Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU ORGANISASI II

EFEKTIFITAS KEPIMPINAN SOEHARTO

KELOMPOK 2:
ADE AYMAN
ADRIAN RAMADHANI
ANNISA SANJAYA
FERALDO

0
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................1
BAB 1...........................................................................................................................................................2
LATAR BELAKANG TOKOH..........................................................................................................................2
BAB 2...........................................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI.......................................................................................................................................5
BAB 3.........................................................................................................................................................10
ANALISIS KEPIMPINAN.............................................................................................................................10
BAB 4.........................................................................................................................................................16
LESSON LEARNED......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................17
LAMPIRAN.................................................................................................................................................18

1
BAB 1

LATAR BELAKANG TOKOH

Jend. Besar TNI Purn. Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia. Beliau lahir di
Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Keluarganya berasal dari kalangan petani. Bapaknya
bernama Kertosudiro sedangkan ibunya bernama Sukirah.

Soeharto mulai masuk sekolah saat berusia delapan tahun, namun sering berpindah -
pindah. Awalanya disekolahkan di Sekolah Desa Puluhan, Godean. Kemudian pindah ke SD
Pedes, karena ibu dan bapak tirinya, Pak Pramono pindah ke Kemusuk Kidul. Akan tetapi, Pak
Kertosudiro memindahkan Soeharto ke Wuryantoro.

Pada akhirnya Suharto meninggalkan rumah saudara perempuannya yang telah


menikah dengan Prawirowihardjo. Kemudian dia terpilih sebagai tentara teladan di sekolah
Bintara, Gombong, jawa tengah tahun 1941. Dia diresmikan menjadi anggota TNI pada tanggal
5 Oktober 1945. Letnan Kolonel menikah pada umur 26 tahun dan Istrinya berumur 24 tahun.

Beliau menikahi Siti Hartinah yang merupakan seorang anak pegawai Mangkunegaran
pada tahun 1947. Mereka dikaruniai 6 anak. Anak – anak tersebut adalah Siti Hardiyanti Hastuti,
Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Herijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti
Hutami Endang Adiningsih.

Jendral Besar H. Muhammad Soeharto mempunyai karir perjalanan yang panjang di


Militer dan politik. Di Militer, Pak Harto memulai dari Sersan KNIL, kemudian komandan PETA,
komandan resimen dengan pangkat Mayor dan Komandan batalyon berpangkat Letnan
Kolonel. Bapak Soeharto mempunyai beberapa torehan prestasi di bidang ini.

Tahun 1949, beliau sukses memimpin dalam mengambil alih kota Yogyakarta dari
tangan Belanda. beliau juga menjadi penjaga komandan Sudirman. Selain itu, Pak Harto pernah
sekali menjadi komandan mandala ( Operasi pembebasan Irian Barat).

2
Tanggal 1 Oktober 1965, terjadi G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan
Angkatan Darat. Jendral Soeharto diangkat sebagai Pangad dan ditunjuk sebagai
Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat
Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban
serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin besar revolusi Bung Karno. 

Pada saat itu pemerintahan Soekarno mengalami kehancuran. Setelah diangkat menjadi
presiden, Soeharto melarang adanya PKI dan memulai kebijakan baru untuk menstabilkan
perekonomian negara dan kehidupan politik. Untuk menghidupkan perekonomian Indonesia,
Beliau meminta bantuan dari ekonomis Amerika.

Investasi barat dan asing bertujuan untuk mendorong perekonomian. Produksi minyak
domestik diperluas, sehingga menghasilkan pendapatan. Pendapatan ini digunakan untuk
membangun infrastruktur dan pembangunan proyek.

Di tahun 1972, Presiden Kedua ini berhasil memulihkan pertumbuhan perekonomian


dan mengurangi inflasi dari puncaknya sebesar 630 persen dan berkurang 9 persen. Dalam
hubungan luar negeri, beliau mengikuti antikomunis, pro – pihak barat. Pada masanya,
Indonesia bergabung kembali pada Persatuan Bangsa – Bangsa (PBB). Tahun 1967, Indonesia
menjadi anggota pendiri Association of Southeast Asian Nation (ASEAN).

