PERCOBAAN IV
REPTILIA
OLEH :
NAMA : FITRIYANI
STAMBUK : F1D1 18 002
KELOMPOK : III (TIGA)
ASISTEM PEMBIMBING : BAHTIAR
A. Prosedur Kerja
1) Identifikasi Kuantitatif
2) Identifikasi Kualitatif
Gambar Tangan
Gambar Literatu
Gambar Literatur
b.Tabel Morfometri
Spesies Karakter
Morfometrik Ket Warna Bentuk Permukaan
tubuh kepala tubuh
Cicak Panjang total 11 cm Abu-abu Meruncing Transparan dn
(Cosymbotus pucat halus
platyurus) Panjang ekor 5 cm
(Caudal)
Panjang kaki
1,3
depan cm
(Extremitas
anterior)
Panjang mata
(Organum 0,2
visus) cm
Panjang
mulut 0,1
(Covum oris) cm
Lebar kepala
1,5
(Caput)
cm
Lebar mata
0,2
(Organum cm
visus)
c. Deskripsi
memiliki sisik penutup tubuh. Apabila merujuk pada ular, sebagian orang akan
menyebut reptil ini berbahaya. Karena dianggap berbahaya, akhirnya reptil ini
memangsa tikus, hewan yang oleh kalangan petani disebut perusak tanaman
padi. Apabila merujuk pada tokek atau bulus, orang tidak mengganggap reptil
(Capillum) atau kelenjar susu seperti yang sering dijumpai pada mamalia. Sisik
yang terdapat pada tubuh reptile berbeda dengan sisik ikan. Sisik reptile tidak
jumlah jenis terbanyak. Ordo squamata terdiri dari 3 sub ordo yaitu Sauria
mulai dari bawah tanah hingga pepohonan, dari gurun hingga ke laut dan dari
ekuator sampai arktik. Ciri-ciri umum anggota ordo squamata antara lain
terbangun oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk (Wulandari, 2017).
terdiri atas puluhan jenis. Cicak (Cosymbotus pltyurus) merupakan hewan reptile
berwarna abu-abu atau coklat kehitaman. Beberapa jenis cicak yang umumnya
frenatus) atau dalam bahasa inggris disebut common house-gecko atau ada pula
Panjang ekornya (Caudal) 5 cm, panjang mata (Organum visus) 0,2 cm dan
lebar kepalanya (Caput) 1,5 cm. Pengamatan kualitatif terlihat karakter yang
dimiliki pada warna tubuh abu-abu pucat, bentuk kepalanya (Caput) yang
Gambar Tangan
Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri
Spesies Karakter
Morfometrik Ket Warna Bentuk Permukaan
tubuh kepala tubuh
Kadal Panjang total 24 Coklat Meruncing Meruncing
(Mabouya cm
multifasciata) Panjang ekor 15
(Caudal) cm
Panjang kaki 4
belakang cm
(Extremitas
posterior)
Panjang mata
(Organum 0,5
visus) cm
Lebar badan
2,5
(Truncus)
Cm
c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reprilia
Ordo : Squamata
Famili : Scincidae
Genus : Mabouya
Spesies : Mabouya multifasciata (Rahmadina. 2020)
d. Deskripsi
(3 spesies), yaitu Eutropis multifasciata, Eutropis rudis, Dasia vittata. Famili ini
merupakan famili Reptilia terbesar dari 16 famili kadal (Kwatrina, dkk, 2018).
Famili Scincidae memiliki ciri umum badan (Truncus) yang tertutup oleh sisik
sikloid yang berukuran sama besar. Bagian kepala (Caput) tertutupi oleh sisik
yang besar dan simetris. Lidahnya (Lingua) tipis dengan papilla yang terbentuk
seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya (Dente)
kelopak mata yang jelas serta memiliki ekor (Cauda) yang panjang dan rapuh.
dalam Sub Ordo Sauria. Karakteristik umum dari Sub Ordo Sauria adalah tubuh
(Corporis) bersisik, licin, lidah (Lingua) panjang, ekor (Cauda) panjang dan
berkaki (Pedibus) empat. Kadal hidup pada berbagai jenis habitat. Beberapa
indikator terhadap melimpahnya serangga yang ada. Hal ini karena makanan
utama bagi kadal adalah berbagai macam serangga (Apriyanto, dkk, 2015).
