Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Berkemih pada Orang Dewasa

Abstrak

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada saluran kemih. Menurut

saluran yang terkena maka ISK dapat dibedakan menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian

bawah (sistitis, prostatitis, uretritis). ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik

(kurang minum, menahan kemih), kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. Beberapa bakteri

gram negatif yang sering menyebabkan terjadinya ISK terutama E.coli. Dua jalur utama

masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur desending dan asending, tetapi asending lebih

sering terjadi. Gejala klinis pielonefritis seperti panas tingi (39,5-40,5̊C), disertai menggigil dan

sakit pinggang, sering didahului gejala ISK bawah (sistitis). Gejala klinis sistitis seperti sakit

suprapubik, polakisuria, nokturia, dysuria atau rasa panas pada kemaluan dan stranguria.

Sedangkan gejala klinis uretritis sulit dibedakan dengan sistitis, biasanya hanya disuri dan sering

kencing. Pencegahan ISK dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan sehari-hari, seperti diet

dan nutrisi, miksi rutin, pemilihan toilet dan pakaian.

Kata kunci: sistitis, pielonefritis.

Abstrack

Urinary tract infection (UTI) is a bacterial infection that occurs in the urinary tract. According

to the channel exposed the UTI can be divided into the upper (pyelonephritis) and the bottom

(cystitis, prostatitis, urethritis). UTI can be caused by bad habits (less drinking, holding urine),

catheterization, and diseases and other disorders. Some gram-negative bacteria that commonly

1
cause UTI, especially E.coli. Two main lines of the entry of bacteria to the urinary tract is

desending and ascending path, but more often ascending. Pyelonephritis clinical symptoms such

as hot steeper (39,5-40,5̊C), accompanied by chills and back pain, often preceded by symptoms

of lower UTI (cystitis). Clinical symptoms of cystitis such as suprapubic pain, polakisuria,

nocturia, dysuria or burning sensation in the genitals and stranguria. While the clinical

symptoms of urethritis difficult to differentiate from cystitis, usually only dysuria and frequent

urination. Prevention of UTI can be done by changing your daily habits, such as diet and

nutrition, regular micturition, election toilet and clothes.

Keywords: cystitis, pyelonephritis

Pendahuluan

Urinary tract infection (UTI) atau lebih dikenal infeksi saluran kemih (ISK) merupakan

masalah yang banyak dijumpai. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi bakteri yang terjadi

pada saluran kemih. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam, dan produk buangan, biasanya

urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju kandung kemih atau ginjal dan berkembang

biak dalam urin, terjadilah ISK. Menurut saluran yang terkena maka ISK dapat dibedakan

menjadi bagian atas (pielonefritis) dan bagian bawah (sistitis, prostatitis, uretritis).

ISK dapat disebabkan oleh kebiasaan yang tidak baik (kurang minum, menahan kemih),

kateterisasi, dan penyakit serta kelainan lain. ISK dapat mengenai berbagai peringkat usia dan

jenis kelamin. Dengan penangan yang baik, ISK dapat diobati dan dapat mencegah komplikasi.

Cara hidup yang bersih dan sehat mampu menghindarkan tubuh dari terinfeksi. Pada makalah ini

akan dibahas mengenai gejala, diagnosis dan penanganan dari ISK.

Anamnesis

2
Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit

dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari anamnesis akan didapatkan keluhan utama dan

perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering membantu ditegakkannya diagnosis.

 Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan,

dan pekerjaan

 Keluhan utama

Merupakan keluhan yang dirasakan pasien, sehingga menjadi alasan pasien dibawa ke rumah

sakit riwayat penyakit sekarang.

 Riwayat penyakit sekarang

o Adakah hematuria, sekret penis atau vagina, urin berbau busuk, urin keruh atau

mengeluarkan batu?

o Adakah nyeri pinggang? Nyeri suprapubik?

o Adakah gejala saluran kemih (misal hesitansi, pancaran kecil, tetesan di akhir

kencing, dan inkontinensia ?

o Adakah gejala sistemik seperti penurunan berat badan, mual dan muntah,

demam, menggigil, berkeringat ?