Kekuasaan rezim pemerintahan Soeharto berlandaskan kekuasaan militer, yang


karakteristiknya ditandai dapat menyusup sangat dalam hingga ke akar pemerintahan. Beliau
begitu kuat dalam aspek militer dan politik, hingga dapat mengontrol keduanya begitu baik.
Dalam pemerintahannya, Beliau didukung oleh partai Golkar.

Selama memegang kekuasaan, Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi rata – rata


tujuh persen per tahun. Standar kehidupan meningkat drastis. Program Pendidikan dan bahasa
menggunakan bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia. Tujuannya untuk menyatukan berbagai
etnik kelompok dan kepulauan.

3
Pada tahun 1990-an, korupsi dan sikap pandang bulu pada masanya menjadi awal
menjauhkannya pada kelas menengah ke bawah dan siklus bisnis. Akan tetapi, pertumbuhan
ekonomi masih tinggi dan pemerintah masih memegang kuat untuk mengontrol.

Tahun 1997, terjadi krisis yang meluas melewati Asia Tenggara. Nilai tukar Rupiah jatuh
dan menyebabkan krisis keungan yang jatuh ke dalam perekonomian nasional. Soeharto
menolak permintaan untuk merubah struktur reformasi. Akan tetapi, ekonomi Indonesia
mengalami resesi, inflasi yang melambung tinggi, dan standar kehidupan jatuh dalam
kemiskinan.

Pihak yang mendukung antipemerintahan melakukan demonstrasi besar ke dalam


jakarta dan kota sekitarnya di bulan Mei tahun 1998. Keadaan ini membuat Soeharto
kehilangan pendukung militernya. Beliau dipaksa untuk mundur dari jabatannya sebagai
presiden pada tanggal 21 Mei 1998.

Di tahun 1998, presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan
oleh Presiden B.J. Habibie. Bapak soeharto mengalami penurunan kondisi kesehatan, dan
menjalani berbagai macam perawatan. Pada hari Minggu tanggal 27 Januari 2006, beliau
menhembuskan nafas terakhirnya di RSPP di usianya yang ke 87 tahun.

Beberapa Penghargaan sepanjang karir semasa hidup beliau yaitu:


 Satyalancana Teladan  18 Februari: The Health for All

 Bintang Swa Bhuwana  19 Juni 1993: Avicena Award


Paksa Utama (1)

 Bintang Satyalancana  22 November 1997: The Order


GOM II of Good Hope

 Bintang Garuda  27 Mei 1988: Bintang Jasa


Utama
 18 februari 1991: medali  8 Juni 1989: The Population
WHO Award

4
BAB 2

LANDASAN TEORI

Leadership/Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi,


memotivasi, dan membuat orang lain mampu untuk berkontribusi terhadap efektifitas dari
organisasi dimana mereka menjadi anggotanya.

Para ahli perilaku organisasi telah memudahkan kita memahami kepemimpinan melalui
banyak teori dan model mengenai Leadership. Salah satu yang paling terkenal adalah,
kepemimpinan dapat digolongkan menjadi lima perspektif yaitu : Competency, Behavioral,
Contingency, Transformational, dan Implicit.

1. Competency Perspective of Leadership


Seiring dengan perkembangan ragam pekerjaan, definisi berbagai ahli mengenai
kompetensi seorang pemimpin pun berubah. Saat ini, kompetensi kepemimpinan terdiri
atas skill/keterampilan, knowledge/pengetahuan, aptitudes/bakat dan karakteristik
individu lainnya yang membuat seseorang memiliki kinerja kepemimpinan yang
superior. Terdapat 8 kategori kompetensi kepemimpinan yang utama, yaitu :
- Personality : Teori Big Five personality paling banyak digunakan untuk melihat
kepribadian seorang pemimpin. Kepemimpinan yang efektif umumnya disebut
memiliki tingkatan extroversion (ramah, senang bersosialisasi, dan asertif) dan
conscientiousness (hati-hati, mampu diandalkan dan disiplin) yang tinggi. Sehingga
mereka merasa nyaman dalam menjalani peran mereka mempengaruhi orang lain.
Selain itu, memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai tujuan organisasi.
- Self Concept : Pemimpin yang sukses memiliki konsep diri yang positif, termasuk juga
self-esteem, self-efficacy serta internal locus of control yang tinggi. Memiliki
kepercayaan diri yang tinggi bahwa mereka mampu memimpin dengan baik dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka mengetahui konsep diri sendiri
dan secara konsisten menerapkannya.

