dapat
 Skala aktivitas 0- baring atau duduk dan meningkatkan stamina
1 6. berikan obat sesuai tubuh pasien sehinggga
dengan indikasi pasien dapat beraktivitas
kembali.
5 Ansietas b/d 1. Awasi respon 1. Dapat menjadi
perubahan fisiologi misalnya: indikator derajat takut yang
status takipnea, palpitasi, dialami pasien, tetapi dapat
kesehatan,ancaman pusing, sakit kepala, juga berhubungan dengan
kematian dan nyeri. sensasi kesemutan kondisi fisik atau status
Tujuan : 2. Dorong pernyataan takut syok
Setelah dilakukan dan ansietas, 2. Membuat hubungan
tindakan berikan umpan balik terapeutik
Keperwatan 3. Berikan informasi yang 3. Melibatkan pasien dalam
1x24jam pasien akurat rencana asuhan dan
Kriteria hasil : 4. Berikan lingkungan menurunkan ansietas yang
 Mengungkapkan yang tenang untuk tak perlu tentang
perasaan dan istirahat ketidaktahuan
pikirannya secara 4.Memindahkan pasien
terbuka dari streso luar,
 Melaporkan meningkatkan relaksasi,
berkurangnya cemas dapat meningkatkan
dan takut keterampilan koping
 Menyesuaikan diri
terhadap perubahan
fisiknya

3. Implementasi dan Evaluasi


Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk
mencapai tujuan yang spesifik sedangkan evaluasi merupan kriteria keberhasilan
proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


`1 Nyeri berhubungan 1. Puasakan pasien di 6 jam  Nyeri
dengan inflamasi pertama klien
mukosa lambung 2. memberikan makanan lunak berkurang
sedikit demi sedikit dan atau hilang
berikan minuman hangat  Skala nyeri 0.
3. Mengatur posisi yang nyaman  Klien
bagi klien dapat relaks.
4. Mengajarkan teknik distraksi  Keadaan
dan reklasasi umum klien
5. Kolaborasi dalam pemberian baik
analgetik
2 Volume 1. Memenuhi kebutuhan MempertahankaN
cairan kurang dari individual. Anjurkan Nolume cairan
kebutuhan tubuh klien adekuat dengan
berhubungan 2. untuk minum (dewasa : dibuktikan oleh
dengan intake yang 40- 60 cc/kg/jam) mukosa bibir
tidak adekuat dan 3. Mengawasi tanda- tanda lembab, turgor
output cair yang vital, evaluasi turgor kulit baik,
berlebih (mual dan kulit, pengisian kapiler pengisian kapiler
muntah) dan membran mukosa berwarna merah
4. mempertahankan tirah muda
baring, mencegah
muntah dan tegangan pada
defekasi
5. Memberikan terapi IV line
sesuai indikasi
6. Kolaborasi pemberian
cimetidine dan ranitidin
3 Nutrisi kurang dari 1.Menganjurkan pasien untuk  Keadaan
kebutuhan tubuh makan sedikit demisedikit umum cukup
b/d anorexia dengan porsi kecil namun  Turgor kulit
sering baik
2.Memberikan makanan yang  BB meningkat
lunak dan makanan yang di  Kesuli
sukai pasien/di gemari tan
3.Melakukan oral higyne 2x menel
sehari an
4.Menimbang BB pasien setiap berkur
hari dan pantau turgor ang
kulit,mukosa bibir dll
5.Konsultasi dengan tim ahli gizi
dalam pemberian
menu
4 Intoleransi aktifitas 1. Mengobservasi sejauh mana  Klien
b/d kelemahan fisik klien dapatmelakukann dapat
aktivitas beraktivitas
2. Memberikan lingkungan yang tanpa bantuan,
tenang  Skala aktivitas
3. Memberikan bantuan dalam 0- 1
aktivitas
4. Menjelaskan pentingnya
beraktivitas bagi klien
5. Meningkatkan tirah baring
atau duduk dan berikan obat
sesuai dengan indikasi

5 Ansietas b/d 1. Mengawasi respon  Mengungkapkan


perubahan fisiologi misalnya: perasaan dan
status kesehatan, takipnea, palpitasi, pusing, pikirannya secara
ancaman kematian sakit kepala, sensasi terbuka.
dan nyeri. kesemutan  Melaporkan
2. Mendorong pernyataan berkurangnya
takut dan ansietas, berikan cemas dan
umpan balik takut
3. Memberikan informasi  Menyesuaikan
yang akurat diri terhadap
4. Memberikan lingkungan perubahan
yang tenang untuk istirahat fisiknya