 Riwayat Penyakit Dahulu

1. Adakah riwayat disuria ?

2. Apakah sebelumnya pernah mengalami hal serupa ?

3. Apakah sebelumnya pernah mengalami ISK, batu saluran kemih, penyakit ginjal ?

4. Apakah sebelumnya pernah mengalami pennyakit diabetes melitus atau penyakit

lain ?

3
 Riwayat Pribadi

1. Bagaimana pola makan dan minum sehari-hari ?

2. Adakah riwayat minum alkohol?

3. Apakah selalu menahan untuk BAK ?

4. Ada tidaknya riwayat pengobatan khususnya antibiotika ?

5. Ada tidaknya alergi obat ?

 Riwayat Penyakit Keluarga

1. Apakah ada dalam keluarga yang mengalami hal sama ?

2. Adakah dalam keluarga yang berhubungan dengan nefropati refluks ?

Pemeriksaan

1. Fisik

Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang sangat penting untuk memperkuat temuan-temuan

dalam anamnesis. Teknik pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan visual atau pemeriksaan

pandang (inspeksi), pemeriksaan raba (palpasi), pemeriksaan ketok (perkusi) dan pemeriksaan

dengar dengan menggunakan stetoskop (auskultasi). Pemeriksaan ginjal:1

a. Inspeksi

Pemeriksaan inspeksi daerah pinggang dimulai dengan meminta pasien duduk relaks

dengan membuka pakaian di daerah perut. Diperhatikan adanya pembesaran asimetris pada

daerah pinggang atau abdomen sebelah atas. Pembesaran itu mungkin disebabkan oleh

karena hidronefrosis, abses paranefrik, atau tumor ginjal, atau pada organ retroperitoneum

yang lain.

b. Palpasi

4
Palpasi ginjal dilakukan secara bimanual dengan memakai dua tangan. Tangan kiri

diletakkan di sudut kosto-vertebra untuk mengangkat ginjal ke atas sedangkan tangan kanan

meraba ginjal dari depan di bawah arkus kosta. Pada saat inspirasi ginjal teraba bergerak ke

bawah. Dengan melakukan palpasi bimanual, ginjal kanan yang normal pada anak atau

dewasa yang bertubuh kurus seringkali masih dapat diraba. Ginjal kiri sulit diraba, karena

terletak lebih tinggi daripada sisi kanan.

c. Perkusi

Pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan memberikan ketokan pada susut

kostovertebra (sudut yang dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra). Untuk

menemukan rasa nyeri pada ginjal dapat dilakukan pemeriksaan perkusi dengan kepalan

tangan, selain dengan cara palpasi diatas. Pemeriksa meletakkan tangan kirinya padadaerah

kostovertebral belakang, lalu pukul dengan permukaan ulnar tinju dengan tangankanannya.

Gunakan tenaga yang cukup untuk menimbulkan persepsi tapi tanpa menimbulkanrasa nyeri

pada pasien normal. Rasa nyeri yang ditimbulkan dengan pemeriksa ini dapat disebabkan

oleh pielonefritis,tapi juga dapat disebabkan hanya karena nyeri otot.

d. Auskultasi

Suara bruit yang terdengat pada saat auskultasi di daerah epigastrium atau abdomen

sebelah atar patut dicurigai adanya stenosis arteria renalis, apalagi bila terdapat bruit yang

terus menerus (sistolik-diastolik).

Pemeriksaan fisik bagi kasus infeksi saluran kemih (ISK) adalah seperti berikut.

 Pemeriksaan fisik pada ISK Bawah:

Pemeriksaan fisik abdomen biasanya masih normal, kecuali nyeri tekan di daerah

kandung kemih (suprapubik).