5
- Drive : Pemimpin memiliki kebutuhan yang tinggi untuk pencapaian/achievement.
Drive mewakili motivasi dari dalam diri pemimpin untuk meraih tujuan dan
mendorong orang lain untuk bergerak maju bersama mereka.
- Integrity : Integritas meliputi kejujuran dan konsisten antara perkataan dengan
perbuatan.
- Leadership Motivation : Pemimpin yang efektif memiliki motivasi untuk memimpin
orang lain. Mereka memiliki kebutuhan yang tinggi atas socialized power disebut
juga sebagai keinginan untuk memiliki sebuah kekuatan/kewenangan dalam
mencapai tujuan organisasi dan tindakan lainnya. Mereka pun memiliki kebutuhan
yang tinggi terhadap personalized power yaitu keinginan untuk memiliki kekuatan
untuk kepentingan pribadi dimana mereka memiliki kuasa terhadap orang lain.
- Knowledge of the business : Pemimpin yang efektif tentunya memiliki pengetahuan
baik itu tacit maupun eksplisit mengenai lingkungan perusahaan sehingga
memungkinkan pemimpin untuk mengambil keputusan secara intuitif.
- Cognitive and Practical Intelligence : Untuk memproses berbagai informasi yang
didapatkan serta mengambil keputusan tentunya seorang pemimpin harus memiliki
kemampuan kognitif /berpikir diatas rata-rata. Mereka pun harus mampu
menggunakan pengetahuan baik itu berbagai konsep untuk menyelesaikan
permasalahan nyata yang dialaminya.
- Emotional Intelligence : Pemimpin yang efektif memiliki tingkat EI yang tinggi. EI
merupakan kemampuan pemimpin untuk mengatur emosi dirinya dan orang lain,
memisahkannya, serta menggunakan informasi yang dimilikinya untuk mengarahkan
pemikiran dan aksinya.

2. Behavioral Perspective of Leadership


Perspektif perilaku dalam pada Tokoh yaitu:
- Task Oriented Style dimana seorang pemimpin menugaskan karyawan untuk tugas
tertentu, menjelaskan tanggung jawab, tugas dan prosedurm memastikan bahwa
mereka mengikuti peraturan perusahaan dan mendorong mereka untuk mencapai

6
kapasitas kinerja mereka. Mereka melebarkan goals dan menantang karyawan untuk
bekerja melampaui standar yang tinggi.

3. Contingency Perspective of Leadership


Merupakan perspektif pemimpin yang efektif harus berawawasan sekaligus fleksibel.
Mereka harus mampu menyesuaikan perilaku dan gaya kepemimpinan dengan situasi
yang mendadak berubah. Terdapat beberapa definisi gaya kepemimpinan yang
berdasarkan contingency perspective. Teori Path-Goal leadership merupakan teori
kepemimpinan berdasarkan teori harapan dari motivasi yang berhubungan kepada
beberapa gaya kepemimpinan untuk diterapkan pada berbagai kemungkinan kondisi
karyawan dan situasi tertentu.

Path-Goal Leadership Style Model


Pada model ini terdapat satu gaya kepemimpinan yang khas dari tokoh di atas (bab 1):
-Directive : Gaya kepemimpinan ini membuat pemimpin memperjelas tujuan kinerja,
menjelaskan maksud daripada pencapaian tujuan-tujuan tersebut dan standar penilaian
terhadap kinerja. Termasuk didalamnya penilaian yang adil terhadap penghargaan dan
tindakan disiplin/reward and punishment. Directive Leadership sama dengan task
oriented leadership.
Path-goal model berpendapat bahwa pemimpin yang efektif mampu memilih gaya
kepemimpinan mana yang paling cocok untuk setiap situasi. Pada praktiknya, pemimpin
tidak hanya menggunakan 1 gaya kepemimpinan, mereka bisa menggunakan lebih dari 1
gaya kepemimpinan sekaligus. Namun, akan efektif apabila dilakukan pada situasi yang
tepat. Dalam model ini, terdapat 2 variabel situasional yang menjembatani hubungan
antara gaya kepemimpinan dengan efektifitasnya, yaitu : Employee characteristic dan
karakteristik dari lingkungan kerja karyawan. Terdapat beberapa kemungkinan yang
masih bisa diteliti lebih lanjut, namun beberapa diantaranya adalah : skill and
experience, locus of control,task structure dan team dynamics. Berikut adalah tabel
hubungan antara