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengkajian
Data yang diperoleh penulis dari wawancara dan observasi saat melakukan
pengkajian pada Ny. W dari tanggal 24 juli 2018 sampai dengan 27 Juli 2018 adalah
sebagai berikut. Nama Ny. W umur 65 tahun, jenis kelamin perempuan agama Islam,
status perkawinan menikah, suku Muna, pendidikan SD, alasan masuk Rumah Sakit
klien merasa mual setelah makan gorengan. Tetapi setelah itu klien minum teh pekat
yang selang berapa lama klien muntah dan muntah klien terus menerus kurang lebih
sudah 12 kali. klien merasa lemas dan pusing. Setiap makanan masuk klien pasti
muntah.
Status kesehatan klien pada saat dilakukan pengkajian adalah ditemukan data
subjektif klien mengatakan merasa mual dan ingin muntah, klien mengatakan merasa
lemas, klien mengatakan pusing, klien mengatakan tidak nafsu makan, klien
mengatakan muntahnya selama dirumah sakit lebih dari 10 kali. Data objektif yang
ditemukan dari pasien adalah Keadaan Umum lemah, tingkat kesadaran Compos
Mentis, Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88 kali per menit, suhu 37 °C,
pernapasan 20 kali per menit, nyeri tekan epigatrik, nyeri skala 6, ekpresi sedikit
meringis, turgor kulit jelek, konjungtiva pucat, muka pucat.
Tinjauan persistem pasien Ny. W didapatkan data subjektif klien mengatakan
sering muntah dan dalam sehari sudah lebih dari 10 kali muntah, klien mengatakan
merasa mual, klien mengatakan pusing, klien mengatakan lemas, klien mengatakan
tidak nafsu makan. Data objektif ditemukan klien tidak menghabiskan porsi makan,
keadaan umum lemah, turgor kulit jelek, konjungtiva pucat, muka pucat.

3.2 Diagnosa
1. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. W
Umur : 65 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Symptom Etiologi Problem


DS : Peningkatan asam Kekurangan
a.Mengatakan sering lambung volume cairan
muntah dan dalam
sehari sudah lebih
dari 10 kali muntah
b.Klien mengatakan Mual muntah
merasa mual
c.Klien mengatakan
tidak nafsu makan Nafsu makan
d.Klien mengatakan berkurang
pusing dan lemas
DO :
a.Keadaan umum
lemah Nutrisi inadekuat
b.Turgor kulit jelek
c.Konjungtiva pucat
d.Muka pucat Kehilangan cairan
e.Vital Sign : aktif
TD : 100/60 mmHg
N : 88 x/menit
S : 37 °C
P : 20 x/menit
2. Diagnosa keperawatan
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif.

3.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
keperawatan hasil (NIC)
1 Kekurangan NOC NIC
volume a. Fluid balance Fluid
cairan b. Hydration management
berhubunga c. Nutritional status 1) Pertahankan 1) Untuk
n dengan : Food and fluid catatan intake mengont rol
kehilangan d. Intake dan output yang haluaran cairan
cairan aktif. Kriteria hasil akurat
a. Mempertahank an 2) Monitor status 2) Untuk
urin output sesuai hidrasi melihat indikator
sesuai usia dan BB, (kelembaba n keberhas ilan
BJ urine membran intervensi
normal, HT normal mukosa, nadi 3) Mengetahui
b. Tekanan darah, adekuat, kondisi klien
nadi, suhu tekanan darah
tubuh dalam batas ortostatik), jika Perganti an cairan
normal diperlukan melalui IV lebih
c. Tidak ada 3) Monitor vital cepat
tanda-tanda sign pasien 5) Meningk atkan
dehidrasi 4) Pemberian kemandi rian
d. Elastisitas turgor cairan Intra 6) Memban tu
kulit baik, membran Vena mengont rol
mukosa lembab, 5) bantu masukan oral
tidak ada rasa haus masukan paien
yang berlebihan. oral 7) Meningk atkan
6) anjurkan nafsu makan
keluarga 4) Pasien an cairan
untuk melalui IV lebih
membantu cepat
pasien makan 8) Meningkatkan
kemandirian
5) Tawarkan snack
(jus buah, 9) Membantu
buah segar) mengontrol
masukan oral
paien
10) Meningkatkan
nafsu makan
pasien