5
 Pemeriksaan fisik pada ISK Atas:

Pada pemeriksaan fisik ditemui panas intermiten disertai menggigil. Sering ditemukan

nyeri pada saat perkusi di bagian costovetebral angle (CVA) sebelah kanan.

Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada kasus adalah:

 Tinggi badan: 168cm

 Berat badan: 70kg

 Tekanan darah: 120/90 mmHg

 Nadi: 90x/menit

 Suhu: 39,2oC

 Frekuensi nafas: 18x/menit

 Abdomen: bising usus (+) meningkat, nyeri tekan regio suprapubic, nyeri ketuk CVA

kanan (+)

2. Penunjang

1. Urinalisis2

 Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya UTI.

Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)

urin. Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya

menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah, sistitis,

pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat dijumpai pada

febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau inflamasi.

 Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB urin.1 Hematuria

disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus atau

urolitiasis.

6
 Urin normal mempunyai pH bervariasi antara 4,3-8,0. Bila bahan urin masih segar pH

>8,0 (alkalis) selalu menunjukan adanya infeksi saluran kemih yang berhubungan

dengan mikroorganisme pemecah urea (urea spliting organism). Albuminuria hanya

ditemukan pada ISK. Sifatnya ringan dan kurang dari 1 gram per 24 jam.

 Pada pielonefritis akut leukositosis mencapai 40.000 per mm3, neutrofillia, LED

meningkat. Urin keruh, protein 1-3 gram per hari, penuh dengan pus dan kuman,

kadang dijumpai erotrosit.

2. Bakteriologis2

 Mikroskopis

Dinyatakan positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.

 Biakan bakteri

Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam

jumlah bermakna sesuai dengan criteria Cattell:

 Wanita, simtomatik

>102 organisme coliform/ml urin plus piuria, atau

> 105 organisme pathogen apapun/ml urin, atau adanya pertumbuhan organisme

patogen apapun pada urin yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik

 Laki-laki, simtomatik: >103 organisme patogen/ml urin

 Pasien asimtomatik: > 105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin

berurutan.

3. Tes Kimiawi2

7
Yang paling sering dipakai ialah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian

besar mikroba kecuali enterococcus, mereduksi nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-

1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan perubahan warna pada uji tarik.

Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi Gram-negatif. Hasil palsu

terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak, infeksi oleh

enterococcus dan acinetobacter.

4. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan lainnya2

Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan

anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Dapat berupa pielografi intravena

(IVP), ultrasonografi dan CT-scanning.

Pada sistitis : Foto polos perut terlihat ginjal membesar (hidronefrosis) atau salah satu

ginjal mengecil. Pemeriksaan USG dapat mengetahui kapasitas kandung kemih,

hidroureter dan hidrouresis.

Pada pielonefritis : Foto polos perut mungkin sudah dapat memperlihatkan beberapa

kelainan seperti obliterasi bayangan ginjal karena sembab jaringan, preinephritic fat, dan

perkapuran. Pemeriksaan eksresi urogram sangat penting untuk mengetahui adanya

obstruksi. Pada umumnya USG ginjal normal. Pemeriksaan USG sangat penting untuk

mengetahui faktor-faktor predisposisi infeksi seperti ginjal polikistik dan nefrolithiasis.

A. Working Diagnosis

Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik serta dilakukannya anamnesa, WD pada kasus ini

adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan

mikroorganisme dalam urin. Diagnosa ISK ditegakkan dengan menemukan bakteriuria.

8
Bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme murni >105 colony forming

units(CFU/ml) pada biakan urin. ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang

melibatkan saluran kemih bagian atas (pielonefritis, nefritis interstisial dan abses renal) atau

bawah (sistitis, prostatitis dan uretritis).3,4

ISK bawah:5

 Sistitis. Inflamasi pada membran mukosa pada vesika urinaria, disebabkan oleh bakteri yang

masuk melalui uretra. Seringkali memberi gambaran klinis disuria, polakisuria, urgensi, dan

nyeri suprapubik.