7
gaya kepemimpinan dengan variable dalam Path Goal Theory :

Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa, gaya kepemimpinan yang Directive akan
efektif apabila dilakukan pada karyawan yang memiliki keterampilan dan pengalaman
yang rendah, external locus of control, struktur pekerjaan yang tidak rutin dan dinamika
tim yang tidak kohesif. Efektifitas gaya kepemimpinan akan meningkatkan motivasi
karyawan, kepuasan karyawan serta penerimaan karyawan terhadap pemimpin
tersebut.

4. Transformational Perspective of Leadership

Merupakan perspektif kepemimpinan yang menjelaskan bagaimana para pemimpin


mengubah tim atau organisasi dengan menciptakan, mengkomunikasikan dan
menyederhanakan/membuat model Visi dari organisasi atau unit kerja serta
menginspirasi karyawan untuk memperjuangkan visi tersebut.
Kepemimpinan transfomasional berbeda dengan transaksional. Kepemimpinan
transaksional bermakna bahwa kepemimpinan tersebut membantu organisasi mencapai
tujuan saat ini secara lebih efisien, seperti dengan menghubungkan kinerja untuk
menilai penghargaan dan memastikan bahwa karyawan mempunyai sumber daya yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Kepemimpinan transaksional dianggap sebagai “managing” atau mengatur atau
melakukan sesuatu dengan benar karena pemimpin berkonsentrasi untuk meningkatkan
kinerja karyawan dan kesejahteraan mereka. Sedangkan pemimpin transformasional
dianggap sebagai “leading” atau mengubah strategi organisasi dan budaya sehingga
mereka bisa lebih nyaman dengan lingkungan sekitar. Pemimpin transformasional
adalah agen perubahan yang memberikan energy dan mengarahkan karyawan kepada
rangkaian nilai dan perilaku perusahaan yang baru.
Organisasi membutuhkan baik pemimpin transaksional yang meningkatkan efisiensi
perusahaan juga pemimpin transformasional yang mengarahkan perusahaan pada
kegiatan yang lebih baik.

8
Berikut adalah 4 elemen kepemimpinan transformasional :
- Membuat Visi Strategis
- Mengkomunikasikan Visi
- Menjadi model dari visi tersebut
- Membangun komitmen karyawan terhadap visi tersebut

5. Implicit Leadership Perspective


Merupakan teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa orang-orang mengevaluasi
efektifitas seorang pemimpin dalam seberapa baik orang tersebut sesuai dengan
kepercayaan yang telah terbentuk sebelumnya tentang fitur dan perilaku dari pemimpin
yang efektif (leadership prototypes) dan orang tersebut cenderung untuk
mengembangkan pengaruh pemimpin pada kegiatan organisasi. Selanjutnya, orang-
orang membentuk a romance of leadership karena mereka ingin mempercayai bahwa
pemimpin mereka memberikan perbedaan/perubahan, sehingga mereka mengikat diri
pada fundamental attribution error dan distorsi persepsi lainnya untuk mendukung
kepercayaan mereka terhadap dampak yang diberikan oleh sang pemimpin.

9
BAB 3

ANALISIS KEPIMPINAN

Diawali dengan Supersemar pada tahun 1966, maka pemerintahan berubah menjadi
pemerintahan Era Orde Baru yang dipimpin oleh Letnan Jendral Soeharto. Berdasarkan teori
psikologi kepemimpinan, sifat kepemimpinan Soeharto muncul karena dinamika dan interaksi
sosial. Artinya, jiwa kepemimpinan Soeharto tidak diwariskan secara turun temurun dari
keluarganya.

Gaya kepemimpinan mantan presiden Soeharto merupakan gabungan dari Proaktif-


Ekstraktif dengan Adaptif-Antisipatif, yaitu gaya kepemimpinan yang mampu menangkap
peluang dan melihat tantangan sebagai suatu yang berdampak positif serta mempunyai visi
yang jauh ke depan dan sadar akan perlunya langkah-langkah penyesuaian. Pada awalnya sifat
kepemimpinan yang baik dan menonjol dari mantan presiden Soeharto adalah kesederhanaan,
keberanian dan kemampuan dalam mengambil inisiatif dan keputusan, kuat mental dalam
menghadapi bahaya serta konsisten dengan segala keputusan yang diterapkan.

