Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIK HEWAN

PERCOBAAN IV
REPTILIA

OLEH :

NAMA : FITRIYANI
STAMBUK : F1D1 18 002
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEM PEMBIMBING : BAHTIAR

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
Judul : Herpetofauna (Reptilia)
Tujuan : Untuk Mendeskripsikan dan Mengklasifikannya
Hari/Tanggal : Selasa, 1 Desember 2020
Waktu/Jam : 10.00-11.30 WITA
Lokasi : Desa Lianosa, Kecamatan Tongkuno Selatan

A. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan alat dan bahan

b. Membius objek hewan

c. Menghitung panjang kualitatif dan kuantitatif objek pengamatan

d. Mendokumentasikan hasil pengamatan

e. Mencatat hasil pengamatan

1) Identifikasi Kuantitatif

a. Mengukur panjang mata (Organum visus)

b. Mengukur panjang mulut (Cavum oris)

c. Mengukur panjang kaki depan (Extremitas anterior)

d. Mengukur panjang kaki belakang (Extremitas posterior)

e. Mengukur lebar kepala (Caput)

f. Mengukur seluruh tubuh (Truncus)

g. Mengukur lebar badan (Truncus)

h. Mengukur lebar mata (Organum visus)

i. Mengukur panjang ekor (Caudal)

2) Identifikasi Kualitatif

a. Mengamati warna tubuh (Truncus)


b. mengamati permukaan kulit

c. mengamati bentuk ekor (Caudal)

d. Mengamati bentuk kepala (Caput)


B. Hasil Pengamatan
Keterangan :
1. Cicak (Cosymbotus platyurus)
1. Mulut (Cavum oris)
a. Gambar Morfologi
2. Mata (Organum visus)
Gambar pengamatan 3. Kaki depan (Extremitas
1 nnanterior)
2
4. Kaki belakang (Extremitas
3
6 posterior)
4 5. Ekor (Caudal)
6. Badan (Truncus)
5 7. Jari Kaki (Digiti)

Gambar Tangan

Gambar Literatu

Gambar Literatur
b.Tabel Morfometri

Berdasarkan pengamatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada

tabel morfometrik sebagai berikut:

Spesies Karakter
Morfometrik Ket Warna Bentuk Permukaan
tubuh kepala tubuh
Cicak Panjang total 11 cm Abu-abu Meruncing Transparan dn
(Cosymbotus pucat halus
platyurus) Panjang ekor 5 cm
(Caudal)

Panjang kaki 2,2


belakang cm
(Extremitas
posterior)

Panjang kaki
1,3
depan cm
(Extremitas
anterior)

Panjang mata
(Organum 0,2
visus) cm

Panjang
mulut 0,1
(Covum oris) cm

Lebar kepala
1,5
(Caput)
cm
Lebar mata
0,2
(Organum cm
visus)

Lebar badan 1,5


(Truncus) cm
c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Famili : Gekkonidae
Genus : Cosymbotus
Spesies : Cosymbotus platyurus (Eprilurahman, 2012)

c. Deskripsi

Reptil merupakan kelompok hewan vertebrata berdarah dingin yang

memiliki sisik penutup tubuh. Apabila merujuk pada ular, sebagian orang akan

menyebut reptil ini berbahaya. Karena dianggap berbahaya, akhirnya reptil ini

dibunuh. Sebagian lainnya menyebut reptil adalah hewan yang membantu

manusia karena berperan menyeimbangkan kondisi lingkungan. Hewan ini

memangsa tikus, hewan yang oleh kalangan petani disebut perusak tanaman

padi. Apabila merujuk pada tokek atau bulus, orang tidak mengganggap reptil

ini mengerikan atau merugikan (Yunizarrakha, dkk, 2018).

Reptil memiliki kulit (Cutis) bersisik tanpa kelenjar bulu rambut

(Capillum) atau kelenjar susu seperti yang sering dijumpai pada mamalia. Sisik

yang terdapat pada tubuh reptile berbeda dengan sisik ikan. Sisik reptile tidak

mengandung kelenjar lender, melainkan berlapiskan zat tanduk sehingga kulit

tidak terlihat kering. Ordo squamata merupakan kelompok reptilia terbesar

dengan jumlah spesies terbanyak. Anggotanya memiliki habitat yang

bermacam-macam antara lain di bawah tanah, pepohonan, gurun, lautan serta

wilayah ekuator dan artik (Hidayah, 2018).