3.4 Implementasi dan Evaluasi


No Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
1 Selasa, 24 Juli Pukul 10.05 S : klien mengatakan masih
2018 a. Mempertahankan catatan intake dan sulit makan keran masih
output yang akurat, dengan hasil : merasa mual
klien makan Cuma 4 sendok, muntah O : K.U.Lemah, nampak
sdh lebih 10 kali denganvolume pucat, TD : 100/60 mmHg,
±1500ml, BAK jarang dengan volume N : 80 x/menit, P: 20
±800ml. x/menit, S : 37 C
A : Masalah belum teratasi
Pukul 11.02 : P : Lanjutkan intervensi
b. Memonitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan, dengan hasil: Membran
mukosa kering
Pukul 11.05 :
c. Memonitorvital sign klien, dengan
hasil : TD : 100/60 mmHg, N :
80x/menit, P:20 x/menit, S : 37 C

Pukul 12.00 :
d. Pemberian cairan Intra Vena, dengan
hasil : Terpasang Infus RL 20 tpm,
menginjeksikan omeprazole 1 amp/24
jam/iv,
Pukul 14.00 :
e. Memberikan suntikan ondansentron
1 amp/12 jam/IV, menginjeksikan
domperidon /12jam,
menginjeksikan ceftriaxone /24 jam.
Pukul 14.00 :
f. Membantu masukan oral, dengan
hasil : Klien mau makan tapi Cuma
sedikit.

2 Rabu, 25 Juli Pukul 10.05 S : klien mengatakan mulai


2018 a. Mempertahankan catatan intake
ada nafsu makan, mualnya
dan output yang akurat, dengan
berkurang
hasil : klien makan setengah piring, O : K.U.sedang, nampak
klien masih mual tapi muntah jauh pucat, TD : 110/70 mmHg,
berkurang dbanding hari pertama yaituN : 88
cm 2 kali. x/menit, P : 22 x/menit, S :
36,6 C
Pukul 10.10 A : Masalah teratasi sebagian
b. Memonitor status hidrasi (kelembaban P: Lanjutkan Intervensi
membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika
diperlukan, dengan hasil : Membran
mukosa sedikit basah

Pukul 11.05 :
c. Memonitorvital sign klien, dengan
hasil : TD : 100/70 mmHg, N : 84
x/menit, P :20 x/menit, S : 36,8C
Pukul 12.00 :
d.Lakukan pemberian cairan Intra Vena,
dengan hasil : Terpasang Ivfd RL 20 tpm,
menginjeksikan omeprazole 1 amp/24
jam/iv,

Pukul 14.00 :
f. Memberikan suntikan ondansentron 1
amp/12 jam/IV, memberikan suntikan
domperidon
/12jam, menginjeksikan ceftriaxone /24
jam.

Pukul 15.45 :
g. membantu masukan oral, dengan
hasil : Klien sudah mau makan karena
mualnya sudah berkurang, klien banyak
minum air mineral.

Pukul 16.00 :
h. Menawarkan snack (jus buah, buah
segar), dengan hasil ; klien sudah mau
makan buah lain selain pisang yaitu
buah apel meskipun baru 1 buah

3 Kamis, 26 Pukul 08.00 S : klien mengatakan sudah


Juli a. Memonitor vital sign, dengan hasil : TD ada nafsu makan, mualnya
2018 : 110/70 mmhg, N : 88 x/menit P:22 berkurang
x/menit, S: 36,6 C
P : K.U.sedang, nampak
Pukul 10.00
b. Mempertahankan catatan intake pucat, TD : 110/70 mmHg,
dan output yang akurat, dengan N : 88
hasil : klien menghabiskan porsi x/menit, P : 22 x/menit, S :
makannya, klien sudah tidak mual dan 36,6 C
muntah, menurut keluarga klien dari A : Masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi
kemarin klien sudah menghabiskan 2
botol aqua isi 1L, 2 botol aqua isi 600ml.

Pukul 14.30
c. Melepas infus klien karena sudah
disarankan dokter untuk pulang.