Tahun-tahun pemerintahan Soeharto diwarnai dengan praktik otoritarian dimana


tentara mempunyai peran yang sangat dominan. Demokrasi telah ditindas selama lebih dari 30
tahun dengan mengatasnamakan kepentingan keamanan. Terlihat jelas bahwa mantan
presiden Soeharto memiliki gaya kepemimpinan yang otoriter, dominan dan sentralis. Sifat
leadership otoriter merupakan leadership style yang tepat pada masa awal terpilihnya
Soeharto. Hal ini dikarenakan tingkat pergolakan dan situasi yang tidak menentu dan juga
tingkat pendidikan di indonesia masih rendah. Akan tetapi, di tahun 1980-an, cara otoriter
sudah dianggap kurang tepat karena kondisi Indonesia sudah banyak berubah.

Mantan presiden Soeharto juga memiliki sifat kepemimpinan exploitative-


authoritative,atau kurang demokratis. Hal ini dibuktikan dari sedikitnya berita yang beredar di

10
periode kepemimpinan beliau yang bersifat memberikan dorongan dan bimbingan serta
mengundang kritik konstruktif. Berita-berita beliau lebih menekankan sebagai pemimpin yang
mengutamakan pesan-pesan politik kepada pejabat pemerintahan. Mantan presiden Soeharto
juga menerapkan gaya kepemimpinan coercive, yang selalu menginginkan agar perintah dan
instruksinya dipatuhi orang lain secara segera. Ketika beliau meminta bawahan atau orang lain
untuk menjalankan perintahnya, beliau lebih sering menggunakan kalimat netral dibanding
kalimat persuasif.

Analisis SWOT
1. Strenght

Sebagai seseorang yang hidup di lingkungan militer, Soeharto memiliki sikap sistematis
dan taktis, yang terlihat dari beberapa kebijaksanaan yang beliau terapkan selama
menjabat sebagai presiden. Contohnya adalah program rancangan kerja lima tahun
(Repelita). Kebijaksanaan tersebut bersifat sistematis dan berkelanjutan yang sangat
menggambarkan sifat Soeharto. Selain itu, gaya kepemimpinan yang otoriter , dominan
dan sentralis juga bisa menjadi strenght. Gaya kepemimpinan tersebut dirasa sangat
cocok untuk memimpin Indonesia di jaman itu karena banyaknya pergolakan-
pergolakan dan situasi yang tidak menentu di Indonesia. Hal tersebut membuat
pemerintah dan masyarakat patuh terhadap segala kebijakannya dan akhirnya pun
terlaksana dengan baik.

2. Weakness

Selain menjadi strenght, gaya kepemimpinan Soeharto juga dapat dianggap sebagai
weakness. Hal ini dikarenakan sifat kepemimpinannya yang tidak berubah sampai lebih
dari 30 tahun. Indonesia memang sedang bergejolak di awal-awal pemerintahan
Soeharto, akan tetapi seiring dengan berkembangnya pemikiran masyarakat akan
demokrasi, maka gaya kepemimpinan yang otoriter tidak lagi menjadi kekuatan malah
menjadi kelemahan yang berujung pada turunnya Soeharto di tahun 1998.

3. Opportunities

11
Keberhasilan di masa pemerintahan Soeharto di bidang pembangunan berdampak
positif terhadap kehidupan masyarakat. Dengan terwujudnya berbagai program-
program pemerintah, Indonesia mendapat peluang untuk menjadi negara yang
diperhitungkan di kancah internasional.

Keberhasilan yang lainnya adalah dengan sifat otoriter, maka peluang untuk terjadinya
tindakan kriminal menjadi berkurang. Masyarakat tidak akan berani bertindak kriminal
karena akan ditindak tegas oleh pemerintah pada masa itu.

4. Threats

Gaya kepemimpinan otoriter menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan masyarakat.