Ordo Squamata merupakan salah satu dari bangsa reptil yang mempunyai

jumlah jenis terbanyak. Ordo squamata terdiri dari 3 sub ordo yaitu Sauria

(kadal), Serpentes (ular) dan Amphisbaenia (kadal cacing). Habitat anggotanya

mulai dari bawah tanah hingga pepohonan, dari gurun hingga ke laut dan dari

ekuator sampai arktik. Ciri-ciri umum anggota ordo squamata antara lain

terbangun oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk (Wulandari, 2017).

Cicak (Cosymbotus pltyurus) tergolong ke dalam suku Gekkonidae dan

terdiri atas puluhan jenis. Cicak (Cosymbotus pltyurus) merupakan hewan reptile

yang biasa memakan serangga terutama nyamuk, berukuran sekitar 10 cm,

berwarna abu-abu atau coklat kehitaman. Beberapa jenis cicak yang umumnya

bisa dijumpai di Indonesia adalah cicak tembok (Cosymbotus platyurus) atau

dalam bahasa inggris disebut flat-tailed house-gecko, Cicak kayu (Hemidaclylus

frenatus) atau dalam bahasa inggris disebut common house-gecko atau ada pula

yang menyebut Darwin housegecko (Putra, dkk, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada cicak

(Cosymbotus platyurus) diketahui panjang totalnya 11 cm dengan lebar 1,5 cm.

Panjang ekornya (Caudal) 5 cm, panjang mata (Organum visus) 0,2 cm dan

lebar kepalanya (Caput) 1,5 cm. Pengamatan kualitatif terlihat karakter yang

dimiliki pada warna tubuh abu-abu pucat, bentuk kepalanya (Caput) yang

runcing dan memiliki permukaan tubuh yang transparan dan halus.


C. Hasil Pengamatan
Keterangan :
1. Kadal (Mabouya multifasciata)
1. Mulut (Cavum oris)
a. Gambar Morfologi
2. Mata (Organum visus)
Gambar pengamatan 3. Kaki depan (Extremitas
1 nnanterior)
2
4. Kaki belakang (Extremitas
3
6 posterior)
4 5. Ekor (Caudal)
6. Badan (Truncus)
5 7. Jari Kaki (Digiti)

Gambar Tangan

Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri

Berdasarkan pengamatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada

tabel morfometrik sebagai berikut:

Spesies Karakter
Morfometrik Ket Warna Bentuk Permukaan
tubuh kepala tubuh
Kadal Panjang total 24 Coklat Meruncing Meruncing
(Mabouya cm
multifasciata) Panjang ekor 15
(Caudal) cm

Panjang kaki 4
belakang cm
(Extremitas
posterior)

Panjang kaki 2,5


depan cm
(Extremitas
anterior)

Panjang mata
(Organum 0,5
visus) cm

Panjang mulut 1,5


(Covum oris) cm

Lebar kepala 1,5


(Caput) cm

Lebar mata 0,3


(Organum cm
visus)

Lebar badan
2,5
(Truncus)
Cm

c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reprilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata (Rahmadina. 2020)

d. Deskripsi

Famili Scincidae merupakan famili Reptil dengan jumlah spesies terbanyak

(3 spesies), yaitu Eutropis multifasciata, Eutropis rudis, Dasia vittata. Famili ini

merupakan famili Reptilia terbesar dari 16 famili kadal (Kwatrina, dkk, 2018).

Famili Scincidae memiliki ciri umum badan (Truncus) yang tertutup oleh sisik

sikloid yang berukuran sama besar. Bagian kepala (Caput) tertutupi oleh sisik

yang besar dan simetris. Lidahnya (Lingua) tipis dengan papilla yang terbentuk

seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya (Dente)

pleurodont, matanya (Oculus) memiliki pupil (Pupillam) yang membulat dengan

kelopak mata yang jelas serta memiliki ekor (Cauda) yang panjang dan rapuh.

Contoh spesies family ini adalah Mabouya multifasciata (Hidayah, 2018).

Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan kelompok reptil yang termasuk

dalam Sub Ordo Sauria. Karakteristik umum dari Sub Ordo Sauria adalah tubuh

(Corporis) bersisik, licin, lidah (Lingua) panjang, ekor (Cauda) panjang dan

berkaki (Pedibus) empat. Kadal hidup pada berbagai jenis habitat. Beberapa

hidup di pepohonan, di atas tanah bahkan di dalam tanah. Kadal (Mabouya

multifasciata) menyukai tempat yang lembab dan memiliki banyak serasah,

pepohonan dan semak-semak. Keberadaan kadal di suatu tempat merupakan

indikator terhadap melimpahnya serangga yang ada. Hal ini karena makanan

utama bagi kadal adalah berbagai macam serangga (Apriyanto, dkk, 2015).
Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan salah satu komponen penyusun

ekosistem dan merupakan bagian keanekaragaman hayati yang menghuni

kawasan hutan, perkebunan, dan lingkungan masyarakat. Sebagai salah satu

komponen ekosistem, kadal (Mabouya multifasciata) memegang peranan penting

dalam rantai makanan di lingkungan hidupnya, keseimbangan alam serta bagi

lingkungan manusia. Keberadaan kadal (Mabouya multifasciata) di suatu tempat

merupakan indicator terhadap melimpahnya serangga yang ada. Kadal (Mabouya

multifasciata) merupakan predator karena makanan utama kadal (Mabouya

multifasciata) adalah berbagai macam larva serangga dan serangga yang menjadi

hama (Rosadi, dkk, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kadal (Mabouya

multifasciata) memiliki panjang total 24 cm dengan lebar badan (Truncus) 2,5

cm, panjang ekor (Caudal) 15 cm, panjang mulut (Cavum oris) 1,5 cm dan lebar

kepala (Caput) 0,3 cm. Pengamatan kualitatif pada kadal (Mabouya multifasciata)

terlihat warna tubuh yang coklat, permukaan tubuh yang meruncing serta bentuk

kepala (Caput) yang juga meruncing.


3. Kura kura Ambon (Cuora amboinensis) Keterangan :
a. Gambar Morfologi 1. Kepala
1.Badan (Caput)
(Truncus)
2.2. Perut (Abdomen)
3
3. Kaki bagian depan (Ekstremitas
posterior)
4. Kaki bagian belakang
2 1 (Eksteremitas anterior)
5. Jari kaki (Digiti)
6. Ekor (Caudal)
4
5 7. Jari Kaki (Digiti)

6 3.
Gambar Pengamatan
Gambar Pengamatan

Gambar Tangan

Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri

Berdasarkan pengamatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada


tabel morfometri sebagai berikut:

Karakter
No. Spesies Morfometri Ket. Warna Bentuk Bentuk ekor
tubuh kepala
1. Kura kura Panjang total 9,5 Coklat Runcing Meruncing
Ambon (Coura cm kehitaman
amboinensis) Panjang ekor 1 cm

Panjang kaki 1,4


Depan cm

Panjang kaki 1
belakang cm
Panjang 0,2
mulut cm
Panjang mata 0 cm

Lebar kepala 1 cm

Lebar mata 1 cm

Lebar badan 3 cm

c. Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Familia : Geomydidae
Genus : Coura
Species : Cuora amboinensis (Setiadi, 2015).
d. Identifikasi

Kura-kura (Cuora amboinensis) berkembang selama zaman

Mesozoikum dan hanya sedikit beribah sejak itu, cangkangnya (Testa) yang

umumnya keras dan suatu adaptasi yang melindungi diri dari predator. Kura-

kura (Cuora amboinensis) dapat hidup di berbagai tempat dan dengan kondisi

lingkungan. Kura-kura (Cuora amboinensis) memiliki kebutuhan hidup yang

di peroleh dari alam sebagai habitat tempat tinggalnya. Hewan yang hidup

disungai salah satunya adalah kura-kura. Temperatur yang disukai kura-kura

adalah pada kisaran 28-30°C dan pH air netral (Mar’iska, dkk, 2016).

Kura-kura (Cuora amboinensis) merupakan hewan reptil yang sangat

mudah dikenali karena mempunyai bentuk tubuh khas. Ciri khas yang dimiliki

oleh kura-kura adalah adanya cangkang yang disebut karapas pada bagian

dorsal dan plastron pada bagian vetral. Morfologi kepala (Caput) , tungkai

(Artus) dan karakter keping perisai karapas serta plastron dapat dijadikan

penciri identifikasi jenis pada kura-kura (Setiadi, 2012).

