Anda di halaman 1dari 79

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN

INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DIRUANG BEDAH


RSUD HAMBA MUARABULIAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

ELIZA SYAFNI
NIM. 181012114101101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEMAS
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
TAHUN 2020

1
HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DIRUANG BEDAH
RSUD HAMBA MUARABULIAN
TAHUN 2020

SKRIPSI

Diajukan ke program studi Keperawatan IKes Prima Nusantara


Sebagai Pemenuhan syaratuntukmemperolehgelar
SarjanaKeperawatan

ELIZA SYAFNI
NIM. 181012114101101

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEMAS
INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA
BUKITTINGGI
TAHUN 2020

2
PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PRIMA
NUSANTARA

ELIZA SYAFNI
181012114201091

SKRIPSI, DESEMBER 2020

HUBUNGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN DENGAN INSIDEN


KESELAMATAN PASIEN DI RUANGAN BEDAH RSUD HAMBA
MUARABULIAN BATANG HARI JAMBI TAHUN 2020

viii + VII Bab + 60 Halaman + 2 Skema + 7 Tabel + 5 Lampiran

ABSTRAK

Keselamatan pasien merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk


melaksanakan kegiatannya sehingga hal tersebut dijadikan standar guna
meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu dari standar keselamatan pasien yang
ada adalah hak pasien dalam menerima asuhan yang aman dan prlunya insiden
keselamatan di ruangan bedah di rumah sakit dengan demikian maka peneliti
perlu mengangkat judul “Hubungan pelaksanaan identifikasi pasien dengan
insiden keselamatan pasien di Ruangan bedah RSUD Hamba tahun 2020. Metode
penelitian ini adalah Studi Kuantitatif dengan pendekatan Croscektional dimana
sampel sebanyak 31 orang dengan uji satatistik menggunakan Uji Chi Square .
Hasil penelitian didapatkan bahwa ; Lebih dari separoh responden 51,6%
pelaksanaan identifikasi pasien tidak dilaksanakan di Ruangan Bedah RSUD
HAMBA tahun 2020. Lebih dari separoh responden 71.0 % Insiden keselamatan
pasien tidak terjadi di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020, Terdapat
hubungan Pelaksanaan Identifikasi pasien dengan insiden keselamatan pasien di
Runagan Bedah RSUD HAMBA dengan Pvalue (0.034<0.05) . Hendaknya
penelitian ini dapat dilanjutkan lebih ketingkat analisis sehingga bermanfaat bagi
semua yang membaca baik individu maupun Instansi kesehatan.

Kata Kunci : Idetifikasi pasien , Insiden keselamatan


Literatur : 23 ( 2011-2018)

3
STUDY PROGRAM OF NURSING FACULTY OF NURSING AND PUBLIC
HEALTH PRIMA NUSANTARA INSTITUTE OF HEALTH

ELIZA SYAFNI
181012114201091

THESIS, DECEMBER 2020

RELATIONSHIP OF IMPLEMENTATION OF PATIENT


IDENTIFICATION WITH PATIENT SAFETY INCIDENTS IN THE
SURGERY ROOM OF THE HAMBA MUARABULIAN Hospital BATANG
HARI JAMBI, 2020

viii + VII Chapters + 60 Pages + 2 Schemes + 7 Tables + 5 Attachments

ABSTRACT

Patient safety is a reference for hospitals in Indonesia to carry out their activities
so that it becomes a standard in order to improve the quality of service. One of the
existing patient safety standards is the patient's right to receive safe care and the
need for a safety incident in the operating room at the hospital. Thus, researchers
need to raise the title "The relationship between patient identification and patient
safety incidents in the surgical room of the Servant Hospital in 2020. This
research method is a quantitative study with a cross-sectional approach in which a
sample of 31 people with a statistical test using the Chi Square test. The results
showed that; More than half of the respondents were 51.6% of the implementation
of patient identification was not carried out in the Surgical Room of the HAMBA
Hospital in 2020. More than half of the respondents 71.0% Patient safety incidents
did not occur in the Surgical Room of the HAMBA Hospital in 2020, There was a
relationship between Patient Identification and Patient Identification. Patient
safety incidents at Hospital HAMBA Surgery Runagan with Pvalue (0.034 <0.05).
This research should be continued further to the level of analysis so that it is
useful for all who read it, both individuals and health agencies.

Keywords: patient identification, safety incidents


Literature: 23 (2011-2018)

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadiran Allah swt. atas karunia-Nya

berupa kesehatan, kesempatan, dan nikmat yang begitu besar bagi umatnya,

sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Pelaksanaan Identifikasi pasien dengan Keselamatan pasien di Ruangan

Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020”. Selawat beriringkan salam

tidak lupa kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan

petunjuk untuk keselamatan umat di dunia dan di akhirat.

Dalam penyusunan proposal ini banyak peneliti mengucapkan terima kasih

telah mendapatkan bimbingan Ibu Vera Kurnia SKep Ns. M.Kep selaku

pembimbing skripsi , dan bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan proposal

ini. Selanjutnya perkenankanlah peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

kepada yang terhormat :

1. Ibu Dr. Hj. Evi Susanti, S.ST., M.Biomed, selaku Rektor Institut Kesehata

Prima Nusantara Bukittinggi.

2. Ibu Ayu Nurdiyan M.Keb selaku Wakil Rektor I Institut Kesehatan Prima

Nusantara Bukittinggi.

3. Bapak Yuhendri Putra, S.Si, M.Biomed selaku Wakil Rektor II Institut

Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi..

4. Ibu Ns. Elfira Husna,S.Kep M.Kep, Ketua Prodi Sarjana Ilmu Keperawatan

Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi.

5. Ibu Direktur RSUD HAMBA di Muarabulian

5
6. Bapak/Ibu Staf dan Dosen pengajar IKes Prima Nusantara Bukit Tinggi.

7. Kepada kedua orang tua, Suami, serta seluruh keluarga yang telah

memberikan kasih sayang, nasehat, semangat dan do’a.

8. Rekan-rekan senasib sepenanggungan mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan Institut Kesehatan Prima Nusantara Bukittinggi yang telah

memberikan perhatian dan masukan bagi peneliti

Semoga segala kebaikannya mendapat imbalan pahala dari Allah swt. Akhir

kata semoga Skripsi yang sederhana dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu keperawatan, Amin

Bukittinggi, November 2020

Eliza Syafni

6
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................ iii

DAFTAR SKEMA........................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ....................................................... 7

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................... 7

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 8

1.5 Ruang Lingkup .............................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keselamatan Pasien(Pasien Safety).................. 10

2.2 Konsep Identifikasi pasien ........................................... 25

2.3 Kerangka teori .............................................................. 30

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka konsep ............................................................ 31

3.2 Hipotesa ......................................................................... 32

3.3 Defenisi Operasional ....................................................... 33

7
BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian ........................................................... 34

4.2 Populasi dan sampel ....................................................... 34

4.3 Tempat dan waktu penelitian........................................... 36

4.4 Insrumen Penelitian ........................................................ 36

4.5 Etika Penulisan .......................................................... 38

4.6 Pengumpulan Data ........................................................... 32

4.7 Analisa data .... ................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

8
DAFTAR SKEMA

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................ 24

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................... 27

9
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan menjadi responden.

Lampiran 2. Pesetujuan menjadi Responden

Lampiran 3. Lembaran kuesioner

Lampiran 4. Surat izin pengambilan data

Lampiran 5. Lembaran Konsul

iv

10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan merupakan nsegala sesuatu yang dilakukan pada klien baik

yang sifatnya jangka panjang ataupun jangka pendek yang dapat

memberikan seluruh kebutuhan klien maupun pasien dalam bentuk

kebutuhan dasar manusia sesuai dengan respon yang diberikan kepada

mereka ( Wiyono 2014)

Kualitas dalam pelayaan merupakan mutu layanan atau gambaran total

sifat dari suatu jasa pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya

untuk memberikan kebutuhan kepuasan. Juran dan Wijono, 2013. Mutu

pelayanan yang baik harus sesuai dengan harapan konsumen yang

memungkinkan untuk mengurangi tingkat kesalahan, pekerjaan ulang,

kegagalan, ketidakpuasan pelanggan, pemakaian alat diagnostik yang

tidak semestinya dan meningkatkan hasil kapasitas serta memberikan

dampak biaya yang lebih sedikit (Virawan, 2012)

Mutu pelayanan dengan memberikan pelayanan secara efisien dan efektif

yaitu dengan menyesuaikan standar profesi, standar pelayanan yang sesuai

dengan kebutuhan pasien, pemanfaatan teknologi tepat guna dan hasil

penelitian untuk mengembangkan pelayanan kesehatan/keperawatan

sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal (Nursalam, 2012).

11
Peningkatan mutu pelayanan di rumah sakit dapat dilakukan dengan

mengembangkan akreditasi rumah sakit dimana indikator utamanya

adalah International Patient Safety Goals (IPSG) atau Sasaran

Keselamatan Pasien (SKP) (The Joint Commision International (JCI,

2011).

Keselamatan pasien merupakan acuan bagi rumah sakit di Indonesia untuk

melaksanakan kegiatannya sehingga hal tersebut dijadikan standar guna

meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu dari standar keselamatan pasien

yang ada adalah hak pasien dalam menerima asuhan yang aman

(Permenkes RI, 2011) dan JCI 2017. Keselamatan pasien (Patient Safety)

rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan

pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi penilaian risiko, identifikasi

dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan

dan analisis pasien, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya

serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko

(Kemenkes RI 2015).