 Uretritis. Inflamasi pada uretra akibat virus atau bakteri yang sama yang menyebabkan

sistitis. Bakteri yang menyebabkan sexually transmitted disease dapat juga menyebabkan

uretritis. Memberi gejala klinis yang kurang lebih sama dengan ISK lainnya.

B. Differential Diagnosis

ISK atas:5

 Pielonefritis akut (PNA) adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh

infeksi bakteri.

 Pielonefritis kronis (PNK) mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau

infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan atau tanpa

bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal. Bakteriuria

asimtomatik kronik pada orang dewasa tanpa faktor predisposisi tidak menyebabkan

pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal.

Etiologi

Beberapa bakteri gram negatif yang sering menyebabkan terjadinya ISK:

9
Kelompok Enterobacteriaceace:7

1. Escherichia coli

Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u x 0,4 sampai 0,7 u gram-

negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak berspora. E.coli adalah penyebab yang paling

lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab infeksi saluran kemih pertama

pada kira-kira 90% wanita muda. E.coli yang biasa menyebabkan infeksi saluran kemih ialah

jenis 1, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa antigen K dapat menyebabkan timbulnya

piolonefritis.

2. Klebsiella pneumonia

Klebsiella kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan

lesi fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir saluran napas atas, usus

dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak, bersimpai, tumbuh pada perbenihan

biasa dengan membuat koloni berlendir yang besar yang daya lekatnya berlainan.

3. Enterobacter aerogenes

Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup bebas seperti dalam saluran

usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis. Infeksi saluran kemih terjadi melalui

infeksi nosokomial.

4. Proteus sp

Bakteri ini adalah bakteri pathogen oportumistik. Dapat menyebabkan infeksi laruna

kemih atau kelainan seperti abses, infeksi luka, infeksi telinga atau saluran napas. Proteus sp

dapat menyebabkan infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan saluran usus.

Spesies ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia. P. mirabilis

menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya. Pada infeksi saluran

10
kemih oleh Proteus, urin bersifat basa, sehingga memudahkan pembentukan batu.

Pergerakan cepat oleh proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya terhadap saluran

kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease mengakibatkan hidrolis urea yang cepat dengan

pembebasan ammonia.

Kelompok Pseudomonas 7

1. Pseudomonas aeruginosa

Batang gram negatif, 0,5 -1,0 x 3,0 -4,0 um. Umumnya mempunyai flagel polar, tetapi

kadang-kadang 2-3 flagel. Pseudomonas aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah

yang fungsi pertahanannya abnormal, misalnya bila selaput mukosa dan kulit rusak (pada

pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih) atau bila terdapat netropenia, misalnya

pada kemoterapi kanker. Organisme ini merupakan penyebab 10-20% infeksi nosokomial.

Sering diisolasi dari penderita yang neoplastik, luka dan luka bakar yang berat. Bakteri ini

juga dapat menyebabkan infeksi pada saluran pernapasan bagian bawah, saluran kemih, mata

dan lainnya.

Kelompok gram positif yang menyebabkan terjadinya ISK:8

1. Staphylococcus secara khas tidak berpigmen, resisten terhadap novobiosin, dan nonhemolitik

; bakteri ini menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda. Spesies yang

menyebabkan infeksi saluran kemih adalah Staphylococcus saprophyticus.

2. Streptococcus. Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur, tersusun dalam bentuk

rantai .Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang rantai. Anggota rantai

sering tampak sebagai diplokokus dan bentuknya kadang-kadang menyerupai batang.

11
Infeksi bakteri merupakan penyebab tersering dari Sistitis. Infeksi bakteria pada kandung kemih

disebabkan oleh:9

1. Tidak kosongnya kandung kemih secara full, hal ini dapat menyebabkan bakteri

berkembangbiak, dan meninggalkan bakteri pada kandung kemih. Ini terutama terjadi

pada wanita hamil karena tekanan pada area pelvis.

2. Bakteria tertekan ke dalam uretra wanita, ini dapat terjadi ketika berhubungan seksual.

3. Menyebarnya bacteria dari anus ke uretra ketika buang air besar pada wanita, hal ini

dapat terjadi apabila membasuh dari belakang ke depan daripada depan ke belakang.

4. Kerusakan akibat pergantian kateter.

5. Pembuntuan di daerah system perkemihan yang menghalangi pengkosongan kandung

kemih.

6. Pembesaran kelenjar prostat pada laki-laki, yang hal tersebut disebabkan karena adanya

blockade dan infeksi kandung kemih.

7. Masalah kandung kemih atau ginjal dan diabetes.

8. Pada wanita menopause, lapisan pada uretra dan kandung kemih menjadi lebih tipis

karena efek dari hormon estrogen. Penipisan lapisan ini lebih tepatnya menjadi infeksi

dan merusak. Wanita juga memproduksi sedikit mukus disekitar vagina setelah

menopause, dan tanpa mukus ini, bakteri akan lebih mudah untuk berkembang biak.

Patofisiologi

Dua jalur utama masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur desending dan asending,

tetapi asending lebih sering terjadi.6

12
A. Infeksi hematogen (desending)

Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan daya tahan tubuh rendah, karena

menderita suatu penyakit kronik, atau pada pasien yang sementara mendapat pengobatan

imunosupresif. Penyebaran hematogen dapat juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah

satu tempat. Contoh mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen adalah

Staphylococcus aureus, Salmonella sp., Pseudomonas., Candida sp., dan Proteus sp.6

Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap infeksi E.coli karena itu jarang

terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa tindakan yang mempengaruhi struktur dan fungsi

ginjal yang dapat meningkatkan kepekaan ginjal sehingga mempermudah penyebaran

hematogen. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut:6

 Adanya bendungan total aliran urin

 Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh darah

 Pemakaian obat analgetik atau estrogen

 Penyakit ginjal polikistik

 Penderita diabetes melitus

B. Infeksi asending

Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina

Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung mikroorganisme kecuali pada

bagian distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil difteroid,

streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita, daerah 1/3 bagian distal uretra
13
ini disertai jaringan periuretral dan vestibula vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang

berasal dari usus karena letak usus tidak jauh dari tempat tersebut.6

Pada wanita, kuman penghuni terbanyak pada daerah tersebut adalah E.coli di samping

enterobacter dan S.fecalis. Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena:6

 Adanya perubahan flora normal di daerah perineum

 Berkurangnya antibodi lokal

 Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita

Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih

Beberapa faktor yang mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih

adalah:6

 Faktor anatomi

Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-

laki disebabkan karena uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat dengan anus.

Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan sekret prostat merupakan

antibakteri yang kuat

 Faktor tekanan urin pada waktu miksi

Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi karena tekanan urin. Selama

miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah pengeluarann urin.

 Faktor-faktor lain:

14
- Perubahan hormonal pada saat menstruasi

- Kebersihan alat kelamin bagian luar

- Adanya bahan antibakteri dalam urin

- Pemakaian obat kontrasepsi oral

Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan pertahanan kandung kemih

Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam kandung kemih akan cepat

menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak dalam urin. Pertahanan yang normal dari

kandung kemih ini tergantung tiga faktor yaitu:6

 Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan dan pemgenceran urin

 Efek antibakteri dari urin, karena urin mengandung asam organik yang bersifat

bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai tekanan osmotik yang tinggi dan pH yang

rendah

 Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik

Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya dengan mukopolisakarida dan

glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan mukosa, asam organik yang bersifat

bakteriostatik yang dihasilkan bersifat lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel

fagosit berupa sel neutrofil dan sel mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang

terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada keseimbangan

antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung kemih.6

15
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat jika terdapat hal seperti adanya urin

sisa, miksi yang tidak kuat, benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih

yang tinggi atau inflamasi sebelumya pada kandung kemih.6

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal

Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks

karena refluks internal. Refluks vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya

valvula vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal. Tidak berfungsinya

valvula vesikoureter ini disebabkan karena:6

 Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi secara kongenital

 Edema mukosa ureter akibat infeksi

 Tumor pada kandung kemih

 Penebalan dinding kandung kemih

Gejala3

1. Pielonefritis akut (PNA). Presentasi klinis PNA seperti panas tinggi (39,5-40,5̊C), disertai

menggigil dan sakit pinggang. Presentasi klinis ini sering didahului gejala ISK bawah

(sistitis).

2. Sistitis. Presentasi klinis sistitis seperti sakit suprapubik, polakisuria, nokturia, dysuria atau

rasa panas pada kemaluan dan stranguria.

3. Uretritis. Presentasi klinis uretritis sulit dibedakan dengan sistitis, biasanya hanya disuri dan

sering kencing. Uretritis sering ditemukan pada perempuan usia antara 20-50 tahun.

16
Epidemiologi

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapatkan perhatian serius

dikarenakan angka kejadian kasus ini masih terbilang tinggi. Di Amerika dilaporkan setidaknya

6 juta pasien datang ke dokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Di Indonesia sendiri

tingkat prevalensi kejadian ISK masih cukup tinggi. Keadaan ini tidak terlepas dari tingkat dan

taraf kesehatan masyarakat Indonesia yang masih jauh dari standar dan tidak meratakanya

tingkat kehidupan sosial ekonomi, yang mau tidak mau berdampak langsung pada kasus infeksi

saluran kemih di Indonesia.10

ISK dapat menyerang mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Pada bayi laki-

laki dan perempuan memiliki tingkat prevalensi kejadian ISK yang sama. Insiden akan menurun

pada laki-laki dan meningkat pada perempuan pada saat usia 6 bulan. Usia lebih dari 65 tahun

perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang

dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuri asimtomatik

lebih sering ditemukan pada perempuan, meningkat 30% baik laki-laki maupun perempuan bila

disertai faktor predisposisi. Faktor predisposisi ISK seperti obstruksi saluran kemih, kateterisasi,

penyakit ginjal polikistik, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, kehamilan dan peserta KB

dengan tablet progresteron.3,10

Tatalaksana

17
Infeksi Saluran Kemih Bawah

Prinsip manajemen ISK bawah meliputi intake cairan yang banyak, antibiotik yang adekuat, dan

kalau perlu terapi simtomatik untuk alkalinisasi urin:3

 Hampir 80% pasien akan memberikan respon setelah 48 jam dengan antibiotic tunggal;

seperti ampisilin 3 gram, trimetroprim 200 mg

 Bila infeksi menetap disertai kelainan urinalisis (lekosuria) diperlukan terapi konvensional

selama 5-10 hari

 Pemeriksaan miokroskopik urin dan biakan urin tidak diperlukn bila semua gejala hilang dan

tanpa lekosuria.

Infeksi Saluran Kemih Atas

Pada umumnya pasien dengan pielonefritis akut memerlukan rawat inap untuk memelihara

status hidrasi dan terapi antibiotika parenteral paling sedikit 48 jam. The Infectious Disease

Society of America menganjurkan satu dari tiga alternative terapi antibiotik IV sebagai terapi

awal selama 48-72 jam sebelum diketahui mikroorganisme sebagai penyebabnya:3

 Fluorokuinolon

Fluoroquinolone mempunyai daya antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli,

Klebsiella, Enterobacter, Proteus, H. influenzae, Providencia, Serratia, Salmonella, N.

meningitidis, N. gonorrhoeae, B. catarrhalis dan Yersinia enterocolitica.

Fluoroquinolone dapat digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan/tanpa penyulit,

termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P. aeruginosa.11

18
Efek samping yang ditimbulkan oleh fluoroquinolone antara lain adalah mual,

muntah, sakit kepala, halusinasi, kejang, delirium (jarang), hepatotoksisitas (jarang), dan

kardiotoksisitas (penutupan kanal kalium menyebabkan aritmia ventrikel/torsades de

pointes).11

 Aminoglikosida dengan atau tanpa ampisilin

Aminoglycoside merupakan antobiotik dengan aktivitas yang terutama tertuju pada

basil Gram-negatif seperti P. aeruginosa, Klebsiella, Proteus dan E. coli. Antibiotik ini

bersifat bakterisidal. Berbagai derivat aminoglycoside adalah streptomisin, neomisin,

kanamisin, paromomisin, gentamisin, tobramisin, amikasin, dan lain-lain. Obat ini sangat

polar sehingga sukar diabsorpsi melalui saluran cerna. Oleh karena itu pemberiannya

kebanyakan secara parenteral. Pada pemberian parenteral (IM), kadar puncak dicapai

dalam waktu ½ sampai 2 jam dan diekskresikan melalui ginjal terutama dengan filtrasi

glomerulus. Pada infeksi saluran kemih, yang sering digunakan adalah gentamisin,

netilmisin, tobramisin dan amikasin. Efek samping dari pemberian aminoglycoside

kebanyakannya adalah ototoksisitas dan nefrotoksisitas.11

 Sefalospori dengan spectrum luas dengan atau tanpa aminoglikosida

Cephalosporin merupakan antibiotik yang resisten terhadap penisilinase, tetapi dapat

dirusak oleh cephalosporinase. Cephalosporin aktif terhadap kuman Gram positif dan

negatif, sesuai dengan derivat/generasinya:11

- Cephalosporin generasi 1 (cefazolin, cephradine), aktif terhadap kuman Gram positif

dan bakteri penghasil penisilinase

19
- Cephalosporin generasi 2 (cefamandole, cefuroxime), aktif terhadap kuman Gram

negatif seperti H. influenzae, P mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Tidak efektif terhadap P.

aeruginosa dan enterokokus.

- Cephalosporin generasi 3 (cefotaxime, ceftriaxone), kurang aktif terhadap kuman Gram

positif dibanding generasi pertama, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae

dan P. aeruginosa

- Cephalosporin generasi 4 (cefepime), mempunyai spektrum lebih luas dibanding

generasi 3, dan lebih stabil terhadap kuman penghasil betalaktamase. Untuk infeksi

saluran kemih, semua generasi Cephalosporin di atas dapat digunakan, namun generasi 1

memiliki aktivitas yang lebih terbatas. Efek samping yang dapat timbul dari pemberian

Cephalosporin antara lain adalah alergi, anafilaksis, spasme bronkus, dan efek

nefrotoksik.

Komplikasi

Pengobatan ISK pada dasarnya efektif. Apabila infeksi tidak diobati atau infeksi berulang terjadi,

hal ini dapat mengakibatkan komplikasi seperti:2

 Pielonefritis kronik: inflamasi kronik yang mengakibatkan pembentukan jaringan ikat di

parenkim ginjal. Sering terjadi bila terdapat refluks vesiko ureter.

 Gagal ginjal: lanjutan dari pielonefritis kronik menyebabkan fungsi ginjal terganggu.

 Sepsis: lebih mudah terjadi pada lansia, bayi, dan individu dengan daya tahan tubuh yang

rendah.

Pencegahan

20
Beberapa pencegahan ISK dapat dilakukan dengan mengubah kebiasaan sehari-hari, seperti

berikut:

 Diet dan nutrisi

Minum banyak air putih, 2 liter sehari mampu membantu mengeluarkan bakteri dari saluran

kemih. Namun pada pasien dengan gagal ginjal, konsumsi air yang banyak tidak dibolehkan.

Jumlah air yang harus diminum harus dirujuk dengan dokter, yang bersesuaian dengan

kebutuhan masing-masing.

 Miksi rutin

Pasien harus sering buang air kecil dan apabila timbulnya keinginan untuk berkemih. Hal ini

karena bakteri mampu membiak sekiranya urin berada di dalam vesika urinaria terlalu lama.

Setelah berkemih, wanita harus membersihkan dan mengeringkan kemaluan dari arah depan ke

belakang untuk menghindari bakteri masuk ke uretra.

 Pemilihan toilet

Sebaiknya pilihlah toilet jongkok berbanding toilet duduk, karena menggunakan toilet jongkok

lebih higienis―tiada kontak dengan toilet.

 Pakaian

Elakkan memakai celana yang ketat, atau celana dalam nylon, karena akan memudahkan bakteri

untuk membiak dalam suasana lembab. Seeloknya pakai celana dalam cotton dan celana yang

longgar agar lebih banyak udara yang mampu mengeringkan area uretra.

 Alat pencegah kehamilan

21
Sekiranya mengalami ISK akibat dari pemakaian alat pencegah kehamilan, bertukarlah ke alat

yang lain. Kondom berlubrikasi atau non-spermisida mampu mencegah ISK.

Prognosis

Dengan pengobatan yang benar dan tepat, ISK seringkali memberi prognosis yang baik. Bila

faktor-faktor predisposisi tidak diketahui atau sulit dikoreksi, kira-kira 40% ISK akan

berkembang menjadi kronik.2

Kesimpulan

• ISK adalah penyakit yang seringkali terjadi terutama pada wanita berumur 20-50 tahun.

Penyebab tersering ISK adalah E. coli. Diagnosis ISK dapat ditegakkan dengan

ditemukannya bakteri pada urin dengan jumlah >10 5 atau dengan ditemukan bakteri

bermakna pada pemeriksaan urin suprapubic. Penanganan yang cepat dan adekuat akan

memberikan prognosis yang baik dan menghindari komplikasi dan kerusakan yang lebih

jauh.

22
Daftar Pustaka

1. W, Nah YK. Buku panduan ketrampilan medik skill lab: pemeriksaan urologi patologis.

Jakarta: FK ukrida; 2011. h.26-8.

2. Sukandar E. Nefrologi klinik. Edisi 3. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian

Ilmu Penyakit Dalam FK UNPAD; 2006. h.26-93.

3. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jilid 2.

Jakarta: Interna Publishing; 2015.h.2131-8.

4. Sumolang SAC, Porotu’o J, Soeliongan S. Pola bakteri pada penderita infeksi saluran

kemih di BLU RSUP Prof dr RD Kandou Manado. Jurnal eMB. 1 Maret 2013; 1(1):598.

5. Sudoyo AW, Setiyohadi B, dkk. Ilmu penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid 2. Jakarta: Interna

Publishing; 2009.h.1009-15.

6. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 919-21.

7. Jawetz. E , Melnick , Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. edisi 23. Jakarta: EGC; 2008.

8. Cotran, Rennke H, Kumar V. Buku ajar patologi. Edisi ke-7. Jakarta: EGC; 2007. h.591-

3.

9. Sant GR. Clinical management of interstitial sistitis. The journal of reviews in urology.

Vol 4 (1); 2002.h. 510-5.

23
10. Prabowo FI, Habib I. Identifikasi pola kepekaan dan jenis bakteri pada pasien infeksi

saluran kemih di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Mutiara Medika. Mei 2012; 12

(2): 94.

11. Gunawan SG et al. Farmakologi dan terapi. Jakarta: Departemen farmakologi FKUI;

2011. h.599-612, 664-93, 705-22.

24

Anda mungkin juga menyukai