Morfologi C. amboinensis dapat mudah dibedakan dari jenis lainnya

karena kura-kura ini memiliki perisai yang dapat di tutup sepenuhnya sehingga

sering kali dinamakan sebagai kura-kura batok. Cuora amboinensis memiliki

perisai punggung (Dorsum humanum) yang tinggi dengan perisai perut

(Ventri) yang datar atau agak melengkung. Bagian kepala (Caput) di jumpai

adanya garis kuning yang melingkar. Tungkai (Artus) memiliki jari berselaput

dan pada jari (Digiti pedis) dijumpai adanya kuku (Clavus) (Diba, 2016).
Hewan ini hidup diwilayah tropis dan subtropis. Di daerah tropis,

distribusi kura-kura cukup seimbang. Secara internah, hewan ini juga hidup

tergantung pada beberapa faktor, salah-satunya adalah spesies dan panjang

umur. Habitat khasnya bervariasi mulai dari sungai dan danau, muara, rawa

bahkan wilayah estuari. Beberapa spesies membutuhkan lingkungan yang

sangat lembab (Afifah, 2017).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada kura-kura

(Cuora amboinensis) memili panjang total 9,5 cm dengan lebar badan

(Truncus) 3 cm, panjang ekor (Caudal) 1 cm, panjang mulut (Cavum oris)

yaitu 0,2 cm, lebar kepala (Caput), 1 cm dan lebar mata (Organum visus) 1

cm. Pengamatan kualitatif pada kura-kura (Cuora amboinensis) yaitu warna

tubuh yang coklat kehitaman, bentuk kepala (Caput) yang runcing serta bentuk

ekor yang meruncing.


4. Ular Pohon Coklat (Boiga irregularis) Keterangan :
a. Gambar Morfologi 1.Kepala (Caput)
2. Perut (Abdomen)
4 3. Badan (Truncus)
4. Mulut (Cavum oris)
1
5. Ekor (Caudal)

Gambar Pengamatan

Gambar Tangan

Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri

Berdasarkan pengamatan kuantitatif dan kualitatif dapat dilihat pada tabel


morfometri sebagai berikut:

Karakter
No. Spesies Morfometri Ket. Warna Bentuk Bentuk ekor
tubuh kepala
1. Ular pohon Panjang total 50 Coklat Runcing Meruncing
coklat (Boiga cm kehitaman
irregularis) Panjang ekor 10
cm
Panjang kaki 0 cm
depan

Panjang kaki 0
belakang cm
Panjang 0,1
mulut cm
Panjang mata 0 cm

Lebar kepala 1 cm

Lebar mata 0,1


cm
Lebar badan 1 cm

c. Klasifikasi

Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Familia : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga irregularis (Bagas, 2012).
d. Deskripsi

Family Colubridae ini biasanya memiliki gigi taring bisa yang terletak pada

bagian belakang rahang atas. Racun bisa ular jenis ini merupakan jenis racun bisa

lemah yang tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Terdapat 2500-2700 jenis ular

dengan 414 genus dan 13 famili di seluruh dunia saat ini, namun di daerah Australia

dan indonesia terdapat ular sebanyak 318 jenis dengan 84 genus dan 8 famili

(Octaviani, 2018).

Jenis ular di seluruh dunia mencapai 2.700 jenis, 250 jenis diantaranya terdapat

di Indonesia, dan 154 jenis dari 10 famili sudah ditemukan di Pulau Kalimantan. Ular

merupakan kelompok hewan reptil melata yang tidak mempunyai tungkai, memiliki

sisik di seluruh tubuhnya dan memiliki tubuh yang ramping memanjang. Ular

termasuk salah satu satwa yang berperan penting dalam rangkaian alur rantai

makanan (Rambosius, dkk, 2019). Hewan ini memiliki ukuran panjang antara 150-

11400 mm, tetapi kebanyakan 250-1500 mm. Semua ular teresterial, banyak juga

yang hidup di liang, di air tawar atau air asin, bahkan memanjat pohon. Bentuk ular

umumnya memanjang tidak berkaki, tidak memiliki lubang telinga, tetapi

mempunyai perasa yang sangat sensitif dan memiliki reseptor kimia. Beberapa jenis

ular terdapat organ penangkap pancaran panas. Warna tubuh umumnya coklat, abu-

abu atau hitam namun ada juga merah terang, kuning atau hijau dengan bercak,

bintik, gelang dan garis yang bervariasi (Reza, dkk, 2016).