Kadal (Mabouya multifasciata) merupakan salah satu komponen penyusun
multifasciata) adalah berbagai macam larva serangga dan serangga yang menjadi
cm, panjang ekor (Caudal) 15 cm, panjang mulut (Cavum oris) 1,5 cm dan lebar
kepala (Caput) 0,3 cm. Pengamatan kualitatif pada kadal (Mabouya multifasciata)
terlihat warna tubuh yang coklat, permukaan tubuh yang meruncing serta bentuk
6 3.
Gambar Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Tangan
Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri
Karakter
No. Spesies Morfometri Ket. Warna Bentuk Bentuk ekor
tubuh kepala
1. Kura kura Panjang total 9,5 Coklat Runcing Meruncing
Ambon (Coura cm kehitaman
amboinensis) Panjang ekor 1 cm
Panjang kaki 1
belakang cm
Panjang 0,2
mulut cm
Panjang mata 0 cm
Lebar kepala 1 cm
Lebar mata 1 cm
Lebar badan 3 cm
c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Familia : Geomydidae
Genus : Coura
Species : Cuora amboinensis (Setiadi, 2015).
d. Identifikasi
Mesozoikum dan hanya sedikit beribah sejak itu, cangkangnya (Testa) yang
umumnya keras dan suatu adaptasi yang melindungi diri dari predator. Kura-
kura (Cuora amboinensis) dapat hidup di berbagai tempat dan dengan kondisi
di peroleh dari alam sebagai habitat tempat tinggalnya. Hewan yang hidup
adalah pada kisaran 28-30°C dan pH air netral (Mar’iska, dkk, 2016).
mudah dikenali karena mempunyai bentuk tubuh khas. Ciri khas yang dimiliki
oleh kura-kura adalah adanya cangkang yang disebut karapas pada bagian
dorsal dan plastron pada bagian vetral. Morfologi kepala (Caput) , tungkai
(Artus) dan karakter keping perisai karapas serta plastron dapat dijadikan
karena kura-kura ini memiliki perisai yang dapat di tutup sepenuhnya sehingga
(Ventri) yang datar atau agak melengkung. Bagian kepala (Caput) di jumpai
adanya garis kuning yang melingkar. Tungkai (Artus) memiliki jari berselaput
dan pada jari (Digiti pedis) dijumpai adanya kuku (Clavus) (Diba, 2016).
Hewan ini hidup diwilayah tropis dan subtropis. Di daerah tropis,
distribusi kura-kura cukup seimbang. Secara internah, hewan ini juga hidup
umur. Habitat khasnya bervariasi mulai dari sungai dan danau, muara, rawa
(Truncus) 3 cm, panjang ekor (Caudal) 1 cm, panjang mulut (Cavum oris)
yaitu 0,2 cm, lebar kepala (Caput), 1 cm dan lebar mata (Organum visus) 1
tubuh yang coklat kehitaman, bentuk kepala (Caput) yang runcing serta bentuk
Gambar Pengamatan
Gambar Tangan
Gambar Literatur
b. Tabel Morfometri
Karakter
No. Spesies Morfometri Ket. Warna Bentuk Bentuk ekor
tubuh kepala
1. Ular pohon Panjang total 50 Coklat Runcing Meruncing
coklat (Boiga cm kehitaman
irregularis) Panjang ekor 10
cm
Panjang kaki 0 cm
depan
Panjang kaki 0
belakang cm
Panjang 0,1
mulut cm
Panjang mata 0 cm
Lebar kepala 1 cm
c. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Familia : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga irregularis (Bagas, 2012).
d. Deskripsi
Family Colubridae ini biasanya memiliki gigi taring bisa yang terletak pada
bagian belakang rahang atas. Racun bisa ular jenis ini merupakan jenis racun bisa
lemah yang tidak terlalu berbahaya bagi manusia. Terdapat 2500-2700 jenis ular
dengan 414 genus dan 13 famili di seluruh dunia saat ini, namun di daerah Australia
dan indonesia terdapat ular sebanyak 318 jenis dengan 84 genus dan 8 famili
(Octaviani, 2018).