Perawat memiliki peran dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan

mampu mengatasi masalah–masalah yang timbul akibat dari kesalahan

dalam proses identifikasi pasien. Kepatuhan perawat dalam mematuhi

prosedur identifikasi pasien berpengaruh dalam keselamatan pasien.

Sasaran keselamatan pasien (SKP) menjelaskan bahwa proses identifikasi

bertujuan untuk melakukan dua kali pengecekan yaitu untuk

mengidentifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan

12
atau pengobatan dan penyesuaian antara pelayanan atau pengobatan yang

diberikan terhadap individu tersebut (World Health Organization, 2017).

Kesalahan karena keliru dalam mengidentifikasi pasien dapat terjadi di

hampir semua aspek atau tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan

identifikasi pasien bisa terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius,

mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi

dirumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain

(Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2016)

Kesalahan melakukan identifikasi pasien berpotensi besar menimbulkan

masalah dan ancaman keselamatan pasien. Ancaman tersebut jika tidak

diatasi akan menimbulkan masalah kesehatan secara berkelanjutan seperti

terjadinya adverse events atau kejadian tidak diharapkan (KTD), kejadian

nyaris cidera (KNC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Kemenkes RI,

2016). Kebijakan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan

untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya yang digunakan untuk

mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, pengambilan darah dan

specimen lain untuk pemeriksaan klinis, atau memberikan pengobatan atau

tindakan lain. Kebijakan atau prosedur memerlukan sedikitnya dua cara

untuk mengidentifikasi pasien seperti nama pasien, nomor identitas

menggunakan nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang (identitas pasien)

dengan barcode atau cara lain. Nomor kamar atau lokasi pasien tidak bisa

digunakan untuk identifikasi (SNARS, 2017).

13
World Health Organization (WHO) melalaui Joint Commission

International Health pada tahun 2017 mengumpulkan angka-angka

penelitian rumah sakit di berbagai negara : Amerika, Inggris, Denmark,

dan Australia, ditemukan Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) dengan

rentang 3,2 - 16,6 %. Data-data tersebut menjadikan pemicu berbagai

negara segera melakukan penelitian dan Kejadian Tidak Diharapkan

(KTD) sebanyak 67 kasus (46,2%), dan lain-lain sebanyak 9 kasus (6,2%).

Walaupun data ini telah ada secara umum di Indonesia, kejadian atau

catatan yang berhubungan dengan keselamatan pasien di rumah sakit

belum dikembangkan secara menyeluruh oleh semua rumah sakit sehingga

perhitungan kejadian yang berhubungan dengan keselamatan pasien masih

sangat terbatas (Wiyono , 2018).

Data Joint Commision International (JCI) dan Melalaui Panitia SNARS di

Jogjakarta (Tahun 2018) menunjukkan bahwa sebanyak 13% surgical error

dan 68% kesalahan transfusi darah, terjadi karena kesalahan pada tahapan

identifikasi pasien. Laporan Departemen Kesehatan Australia Barat (West

Australian Health Departement) pada tahun 2015 melalaui Embassy Joint

Indonesia Australia dilaporkan adanya sepuluh kejadian sentinel. Empat

dari kejadian sentinel tersebut karena salah pasien dan enam dari kejadian

tersebut karena salah bagian tubuh (Snowball, 2011). KKP-RS degan

KARS (2016) melaporkan insiden keselamatan pasien terjadi sebanyak

145 insiden yang terdiri dari KTD sebanyak 46%, KNC 48% dan lainnya

6%. (SNARS 2017)

14
Laporan Insiden Keselamatan Pasien di Indonesia berdasarkan propinsi

menemukan bahwa dari 145 insiden yang dilaporkan 55 kasus (37,9%)

terjadi di wilayah DKI Jakarta. Berdasarkan jenisnya dari 145 insiden

yang dilaporkan didapatkan Kejadian Nyaris Cidera (KNC) sebanyak 69

kasus (47,6%),

15
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sitorus (2014) dengan judul

“Analisis kepatuhan perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien

sebelum melakukan tindakan keperawatan di ruang rawat inap Siloam

Hospital Lippo Village” didapatkan hasil terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan, sikap, motivasi dan kepatuhan terhadap

pelaksanaan identifikasi pasien. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Meliawati (2012) di Rumah sakit pelabuhan Jakarta pada bulan November

tahun 2011 telah terjadi suatu peristiwa kesalahan identifikasi pasien

terkait dengan keselamatan pasien, yakni kesalahan pemberian obat akibat

nama pasien yang sama. Berdasarkan penelitian Bantu (2014) di Rumah

Sakit Umum Pusat Ratatotok Buyat Minahasa bahwa perawat-perawat

cukup baik dalam melakukan pelayanan keperawatan. Namun sesuai

dengan hasil observasi baik di IGD maupun Instalasi rawat inap bahwa

pemasangan gelang identifikasi pasien belum diterapkan dan masih

terdapat beberapa perawat yang masih lupa dalam mengidentifikasi

nama pasien terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan keperawatan

yang bisa berakibat munculnya masalah resiko salah pasien.

16
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 13 mei 2017

kepada 7 orang perawat, didapat perawat yang melakukan identifikasi

pasien hanya 2 orang dan 5 orang tidak melakukan identikfikasi pasien

Alasannya yaitu karena kebiasaan perawat melihat nomor kamar, padahal

terkait pengetahuan perawat tentang identifikasi pasien, rumah sakit sudah

melakukan penyuluhan kepada perawat terkait patient safety termasuk

juga identifikasi pasien sehingga perawat sudah mengetahui tentang

identifikasi pasien. (Data RSUD HAMBA 2020)

Pelaksaaa Idetifikasi pasien di RSUD HAMBA kurang dilakukan , dimana

pelaksanaa ini terkadang meemui kendala dari kegiata yang dilakukan oleh

perawat da juga teaga kesehatan sejak mulai dari pasie meagmbil karcis

maka pasien yang masuk terkadang memiliki kendala di administrasi yang

belum memadai dengan tada identitas pasien tentang strip label yang

dipakai sehingga label belum siap pasien sudah masuk ruahan tanpa

diberikan identitas apapun, dan kemudian pasien yang masuk melalui

UGD RSUD HAMBA dengan indikasi rawatan sering disuruh masuk saj

keruanga dengan advis kiriman ke ruanga melalaui UGD. Jadi dengan

demikian tingkat kenyamanan dan keselamata pasie sangat kurang da pasie

yang dirujuk melalui UGD begitu juga sering memenemui kendala yang

kurag tepat dimaa tingkat keselamatannnya belum memadai apalagi untuk

safety pasien padahal fasilitas sudah memadai di RSUD .

Dari Data pasien pada tanggal 13 Mei 2020 maka data pasien

perbulannyan adalah 120 orang. Berdasarkan wawancara dengan tim

17
keselamatan RS HAMBA Muarabulian kejadian yang terjadi masih

banyak yang tidak dilaporkan, jadi data pada tahun 2019 sampai Bulai

Mei tahun 2020 insiden kejadian keselamatan pasien terjadi sebanyak 54

yang terdiri dari KTD 24 %,KNC 75 %,

Berdasarkan masalah diatas maka peneliti tertarik meneliti tentang

“Hubungan pelaksanaan identifikasi pasien dengan tingkat safety pasien di

Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang

akan diteliti yaitu “Apakah ada hubungan Pelaksanaan identifikasi pasien

dengan insiden keselamatan pasien di Ruang Bedah RSUD HAMBA

Muarabulian Tahun 2020?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan

identifikasi pasien dengan insiden keselamatan pasien Ruang Bedah

RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020

2. Tujuan Khusus.

a. Mengetahui distribusi frekuensi identifikasi Pasien Ruang Bedah RSUD

HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

18
b. Mengetahui distribusi frekuensi insiden keselamatan pasien di Ruang

Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

c. Menganalisis ada hubungan identifikasi pasien dengan insieden

keselamatan pasien di Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun

2020

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Kegiatan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman

peneliti tentang riset keperawatan khususnya berkaitan dengan

pelaksanaan identifikasi pasien untuk meningkatkan safety bagi pasien

yang dirawat di Rumah Sakit.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk

pengembangan program patient safety bagi RS Ruang Bedah RSUD

HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

pengembang sistem keperawatan manajemen yang lebih baik dan

berkualitas bagi keselamatan pasien di Ruang Bedah RSUD HAMBA

Muarabulian Tahun 2020

19
1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini mengenai “ Hubungan pelaksanaan identifikasi pasien dengan

insiden keselamatan pasien diruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian

Tahun 2020”. Penelitian ini akan dilaksanakan bulan September2020.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien diruang Bedah

berjumlah 30 orang responden dengan sample yang diambil dengan teknik

total sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan panduan lembar

observasi sebagai alat ukur .

20
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keselamatan Pasien (Pasien Safety)

2.1.1 Defenisi

Keselamatan pasien ataupasien safety,menurut WHO 2012 adalah tidak

adanya bahaya yang dapat di cegah kepada pasien selama proses

perawatan kesehatan,displin keselamatan pasien merupakan upaya terkoordinasi

untuk mencegah kesalahan, yang disebabkan oleh proses keperawatan kesehatan

itu sendiri yang dapat terjadi kepada pasien. (SNARS 1 2017)

Pasien Menurut The Nasional Pasien Safety JCI dan SNARS 1 (2017),

keselamatan adalah proses yang di jalankan oleh organisasi yang bertujuan

membuat layanan kepada pasien menjadi lebih aman.Keselamatan pasien rumah

sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman

yang meliputi assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang

berhubungan dengan resiko pasien pelaporan dan analisis insiden.