Ular mulai melakukan aktivitas diam pada suhu lingkungan di atas 290C

dengan suhu kritis maksimum 40,50C. Ular adalah hewan yang ektoterm atau tidak

mampu mengatur suhu tubuhnya. Perilaku termofilik atau membutuhkan panas


dengan berjemur dan bergerak jika suhu lingkungannya lebih rendah dari suhu

optimal tubuh (25- 270C). Sebaliknya jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu

optimal tubuh, maka ular akan merespon dengan perilaku termofobik yaitu menjauhi

panas dengan perilaku diam dan berteduh (Widhiantara dan Rosiana, 2015).

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada ular pohon coklat

(Boiga irregularis) diketahui panjang totalnya 50 cm dengan lebar mencapai 1 cm,

panjang ekor (Caudal) 10 cm, lebar kepala (Caput) 1 cm dan lebar mata (Organum

visus) 0,1 cm. Pengamatan kualitatif pada hewan terlihat warna tubuh yang coklat

kehitaman, bentuk kepala yang runcing dan bentuk ekor yang meruncing.
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, J., 2017, Analisis Histopatologi Usus Kura-Kura Brazil (Trachemys scripta
elegans) yang Di Infeksi Bakteri Enterobacter cloacae Isolat W6 dari Penyu
Lekang (Lepidochelys olivacea), Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang

Apriyanto, P., Yanti, A.H. dan Setyawati, T.R., 2015, Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo
Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang, Protobiont, 4(1):
108

Diba, D.F., 2016, Prevalensi dan Intensitas Infestasi Parasit pada Kura-Kura Air Tawar
(Cuora amboinensis) Di Perairan Sulawesi Selatan, Jurnal Balik Diwa, 7(1): 15

Hidayah, A., 2018, Keanekaragaman Herpetofauna Di Kawasan Wisata Alam Coban


Putri Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Batu Jawa Timur, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang

Kwatrina, R.T., Santosa, Y. dan Maulana, P., 2018, Keanekaragaman Spesies


Herpetofauna pada Berbagai Tipe Tutupan Lahan Di Lansekap Perkebunan Sawit:
Studi Kasus di PT. BLP Central Borneo, Journal of Natural Resources and
Environmental Management, 9(2): 308

Mar’iska, A.A., Riastuti, R.D. dan Widiya, M., 2016, Identifikasi Keanekaragaman
Kura-Kura Di Sungai Malus Kecamatan Lubuklinggau Utara I Kota
Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Penelitian Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Lubuklinggau

Octaviani, D., 2018, Inventarisasi Jenis Ular Di Bukit Lawang Kecamatan Bahorok
Kabupaten Langkat, Skripsi, Universitas Medan Area, Medan

Putra, A.R., Sudhartono, A. dan Ramlah, S., 2017, Eksplorasi Jenis Reptil Di Suaka
Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong, Warta Rimba, 5(1): 89

Rambosius., Setyawati, T.R. dan Riyandi., 2019, Inventarisasi Jenis-Jenis Ular


(Serpenthes) di Kawasan Universitas Tanjungpura Pontianak, Protobiont, 8(2): 35

Reza, F., Tjong, D.H. dan Novarino, W., 2016, Deskripsi Jenis-Jenis Ular Di Kampus
Universitas Andalas Limau Manih Padang, Bioconcetta, 2(2): 14
Rosadi, A.B., Slamet, A. dan Madang, K., 2017, Identifikasi Jenis-Jenis Reptilia (Sub
Ordo Sauria) Di Taman Wisata Alam (Twa) Bukit Kaba Kabupaten Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu dan Kontribusinya dalam Pembelajaran Biologi Sma,
Jurnal Pembelajaran Biologi, 4(1): 89

Setiadi, A.E.,2012, Identifikasi Jenis Kura-Kura Di Kalimantan Barat, Seminar


Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS, Universitas Muhammadiyah
Pontianak, Pontianak

Widhiantara, I.G. dan Rosiana, I.W., 2015, Perilaku Harian Ular Kobra (Naja Sputatrix
Boie) dalam Kandang Penangkaran, Jurnal Virgin, 1(2): 159

Wulandari, S., 2017, Keanekaragaman Jenis Squamata Di Kawasan Wisata Air Terjun
Roro Kuning Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk, Simki- Techsain, 1(1): 3

Yunizarrakha, M.E., Supramono. Dan Soendjoto, M.A., 2018, Reptil (Filum Squamata
Dan Chelonia) Di Desa Malintang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar,
Indonesia: Studi Pendahuluan, Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan
Basah, 3(1): 224

Anda mungkin juga menyukai