Jenis ular di seluruh dunia mencapai 2.700 jenis, 250 jenis diantaranya terdapat
di Indonesia, dan 154 jenis dari 10 famili sudah ditemukan di Pulau Kalimantan. Ular
merupakan kelompok hewan reptil melata yang tidak mempunyai tungkai, memiliki
sisik di seluruh tubuhnya dan memiliki tubuh yang ramping memanjang. Ular
termasuk salah satu satwa yang berperan penting dalam rangkaian alur rantai
makanan (Rambosius, dkk, 2019). Hewan ini memiliki ukuran panjang antara 150-
11400 mm, tetapi kebanyakan 250-1500 mm. Semua ular teresterial, banyak juga
yang hidup di liang, di air tawar atau air asin, bahkan memanjat pohon. Bentuk ular
mempunyai perasa yang sangat sensitif dan memiliki reseptor kimia. Beberapa jenis
ular terdapat organ penangkap pancaran panas. Warna tubuh umumnya coklat, abu-
abu atau hitam namun ada juga merah terang, kuning atau hijau dengan bercak,
Ular mulai melakukan aktivitas diam pada suhu lingkungan di atas 290C
dengan suhu kritis maksimum 40,50C. Ular adalah hewan yang ektoterm atau tidak
optimal tubuh (25- 270C). Sebaliknya jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
optimal tubuh, maka ular akan merespon dengan perilaku termofobik yaitu menjauhi
panas dengan perilaku diam dan berteduh (Widhiantara dan Rosiana, 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada ular pohon coklat
panjang ekor (Caudal) 10 cm, lebar kepala (Caput) 1 cm dan lebar mata (Organum
visus) 0,1 cm. Pengamatan kualitatif pada hewan terlihat warna tubuh yang coklat
kehitaman, bentuk kepala yang runcing dan bentuk ekor yang meruncing.
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, J., 2017, Analisis Histopatologi Usus Kura-Kura Brazil (Trachemys scripta
elegans) yang Di Infeksi Bakteri Enterobacter cloacae Isolat W6 dari Penyu
Lekang (Lepidochelys olivacea), Skripsi, Universitas Brawijaya, Malang
Apriyanto, P., Yanti, A.H. dan Setyawati, T.R., 2015, Keragaman Jenis Kadal Sub Ordo
Sauria pada Tiga Tipe Hutan di Kecamatan Sungai Ambawang, Protobiont, 4(1):
108
Diba, D.F., 2016, Prevalensi dan Intensitas Infestasi Parasit pada Kura-Kura Air Tawar
(Cuora amboinensis) Di Perairan Sulawesi Selatan, Jurnal Balik Diwa, 7(1): 15
Mar’iska, A.A., Riastuti, R.D. dan Widiya, M., 2016, Identifikasi Keanekaragaman
Kura-Kura Di Sungai Malus Kecamatan Lubuklinggau Utara I Kota
Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, Jurnal Penelitian Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Lubuklinggau
Octaviani, D., 2018, Inventarisasi Jenis Ular Di Bukit Lawang Kecamatan Bahorok
Kabupaten Langkat, Skripsi, Universitas Medan Area, Medan
Putra, A.R., Sudhartono, A. dan Ramlah, S., 2017, Eksplorasi Jenis Reptil Di Suaka
Margasatwa Tanjung Santigi Kabupaten Parigi Moutong, Warta Rimba, 5(1): 89
Reza, F., Tjong, D.H. dan Novarino, W., 2016, Deskripsi Jenis-Jenis Ular Di Kampus
Universitas Andalas Limau Manih Padang, Bioconcetta, 2(2): 14
Rosadi, A.B., Slamet, A. dan Madang, K., 2017, Identifikasi Jenis-Jenis Reptilia (Sub
Ordo Sauria) Di Taman Wisata Alam (Twa) Bukit Kaba Kabupaten Rejang
Lebong Provinsi Bengkulu dan Kontribusinya dalam Pembelajaran Biologi Sma,
Jurnal Pembelajaran Biologi, 4(1): 89
Widhiantara, I.G. dan Rosiana, I.W., 2015, Perilaku Harian Ular Kobra (Naja Sputatrix
Boie) dalam Kandang Penangkaran, Jurnal Virgin, 1(2): 159
Wulandari, S., 2017, Keanekaragaman Jenis Squamata Di Kawasan Wisata Air Terjun
Roro Kuning Kecamatan Loceret Kabupaten Nganjuk, Simki- Techsain, 1(1): 3
Yunizarrakha, M.E., Supramono. Dan Soendjoto, M.A., 2018, Reptil (Filum Squamata
Dan Chelonia) Di Desa Malintang, Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar,
Indonesia: Studi Pendahuluan, Prosiding Seminar Nasional Lingkungan Lahan
Basah, 3(1): 224