(Kemenkes 2014)

2.1.2 Tujuan Keselamatan pasien


Tujuan keselamatan pasien di rumah sakit yaitu (KemenkesRI, 2014):

1. Tercipnya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatnya akuntabilitasrumah sakit terhadap pasien dan

masyarakat.

21
3. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

4. Terlaksananya program- program pencegahan sehingga tidak terjadi

pengulangan kejadian tidak diharapkan (KTD).

2.1.3 Standar Keselamatan Pasien

Pentingnya akan keselamatan pasien di rumah sakit maka dibuatlah

astandar keselamatan pasien di rumah sakit.Standar keselamatan pasein di

rumah sakit ini akan menjadi acuan setiap asuhanyang diberikan kepada

pasien . Menurut Kemenkes RI (2011) ada 7 standar keselamatan pasien

yaitu:

1. Standar I . Hak pasien

Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan

rencanadan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya

Kejadian Tidak Diharapkan . Kriteria dari standar 1 ini adalah :

a) Harus ada dokter penaggung jawab pelayanan

b) Dokter pengggung jawab pelayanan wajib membuat rencana

pelayanan

c) Dokter penaggung jawab wajib memberikan penjelasan secara jelas

dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil

pelayanan, pengobatan atau prosedur , termasuk kemungkinan

terjadinya KTD.

22
2. Standar II. Mendidik pasien dan keluarga

Rumah Sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang

kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriteria

dari standar II ini adalah :

Keselamatan dalam pemberian layanan dapat ditingkatkan dengan

keterlibatan pasien yang merupakan partner dalam proses pelayanan.

Karena itu di Rumah Sakit hars ada sistem dan mekanisme mendidik

pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien

dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien

dan keluarga dapat :

a) Memberikan informasi yang benar , jelas ,lengkap dan jujur.

b) Mengetahui kawajiban dan tanggung ajawab paisen dan keluarga.

c) Mengajukan pertanyaan –pertanyaan untuk hal yang tidak di

mengerti.

d) Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan

e) Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit

f) Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa

g) Memnuhi kewajiban finansial yang disepakati.

3. Standar III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan

23
Rumah Sakit menjamin Kesinambungan pelayanan dan menjamin

koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan . Kriteria dari astndar

III ini sebagai berikut:

a) Terdapat koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat

pasien masuk , pemeriksaan ,diagnosa, perencanaan pelayanan ,

tindakan dan pengobatan ,rujukan dan saat pasien keluar rumah

sakit.

b) Terdapat koordinasi pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan

pasien dan kelayakan sumber daya secara berkesinambungn

sehingga pada seluruh tahap pelayanan trnsisi anatanrunit

pelayanan dapat bejalan baik dan lancar.

c) Terdapat koordinasi pelayanan yang mencakup peningkatan

komunikasi untuk memfasilitasi dukungan keluarga , pelayanan

keperawatan , pelayanan sosial,konsultasi dan rujukan , pelayanan

kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

d) Tedapat komunikasi dan transfer informasi anatar profesi

kesehatan sehingga dapat tercapainaya proses koordinasi tanpa

hambatan , aman dan efektif

4. Standar IV. Penggunaan metode dalam meningkatkan kinerja untuk

melakukan evaluasidan program peningkatan keselamatan pasien.

a) Rumah Sakit ahrus mendisign proses baru atau memperbaiki

proses yang ada , memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui

24
pengumpulan data , menganalisis secara intensif kejadian tidak

diharapkan dan melakukan perubahan untuk peningkatana kinerja

serta keselamatan pasien . Kriteria dari atandar IV ini adalh :

b) Setiap ruamah sakit harus melakukan proses perancangan (disign)

yang baik, mengacu pada visi misi dan tujuan rumah sakit,

kebutuhan pasien ,petugas pelayanan kesehatan , kaidah klinis

terkini ,praktek bisnis yang sehat dan faktor-faktor yang berpotensi

resiko bagi pasien sesuai dengan “ Tujuh Langkah Menuju

Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

c) Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

yangan antara lain terkait dengan : pelaporan insiden

akreditasi,manajemen resiko ,utilisasi mutu pelayanan , keuanagan.

d) Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif terkait

dengan semua kejadian yang tidak diharpkan , dan secara pro aktif

melakukan evaluasi satu proses kasus resiko tinggi.

e) Setiap Rumah Sakit harus menggunakan semua data dan informasi

hasil analisis untuk menentukan perubahan sistem yang di perlukan

, agar kinerja dan keselamatan pasien terjamin.

5. Standar V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan

pasien

a) Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program

keselamtan pasien secara terintegrasi dalam organisasi melalui

25
penerapan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah

Sakit”

b) Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk

identifikasi resiko keselamatan pasien dan program menekan atau

mengurangi Kejadian Tidak Diharapkan.

c) Pimpinana mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan

koordinasi anatar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan

keputusan tentang keselamatan pasien .

d) Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk

mengukur , mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta

meningkatkan keselamatan pasien.

e) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

Kriteria dari standar V ini adalah sebagai berikut ;

Terdapat tim antar disiplin untuk mengelolah program keselamatan pasien.

a. Tersedia program proaktif untuk identifikasi resiko keselamatan dan

program meminimalkan insiden, yang mencakup jenis –jenis kejadian

yang memerlukan perhatian , mulai dari “ Kejadian Nyaris Cedera “

( Near miss ) sampai dengan “ Kejadian Tidak Diharapkan “ ( Adverse

Event ).

26
b. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen

dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi dalam program

keselamatan pasien.

c. Tersedia prosedur “Cepat – Tanggap “ terhadap insiden , termasuk

asuhan kepada pasien yanga terkena musibah ,membatasi risiko pada

oarang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk

keperluan analisis.

d. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan

insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang

analisis akar masalah (RCA) “ Kejadian Nyaris Cedera “(Near Miss)

dan Kejadian Sentinel pada saat program keselamatan pasien mulai

dilaksanakan .

e. Tesedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden ,

misalnya menangani “Kejadian Sentinel “ (Sentinel Event) atau

kegiatan proaktif untuk memperkecil resiko , termasuk mekanisme

untuk mendukung staf dalan kaitan dengan “ Kejadian Sentinel “.

f. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit

dan antar pengelolah pelayanan didalam rumah sakit dengan

pendekatan antar disiplin

g. Tersedia sumber daya dan informasi sistem informasi yang dibutuhkan

dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan

keselamatan pasien, termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan

sumber daya tersebut.

27
6. Standar VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

a) Rumah sakit memiliki proses pendidikan , pelatihan dan orientasi

untuk setiap jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan

pasien secara jelas.

Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatiahan yang

berkelanjutan untuk meningkatan dan memelihara kompetensi staf

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan dalan pelayanan

pasien.

Kriteria dari Standar VI ini adalah sebagai berikut :

a. Setiap rumah sakit harus memiliki program pendidikan , pelatiahan

dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien

sesuai dengan tugasnya masing-masing.

b. Setiap rumah sakit harus mengintegrasikan topik keselamatan pasien

dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang

jelas tentang pelaporan insiden

c. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan pelatihan tentang

kerjasama kelompok (team work) guna mendukung pendekatan

interdisiplin dan kolaboratif dalam rangaka melayanai pasien

7. Standar VII. Komunikasi merupakan kuncibagi staf untuk mencapai

keselamatan pasien.

a. Rumah skit merencanakan dan mendisign proses manajemen informasi

keselamatan pesien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan

eksternal

28
b. Tranmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.

Kriteria dari standar VII ini adalah sebagai berikut :

a. Perlu disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendisain

proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang

hal –hal terkait dengan keselamatan pasien.

b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala

komunikasiuntuk merevisi manajemen informasi yang ada.

2.1.4 Sasaran Keselamatan Pasien (Patien safety Goals)

Selain dari standar keselamatan , ada lagi yang menjadi poin pentin dalam

pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamatan pasien atau

patien safety goals . Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk

diterapkan di semua rumah sakit yang di akreditasi oleh komisi akreditasi

rumah sakit.Penyususnan sasaran ini mengacu kepada ninelife-saving

Pasien safety solutions dari WHO Pasien safety (2011) yang digunakan

juga oleh komite Keselamatan Pasien Sakit PERSI (KKPRSI) dan Joint

comission Internasional (JCI. 2017).

MenurutJoint comission Internasional (JCI).( 2017) Terdapat 6 sasaran

keselamatan pasien Yaitu:

1. Identifikasi pasien dengan benar

2. Meningkatkan komunikasi yang efektif

3. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai

29
4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur ,tepat pasien operasi

5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6. Penguranagan resiko pasien jatuh

Menurut Permenkes RI, (2011) tentang ssaran keselamatan pasien adalah :

Sasaran I ; ketepatan identifikasi pasien

Standar SKPI Rumah Sakit mengembangakan pendekatan untuk

memperbaikai meningkatkan ketelitian identifikasi pasien

Elemen Penilaian sasaran I :

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien , tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien

2. Pasien di identifikasi sebelum pemberian obat , darah atau produk

darah

3. Pasien diidentifikasi sebelum pengambilan darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis

4. Pasien di identifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan

/prosedur

Sasaran II : peningkatan komunikasi efektif

Standar SKP II Rumah Sakit mengembangkan pendekatan untuk

meningkatkan efektifitas komunikasi antar pemberi pelayanan

Elemen Penilaian sasaran II

30
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil

pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah

2. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil

pemeriksaan di bacakan secara lengkap oleh penerima perintah

3. Perintah atau hasil pemeriksaan di komfirmasi oleh pemberi perintah

atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan

4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi

keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten

Sasaran III: peningkatan keamanan obat yang perlu di waspadai (high

alert)

Standar SKP III Rumah Sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk

memperbaiki keamanan obata-obatan yang perlu di waspadai (high alert)

Elemen Penilaian Sasaran III:

1. Kabijakan dan atau peosedur dikembangakan agar memuat proses

identifikasi, menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan

elektrolit konsentrat

2. Implementasi kebijakan dan prosedur

3. Elektrolit knsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika

dibutuhkan secara klinis dan tindakan diamabil untuk mencegah

pemberian yang kurang hati-hati dia area tersbut sesaui kebijakan

Sasaran IV : kepastian tepat lokasi , tepat prosedur,tepat pasien operasi

31
Standar SKP IV Rumah Sakit mengembangkan atau pendekatan untuk

memastikan tepat lokasi,tepat prosedur dan tepat pasien.