3.5. Pembahasan
Berdasarkan tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dan hasil studi kasusu yang
penulis lakukan dari tanggal 24 Juli sampai dengan 27 Juli 2018 maka pada bagian
ini penulis akan membahas tentang perbandingan antara teori dan praktek atau kasusu
yang ditemukan selama melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien Ny. W
dengan kasus gastritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan di RS DR R ISMOYO
yang akan dibahas berdasarkan tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan. Pengkajian
dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk mendapatkan data klien baik data
subjektif maupun data objektif. Tehnik pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi, dan studi
kepustakaan. Penulis tidak mendapatkan masalah berarti dalam pengambilan data
karena klien kooperatif dan dapat diajak kerja sama dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Pengkajian keperawatan secara umum pada pasien dengan
gangguan atau resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit difokuskan
pada hal-hal seperti riwayat keperawatan, pengukuran klinis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium. Pengkajian riwayat keperawatan penting untuk
mengetahui klien yang beresiko mengalami gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Pada pangkajian awal didapatkan data subjektif klien mengatakan
merasa mual dan ingin muntah, klien mengatakan merasa lemas, klien
mengatakan pusing, klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan
muntahnya selama di Rumah Sakit lebih dari 10 kali. Data objektif yang
ditemukan dari pasien adalah Keadaan Umum lemah, tingkat kesadaran Compos
Mentis, Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi 88 kali per menit, suhu 37 °C,
pernapasan 20 kali per menit, nyeri tekan epigatrik, nyeri skala 6, ekpresi sedikit
meringis, turgor kulit jelek, konjungtiva pucat, muka pucat
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga ataupun komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat.
Berdasarkan pengkajian dan analisa data pada kasus Ny. W diagnosa yang
diangkat adalah kekurangan volume cairan.
Menurut NANDA (2003), masalahnya keperawatan utama untuk masalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi kekurangan volume cairan,
kelebihan volume cairan, resiko kekurangan volume cairan, risiko ketidak
seimbangan volume cairan, gangguan pertukaran gas. Kekurangan volume cairan
adalah suatu gangguan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh manusia yang
mempengaruhi proses metabolisme tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah
suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang
tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Faktor usia
klien sangat mempengaruhi kekurangan volume cairan apalagi didukung oleh
status kesehatan sebelumnya yang diderita oleh pasien.
3. Intervensi
Intervensi adalah kategori dari perilaku keprawatan diman tujuan yang
berpusat pada pasien dan hasil yang diperkirakan dari intervensi keperawatan
yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry,2005)
Diagnosa keperawatan yang diangkat selanjutnya dibuat rencana asuhan
keperawatan sebagai tindakan pemecah masalah keperawatan dimana penulis
membuat rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan kemudian
mentapkan tujuan dan kriteria hasil, selanjutnya menetapkan tindakan yang tepat.
Perencanaan disusun berdasarkan konsep teori yang telah didapatkan untuk
diterapkan secara aktual pada pasien Ny. W dengan gastritis adalah masalah
pemehuhan kebutuhan cairan yang mendasari penyusunan rencana keperawatan
berdasarkan diagnosis keperawatan pada pasien gastritis disesuaikan dengan
kondisi aktual yang ditemukan. Adapun tindakan keperawatan yang direncanakan
adalah :
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
c. Monitor vital sign pasien
d. Pemberian cairan Intra Vena
e. Bantu masukan oral
f. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien makan
g. Tawarkan snack (jus buah, buah segar
4. Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan kepada
pasien sesuai dengan intervensi, sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi
(Wilkinson, 2011). Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan berdasarkan teori NIC yaitu :
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
a. Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi
adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan
b. Memonitor vital sign pasien
c. Memberian cairan Intra Vena
d. Membantu masukan oral
e. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien makan
f. Menawarkan snack (jus buah, buah segar)
Implementasi yang telah dilaksanakan yaitu semua rencana tindakan
keperawatan yaitu mempertahankan catatan intake dan output yang akurat,
memonitor status hidrasi, jika diperlukan, Monitor vital sign pasien,
mengolaborasikan pemberian cairan Intra Vena, mendorong masukan oral,
mendorong keluarga untuk membantu pasien makan, menawarkan snack (jus
buah, buah segar). Kesemua implementasi ini sangat penting untuk dilaksanakan
karena menunjang untuk meningkatkan kondisi cairan tubuh pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk memperbaiki proses keperawatan
yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan rencana tindakan dan
pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi perawat memonitor
kealpaan yang terjadi selama pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan
tindakan keperawatan (Nursalam, 2010).
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa yang ditegakkan yaitu
kekurangan volume cairan dan dievaluasi pada Ny. W dengan hasil masalah
teratasi dimana data subjektif klien mengatakan sudah tidak muntah, klien
mengatakan mual nya berkurang, klien mengatakan sudah nafsu makan, dan data
objektif keadaan umum sedang , turgor kulit baik, konjungtiva merah muda, Vital
Sign TD : 110/80 mmHg,N : 80 x/menit, S
: 37 °C, P: 18 x/menit.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny. W dengan
gastritis dalam pemenuhan kebutuhan cairan di RS DR R ISMOYO Kendari,
penulis menggunakan tahap proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.
1. Berdasarkan hasil pengkajian ditemukan data subjektif klien
mengatakan merasa mual dan ingin muntah, klien mengatakan merasa
lemas, klien mengatakan pusing, klien mengatakan tidak nafsu makan,
klien mengatakan muntahnya selama di Rumah Sakit lebih dari 10
kali. Data objektif yang ditemukan dari pasien adalah Keadaan Umum:
lemah, kesadaran ComposMentis, Tekanan darah 100/60 mmHg, Nadi
88 kali per menit, suhu 37 °C, pernapasan 20 kali per menit, nyeri
tekan epigatrik, nyeri skala 6, ekpresi sedikit meringis, turgor kulit
jelek, konjungtiva pucat, muka pucat.
2. Diagnosa yang diangkat adalah kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Intervensi keperawatan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
Pertahankan catatan intake dan output yang akurat, monitor status
hidrasi, jika diperlukan, monitor vital sign pasien, kolaborasikan
pemberian cairan Intra Vena, dorong masukan oral, dorong keluarga
untuk membantu pasien makan, tawarkan snack (jus buah, buah segar).
4. Implementasi keperawatan Mempertahankan catatan intake dan output
yang akurat, Memonitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat, tekanan darah ortostatik), jika diperlukan, Monitor vital sign
pasien, Berkolaborasikan pemberian cairan Intra Vena, Mendorong masukan
oral, Mendorong keluarga untuk membantu pasien makan, Menawarkan
snack (jus buah, buah segar), dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telak ditentukan dan
dilaksanakan selama 3 hari.
5. Evaluasi keperawatan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
dilaksanakan selama 3 hari dan dilaksanakan setelah implementasi
keperawatan dilakukan.