Hal ini mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, sampai
akhirnya terjadi peristiwa Mei 98, dimana masyarakat melakuan demo yang memakan
korban sebagai bentuk penolakan terhadap kekuasaan Soeharto. Selain dari dalam
negeri, penolakan juga terjadi dari dunia internasional. Masyarakat internasional
beranggapan bahwa pemimpin Indonesia tidak manusiawi dengan merampas hak-hak
individu.

Berdasarkan 5 perspektif kepemimpinan yang telah dijelaskan pada bab 2, maka kepemimpinan
Soeharto dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) COMPETENCY
Kompetensi yang dimiliki Soeharto didasari latar belakangnya sebagai seorang perwira
TNI-AD, bahwa ia punya pribadi yang tegas tetapi santun. Beliau terkenal sebagai “The Smiling
General” yang murah senyum tetapi di balik itu semua dia tegas terhadap apa yang sudah
dijalankan. Beliau memiliki drive yaitu dorongan agar semua misi yang dia cita-citakan dalam
Repelita tercapai, dan juga motivasi untuk memimpin orang lain terutama semua pejabat
menteri dan TNI yang dekat dengan dirinya. Namun dia tidak punya knowledge of the business
karena seringkali dia hanya mendengar apa kata para bawahannya saja sehingga terciptalah
kultur “Asal Bapak Senang” (ABS).

2) BEHAVIORAL

12
Dari segi perilaku Soeharto lebih condong ke Task Oriented Style, fokus pada hasil dan
bukan orang-orang yang dipimpinnya. Terbukti dengan bagaimana ia dengan mudahnya
memasukkan orang-orang yang tak searah dengan dirinya ke dalam penjara.

3) CONTINGENCY
Berdasarkan pola adaptasi kepemimpinan yang dijabarkan melalui teori Path-Goal
Leadership, Soeharto memimpin dengan gaya Directive karena lebih banyak memberikan
arahan tugas-tugas pembangunan negara kepada para menterinya. Beliau tidak banyak
melibatkan para menteri ataupun bawahan dalam mengambil keputusan.

4) TRANSFORMATIONAL
Dari sisi transformasi, Soeharto cukup banyak mengubah haluan bangsa Indonesia
setelah beliau menggantikan Soekarno. Di antaranya dengan memulihkan hubungan dengan
Malaysia (setelah era “Konfrontasi”) tetapi justru memutus hubungan diplomatik dengan
negara-negara komunis seperti Tiongkok dan Uni Soviet. Kemudian di tengah masa
kepemimpinannya, Soeharto juga memiliki rencana untuk fokus ekonomi ke bidang industri,
setelah sebelumnya lebih fokus pada sektor pertanian.

5) IMPLICIT
Secara implisit, dari semua hasil kerja dan keputusan yang dibuat oleh Soeharto,
masyarakat memandangnya sebagai seorang presiden yang ditakuti, tetapi sampai saat ini
jasanya di bidang ekonomi dan pembangunan masih dikenang. Walaupun begitu, banyak pihak
yang masih punya dendam terhadap dirinya karena kebijakan-kebijakannya yang cukup ekstrim
seperti memenjarakan tahanan politik, penembakan secara misterius, dan

Competency Leadership & Path Goal


- Personality : Sifat mantan presiden Soeharto yang terlihat ramah akan tetapi lebih
mengarah ke conscientiousness yaitu sangat berhati-hati dan disiplin karena beliau
besar dan hidup di lingkungan militer sehingga tingkat disiplin yang dimiliki beliau
sangat tinggi

13
- Self Concept : Mantan presiden Soeharto memiliki konsep diri yang baik dan juga
kepercayaan diri yang tinggi. Hal ini terlihat dari berbagai program kerjanya yang
sangat ambisius dan terbukti berhasil seperti program rancangan kerja lima tahun,
transmigrasi sampai dengan swasembada pangan yang sekarang tidak bisa
dijalankan dengan baik oleh penerus-penerusnya.
- Drive : Integritas yang meliputi kejujuran dan konsistensi terlihat di suksesnya
berbagai program kerjanya. Akan tetapi, kita tidak dapat menutup mata bahwa
tingkat kejujuran mantan presiden Soeharto cukup lemah yang bisa dibuktikan dari
jumlah kekayaan yang sangat tinggi dan “terpilihnya” mantan presiden Soeharto
sebagai pemimpin negara paling korupsi sepanjang sejarah Indonesia dan Asia.
- Leadership Motivation : Dalam hal ini, terlihat bahwa leadership motivation mantan
presiden Soeharto mengarah ke arah yang kurang baik. socialized power yang
digunakan kearah kepentingan golongan (Keluarga Cendana, Golkar, dll). Dan juga
personalized power yang tinggi sehingga dapat menjadi presiden selama 7 periode
pemerintahan.
- Knowledge of the business : Pemimpin yang efektif tentunya memiliki pengetahuan
baik itu tacit maupun eksplisit mengenai lingkungan perusahaan sehingga
memungkinkan pemimpin untuk mengambil keputusan secara intuitif. Salah satu
kekurangan yang dimiliki mantan presiden Soeharto adalah kurangnya knowledge of
business, sehingga budaya “ABS” (asal bapak senang) sangat melekat di beliau.
- Cognitive and Practical Intelligence : Mantan presiden Soeharto terbukti memiliki
intelligence yang tinggi dari program kerjanya, dan juga dari peristiwa Supersemar
yang membuat beliau mampu menggulingkan rezim Soekarno dan menjadi presiden
kedua Indonesia.
- Emotional Intelligence :Kurangnya emotional intelligence dari mantan presiden
Soeharto dibuktikan dari sifatnya yang otoriter, hanya memikirkan kepentingan
golongannya, dan juga takutnya bawahan terhadap beliau sehingga apapun perintah
beliau harus dikerjakan tanpa memikirkan bawahannya.

14
Path Goal Leadership

Dalam hal ini, sifat kepemimpinan mantan presiden Soeharto campuran dari directive,
achievement-oriented dan supportive. Gaya kepemimpinan yang otoriter membuat beliau
memperjelas dan menjelaskan tujuan kinerja bawahannya. Gaya kepemimpinan directive
sangat berkaitan dengan task-oriented leadership. Dalam hal achievement-oriented , mantan
presiden Soeharto mendorong bawahannya untuk mencapai kinerja tertinggi ditambah dengan
menunjukan kepercayaan yang tinggi sehingga bawahannya merasa bertanggung jawab untuk
menyelesaikan pekerjaannya.

Sifat supportive yang dimiliki mantan presiden Soeharto hanya dirasakan oleh kerabat-
kerabat yang dekat dengan beliau. Hal tersebut terbukti dari loyalitas yang tinggi yang
ditunjukan oleh para bawahan yang dekat dengan beliau.

15
BAB 4

LESSON LEARNED

Sifat kepemimpinan yang dimiliki oleh seorang pemimpin harus dinamis. Masyarakat
yang berubah harus segera diikuti dengan perubahan sifat kepemimpinan juga. Sifat yang
otoriter dibutuhkan dalam kondisi dimana situasi organisasi yang baru dan sedang tidak
menentu, akan tetapi, seiring dengan waktu, organisasi akan menjadi lebih dewasa dan lebih
mengerti akan keadaan sekitar, sehingga dibutuhkan perubahan dalam kepemimpinan agar
kedepannya organisasi akan menjadi lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Lesmana, Tjipta. 2009. Dari soekarno sampai SBY : intrik dan lobi politih para
penguasa. Pt Gramedia pustaka utama : Jakarta
2. Sari, Ambar Dewi. 2006. Beribu alasan kita mencintai Soeharto. PT jakarta citra :
Jakarta.
3. Sutedjo, Harsono. 2010. Kamus kejahatan ORBA : Cinta tanah air dan bangsa.
Komunitas Bambu : Depok
4. Tarmidi. Lepi T. 1998. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan
saran. Universitas Indonesia : Jakarta.
5. Wahyudin, Khotiman, Hariwijaya. 2008. Orang-orang desa yang sukses menjadi
pemimpin besar dunia. Elmatera Publishing : Yogyakarta.
6. Soeharto. Perpustakaan Republik Indonesia. Cited on 2016 Oct 14. Available on:
http://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/en/biography/?
box=detail&presiden_id=2&presiden=suharto

17
LAMPIRAN

Gambar 1. Presiden Kedua Indonesia,


Soeharto. Beliau Menjabat sebagai
Presiden selama lebih dari tiga dekade.

Gambar 2. Tabel Selected Contingencies of Path-Goal Theory

18

Anda mungkin juga menyukai