Elaman Penialan Sasaran IV :

1. Rumah Sakit mengunakan suatu tanda yang jelas dan dimengerti untuk

identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien didalam proses

penandaan

2. Rumah Sakit menggunakan suatu cheklist atau proses lain untuk

memperivikasi saat pre operasi tepat lokasi,tepat prosedur , dan tepat

pasien dan semua dokumen serta peralatan yg diperlukan

itersedia,tepat dan fungsional

3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur

sebelum” insci/time out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur

tindakan pembedahan

4. Kebijakan dan prosedur dikembangakan untuk mendukung suatu

proses yang seragam untuk memastikan tepat lokasi , tepat prosedur

dan tepat pasien termasuk prosedur medis dan dental yang

dilaksanakan diluar kamar operasi

Sasaran V : Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Standar SKP V Rs mengembangkan atau pendekatan untuk pengurangan

resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Elaman Penialan Sasaran V :

32
1. Rumah Sakit mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene

terbaru yg diterbitkan dan sudah diterima secara umum ( a.l dari WHO

guidelines an patien safety).

2. Rumah Sakit menerapkan program hand hygiene yang efektif

3. Kebijakan dan atau prosedur dikembangakan untuk mengarahkan

pengurangan secara berkelanjutan resiko dari infeksi yg terkait

pelayanan kesehatan

Sasaran VI : Pengurangan resiko pasien jatuh

Standar SKP VI Rumah Sakit mengembangkan atau pendekatan untuk

pengurangan resiko pasien jatuh

Elemen Penilaian Sasaran VI :

1. Rumah Sakit menerapkan proses assesmen awal atas pasien terhadap

resiko jatuh dan melakukan assesment ulang bila pasien diindikasi

terjadi perubhan kondisi atau pengobatan dan lain-lain

2. Langkah – langkah dterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi

mereka yang pada hasil assesment dia naggap beresiko jatuh

3. Lankagh –langkah di monitor hasilnya baik keberhasilan ,

pengurangan cidera akibat jatu dan dampak dari kejadian yang tidak

diharapakan

4. Kebijakan atau prosedur dikembangan untuk mengarahkan

pengurangan berkelanjutan resiko pasien cedra akibat jatuh di rumah

sakit

33
Menurut Kemenkes R.I ,2011 Hal hal yang menyebabkan kecelakaan

pasien adalah :

1. Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien

2. Komunikasi yang tidak efektif

3. Penggunaan obat high alert yang tidak aman

4. Tidak tepat lokasi ,prosedur,dan pasien operasi

5. Pencegahan resiko infeksi yang buruk

2.1.5 Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi budaya keselamatan pasien

Menurut Geller dalam dan Hendrick (2017), bahwa tentang total Safety

Culture,menyebutkan bahwa ada tiga kelompok faktor yang dapat

mempengaruhi budaya keselamatan pasien ,yaitu sebagai berikut

1. Faktor personal yaitu cenderung dari orang/manusia yang bekerja

dalam suatu organisasi rumah sakit. Faktor personal ini terdiri dari

a) Pengetahuan

b) Sikap

c) Motivasi

d) Kompetensi

e) Kepribadian

2. Faktor prilaku organisasi yaitu kondisi lingkungan kerja yang diukur

dari segi organisasi pelayanan kesehatan secara umum.Faktor perilaku

organisasi yaitu :

a) Kepemimpinan

b) Kewaspadaan Situasi

34
c) Komunikasi

d) Kerja Tim

e) Stress

f) Kelelahan

g) Kepemimpinan Tim

h) Pengambilan Keputusan

3. Faktor lingkungan merupakan pendukung proses pelayanan dalam

organisasi kesehatan yang terdiri :

a) Perlengkapan

b) Peralatan

c) Mesin

d) Kebersihan

e) Teknik

f) Standar prosedur operasional.

2.2 Identifikasi Pasien

2.2.1 Pengertian

Identifikasi merupakan penerapan atau penentu atau ciri-ciri atau

keterangan lengkap seseorang ( Uswatul, 2012). Identifikasi pasien adalah

suatu upaya atau usaha yang dilakukan dalam sebuah pelayanan kesehatan

sebagai suatu proses yang bersifat konsisten, prosedur yang memiliki

kebijakan atau telah disepakati , di aplikasikan sepenuhnya , didikuti dan

dipantau untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam

35
meningkatkan proses identifikasi ( Joint Commision Internasional, dalam

SNARS ,2017)

2.2.2 Maksud dan tujuan Identifikasi pasien

Rumah sakit terus mengembangkan pendekatan untuk memperbaikai

atau meningkatkan ketelitian dalam melakukan identifikasi pasien.Sasaran

Keselamatan Pasien (SKP) bertujuan untuk mendorong peningkatan

spesifik dalam keselamatan pasien , menjadi salah satu area bermasalah

dalam pemberian pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas

permasalahan ini. Adapun usaha yang dilakukan yaitu dengan menerapkan

6 sasaran keselamatan pasien.( JCI 2017)

Identifikasi pasien menjadi salah satu bagian dari enam sasaran

keselamatan pasien yang sangat penting dalam keberhasilan serta dalam

mencegah masalah –masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan ,

pemberian obat dan pelayanan yang diberikan

2.2.3 Elemen Identifikasi Pasien

Dalam mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara

lain ;( JCI 2017)

1) Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien ,tidak boleh

menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.

2) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat ,darah,atau produk lain.

36
3) Pasiean dididentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain

untuk pemeriksaan klinis

4) Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan atau

prosedur.

5) Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang

konsisten pada semua situasi dan lokasi.

2.2.4 Strategi dalam Identifikasi Pasien

Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien

akan mengarah kepada tindakan pemberian obat, pelaksanaan prosedur ,

pemeriksaan klinis pada orang yang salah.Dalam rangka meminimalkan

resiko tersebutWHO Colaborating cfor Pasien Safety Solusions

menerbitkan sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( World

Healt Organization ,2015).Dimana pada solusi kedua adalah identifikasi

pasien . Strategi Yang ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu :

1. Pastikan bahwa organisasi kesehatan memiliki sistem identifikasi

pasien

a.) Menekankan bahwa tanggung jawab perawat sebelum melkukan

perawtan , pengobatan ,dan pengambilan spesimen atau pemeriksaan

klinis harus memastikan identitas pasien secara benar.

b.) Mendorong kegunaan setidaknya dua identitas (nama dan tanggal

lahir).

37
c.) Standarisasi pendekatan untuk identifikasi pasien antara fasilitas yang

berbeda dalam sistem perawatan kesehatan.

d.) Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentikfikasi pasien dan

untuk membedakan identitas pasein dengan nama yang sama.

e.) Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalm semua tahapan proses

perawatan di rumah sakit.

f.) Mendorong pemberian label pada wadah yang digunakan untuk

g.) pengambilan darah dan spesimen lainnya

h.) Menyediakan protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel

pasien pada pra-analitis,analitis dan proses pasca analitis.

i.) Menyediakan protokol yang jelas untuk mempertanyakan hasil

laboratoriun atau temuan tes lain ketika mereka tidak konsisten dengan

riwayat klinis pasien .

j.) Menyediakan pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk

mencegah multiplikasi otomatis dari kesaahan entrypada comput

2. Memasukan kedalam program pelatihan atau orientasi tenaga

kesehatan tentang prosedur pemeriksaan/ verifikasi identitas pasien.

2.2.5 Insiden Keselamatan Pasien

Insiden Keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah

setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau

berpotensi mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien, yang

terdiri dari kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cidera, kejadian tidak

cidera, kejadian pontensial cidera, kejadian sentinel.

38
1. Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) adalah insiden yang mengakibat

cedera pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit

dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan

medis atau bukan kesalahan medis.

Contoh :

- Kesalahan diagnosa atau keterlambatan diagnosa

- Tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai

- Kesalahan prosedur pengobatan, pelaksanaan therapy, metode

penggunaan obat

- Pasien jatuh, tertusuk jarum

2. Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) adalah terjadinya insiden yang belum

sampaikan terpapar kepasien.

Contoh :

- Pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak tidak

timbul reaksi obat.

- Secara tidak disengaja pasien anak diberikan suatu obat dengan dosis

lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya sebelum obat

diberikan.

- Salah identitas pasien namun diketahui sebelum dilakukan tindakan

3. Kejadian Tidak Cidera ( KTC ) adalah insiden yang sudah terpapar ke

pasien tapi tidak timbul cidera.

39
- Pasien secara tidak sengaja telah diberikan obat dengan dosis lethal,

segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga

tidak menimbulkan cedera yang berarti

4. Kejadian Potensial Cidera ( KPC ) adalah Kondisi yang sangat berpotensi

untuk menimbulkan cidera, tapi belum terjadi insiden.

- Terjadinya kerusakan alat medis

5. Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau

cidera yang serius.

Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya ketidakcocokan antara pasien

yang terkait dengan identifikasi pasien yang akan mendapatkan

pelayanan atau perawatan . Kesalahan identifikasi memiliki potensi atau

menimbulkan kejadian adverse events atau Kejadian tidak diharapkan

(KTD),Near Miss Kajadian Nyaris cidera (KNC),Kejadian Potensi Cidera

(KPC), dan kejadian tidak cidera (KTC). (Australian on Safety and

Quality in Health care,2018).

40
2.3 Kerangka teori

Insiden keselamatan pasien :

- Kejadian tidak Pelaksanaan Identifikasi


. pasien :
diharapkan ( KTD )
- Kejadian nyaris cidera
- Menggunakan dua
( KNC ).
identitas pasien
- Kejadian potensial
- Sebelum
cidera (KPC)
pemberian obat
- Kejadian tidak cidera
- Sebelum
( KTC )
pengambilan
- Kejadian sentinel
spesimen,sampel
darah
- Sebelum
melakukan
tindakan
Kemenkes RI (2014) (JCI, 2017)

Pasien safety

Bentuk identifikasi
pasien

Faktor yang mempengaruhi pasien Gelang identitas pasien


safety
- Personal
- Lingkungan (JCI,2013)
- Prilaku
(Hendrick, 2017)

Skema 2.1 kerangka teorI

41
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu varian dan visualisasi hubungan

atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya.atau variabel yang

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin di teliti tentang Hubungan

pelaksanaan identifikasi pasien dengan tingkat safety pasien di Ruang Bedah

RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020 Maka dengan demikian kerangka

konsep yaitu keterkaitan hubungan pelaksanaan identifikasi pasien dengan

keselamatan pasien .(Notoatmodjo,2013). Dilihat sebagai berikut :

Variabel Indenpenden Variabel Dependen

Pelaksanaan Insiden keselamatan pasien


IdentifikasiPasien
- Dilaksanakan - Terjadi
- Tidakdilaksanaka - Tidak terjadi
n

Skema 3.1 Kerangka konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban dari suatu penelitian yang telah di rumuskan

dalam perencanaan penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebutsetelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka

42
hipotesis ini dapat benar atau salah.( Notoatmojo,2013). Maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara pelaksanaan identifikasi pasien dengan tingkat

safety pasien di Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun

2020

3.3 Defenisi operasional

Penelitian ini terdiri dari dua variabel ,variabel x adalah pelaksanaan

pemasangan identifikasi pasien ,variabel y adalah tingkat safety pasien.

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Cara Alat Skala Hasil


ukur ukur Ukur
1 Variabel
Indenpenden

Pelaksanaan Melakukan observasi Lembar Identifikas


ordinal
Identifikasi pemasangan an i dilaksan
pasien identifikasi observa mean
secara benar si <50.32

Identifikas
i tidak
dilaksana
= <50.32
32 Variabel
Dependen
Insiden Kejadian Observas Pandua ordinal Terjadi=

43
keselamatan yang tidak i dan n mean <
pasien disengaja wawanca observa 17.77
mengakibatk ra si dan
an cidera pandua Tidak
n terjadi=
wawan mean <
cara 17.77

44
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk

memberikan gambaran mengenai masing –masing variabel dan

mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen

.Disein penelitian yang di gunakan adalah observasional analitik dengan

pendekatan crosssectional dimana variabel independen dan

variabel dependen diukur dan dikumpulkan pada saat bersamaan

(simultan ) (Notoatmojo,2013)

Metode ini dipilih untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

yaitu pelaksanaan pemasangan identifikasi dan variabel dependen yaitu

insiden keselamatan pasien.

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perawat yang dinas di RSUD

HAMBA Muarabulian Tahun 2020,dengan jumlah perawat semuanya adalah 129

orang perawat.

45
4.2.2 Sampel

Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Simple

Random Sampling sehingga setiap anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sample. Maka sampel

penelitian yang dipakai adalah seluruh perawat yang berdinas di Ruangan

Bedah RSUD HAMBA sebanyak 31 perawat

Menurut Arikunto (2012) Jika jumlah subyek kurang dari 100, maka lebih

baik sampel diambil semua, sedangakan jumlah subjeknya lebih besar

dapat diambil 25%, ternyata populasi lebih dari 100 maka dalam penelitia

ini sampel diambil semuanya yang perawat di ruangan bedah ( Total

sampel) sebanyak 31 perawat dengan criteria

Kriteria Inklusi :

a. Perawat yang berdinas di rungan bedah

b. Perawat yang melakukan pelaksanaan identifikasi pasien di rungan

bedah RSUD HAMBA

c. Perawat yang melakukan pemantauan terhadap keselamatan pasien di

Rungan Bedah

d. Perawat yang bersedia menjadi responden

e. Perawat yang menandatangani Imformed concent

46
Kriteria Ekslusi:

a. Perawat Ruangan Bedah yang dalam masa Cuti

b. Perawat ruangan bedah yang sedang berdinas di ruangan lain seperti

Panitia Covid -19

c. Perawat Kepala Ruangan Bedah

Teknik sampling adalah teknik yang digunakan peneliti dalam menentukan

sample.Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non

probability sampling yaitu total sampling. Total sampling adalah sampel yang

mewakili jumlah populasi. Biasanya dilakukan bila jumlah populasi dianggap

kecil atau kurang dari 100.( Notoatdmodjo,2013) Pada penelitian ini besar

populasi adalah sebanyak 31 responden.

4.3 Tempat dan waktu Penelitian

Peneliti dilaksanakan dari tanggal 22 Oktober sampai pada 1 Desember 2020

di Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.Waktu

pelaksanaan penelitian dilakukan bulan Oktober dan November Tahun 2020.

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan lebih baik

hasilnya,dalam arti lebih cermat,lengkap dan sistimatis sehingga lebih mudah

47
diolah.Instrumen yang digunakan adlah kuesioner untuk variabel indenpenden

yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang di gunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalm arti laporan tentang pelaksanaan pemasangan

identifikasi. Variabel dependen juga menggunakan kuesioner yaitu sejumlah

pertanyaan tertulis yang akan menjadi dasar penjelasan tentang keselamatan

pasien. ( Notoadmojo 2013).

Alat pengumpul data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

Kuesioner merupakan daftar pertanyaan yang disusun secara tertulis dalam

rangka pengumpulan data dari suatu penelitian. . ( Notoadmojo 2013).

Kuesioner ini terdiri dari 3 bagian :

1. Bagian A : berisi tentang identitas dari responden dan informasi

2. Bagian B : Berisi tentang keselamatan pasien ,cara ukur dengan

menggunakan kuesioner dengan skala Gutman yang di ukur dari skor 1

sampai 28,terdiri dari 28 pertanyaan . Alat ukur yang safety maka di beri

nilai 1, dan jika tidak sfety maka di beri nilai 0. Pemberian hasil-hasil

kesimpulan skoring menggunakan ketentuan.menggunakan aturan

normatif yang menggunakan rata-rata (mean) dan simpangan baku

(Standar Deviasi). (Riwidikdo,2012)..

3. Bagian C berisi lembar observasi berupa tindakan pelaksanaan

pemasangan identifikasi pasien. Cara ukur menggunakan lembar observasi

sebnyak 10 item . Cara ukur dilaksanakan maka di beri nilai 1,dan tidak

dilaksanakan maka di beri nilai 0..

4.5 Etika Penelitian

48
a. Informed Consent (Lembar persetujuan )

Peneliti menjelaskan maksud , tujuan , cara pengumpulan data kepada

responden sebelum pengumpulan data dilakukan. Peneliti memberikan

Informed consent sebagai persetujuan responden terlibat dalm

penelitian.Kesediaan responden dinyatakan dengan menandatangani

pernyataan bersedia menjadi responden.

b. Anominity ( tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan , peneliti tidak mencantumkan nama

responden, tetapi pada lembar tersebut di beri kode responden.

c. Confidentiality (kerahasiaan )

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.

4.6 Pengumpulan ,Pengolahan Dan analisa data

4.6.1 Jenis data

a) Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden

mencakup data tentang pelaksanaan pemasangan identifikasi pasien di

Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020 dengan

kuesioner. Metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Dan penyebaran

kuesioner dilakukan sendiri oleh peneliti, pengumpulan data dengan

kuesioner dilakukan sebagai berikut :

49
1) Sebelum pengisisn kuesioner responden diberitahu dan di beri

penjelasan mengenai tujuan penelitian dan petunjuk pengisian

kuesioner.

2) Responden menandatangani Informed consent yang telah di setujui.

3) Kuesioner yang telah diisi oleh responden di kumpul sendiri oleh

peneliti sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati.

4) Dalam pengisian kuesioner tidak didampingi oleh peneliti.

b) Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang di dapat dari tentang kejadian pasien

safety di Ruang Bedah RSUD HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

c) Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data di lakukan dengan membagikan kuesioner kepada

pasien. Sebelum mengisi kuesioner , peneiti membrikan penjelasan

tentang cara pengisian kuesioner , dimana kuesioner didisi sendiri oleh

pasien , setelah selesai di kumpulkan kembali pada peneliti.

4.6.2 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data terkumpul , data tersebut diolah

dengan menggunakan rumus dan aturan yang sesuai dengan pendekatan

disain yang data univariat dengan tampilan data distribusi frekuwensi dan

analisa bivariat hubungan antara variabel

a) Pemeriksaan data (Editing)

50
Yaitu memastikan data yang di peroleh adalah data yang benar terisi

lengkap, relevan dan dapat di baca dengan baik. Semua responden

telah mengisi kuesioner dengan lengkap

b) Pengkodean data ( Coding)

Yaitu pemberian kode pada setiap jawaban untuk memudahkan

dalam pengolahan data selanjutnya

c) Nilai (Skoring)

Pada tahap ini, peneliti memberi skor atau niali pada format isian

sesuai dengan kategori data dan jumlah item pernyataan dari setiap

veriabel untuk memudahkan proses analisis.

d) Memasukan data (Entry data/Processing)

Setelah pemberian kode setiap format,data dimasukan dan diolah

dengan menggunakan program SPSS.

e) Pembersihan (Cleaning)

Data yang telah di entry,Dicetak kembali untuk memastikan bahwa

data tersebut benar-benar siap untuk dianalisa.

f) Mengelompokan data (Tabulating )

Yaitumelakukan pengelompokan data kedalam suatu tabel tertentu

menurut sift-sifatnya ,sesuai dengan tujuan peneliti yang akan

memudahkan dalam melakukan analisa selanjutnya.

4.7 Analisa Data

51
Untuk mendapatkan tujuan peneliti maka dilakukan analisa statisyik melalui

dua tahap dengan menggunakan analisa univriat dan bivariat

(Notoatmodjo,2013).

a) Analisa univariat

Analisis univariat digunakan untuk melakukan analiasis terhadap

distribusi frekuensi jawaban responden. Dalam jawaban dari variabel

indenpenden dan variabel dependen dan ditampilakan dalam bentuk

persentase, karna data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk

kedalam kategori data kategorik (Hastono,2011).

Pada data kategorik ,peringkasan data menggunakan distribusi

frekuensi dengan ukuran persentase Pelaksanaan pemasangan identifikasi

pasien

P = f/n x100%

Keterangan : P = Nilai persentase responden

f = Frekuensi

n = Jumlah responden

a) Analisa Bivariat

Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan anatar variabel

independen dengan dependen yang menggunakan uji Chi-Square,

dengan drajat kepercayaan 95% jika nilai p < 0,05,digunakan batas

bermakna 5% (α =0,05) berarti ada hubungan bermakna antara

52
variabel indenpenden dengan variabel dependen. Bila niali p > 0,05

berarti tidal ada hubungan bermakna antara variabel indenpenden

dengan variabel dependen (Alimul,2014)

X 2 = ∑ ( 0 – E )2

E
Keterangan :

0 = Frekuensi yang diamati

E = Nilai ekspektasi

X2 = Nilai Chi-square

∑= Jumlah /total

Hasil analisa dilakukan secara bermakna

Bila X2 hitung > X2 tabel = HO ditolak ( p < 0,05 )

Bila X2 hitung < X2 Tabel = HO gagal

53
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Peneliti mendapatkan hasil sebagai berikut dibawah Ini :

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Pelaksanaan Identifikasi pasien

Table 5.1.

Distribusi frekuensi pelaksanaan identifikasi pasien di ruangan Bedah

RSUD HAMBA tahun 2020

Pelaksanaan
No identifikasi N Persentase
pasien
1 Dilaksanakan 15 48,4%
2 Tidak 16 51,6%
Dilaksanakan
Jumlah 31 100%

Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 31 responden terdapat

lebih dari separoh responden sebanyak 16 ( 51,6%) pelaksanaan

identifikasi pasien tidak dilaksanakan di Ruangan Bedah RSUD

HAMBA tahun 2020

54
b. Distribusi Insiden Keselamatan pasien

Table 5.2.

Distribusi frekuensi pelaksanaan insiden keselamatan pasien di

ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Insiden
No keselamatan N Persentase
Pasien
1 Terjadi 9 29.0%
2 Tidak terjadi 22 71.0%
Jumlah 31 100%

Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 31 responden terdapat

lebih dari separoh responden sebanyak 22 ( 71.0%) insiden

keselamatan pasien tidak terjadi di Ruangan Bedah RSUD HAMBA

tahun 2020.

2. Analisa Bivariat

55
Table 5.3.

Distribusi frekuensi Hubungan Pelaksanaan identifikasi pasien dengan

Insiden keselamatan pasien di Ruang bedah RSUD HAMBA tahun

2020

Insiden Keselamatan p-
Pelaksanaan
Pasien value
Identifikasi Pat
Tidak terjadi Terjadi
F % F %
Tidak 9 56.3 7 43.8 16
0,034
dilaksanakan
Dilaksanakan 13 86.7 2 13,3 15

Total 22 71,0 9 29.0 31

Dari table 53 diatas dapat dilihat bahwa dari 16 orang responden yang

pelaksanaan identifikasi pasien tidak dilaksanakan terdapat sebanyak

9 responden ( 56.3%) yang tidak terjadi insiden keselamatan .

sedangkan dari 15 responden yang pelaksanaan identifikasi pasien

dilaksanakan terdapat sebanyak 13 responden (86.7%) tidak terjadi

insiden keselamatan pasien di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun

2020

Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,034<0,05)

maka secara statistic Ho = Ditolak dengan kesimpulan “ Terdapat

hubungan yang significan kedua variable “ ada hubungan pelaksanaan

Identifikasi pasien dengan Insiden keselamatan pasien di Ruangan

Bedah RSUD HAMBA tahun 2020 “

56
BAB VI

PEMBAHASAN

A. Univariat

a. Distribusi frekuensi Pelaksanaan identifikasi Pasien

Dari table 5.1. diatas dapat dilihat bahwa dari 31 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 16 ( 51,6%) pelaksanaan identifikasi

pasien tidak dilaksanakan di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun

2020 .Menurut Teori Uswatul (rahun 2012) bahwa Identifikasi merupakan

penerapan atau penentu atau ciri-ciri atau keterangan lengkap

seseorang.

Sedangkan menurut JCI (tahun 2017) bahwa. Identifikasi pasien adalah

suatu upaya atau usaha yang dilakukan dalam sebuah pelayanan kesehatan

sebagai suatu proses yang bersifat konsisten, prosedur yang memiliki

kebijakan atau telah disepakati , di aplikasikan sepenuhnya , didikuti dan

dipantau untuk mendapatkan data yang akan digunakan dalam

meningkatkan proses identifikasi ( Joint Commision Internasional, dalam

SNARS ,2017)

Menurut penelitian yang dilakukan Oleh Edi Trasian ( 2017) tentang “

Hubungan identifikasi dengan kelengkapan Identifikasi pasien di RSUD

Abunjani Merangin Bangko Tahun 2017 “ bahwa identifikasi pasien yang

dilakukan biasannya sebahagian besar terlaksanak dengan baik akan tetapi

pelaksanaan oleh perawat biasanya ada yang kurang dilakukan karena

57
keterbatasan proses atau yang disebut dengan kurangnya kelengkapan

dalam melakukan penangannnya sehingga yang dilakukan kebanyakan

hanya sebatas member tanda pada pasien yang masuk ruangan saja dan

diakukan hanya sebatas member tanda saja

Maka dengan demikian asumsi penliti bahwa rumah sakit ataupun

runagan hendaknya dapat mengembangkan identifikasi pasien dan terus

mengembangkan pendekatan untuk memperbaikai atau meningkatkan

ketelitian dalam melakukan identifikasi pasien.Sasaran Keselamatan

Pasien (SKP) bertujuan untuk mendorong peningkatan spesifik dalam

keselamatan pasien , menjadi salah satu area bermasalah dalam pemberian

pelayanan kesehatan dan menguraikan solusi atas permasalahan ini.

Identifikasi pasien menjadi salah satu bagian dari enam sasaran

keselamatan pasien yang sangat penting dalam keberhasilan serta dalam

mencegah masalah –masalah yang timbul akibat kesalahan tindakan ,

pemberian obat dan pelayanan yang diberikan

b. Distribusi Frekuensi Insiden keselamatan pasien

Dari table 5.2. diatas dapat dilihat bahwa dari 31 responden terdapat lebih

dari separoh responden sebanyak 22 ( 71.0%) insiden keselamatan pasien

tidak terjadi di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Menurut Teori Wiyono (tahun 2013) bahwa Insiden Keselamatan

pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian yang tidak

disengaja dan kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi

mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien, yang terdiri dari

58
kejadian tidak diharapkan, kejadian nyaris cidera, kejadian tidak cidera,

kejadian pontensial cidera, kejadian sentinel. Kejadian Tidak Diharapkan

( KTD ) adalah insiden yang mengakibat cedera pada pasien akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang

seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi

pasien.

Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan

kesalahan medis.Contoh :Kesalahan diagnosa atau keterlambatan

diagnosa, Tidak menerapkan pemeriksaan yang sesuai, Kesalahan

prosedur pengobatan, pelaksanaan therapy, metode penggunaan obat,

Pasien jatuh, tertusuk jarum, Kejadian Nyaris Cedera ( KNC ) adalah

terjadinya insiden yang belum sampaikan terpapar kepasien.Contoh

:Pasien yang menerima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak tidak timbul

reaksi obat, Secara tidak disengaja pasien anak diberikan suatu obat

dengan dosis lethal, tetapi staf lain mengetahui dan membatalkannya

sebelum obat diberikan.Salah identitas pasien namun diketahui sebelum

dilakukan tindakan, Kejadian Tidak Cidera ( KTC ) adalah insiden yang

sudah terpapar ke pasien tapi tidak timbul cidera.,

Pasien secara tidak sengaja telah diberikan obat dengan dosis

lethal, segera diketahui secara dini lalu diberikan antidotumnya, sehingga

tidak menimbulkan cedera yang berarti, Kejadian Potensial Cidera

( KPC ) adalah Kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan

cidera, tapi belum terjadi insiden.Terjadinya kerusakan alat medis,

59
Kejadian Sentinel adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau

cidera yang serius, Kesalahan identifikasi pasien adalah adanya

ketidakcocokan antara pasien yang terkait dengan identifikasi pasien

yang akan mendapatkan pelayanan atau perawatan . Kesalahan

identifikasi memiliki potensi atau menimbulkan kejadian adverse events

atau Kejadian tidak diharapkan (KTD),Near Miss Kajadian Nyaris cidera

(KNC),Kejadian Potensi Cidera (KPC), dan kejadian tidak cidera (KTC).

(Australian on Safety and Quality in Health care,2018).

Berdasarkan penelitian Panusunan harahap (tahun 2016) tentang

pengaruh pelaksanaan pasien safety dengan Insiden keselamatan pasien di

Ruangan HCU RSUD Pirngadi Medan tahun 2016 didapatkan hamper

70% pasien safety dilakukan aan tetapi terdapat hanya 43,5% Insiden

kesematan yang terjadi dan dari hasil tersebut maka didapatkan ada

hubungan natara opasien safety dengan insiden keselamatan pasien

dengan p value (0.021<0,05)

Menurut asumsi peneliti bahwa Insiden keselamatan pada setiap

ruangan sangat berbeda beda karena diantara kegiatan yang dilakukan

pada psien tertentu dengan penyakit btertentu akan memiliki resiko yang

berbeda dengan kasus yang berbeda , bahwa dengan kata lain insiden

keselamatan pasien pasti harus dijaga akan tetapi hasil kegiatan yang

dilakukan terkadang pengontrolan insiden keselamatannnya kurang baik

dan hal inilah yang akan menjadi keselamatan pasien bahwa standar

keamana pasien agar insiden keselamatan tetap terjaga dengan baik

60
B . Analisa Bivariat

Dari table 5.3 diatas dapat dilihat bahwa dari 16 orang responden yang

pelaksanaan identifikasi pasien tidak dilaksanakan terdapat sebanyak

9 responden ( 56.3%) yang tidak terjadi insiden keselamatan .

sedangkan dari 15 responden yang pelaksanaan identifikasi pasien

dilaksanakan terdapat sebanyak 13 responden (86.7%) tidak terjadi

insiden keselamatan pasien di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun

2020

Dari hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai p value (0,034<0,05)

maka secara statistic Ho = Ditolak dengan kesimpulan “ Terdapat

hubungan yang significan kedua variable “ ada hubungan pelaksanaan

Identifikasi pasien dengan Insiden keselamatan pasien di Ruangan

Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

Menurut Teori Wiyono (tahun 2012) bahwa Dalam

mengidentifikasi pasien terdapat beberapa elemen penilaian antara

lain, sedangkan menurut ;( JCI 2017), Pasien diidentifikasi

menggunakan dua identitas pasien ,tidak boleh menggunakan nomor

kamar atau lokasi pasien. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat

,darah,atau produk lain.

Pasiean dididentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen

lain untuk pemeriksaan klinis Pasien diidentifikasi sebelum pemberian

pengobatan dan tindakan atau prosedur.Kebijakan dan prosedur

61
mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten pada semua

situasi dan lokasi.

Kegagalan yang sering terjadi pada saat melakukan identifikasi pasien

akan mengarah kepada tindakan pemberian obat, pelaksanaan prosedur ,

pemeriksaan klinis pada orang yang salah.Dalam rangka meminimalkan

resiko tersebutWHO Colaborating cfor Pasien Safety Solusions

menerbitkan sembilan solusi Keselamatan Pasien Rumah Sakit ( World

Health Organization ,2015).

Dimana pada solusi kedua adalah identifikasi pasien .

Strategi Yang ditawarkan dalam identifikasi pasien yaitu Pastikan bahwa

organisasi kesehatan memiliki sistem identifikasi pasien, Menekankan

bahwa tanggung jawab perawat sebelum melkukan perawtan ,

pengobatan ,dan pengambilan spesimen atau pemeriksaan klinis harus

memastikan identitas pasien secara benar.Mendorong kegunaan setidaknya

dua identitas (nama dan tanggal lahir).Standarisasi pendekatan untuk

identifikasi pasien antara fasilitas yang berbeda dalam sistem perawatan

kesehatan.

Menyediakan protokol yang jelas untuk mengidentikfikasi pasien

dan untuk membedakan identitas pasein dengan nama yang

sama.Mendorong pasien untuk berpartisipasi dalm semua tahapan proses

perawatan di rumah sakit.Mendorong pemberian label pada wadah yang

digunakan untuk , pengambilan darah dan spesimen lainnya, Menyediakan

62
protokol yang jelas untuk menjaga identitas sampel pasien pada pra-

analitis,analitis dan proses pasca analitis.Menyediakan protokol yang jelas

untuk mempertanyakan hasil laboratoriun atau temuan tes lain ketika

mereka tidak konsisten dengan riwayat klinis pasien .Menyediakan

pemeriksaan berulang dan review dalam rangka untuk mencegah

multiplikasi otomatis dari kesaahan entrypada comput, Memasukan

kedalam program pelatihan atau orientasi tenaga kesehatan tentang

prosedur pemeriksaan/ verifikasi identitas pasien.

Asumsi peneliti bahwa adanya hubungan antara insiden

keselamatan dengan pelakssnaan identifikasi pasien karena ada ketarkaitan

antara kefdua variable dimana pelksanaan ini harus dilakukan oleh perawat

dan pelaksanaan identifikasi perlu dan sangat harus dilakukan jika tidak

dilakukan maka akan berakibat pasien akan beresiko bila terjadi cedera

dan terjadi resiko jatuh akan tetapi bahwa identifikasi pasien akan selalau

dilakukan dan jangan pernah tidak dilakukan dengan demikian bahwa

keterkaitan pelaksanaan identifikasi pasien dengan insiden keselamatan

pasien saling berkaitan dimana kedua hal ini pasti saling mendukung , jika

pelkasanaan dilaksanakan maka insiden kesematan akan terjadi atau

sebaliknya jika pelaksanaan tidak dilakukan maka insiden kesematan maka

tidak terjadi.

C.Keterbatasan penelitian

63
Dalam penelitian ini peneliti tidak menemukan kendala akan tetapai

kendala penelitian sedikit terdapat diantaranya

1. Makin susahnya mengambil data katena penelitia masih sebagai

provider/petugas covid dan data penelitian harus diambil juga

2. Peneliti mengakui masih banyak kekurangan dalam penelitian ini misalkan

peneliti tidak banyak menemukan waktu dalam mengolah data dan data

dapat juga terselesaikan satu demi satu sehingga waktu yang dipakai dapat

disesuaikan

3. Penelitian ini menggunakan waktu yang bersamaan dengan kegiatan di

rumah sakit dan juga lapaoran yang ada dirumah sakit sehingga

pekerjaannnya sejalan denga kegiatan di rumah sakit .

64
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan yang dilakukan maka peneliti dapat menarik

kesimpulan yaitu tentang Hubungan pelaksanaan identifikasi pasien

dengan insiden keselamatan pasien di ruangan bedah RSUD HAMBA

tahun 2020 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Lebih dari separoh responden 51,6% pelaksanaan identifikasi

pasien tidak dilaksanakan di Ruangan Bedah RSUD HAMBA

tahun 2020.

2. Lebih dari separoh responden 71.0 % Insiden keselamatan pasien

tidak terjadi di Ruangan Bedah RSUD HAMBA tahun 2020

3. Terdapat hubungan Pelaksanaan Identifikasi pasien dengan insiden

keselamatan pasien di Runagan Bedah RSUD HAMBA dengan

Pvalue (0.034<0.05)

B. Saran

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pemahaman peneliti

tentang riset keperawatan khususnya berkaitan dengan pelaksanaan

65
identifikasi pasien untuk meningkatkan safety bagi pasien yang dirawat di

Rumah Sakit.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk

pengembangan program patient safety bagi RS Ruang Bedah RSUD

HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

3. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi

pengembang sistem keperawatan manajemen yang lebih baik dan

berkualitas bagi keselamatan pasien di Ruang Bedah RSUD HAMBA

Muarabulian Tahun 2020

66
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2012. ProsedurPenelitiansuatuPendekatan. Jakarta ;rinekacipta

AfrizalRidwan, (2018). Penatalksanaan Pasien Safety Di rumah sakit Self


Management Hospitality and Edukasi melalui SMS Rineka cipta
Jakarta
Blass, T. (2011). The Milgram Hospital Paradigm After 35 Years: Some Things We
Now Know About Obedience to Authority. Journal of Applied Social
Psychology Of Hospitality
Balack, (2012). KerawatanMedikalBedah. Edisi ke-8 Vol 2 BukuKedokteran
EGC, Jakarta
DwiSunarPrasetyono, 2012. DaftarTandadanGejalaRagamPenyaki dalam pasien
safety t,FlashBooks

Dharma, K. K. (2011). Metodologi Penelitian Keperawatan: Panduan


melaksanakan dan menerapkan hasil penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Etienne, JCI. (2011). Compliance Theories;and Strukcture Mutual Hospital and
Clinic A Literature Review. English : Revue Francaise De Science
Politique.
Hastono, S. P ., & Sabri, L.(2010). Statistik kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Kemenkes. RI. (2011). Pedoman Manajerial Pegendalian Mutu da Pencegahan
serta Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan
Lainnya. Jakarta.
Lobiondo-Wood, G., &Haber, j. (2010). Nursing researh: Method and critical
Mutu Hospital of appraisal for evidence-based practisce. Missouri:
Mosby Elsevier
Notoadmojo S. 2012. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta : PT RinekaCipta.
Nursalam 2012 Mtodologi penelitian Kesehatan “ EGC Jakarta

67
PerilakuSelf Managementpasien and Identifikasi pasien . ResearchGate. 2013
https://www.researchgate.net publication
PenelitianKuasiEksperimentaldanEksperimental- gamelugm. Gamel.fk ugm.ac.id
content materi.
https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:zrAy5cJAgSAJ:https://pbperkeni.or.id/wp-
content/uploads/2019/01/4.-Konsensus-Pengelolaan-dan-Pencegahan-
Diabetes-melitus-tipe-2-di-Indonesia-PERKENI-
2015.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
Suyono, S &Sidartawa, S (2011). Penatalaksanaan Pelayanan Kesehatan
terpadu. EdisiKe-1 BalaiPenerbit FKUI, Jakarta
Sumantri, A. (2011). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Kencana.

UlfahNurrahmani, S.Kep.,Ns, dr. helmanuKurniadi. 2014. Mutu dan Kualitas


layanan Rumah sakit, Batu Agung Yogyakarta.
Wirawan dkk 2012 “ Mutu pelayaa menyongsong KARS di Indoesia . Rineka Cipta
Jakarta
Wiyono 2-13 “ Pelayanan dan Kualitas Rumah sakit dalam bidang Adm dan
Klinik, EGC Jakarta
World Health Organization. (2014). WHO Guideline on Handhygiene in Health
care (Advanced Draft) and Quality Hospital Costumer tahun 2006
WHO/EIP/SPO/QPS/06.2 [cited 2006:
Availableat:http://premierinc.com/safety/topics/guidelines/
downloads/whohand-hygiene-guidelines.pdf.

68
PERMOHONAN KEPADA RESPONDEN

Kepada :

Yth Bpak/ibu/sdr/i............................

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan Ikes PNB.

Nama : Eliza Syafni

NIM :

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pelaksanaa


Identifikasi pasien dengan Keselamatan pasien di Ruangan Bedah RSUD
HAMBA Muarabulian Tahun 2020.

Penelitian ini tidak akan merugikan Responden, karena kerahsiaan semua


informasi yang di berikan akan dijaga dan hanya untuk kepentingan penelitian .
Apabila saudara menyetujui , maka dengan ini saya mohon kesediaan Responden
untuk menanda tangani dan menjawap pertanyaan yang diajukan .

Setiap jawaban yang Bapak /Ibu berikan merupakan bantuan yang tidak
ternilai harganya bagi penelitian ini. Atas kerjasama yang baik saya ucapakan
terima kasih.

69
Bukittinggi,Oktober 2020
Peneliti

FORMAT PERSETUJUAN

( Informed consent )

Setalah mendapatkan persetujuan dari peneliti tentang tujuan,sifat dan cara

pengisian kuesioner yang berjudul Hubungan Pelaksanaan Identifikasi pasien

dengan Keselamatan pasien di Ruangan Bedah RSUD HAMBA Muarabulian

Tahun 2020. Maka saya menyatakan setuju untuk mengisi kuesioner dengan

lengkap dan jujur.

Apabila terjadi kekurangan dari kelengkapan data ini ,saya bersedia untuk

dihubungi kembali.

Bukittinggi , Okt 2020

Responden

( )

70
HUBUNGAN PELAKSANAAN PEMASANGAN IDENTIFIKASI PASIEN

DENGAN INSIDEN KESELAMATAN PASIEN DIRUANG BEDAH RSUD

HAMBA MUARABULIAN TAHUN 2020

KODE RESPONDEN

Diisi oleh Responden :

Tanggal pengisian : ..............................................

Inisial Nama : ..............................................

Orang tua dari anak yang di rawat diminta untuk mengisi instrumen ini, dengan

cara mengisi titik-titik atau memberi tanda check (√ ) pada kolom yang tersedia.

A. Identitas Responden

1 Umur Bapak/Ibu ..............tahun ................bln


2 Jenis Kelamin ( ) laki-laki

( ) perempuan
3 Pengalaman Dirawat di Rumah ..........kali, dalam .................

71
sakit Bulan/tahun terakhir

B. INSIDEN KESELAMATAN PASIEN

Berilah tanda ceklist dikolom YA atau TIDAK sesuai dengan pengamatan


terhadap hubungan pelaksanaan identifikasi pasien

NO Pertanyaan Ya Tidak
1 Apakah pasien memiliki registrasi
dari ruangan pengiriman
2 Apakah pasien yang masuk rungan
bedah mendapatkan tindakan
lanjutan dari ruangan IGD atau
pengirim
3 Apakah dokter penriminan
dicantumkan dalam kertas
penelrimaan
4 Apakah pasien memiliki tanda gejala
yang tertulis dalam kasus pasien
5 Apakah pasien datangnya dituliskan
tindakan yang akan dilakukan
6 Apakah ada kesalahan diagnosa pada
pasien
7 Pasien diperhatikan pelaksanaan
pemasukan obat (drug)
8 Pasien dilihat takaran minum obat
(Duration)
9 Pasien diperhatikan etiket obat yang
di terima setiap hari
10 Pasien dicatat intake cairan yang
dibutuhkan ( Input Duration)
11 Pasien dicatat Eliminasi cairan ( Out
put Duration)
12 Pasien dperhatikan pemberian
tindakan dengan melihat tindakan
yang terpasang
13 Pasien memerlukan kebutuhan
dengan memperhatikan respon yang
baik

72
14 Obat pasien selalau dierhatikan
sesuai dengan perkembangan pasien
15 Pasien harus diperhatikan
aktivitasnya selama di ruangan
bedah
16 Pasien diperhatikan dan dicatat
mobilisasinya
17 Pasien menggunakan apa saja selama
di rawat di ruangan bedah
18 Pasien setelah dan siap aktivitas
dihitung kesadarannya
19 Pasien diperhatikan tanda tanda vital
nya
20 Pasien dilihat keadaan kondisi
diagnosa berdasarkan penyakitnya
21 Pasien dicatat apa saja
perkembangan penyakitnya
22 Pasien dilihat kemajuan
perkembangan penyakitnya
23 Apakah ada pasien jatuh dari tempat
tidur selama dirawat di rumah sakit
24 Apakah ada kesalahan dalam
prosedur pemberian obat pada pasien
25 Apakah ada kesalahan nama pasien
sebelum melakukan tindakan
26 Perhatikan kondisi pasien selama
berada di ruangan bedah
27 Memperhatikan dan mencatat Ku
secara keseluruhan
28 Apakah ada kesalahan dalam
pelaksanaan pemberian obat pada
pasien
Sumber :JCI 2017
C. PELAKSANAAN PEMSANGAN IDENTIFIKASI PASIEN

Berilah tanda ceklist dikolom YA atau TIDAK sesuai dengan pengamatan


terhadap hubungan pelaksanaan identifikasi pasien

N PERTANYAAN YA TIDAK

O
1 Apakah setiap pasien baru masuk di
pasangkan gelang identitas.
2 Setelah sampai diruangan bedah pasien
di rceklis dengan registrasi sipengirim

73
3 Dilakukan memberikan tanda pasien
dengan meregistrasi ke buku catatan
keperawatan bahwa pasien dengan
kasusu apa
4 Pasien di perhatikan seluruh kondisi
fisik sesuai permintaan dari rungan
pengirim
5 Apakah identifikasi pasien di tulis
dengan memakai nama,tgl lahir.
6 Apakah identifikasi pasien dilakukan
sebelum melakukan tindakan
7 Apakah pasien diidentifikasi saat
pemberian obat
8 Apakah pasein dikakukan identifikasi
saat pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan klinis
9 Apakah pasien diidentifikasi saat akan
melakukan prosedur tindakan
10 Apakah pasien diberi informasi tentang
keggunaan gelang identifikasi.
Sumber : Jurnal ilmiah Widya.

PelakIdentPat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidakdilaksanakan 16 51.6 51.6 51.6

Dilaksanakan 15 48.4 48.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

InsidKsmtanPat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid TidakTerjadi 22 71.0 71.0 71.0

Terjadi 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

74
Statistics

PelakIdentPatt InsdenKsmtPat

N Valid 31 31

Missing 0 0

Mean 50.32 17.77

Std. Error of Mean .511 .273

Median 50.00 18.00

Mode 50 19

Std. Deviation 2.845 1.521

Variance 8.092 2.314

Skewness -.127 -.442

Std. Error of Skewness .421 .421

Kurtosis -.917 -.874

Std. Error of Kurtosis .821 .821

Range 10 5

Minimum 45 15

Maximum 55 20

Sum 1560 551

PelakIdentPat * InsidKsmtanPat Crosstabulation

InsidKsmtanPat

TidakTerjadi Terjadi Total

75
PelakIdentPat Tidakdilaksanakan Count 9 7 16

Expected Count 11.4 4.6 16.0

% within PelakIdentPat 56.3% 43.8% 100.0%

Dilaksanakan Count 13 2 15

Expected Count 10.6 4.4 15.0

% within PelakIdentPat 86.7% 13.3% 100.0%

Total Count 22 9 31

Expected Count 22.0 9.0 31.0

% within PelakIdentPat 71.0% 29.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 3.476a 1 .062

Continuity Correctionb 2.157 1 .142

Likelihood Ratio 3.641 1 .056

Fisher's Exact Test .034 .070

Linear-by-Linear Association 3.364 1 .067

N of Valid Cases 31

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,35.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for PelakIdentPat .198 .033 1.181


(Tidakdilaksanakan /
Dilaksanakan)

For cohort InsidKsmtanPat = .649 .403 1.044


TidakTerjadi

For cohort InsidKsmtanPat = 3.281 .805 13.369


Terjadi

N of Valid Cases 31

76
77
78
79

Anda mungkin juga menyukai