4.2. Saran
1. Salah satu cara yang baik untuk terhindar atau mencegah terjadinya
penyakit gastrtitis baik yang kronis maupun akut yakni dimulai dari
cara hidup sehat dan selalu memperhatikan konsumsi makanan dan
minum kita sehari-hari dan yang tidak kalah pentingnya selalu
memperhatikan kondisi psikologi agar tidak terlalu banyak fikiran
(stres).
2. Apabila telah memiliki riwayat penyakit gastritis baik akut maupun
kronis dan telah terbiasa mengonsumsi obat, hendaknya konsumsi obat
juga diperhatikan agar tidak terjadi peningkatan penyakit dan kembali
lagi selalu memperhatikan asupan makan serta minuman sehari-hari.
3. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah di kemudian hari

DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Mohammad 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta.


Diva Press

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta. Salemba


Medika

Candra. 2015. Perilaku Ngelem Pada Remaja Di Desa Berlimang Kecamaan


Teluk .

Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.


Surabaya. Salemba.

Kemenkes RI. 2010. Pedoman Umum Perlindungan Kesehatan


Anak Berkebutuhan Khusus.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta. PT. Rineka
Cipta.

............................ 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. PT. Rineka


Cipta.

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan :Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta. Salemba Medika.

Puji Lestari, Vita 2018, Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tuan A Dengan
Gastritis di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah
Karangaynar.http;//ejurnal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view
A rticle/709.diakses tanggal 28 Mei 2018

Saryono dan Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta. Nuha Medika

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Alfabeta

Herdman, T.H& Shigemi. K. 2016. NANDA Diagnosis keperawatan: Definisi dan


Klasifikasi 2015-20179(Edisi 10). Diterjemahkan oleh Keliat, B,A., dkk.
Jakarta: EGC.

World Held Organization (WHO) 2016. Data Peenyakit gastritis di Indonesia. di


Unduh Pada Tanggal 21 Maret 2018 Pukul 19:00 Wit

Kemenkes, RI. 2016. Profil Data Kesehatan. Nasional

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis keperawatan: definisi klasifikasi 2015-


2017. Jakarta: penerbit EGC.

Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan


Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2, Edisi 8, EGC,
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai